Makalah Vitamin c
description
Transcript of Makalah Vitamin c
MAKALAH VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
Pendahuluan Asam askorbat oksidase atau disingkat askobase merupakan enzim yang hanya
mengkatalisis reaksi oksidasi asam askorbat saja, baiki asam askorbat alami ataupun sintesis,
tetapi tidak mengkatalisis senyawa yang lain misalnya sistein, glutation,tirosin dan phenol.
Enzim heksosidase tersebut mempunyai aktifitas optimal pada pH 5,6 – 5,9. Asam askorbat
oksidase dapat mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat intake zat gizi yang kurang dari
makanan.
Vitamin atau vitamine mula-mula di utarakan oleh sang ahli kimia pola, dia yang
bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam amina itu adalah
suatu amina yang sangat vital. Dan dari kata tersebut lahirlah istilah vitamine atau vitamin. Kini
vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organic yang tidak termasuk dalam golongan
protein, karbohidrat, maupun lemak dan terdapat dalam jumlah kecil dalam bahan makanan tapi
sangat penting bagi beberapa fungsi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta
pertumbuhan.
Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relative sangat kecil, dan
terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, di antaranya ada yang berbentuk provitamin atau
calon vitamin (precursor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif. Segara
setelah diserap oleh tubuh, provitamin mengalami perubahan kimia sehingga menjadi satu atau
lebih bentuk yang aktif. Vitamin tersebut pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua
golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Dan
dalam makalah ini akan mencoba membahas tentang vitamin yang larut dalam air.
Oleh karna itu kebutuhan vitamin dalam tubuh harus terpenuhi. Dalam aktivitas sehari-
hari tubuh sangat memerlukan vitamin yang digunakan sebagai pengatur metabolisme dalam
tubuh terutama vitamin c (asam askorbat).
Pada makalah ini akan dibahas tentang kegunaan, kekurangan, kelebihan, serta sumber-
sumber bahan pangan yang mengandung vitamin c (asam askorbat).
Dasar teori Ascorbic acid (asam askorbat) adalah salah satu senyawa kimia yang membentuk vitamin
C. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat
antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit
yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia
diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam
askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh
beberapa peneliti. (Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan
penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
(Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991).
Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai
radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas,
cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini.
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932
ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan.[rujukan?] Albert
Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937
untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal perananny dalam menjaga
dan memperkuat imunitas terhadap infeksi.[2] Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin
C juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas
Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah
lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih
rendah. (Gyorgi AS. 1931).
Peranan vitamin C dalam tubuh
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang
menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh
manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan
kecil, dan luka ringan.
Buah jeruk, salah satu sumber vitamin C terbesar.
Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam
kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh.
Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau
kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut
Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan
makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C
berkurang sampai 81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, baik di mulut
maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di
bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam
askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung,
artritis (radang sendi), dan pilek.
Konsumsi
Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada
kebiasaan hidup masing-masing. Pada remaja, kebiasaan yang berpengaruh di antaranya adalah
merokok, minum kopi, atau minuman beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang,
antibiotik tetrasiklin, antiartritis, obat tidur, dan kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok
menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Selain nikotin senyawa lain yang berdampak sama
buruknya adalah kafein. Selain itu stres, demam, infeksi, dan berolahraga juga meningkatkan
kebutuhan vitamin C.
Pemenuhan kebutuhan vitamin C bisa diperoleh dengan mengonsumsi beraneka buah dan
sayur seperti jeruk, tomat, arbei, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega, kentang, ikan, dan hati.
Sifat-sifat:- Asam askorbat menunjukkan metallo-enzim, larut dalam garam dan mempunyai berat
molekul 150.000.
- Ko-enzim mengandung 6 atom tembaga untuk setiap molekul protein.
- Seiring dengan kenaikan kadar tembaga, elemen ini membentukbagian dari enzim.
