Chapter I Malpraktek

23
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulan- kumpulan peraturan-peraturan tertulis atau kaidah-kaidah dalam suatu masyarakat sebagai susunan sosial, keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan memberikan sanksi bila dilanggar. Tujuan pokok dari hukum ialah menciptakan suatu tatanan hidup dalam masyarakat yang tertib dan sejahtera didalam keseimbangan-keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. 1  Demikian pula bagi pasien, sebagai anggota masyarakat tentunya juga memerlukan kaidah-kaidah yang dapat menjaganya dari perbuatan tenaga kesehatan yang melanggar aturan ketertiban tenaga kesehatan itu sendiri. Oleh karena itu, setiap kesalahan yang diperbuat oleh seseorang, tentunya harus ada sanksi yang layak untuk diterima si pembuat kesalahan, agar terjadi keseimbangan dan keserasian didalam kehidupan sosial. Untuk mengatur kehidupan masyarakat diperlukan kaidah-kaidah yang mengikat setiap anggota masyarakat agar tidak terjadi kejahatan dan pelanggaran terhadap ketertiban umum agar masyarakat dapat hidup damai, tenteram dan aman. 1  Soeparto, Pitono,dkk,  Etik Dan Hukum Dibidang Kesehatan, Surabaya: Airlangga University, 2008, hal 129 Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter I Malpraktek

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 1/23

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulan-

kumpulan peraturan-peraturan tertulis atau kaidah-kaidah dalam suatu masyarakat

sebagai susunan sosial, keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam

suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan

memberikan sanksi bila dilanggar. Tujuan pokok dari hukum ialah menciptakan

suatu tatanan hidup dalam masyarakat yang tertib dan sejahtera didalam

keseimbangan-keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban didalam masyarakat

diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi.1

Demikian pula bagi pasien, sebagai anggota masyarakat tentunya juga

memerlukan kaidah-kaidah yang dapat menjaganya dari perbuatan tenaga

kesehatan yang melanggar aturan ketertiban tenaga kesehatan itu sendiri.

Oleh karena itu, setiap kesalahan yang diperbuat oleh seseorang, tentunya

harus ada sanksi yang layak untuk diterima si pembuat kesalahan, agar terjadi

keseimbangan dan keserasian didalam kehidupan sosial.

Untuk mengatur kehidupan masyarakat diperlukan kaidah-kaidah yang

mengikat setiap anggota masyarakat agar tidak terjadi kejahatan dan pelanggaran

terhadap ketertiban umum agar masyarakat dapat hidup damai, tenteram dan

aman.

1  Soeparto, Pitono,dkk,   Etik Dan Hukum Dibidang Kesehatan, Surabaya: Airlangga

University, 2008, hal 129 

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 2/23

 

Disinilah hukum diperlukan untuk mengatur agar tenaga kesehatan menaati

peraturan yang telah ditentukan oleh profesinya. Tanpa sanksi yang jelas terhadap

pelanggaran yang dilakukannya, sebagai manusia biasa tentunya tenaga kesehatan

pun dapat bersikap ceroboh. Oleh karena itu, bila memang seorang tenaga

kesehatan terbukti melakukan malpraktek yang berakibat fatal terhadap pasien,

tentunya perlu dikaji pula apakah ada pidana yang dapat diberlakukan kepada

profesi ini.2

Tindak pidana merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan suatu

perbuatan yang dapat dipidana. Wirjono Prodjodikoro memberikan definisi tindak 

pidana sebagai “suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana”.

 

3

Menurut Jusuf Hanafiah, malpraktek medik adalah kelalaian seorang

dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang

lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut

ukuran dilingkungan yang sama.

 

Malpraktek atau malpraktek medik adalah istilah yang sering digunakan

orang untuk tindak pidana yang dilakukan oleh orang-orang yang berprofesi

didalam dunia kesehatan atau biasa disebut tenaga kesehatan.