- Dengan kenaikan suhu 10 °C (diatas nol) jumlah vitamin yang dioksidasikan naik 2- 2,5
kalinya, dan aktifitas optimal didapatkan didaptkan pada suhu sekitar 38 °C. Asam askorbat
oksidase berperan dalam batas yang luas dari pH 4-7, tetapi pengaruh maksimal adalah antara pH
5,6 – 6,0 dan jika ph diturunkan 2,0 maka enzim menjadi inaktif.
Terdapat pada bahan makanan:Tanaman kobis Cucurbita mexima (labu), ketimun, apel, selada, cress (sejenios seledri yang
daunnya pedas) buah persik, bunga kol, sejenis bayam, kacang hijau, kapri, wortel, kentang,
pisang, tomat, beet dan koherabsi. Cucurlistacea (ketimun, labu, dan melon kuning) lebih kaya
akan asam askuorbat oksidase daripada spesies yang lain.
Pengaruh terhadap tubuh manusia.Tanaman juga mengandung beberapa senyawa yang mencegah oksidasi atau mereduksi asam
askorbat sehingga tanaman menjadi miskin vitamin C. Secara umum kandungan asam askorbat
berbanding terbalik dengan aktifitas asam askorbat oksidase. Asam askorbat oksidase dapat
mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat intake zat gizi yang kurang dari makanan.
Cara mengurangi konsumsi senyawa iniKerja enzim dihambat oleh pemanasan enzim selamam 1 menit pada suhu 100 °C dan
sangat berkurang oleh perlakuan sulfur dioksida dan dalam larutan gula pekat, enzim juga
dihambat sangat kuat oleh flavonoids dari buah – buahan.
Kekurangan & Kelebihan Vitamin C (asam askorbat) Vitamin C (asam askorbat)
terdapat dalam buah-buahan asam, tomat, kentang, kubis dan cabe hijau.
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan ikat.
Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan membantu penyembuhan luka bakar atau luka
lainnya.
Seperti halnya vitamin E, Vitamin C juga merupakan antioksidan.
KEKURANGAN VITAMIN C
Kebutuhan akan Vitamin C meningkat secara berarti dan merupakan resiko terjadinya
kekurangan pada berbagai keadaan berikut:
- Kehamilan
- Menyusui
- Tirotiksikosis (hiperaktivitas kelenjar tiroid)
- Berbagai jenis peradangan
- Pembedahan
- Luka bakar.
Pada bayi yang berusia 6-12 bulan, kekurangan Vitamin C dalam susu formula atau
makanan padatnya dapat menyebabkan scurvy.
Gejala awalnya berupa rewel, nyeri jika badannya bergerak, kehilangan nafsu makan dan tidak
mengalami penambahan berat badan.
Tulang-tulangnya tipis/kecil dan sendi-sendinya menonjol.
Yang khas adalah terjadinya perdarahan dibawah jaringan pelindung tulang dan di sekitar gigi.
Pada orang dewasa, scurvy bisa terjadi apabila melakukan diet, yang hanya mengandung
daging dan tepung atau teh, roti bakar dan sayuran kalengan, yang kesemuanya merupakan
makanan yang khas dimakan oleh orang tua yang tidak bernafsu makan.
Setelah beberapa bulan mengkonsumsi makanan tersebut, akan terjadi perdarahan dibawah kulit,
terutama di sekitar akar rambut, dibawah kuku jari tangan, di sekitar gusi dan di dalam
persendian. Penderita akan tampak depresi, lelah dan lemah. Tekanan darah dan denyut jantung
menjadi naik turun (berfluktuasi). Pemeriksaan darah menunjukkan kadar Vitamin C yang sangat
rendah. Pada bayi dan orang dewasa, scurvy diobati dengan Vitamin C dosis tinggi selama 1
minggu, diikuti dengan dosis yang lebih rendah selama 1 bulan.
KELEBIHAN VITAMIN C Vitamin C dosis tinggi (500-10.000 miligram) telah dianjurkan untuk mencegah common cold,
skizofrenia, kanker, hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.
Tetapi hal ini belum mendapatkan dukungan ilmiah yang cukup.
Dosis yang melebihi 1000 miligram/hari menyebabkan:
- diare
- batu ginjal pada orang-orang yang peka
- perubahan siklus menstruasi.
Beberapa orang yang menghentikan asupan Vitamin C dosis tinggi secara tiba-tiba dapat kembali
mengalami scurvy.
PEMBAHASANA.Pengertian dan Klasifikasi Vitamin
Vitamin merupakan suatu molekul organic yang sangat diperlukan tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal.1 Sedangkan dalam buku Dasar-Dasar Biokimia
jilid 1, pengertian vitamin adalah senyawa organic dalam jumlah mikroyang sangat esensial
dalam fungsi kebanyakan bentuk tubuh, tetapi tidak dapat disintesa oleh beberapa organisme dan
harus di peroleh dari luar tubuh.2 Sebagai pengecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat
dalam kulit asalkan kulit cukup terkena sinar matahari.
Vitamin dikelompokkan menjadi 2 golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak
yaitu vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan B.3 Fungsi
khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga
berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan,
sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah. Tubuh membutuhkan
jumlah yang berbeda untuk setiap vitamin. Setiap orang punya kebutuhan vitamin yang berbeda.
Anak-anak, orang tua, orang yang menderita penyakit atau wanita hamil membutuhkan jumlah
yang lebih tinggi akan beberapa vitamin dalam makanan mereka sehari-hari.
B.Vitamin yang Larut Dalam Air
Vitamin ini terdiri dari vitamin B dan vitamin C. Kedua vitamin ini diberi nama
berdasarkan label dari tabung-tabung percobaan pada saat vitamin tersebut ditemukan.
Selanjutnya diketahui bahwa tabung percobaan dengan vitamin B ternyata mengandung lebih
dari satu vitamin, yang kemudian diberi nama B1, B2 dst. Kedelapan vitamin B berperan penting
dalam membantu enzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan dalam
pembuatan DNA dan sel-sel baru.4
a.Vitamin C
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan
serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai
antioksidan semakin sering dijumpai. Oksidasi akan terhambat bila vit C dibiarkan dalam
keadaan asam atau pada suhu rendah. Kelenjar adrenalin mengandung vit C yang sangat
tinggi. Kelebihan vit C dibuah melalui air kemih.
Vitamin C berhasil di isolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932
ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert Szent-
Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk
penemuan ini.5
Rumus bangun vitamin C,Reaksi metabolisme vitamin C.
Sumber-sumber utama
Sayuran dan buah-buahan terutama buah segar dan buah yang mentah. Misalnya: Jeruk
merupakan sumber utama vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan
strawberi mengandung vitamin C bermutu tinggi dll.