4

2  Isfandyarie,Anny,   Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana,

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005, hal 46-47 3 Ibid, hal 484 Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir,  Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, Jakarta:

Kedokteran EGC, 1999, hal 87

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 3/23

 

Sedangkan menurut Veronica, malpraktek medik adalah kesalahan dalam

menjalankan profesi medis yang tidak sesuai dengan standar profesi medis dalam

menjalankan profesinya.5

Banyak persoalan malpraktek, atas kesadaran hukum pasien diangkat

menjadi masalah pidana. Menurut Maryanti, hal tersebut memberi kesan adanya

kesadaran hukum masyarakat terhadap hak-hak kesehatannya.

 

6

Profesi bidan, seperti juga profesi-profesi lain yang merupakan tenaga

kesehatan adalah salah satu profesi yang sangat dibutuhkan masyarakat. Peranan

bidan dalam masyarakat cukup besar, terutama bagi ibu atau wanita hamil untuk 

dapat memberikan bimbingan, nasehat dan bantuan baik selama masa kehamilan,

melahirkan hingga pasca melahirkan. Bidan juga dapat memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat umum atau dengan kata lain tidak terbatas pada ibu

atau wanita hamil saja, apabila tidak terdapat dokter atau tenaga kesehatan lain

yang berwenang untuk melakukan pengobatan pada wilayah tersebut. Seperti

yang tercantum dalam Pasal 17 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, yang

berbunyi: “Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah

tersebut bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi

ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya.”

Bidan sebagai salah satu profesi yang termasuk dalam tenaga kesehatan

seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan, tentu tidak lepas dari permasalahan ini.

5

Isfandyarie,Anny, op.cit ., hal 226 Ibid, hal 9

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 4/23

 

Pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan dari seorang bidan tentu

saja mengharapkan dengan kemampuan dan pengetahuannya di bidang kesehatan,

bidan tersebut dapat membantunya untuk memperbaiki kesehatannya. Bagi ibu

atau wanita hamil yang datang untuk mendapatkan perawatan dari seorang bidan

tentu saja mengharapkan agar bidan tersebut dapat membantunya melahirkan

tanpa ada suatu hal yang tidak diharapkan untuk terjadi yang dapat

membahayakan kesehatan dari sang ibu atau bayinya.

Namun seringkali terjadi dalam prakteknya, perawatan atau tindakan yang

dilakukan oleh bidan terhadap pasiennya justru menimbulkan akibat atau dampak 

yang negatif bahkan membahayakan kesehatan sang pasien. Misalnya perawatan

atau tindakan yang dilakukan oleh bidan untuk membantu seorang ibu atau wanita

yang hamil justru mengakibatkan sang ibu atau sang bayi menjadi cacat. Pasien

yang mengalami hal ini, tentu saja merasa dirugikan akibat perbuatan yang

dilakukan oleh bidan tersebut. Hal inilah yang seringkali dijadikan dasar untuk 

menuntut bidan dengan alasan malpraktek.

Salah satu contoh kasus malpraktek yang dilakukan oleh bidan adalah

kasus “Kuret Ngatemi”. Dalam kasus “Kuret Ngatemi” ini, usus Ngatemi sebagai

korban putus sepanjang 10 cm dan kandungannya menjadi “rusak”, sehingga

mengakibatkan saluran pembuangan Ngatemi terpaksa dipindahkan ke bagian

perutnya. Abdul Mutalib sebagai suami karena merasa dirugikan, ia menggugat

secara perdata terhadap dokter dan bidan dari Rumah Sakit Bersalin “Kartini”

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 5/23

 

yang menangani operasi pembersihan kandungan (kuret) istrinya kepada

Pengadilan Negeri Belawan.7

1.  Apa saja faktor penyebab terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan

dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan?

Namun sayangnya, pada kasus “Kuret Ngatemi” tersebut tidak dilakukan

penuntutan secara pidana, akan tetapi hanya dilakukan gugatan secara perdata.

Padahal dalam kasus “Kuret Ngatemi” ini seharusnya dilakukan penuntutan secara

pidana, karena akibat dari perbuatan dokter dan bidan yang menangani operasi

pembersihan kandungan (kuret) Ngatemi ini mengakibatkan Ngatemi sebagai

korban menjadi cacat.

Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat yang semakin

menyadari haknya, maka tuntutan malpraktek ini semakin sering kita jumpai.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas

penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

2.  Bagaimana penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh

bidan menurut hukum pidana?

7

Mariyanti, Ninik, , Malpraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana Dan Perdata,Jakarta: Bina Aksara 1988,hal 75-76

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 6/23

 

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1.  Untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimana pengaturan mengenai

malpraktek yang dilakukan oleh bidan.

2.  Untuk dapat mengetahui dan memahami apa faktor-faktor penyebab

terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan, upaya-upaya

pencegahannya serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian

tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan

3.  Untuk dapat mengetahui dan memahami kriteria penentuan terjadinya

tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan

Melalui penulisan ini, manfaat penulisan yang dapat diambil dari skripsi

ini antara lain agar dapat memberi masukan dan ilmu pengetahuan khususnya

mengenai tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini, didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran

penulis secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di

perpustakaan USU. Penulisan mengenai penyelesaian tindak pidana malpraktek 

yang dilakukan oleh bidan ini belum pernah dilakukan dalam topik dan

permasalahan yang sama. Karena itu keaslian penulisan ini dapat di

pertanggungjawabkan. Walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 7/23

 

semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam penulisan

yang memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Malpraktek 

Ada berbagai macam pendapat dari para sarjana mengenai pengertian

malpraktek. Masing-masing pendapat itu diantaranya adalah sebagai berikut:

a.  Veronica menyatakan bahwa istilah malparaktek berasal dari

“malpractice” yang pada hakekatnya adalah kesalahan dalam

menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-

kewajiban yang harus dilakukan oleh dokter.8

b.  Hermien Hadiati menjelaskan malpractice secara harfiah berarti bad 

 practice, atau praktek buruk yang berkaitan dengan praktek penerapan

ilmu dan teknologi medik dalam menjalankan profesi medik yang

mengandung ciri-ciri khusus. Karena malpraktek berkaitan dengan “how

to practice the medical science and technology”, yang sangat erat

hubungannya dengan sarana kesehatan atau tempat melakukan praktek dan

orang yang melaksanakan praktek. Maka Hermien lebih cenderung untuk 

menggunakan istilah “maltreatment”.

 

9

c.  Danny Wiradharma memandang malpraktek dari sudut tanggung jawab

dokter yang berada dalam suatu perikatan dengan pasien, yaitu dokter

tersebut melakukan praktek buruk.

 

10

8 Isfandyarie,Anny, op.cit ., hal 209

Ibid,10 Ibid,

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 8/23

 

d.  Ngesti Lestari mengartikan malpraktek secara harfiah sebagai

“pelaksanaan atau tindakan yang salah”.11

e.  Amri Amir menjelaskan malpraktek medis adalah tindakan yang salah

oleh dokter pada waktu menjalankan praktek, yang menyebabkan

kerusakan atau kerugian bagi kesehatan dan kehidupan pasien, serta

menggunakan keahliannya untuk kepentingan pribadi.

 

12

f.  Sedangkan menurut Ninik Mariyanti, malpraktek sebenarnya mempunyai

pengertian yang luas, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

 

13

1)  Dalam arti umum : suatu praktek yang buruk, yang tidak memenuhi

standar yang telah ditentukan oleh profesi.