Peran Vit C
Oksidasi fenilalanin menjadi tirosin Reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran
pencernaan Mengubah asam folat menjadi bentuk aktif asam folinat Sintesa hormon2 steroid dari
kolesterolKekurangan Vitamin C. Kekurangan vit C menyebabkan penyakit sariawan atau
skorbut. Penyakit skorbut jarang pada bayi biasanya antara 6-12 bulan. Gejala-gejalanya: terjadi
pelunakan tenunan kolagen, infeksi dan demam. Juga timbul sakit, pelunakan dan pembengkakan
kaki bagian paha. Pada anak yang giginya telah tumbuh, gusi membengkak, lunak dan terjadi
pendarahan. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vit
C dalam makanannya. Gejalanya: pembengkakan dan pendarahan pada gusi, kaki menjadi lunak,
anemia. Akibat yang parah adalah gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Penyakit sariawan yang
akut disembuhkan dengan pemberian 100-200 mg vit C per hari dalam beberapa waktu.7
Aktivitas Redoks Seluler Asam Askorbat
Asam askorbat adalah mikronutrien esensial yang diperlukan oleh sejumlah fungsi
seluler. Pentingnya mempertahankan kadar askorbat intraseluler ditunjukkan pada banyaknya
mekanisme potensial yang tersedia untuk mendaur ulang askorbat dari produk oksidasi AFR dan
DHA dengan satu dan dua elektron. Daur ulang askorbat menghabiskan NAD(P)H dan GSH,
melalui hal inilah askorbat dapat memengaruhi jalur metabolik. Misalnya, jalur pentosa fosfat
akan terstimulasi, karena menyuplai NADPH. Semakin jelas bahwa askorbat juga dapat
memodulasi jalur signaling dan memengaruhi ekspresi gen. Beberapa efek antara lain
peningkatan ekspresi kolagen oleh stabilisasi mRNA-nya, memengaruhi maturasi dan
diferensiasi sel, memodulasi faktor transkripsi NF-κB dan AP-1, serta memodulasi pembentukan
NO. Meskipun beberapa aksi ini tidak khas dan sangat tergantung kondisi, namun cukup jelas
bahwa askorbat bukanlah sekedar reduktor.
Sifat Asam Askorbat
Asam askorbat adalah lakton enam karbon yang secara struktural mirip glukosa. Glukosa
memicu sintesis asasm askorbat pada binatang yang mampu menyintesis asam askorbat. Primata
adalah salah satu dari sedikit binatang yang tidak memiliki kemampuan untuk menyintesis asam
askorbat dan harus memperolehnya dari makanan. Zat ini juga diketahui sebagai vitamin C.
Istilah asam askorbat berasal dari percobaan pada kasus scurvy (penyakit defisiensi vitamin C)
dimana “faktor skorbutik” digunakan untuk mendeskripsikan suatu zat, yang sekarang dikenal
sebagai vitamin C, ditemukan dalam buah jeruk yang dapat mencegah timbulnya scurvy.
Struktur asam askorbat dan hasil oksidasinya ditunjukkan pada gambar 12.1. Karena hidroksil
pada posisi C3 memiliki sebuah pKa 4.2, secara fisiologi pH asam askorbat menunjukkan ion
askorbat dan karenanya berhubungan dengan askorbat yang dibahas kali ini. Kehilangan satu
elektron akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas askorbat (AFR) yang juga diketahui
sebagai semi-dehidroaskorbat. Apabila tidak dibentuk kembali menjadi askorbat, maka akan
bermutasi dengan cepat menjadi dehidroaskorbat (DHA). Dengan proses yang sama DHA dapat
dibentuk dari oksidasi dua elektron askorbat. Dengan demikian, sebagai donor elektron, askorbat
dapat berperan dalam reaksi transfer satu atau dua elektron. Askorbat dan AFR memiliki
potensial untuk mereduksi satu elektron yang cenderung rendah yaitu 282 dan -174 mV, dan
memungkinkan kedua molekul ini untuk bereaksi dan mereduksi berbegai spesies. Hal inilah
yang menyebabkan askorbat menjadi agen reduksi kuat dan sebagian besar fungsi biokimianya
dihubungkan dengan sifat-sifat reduksi. Hasil oksidasi askorbat akan mengalami daur ulang.
Apabila tidak, cincin lakton pada DHA akan pecah dan membentuk asam 2,3-diketogulonat dan
akhirnya membentuk asam oksalat sebagai hasil metabolik dan ekskretorik utama dari askorbat.