2)  Dalam arti khusus (dilihat dari sudut pasien) malpraktek dapat terjadi

di dalam menentukan diagnosis, menjalankan operasi, selama

menjalankan perawatan, dan sesudah perawatan.

g.  Menurut Jusuf Hanafiah, malpraktek medik adalah kelalaian seorang

dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan

yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka

menurut ukuran dilingkungan yang sama.14

Beberapa sarjana sepakat untuk merumuskan penggunaan istilah medical

malpractice (malpaktek medik) sebagaimana disebutkan dibawah ini :

a.  John D. Blum memberikan rumusan tentang medical malpractice sebagai 

“a form of professional negligence in which measerable injury occurs to a

11 Ibid,12 Amir, Amri, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Jakarta; Widya Medika, 1997, hal 5313

Mariyanti, Ninik, op. cit , hal 3814 Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir, op.cit , hal 87

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 9/23

 

  plaintiff patient as the direct result of an act or ommission by the

defendant practitioner ” (malpraktek medik merupakan bentuk kelalaian

profesi dalam bentuk luka atau cacat yang dapat diukur yang terjadinya

pada pasien yang mengajukan gugatan sebagai akibat langsung dari

tindakan dokter).15

b.  Black Law Dictionary merumuskan malpraktek sebagai “any professional

misconduct, unreasonable lack of skill or fidelity in professional or 

 judiacry duties, evil practice, or illegal or immoral conduct…” (perbuatan

  jahat dari seorang ahli, kekurangan dalam keterampilan yang dibawah

standar, atau tidak cermatnya seorag ahli dalam menjalankan

kewajibannya secara hokum, praktek yang jelek atau ilegal atau perbuatan

yang tidak bermoral).

 

16

Dari beberapa pengertian tentang malpraktek medik diatas semua sarjana

sepakat untuk mengartikan malpraktek medik sebagai kesalahan tenaga kesehatan

yang karena tidak mempergunakan ilmu pengetahuan dan tingkat keterampilan

sesuai dengan standar profesinya yang akhirnya mengakibatkan pasien terluka

atau cacat atau bahkan meninggal dunia.

Dari berbagai pengertian mengenai malpraktek yang dikemukakan oleh

beberapa sarjana diatas, terlihat bahwa sebagian orang mengaitkan malpraktek 

medik sebagai malpraktek yang dilakukan oleh dokter. Hal ini mungkin

disebabkan karena kasus-kasus yang muncul ke permukaan atau yang diajukan ke

pengadilan adalah kasus-kasus yang dilakukan oleh dokter. Selain itu dalam

15

Isfandyarie,Anny, op.cit ., hal 2116 Ibid,

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 10/23

 

berbagai literatur, permasalahan malpraktek ataupun permasalahan yang

berhubungan dengan kesehatan, yang dijadikan sebagai patokan adalah profesi

dokter.

Akan tetapi menurut penulis, malpraktek medik tidak hanya dilakukan

oleh orang-orang dari kalangan profesi dokter saja. Tetapi juga dapat dilakukan

oleh orang-orang yang berprofesi di bidang pelayanan kesehatan atau biasa

disebut tenaga kesehatan.

Didalam Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan, yaitu dalam pasal 2 ayat (1) ditentukan bahwa tenaga kesehatan terdiri

dari :

a. Tenaga medis

b. Tenaga keperawatan

c. Tenaga kefarmasian

d. Tenaga kesehatan masyarakat

e. Tenaga gizi

f. Tenaga keterapian fisik 

g.Tenaga keteknisan medis.

Orang-orang yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan mungkin saja

melakukan tindakan malpraktek medis. Jadi tidak hanya profesi dokter saja.

Misalnya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat dan bidan. Mereka juga

mungkin melakukan tindakan malpraktek medis karena perawat maupun bidan

  juga sama seperti dokter yang profesinya memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 11/23

 

2. Jenis-Jenis Malpraktek 

Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi

dua bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis

( yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.17

a.  Malpraktek Etik 

Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan

melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai

tenaga kesehatan. Misalnya seorang bidan yang melakukan tindakan yang

bertentangan dengan etika kebidanan. Etika kebidanan yang dituangkan

dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis, prinsip,

aturan atau norma yang berlaku untuk seluruh bidan.

b.  Malpraktek Yuridis

Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk,

yaitu malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal

malpractice) dan malpraktek administratif (administrative malpractice).18

1)  Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)

Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang

menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam

transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan

melanggar hukum (onrechtmatige daad ), sehingga menimbulkan kerugian

kepada pasien.

17

Ibid., hal 3118 Ibid, hal 33

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 12/23

 

Adapun isi daripada tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat

berupa:19

a.  Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.

b.  Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi

terlambat melaksanakannya.

c.  Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi

tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.

d.  Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya

dilakukan

Sedangkan untuk perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum

haruslah memenuhi beberapa syarat seperti:20

a.  Harus ada perbuatan (baik berbuat maupun tidak berbuat).

b.  Perbuatan tersebut melanggar hukum (tertulis ataupun tidak tertulis).

c.  Ada kerugian

d.  Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan

melanggar hukum dengan kerugian yang diderita.

e.  Adanya kesalahan (schuld )

Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian (ganti rugi)

karena kelalaian tenaga kesehatan, maka pasien harus dapat membuktikan

adanya empat unsur berikut:21

a.  Adanya suatu kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasien.

19 Ibid,20

Ibid,21 Ibid,hal 34

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 13/23

 

b.  Tenaga kesehatan telah melanggar standar pelayanan medik yang

lazim dipergunakan.

c.  Penggugat (pasien) telah menderita kerugian yang dapat dimintakan

ganti ruginya.

d.  Secara faktual kerugian itu diesbabkan oleh tindakan dibawah standar.

Namun adakalanya seorang pasien (penggugat) tidak perlu

membuktikan adanya kelalaian tenaga kesehatan (tergugat). Dalam hukum

ada kaidah yang berbunyi “res ipsa loquitor ” yang artinya fakta telah

berbicara. Dalam hal demikian tenaga kesehatan itulah yang harus

membutikan tidak adanya kelalaian pada dirinya.

Dalam malpraktek perdata yang dijadikan ukuran dalam

melpraktek yang disebabkan oleh kelalaian adalah kelalaian yang bersifat

ringan (culpa levis). Karena apabila yang terjadi adalah kelalaian berat

(culpa lata) maka seharusnya perbuatan tersebut termasuk dalam

malpraktek pidana.

Contoh dari malpraktek perdata, misalnya seorang dokter yang

melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban didalam tubuh si

pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang tertinggal kemudian

dilakukan operasi kedua untuk mengambil perban yang tertinggal tersebut.

Dalam hal ini kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat

diperbaiki dan tidak menimbulkan akibat negatif yang berkepanjangan

terhadap pasien.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 14/23

 

2)  Malpraktek Pidana

Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau

mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang

cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang

meninggal dunia atau cacat tersebut.

Malpraktek pidana ada tiga bentuk yaitu:22

a.  Malpraktek pidana karena kesengajaan(intensional), misalnya pada

kasus aborsi tanpa insikasi medis, tidak melakukan pertolongan pada

kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak ada orang lain yang bisa

menolong, serta memberikan surat keterangan yang tidak benar.

b.  Malpraktek pidana karena kecerobohan (recklessness), misalnya

melakukan tindakan yang tidak  lege artis atau tidak sesuai dengan

standar profesi serta melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan

tindakan medis.

c.  Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence), misalnya terjadi

cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat tindakan tenaga

kesehatan yang kurang hati-hati.

3)  Malpraktek Administratif 

Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan

melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku,

misalnya menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin praktek,

melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya,

22 Ibid , hal 35

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 15/23

 

menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan

praktek tanpa membuat catatan medik.