Fungsi askorbat telah dibahas dan hanya diringkaskan disini. Pada mamalia, askorbat dibutuhkan
dalam bentuk donor elektron untuk enam enzim yang memiliki aktivitas mono-
oksigenase atau di-oksigenase. Mono-oksigenase adalah dopamin β-hidroksilase, yang merubah
dopamin menjadi noradrenalin, dan peptidil-glisin α-mono-oksigenasae yang merubah peptida
dengan sebuah terminal C-glisin menjadi peptida dengan terminal C-amida. Di-oksigenase
adalah prolyly 4-hydroxylase, prolyl 3-hydroxylase, dan lysyl hydroxylase, yang merubah residu
prolin atau lisin menjadi residu yang terhidroksilasi selama proses biosintesis kolagen;
trimetillisin hidroksilase dan γ-butirobetaine hidroksilase, yang merubah trimetillisin menjadi
hidroksitimetillisin dan trimetilaminobutirat menjadi karnitin; dan hidroksifenilpiruvat
dioksigenase, yang merubah hidroksifenilpiruvat menjadi asam homogentisat dalam katabolisme
tirosin. Peran askorbat juga adalah sebagai sumber elektron (seperti tembaga yang mengandung
mono-oksigenase), atau untuk mereduksi kofaktor besi pada bagian aktif di-oksigenase yang
mengalami oksidasi besi selama siklus katalitik.
Askorbat memilki sifat antioksidan yang baik dalam mendeteksi spesies oksigen reaktif
(ROS) dan spesies nitrogen reaktif, serta mendaur ulang α-tokoferol yang teroksidasi.
Singkatnya, sistem in vitro telah menunjukkan askorbat sebagai pendeteksi superoksida,
hidroksil, hidrofilik peroksil, thiyl, dan radikal nitroksida sebaik asam hipoklorit dan hidrogen
peroksida. Hal ini telah dikemukakan secara rinci sebelumnya.
Fungsi lain askorbat adalah dalam metabolisme besi dengan mempertahankan besi pada tingkat
reduksi askorbat sehingga memicu penyerapan besi. Selain itu askorbat juga memobilisasi besi
dari deposit feritin.
Gejala klasik dari defisiensi askorbat, yang disebut scurvy, dapat secara langsung
dihubungkan dengan fungsi askorbat terutama dalam aksi enzim. Sebagai contoh, salah satu dari
gejala awal adalah kelelahan dan hal ini dapat dijelaskan dengan karnitin yang diperlukan untuk
siklus kelompok akil sapanjang mitokondria untuk β-oksidasi dan produksi energi. Gejala yang
paling khas dari scurvy adalah luka yang susah sembuh, hemoragik, dan nyeri yang berhubungan
dengan kekurangan kolagen. Hidroksilasi yang tidak sempurna pada residu prolin dan lisin akan
merusak bentuk normal tripel-heliks dan cross-linking dari serat kolagen.
Aspek Nutrisi
Askorbat ditemukan terutama pada buah dan sayuran, dengan kandungan tertinggi pada
buah terdapat dalam jeruk dan berri, selain itu pada sayuran terdapat dalam sayur hijau seperti
brokoli, kol, taoge dan merica. Kebutuhan harian yang direkomendasikan untuk askorbat pada
pria dewasa berkisar 40 mg/hari untuk Inggris sampai 90 mg/hari untuk Amerika dan meningkat
sebanyak 35 mg/hari pada perokok untuk mengimbangi kenaikan jumlah askorbat yang
dirombak. Satu kali penyajian buah atau sayur dapat mengandung 30 mg askorbat, kebutuhan ini
dapat dipenuhi dengan makanan yang sehat. DHA juga terdapat dalam makanan, terhitung ~10-
20% dari vitamin C, sementara dapat juga dibentuk melalui oksidasi askorbat pada traktus GI.