3. Teori-Teori Malpraktek 

Ada tiga teori yang menyebutkan sumber dari perbuatan malpraktek 

yaitu:23

Apabila terjadi situasi yang demikian ini, maka persetujuan atau

kontrak tenaga kesehatan pasien dapat diminta dari pihak ketiga, yaitu

keluarga penderita yang bertindak atas nama dan mewakili kepentingan

penderita. Apabila hal ini juga tidak mungkin, misalnya dikarenakan

a. Teori Pelanggaran Kontrak 

Teori pertama yang mengatakan bahwa sumber perbuatan

malpraktek adalah karena terjadinya pelanggaran kontrak. Ini berprinsip

bahwa secara hukum seorang tenaga kesehatan tidak mempunyai

kewajiban merawat seseorang bilamana diantara keduanya tidak terdapat

suatu hubungan kontrak antara tenaga kesehatan dengan pasien. Hubungan

antara tenaga kesehatan dengan pasien baru terjadi apabila telah terjadi

kontrak diantara kedua belah pihak tersebut.

Sehubungan dengan adanya hubungan kontrak pasien dengan

tenaga kesehatan ini, tidak berarti bahwa hubungan tenaga kesehatan

dengan pasien itu selalu terjadi dengan adanya kesepakatan bersama.

Dalam keadaan penderita tidak sadar diri ataupun keadaan gawat darurat

misalnya, seorang penderita tidak mungkin memberikan persetujuannya.

23 Mariyanti,Ninik, op cit, hal 44

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 16/23

 

penderita gawat darurat tersebut datang tanpa keluarga dan hanya diantar

oleh orang lain yang kebetulan telah menolongnya, maka demi

kepentingan penderita, menurut perundang-undangan yang berlaku,

seorang tenaga kesehatan diwajibkan memberikan pertolongan dengan

sebaik-baiknya. Tindakan ini, secara hukum telah dianggap sebagai

perwujudan kontrak tenaga kesehatan-pasien.

b Teori Perbuatan Yang Disengaja

Teori kedua yang dapat digunakan oleh pasien sebagai dasar untuk 

menggugat tenaga kesehatan karena perbuatan malpraktek adalah

kesalahan yang dibuat dengan sengaja (intentional tort), yang

mengakibatkan seseorang secara fisik mengalami cedera (asssult and

battery)

c. Teori Kelalaian

Teori ketiga menyebutkan bahwa sumber perbuatan malpraktek 

adalah kelalaian (negligence). Kelalaian yang menyebabkan sumber

perbuatan yang dikategorikan dalam malpraktek ini harus dapat dibuktikan

adanya, selain itu kelalaian yang dimaksud harus termasuk dalam kategori

kelalaian yang berat (culpa lata). Untuk membuktikan hal yang demikian

ini tentu saja bukan merupakan tugas yang mudah bagi aparat penegak 

hukum.

Selain dikenal adanya beberapa teori tentang sumber perbuatan

malpraktek, yang apabila ditinjau dari kegunaan teori-teori tersebut tentu saja

sangat berguna bagi pihak pasien dan para aparat penegak hukum, karena dengan

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 17/23

 

teori-teori tersebut pasien dapat mempergunakannya sebagai dasar suatu gugatan

dan bagi aparat hukum dapat dijadikan dasar untuk melakukan penuntutan. Ada

 juga teori yang dapat dijadikan pegangan untuk mengadakan pembelaan apabila ia

menghadapi tuntutan malpraktek. Teori-teori itu adalah:24

a.  Teori Kesediaan Untuk Menerima Resiko (Assumption Of Risk)

Teori ini mengatakan bahwa seorang tenaga kesehatan akan

terlindung dari tuntutan malpraktek, bila pasien memberikan izin atau

persetujuan untuk melakukan suatu tindakan medik dan menyatakan

bersedia memikul segala resiko dan bahaya yang mungkin timbul akibat

tindakan medik tersebut.

Teori ini mempunyai arti yang sangat besar bagi seorang tenaga

kesehatan, selama tindakan tenaga kesehatan itu bertujuan untuk indikasi

medis.

b. Teori Pasien Ikut Berperan Dalam Kelalaian (Contributory Negligence)

Adalah kasus dimana tenaga kesehatan dan pasien dinyatakan oleh

pengadilan sama-sama melakukan kelalaian.

c. Perjanjian Membebaskan Dari Kesalahan (Exculpatory Contract)

Cara lain bagi tenaga kesehatan untuk melindungi diri dari tuntutan

malpraktek adalah dengan mengadakan suatu perjanjian atau kontrak 

khusus dengan penderita, yang berjanji tidak akan menuntut tenaga

kesehatan atau rumah sakit bila terjadi misalnya kelalaian malpraktek.

24 Ibid, hal 56

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 18/23

 

Teori pembelaan ini bersifat spekulasi karena berhasil tidaknya

tenaga kesehatan menggunakan pembelaannya, yang dalam hal ini berupa

perjanjian khusus dengan pasien, hasinya sangat tergantung pada penilaian

pengadilan.

d.  Peraturan Good Samaritan

Menurut teori ini,seorang tenaga kesehatan yang memberikan

pertolongan gawat darurat dengan tujuan murni (setulus hati) pada suatu

peristiwa darurat dibebaskan dari tuntutan hukum malpraktek kecuali jika

terdapat indikasi terjadi suatu kelalaian yang sangat mencolok.

e.  Pembebasan Atas Tuntutan (Releas)

Yaitu suatu kasus dimana pasien membebaskan tenaga kesehatan

dari seluruh tuntutan malpraktek, dan kedua belah pihak bersepakat untuk 

mengadakan penyelesaian bersama.

Teori pembelaan yang berupa pembebasan ini, hanya dapat

dilaksanakan sepanjang kesalahan tenaga kesehatan tersebut menyangkut

tanggungjawab perdata (masuk kategori hukum perdata), misalnya

wanprestasi, sebab dalam kasus ini hanya melibatkan kedua belah pihak 

yang saling mengadakan kontrak atau janji saja. Dalam hal ini apabila

mereka ternyata dapat bersepakat untuk menyelesaikan bersama dengan

damai, itu lebih baik, karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

dalam penyelesaian kasus perdata, yaitu adanya suatu perdamaian antara

kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 19/23

 

Tetapi apabila kesalahan tenaga kesehatan itu termasuk dalam

kategori hukum pidana (tanggung jawab pidana) misalnya terjadi kelalaian

berat sehingga mengakibatkan meninggalnya pasien, maka teori ini tidak 

dapat diterapkan, sebab bicara hukum pidana berarti bicara tentang hukum

publik, yang menyangkut kepentingan umum bersama. Oleh karena itu

apabila telah terbukti tenaga kesehatan telah melakukan malpraktek, maka

hukum harus tetap diberlakukan padanya, karena kalau tidak, berarti kita

tidak mendidik kepada masyarakat pada umumnya untuk sadar terhadap

hukum yang berlaku, sehingga selanjutnya akan sangat sulit untuk 

menegakkan hukum itu sendiri. Disamping itu, kalau teori ini diterima

dalam kasus pidana dikhawatirkan tiap perbuatan malpraktek seorang

tenaga kesehatan tidak akan ada sanksi hukumnya, sehingga dapat

mengurangi tanggung jawab dan sikap hati-hatinya seorang tenaga

kesehatan di dalam menjalankan tugasnya.

f.  Peraturan Mengenai Jangka Waktu Boleh Menuntut (Statute Of 

Limitation)

Menurut teori ini tuntutan malpraktek hanya dapat dilakukan dalam

  jangka waktu tertentu, yang biasanya relatif lebih pendek daripada

tuntutan-tuntutan hukum yang lain.

g.  Workmen’s Compensation

Bila seorang tenaga kesehatan dan pasien yang terlibat dalam suatu

kasus malpraktek keduanya bekerja pada suatu lembaga atau badan usaha

yang sama, maka pasien tersebut tidak akan memperoleh ganti rugi dari

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 20/23

 

kasus malpraktek yang dibuat oleh tenaga kesehatan tersebut. Hal ini

disebabkan menurut peraturan workmen’s compensation, semua pegawai

dan pekerja menerima ganti rugi bagi setiap kecelakaan yang terjadi di

situ, dan tidak menjadi persoalan kesalahan siapa dan apa sebenarnya

penyebab cedera atau luka.

Akan tetapi walaupun dengan adanya teori-teori pembelaan

tersebut, tidak berarti seorang tenaga kesehatan boleh bertindak semaunya

kepada pasien. Walaupun terdapat teori-teori pembelaan tersebut, juga

harus dilihat apakah tindakan tenaga kesehatan telah sesuai dengan standar

profesi. Apabila tindakan tenaga kesehatan tersebut tidak sesuai dengan

standar profesi, maka teori-teori pembelaan tersebut tidak dapat dijadikan

alasan pembelaan baginya.

Misalnya pada peraturan good Samaritan yang menyebutkan

bahwa seorang tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan gawat

darurat pada peristiwa darurat dapat dibebaskan dari tuntutan hukum

malpraktek. Walaupun terdapat peraturan good samaritan ini, seorang

tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan gawat darurat pada

peristiwa darurat tetap harus memberikan pertolongannya dengan sepenuh

hati berdasarkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Apabila

dalam memberikan pertolongan gawat darurat, seorang tenaga kesehatan

hanya memberikan pertolongan yang sekedarnya dan tidak sungguh-

sungguh dalam menggunakan pengetahuan dan keahliannya, jika terjadi

sesuatu hal yang membahayakan kesehatan atau nyawa orang yang

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 21/23

 

ditolongnya itu, maka tenaga kesehatan tersebut tetap dapat dituntut secara

hukum.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi mengenai penyelesaian tindak pidana malpraktek 

yang dilakukan oleh bidan ini penulis melakukan penelitian hukum normatif yang

mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-

undangan. Penelitian ini disebut juga dengan penelitian doktrinal (doktrinal

research), yaitu penelitian yang menganalisis berdasarkan hukum yang tertulis

dalam buku. Selain itu penulis juga menganalisis sebuah kasus yang berkaitan

dengan malpraktek yang dilakukan oleh bidan.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui

penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsep, teori dan

doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang

berhubungan dengan telaahan penelitian ini, juga dapat berupa peraturan

perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi:

1.  Bahan hukum primer, yaitu KUHP, Undang-Undang No.8 tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan, Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, dan Keputusan

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 22/23

 

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/MENKES/SK/VII/2002

tentang Registrasi dan Praktek Bidan.

2.  Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti pendapat dari kalangan pakar

hukum dan buku-buku mengenai malpraktek dan kebidanan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan

kemudahan bagi pembacanya dalam memahami maknanya dan memperoleh

manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan suatu kesatuan yang saling

berhubungan satu dengan yang lain, yang dapat dilihat sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II : Pengaturan Mengenai Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan

Membahas tentang berbagai macam pengaturan mengenai malpraktek yang

dilakukan oleh bidan. Baik yang berupa peraturan non hukum yaitu kode etik 

bidan, maupun yang berupa peraturan hukum yaitu UU No.23 Tahun 1992

tentang Kesehatan,Hukum Pidana, Hukum Perdata, Peraturan Pemerintah No.32

Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, dan Keputusan Menteri Kesehatan

No.900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter I Malpraktek - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-malpraktek 23/23

 

Bab III : Faktor Penyebab Terjadinya Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan

Dan Upaya Pencegahannya

Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya malpraktek 

yang dilakukan oleh bidan, upaya-upaya pencegahannya serta kendala-kendala

yang dihadapi dalam penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh

bidan.

Bab IV : Penyelesaian Tindak Pidana Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan

Dalam Perawatan Pasiennya

Merupakan pembahasan pokok dari penulisan ini yang terdiri dari kriteria

penentuan terjadinya tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan serta

uraian kasus dan analisis kasus.

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

Universitas Sumatera Utara