Absorpsi askorbat secara primer tergantung pada sodium-dependent vitamin C transporter
(SVCT1) pada traktus GI atas. Proses ini efisien dan spesifik serta membutuhkan dua ion untuk
mentransfer satu molekul askorbat. DHA diabsorpsi melalui proses sodium-independen yang
difasilitasi proses difusi, dengan mekanisme yang belum diketahui. Pada penelitian terhadap
manusia, Levine menyatakan bahwa bioavailabilitas askorbat hampir 100% pada dosis 15-200
mg. Dengan demikian, bioavailabilitas berkurang seiring dengan peningkatan dosis sampai
~50% untuk dosis 1 gr, dan ~20% untuk dosis 5 gr. Dalam sel intestinal yang dikultur,
pemaparan askorbat jangka panjang menyebabkan berkurangnya ekspresi transporter askorbat
intestinal SVCT dalam sel CaCo-2, yang mungkin dapat menjelasakan penurunan
bioavailabilitas pada dosis tinggi. Hal ini serupa dengan askorbat dosis tinggi yang akan
menyaturasikan sistem transpor. Flavonoid seperti quercitin telah diketahui dapat menghambat
uptake askorbat. Bioavailabilitas askorbat yang berasal dari makanan memiliki kesamaan dengan
askorbat sintetik. Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas adalah glukosa, yang menghambat
absorpsi askorbat tapi tidak menghambat absorpsi DHA, dan zat apapun yang dapat
menghancurkan askorbat. Tidak terdapat data yang menjelaskan tentang bioavailabilitas DHA.
Setelah absorpsi enterosit, askorbat ditransfer sepanjang membran basolateral ke dalam
peredaran darah melalui sodium-dependent vitamin C transporter 2 (SVCT2). Askorbat setara
dengan 95% vitamin C di dalam darah dan apabila tidak terdapat transfer protein tetap mampu
untuk beredar bebas dan berhubungan dengan ruang intraseluler.
Transporter askorbat SVCT1 dan 2 juga berperan dalam uptake seluler. Karena beberapa
jaringan mengakumulasi askorbat, proses transfer harus melawan gradien konsentrasi. Lokalisasi
spesifik dalam jaringan menggambarkan fungsi utama askorbat untuk jaringan tersebut. Jaringan
yang aktif mengakumulasi askorbat adalah adrenal, leukosit, sel mesenkim (otot, kartilago, dan
sel tulang), pituitary, paru, hati, dan mata. Transfer DHA tergantung pada sodium dan energi
serta melalui transporter GLUT1 dan GLUT3. Transfer DHA diketahui lebih cepat 10 kali lipat
dibandingkan askorbat dalam netrofil. Sekali ditransfer, DHA segera direduksi menjadi askorbat,
dan dengan demikian mencegah pembalikan transfer. Askorbat yang dilepaskan dari sel dapat
diabaikan.
Kesimpulan
Vitamin c merupakan vitamin yang tidak dapat dihasilakan oleh tubuh dan harus didapatkan dari
bahan pangan.
Vitamin c sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai antibodi atau mempertahan daya
tubuh vitamin c juga sebagai anti oksidan bagi tubuh.
Vitamin c merupakan vitamin yang larut dalam air dan lebih stabil bila berada dalam pH asam.
Daftar pustaka
1. Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991. Vitamin C: Its Chemistry and Biochemistry. Hal : 97-100. The Royal Society of Chemistry: Cambridge.
2. Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002. Vitamin C equivalent antioxidant capacity (VCEAC) of phenolic phytochemicals. J Agric Food Chem 50(13):3713–17.
3. Gyorgi AS. 1931. Vitamin C, Muscles, and WWII. Szeged: 1931-47.4. Bednar C, Kies C. 1994. Nitrate and vitamin C from fruits and vegetables: Impact of
intake variations on nitrate and nitrite excretions of humans. Plant Foods Hum Nutr 45:71-80
5. Naidu KA. 2003. Vitamin C in human health and disease is still mistery? An Overview. J Nutr 2:7
6. http://ariffadholi.blogspot.com/2010/06/vitamin-yang-larut-dalam-air.html
7. http://banyakbaca.wordpress.com/2010/03/13/aktivitas-redoks-seluler-asam-askorbat/
8. http://medicastore.com/penyakit/274/ Kekurangan_&_Kelebihan_Vitamin_C_(asam_askorbat).html
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_askorbat
Archive for: asam askorbat
Vitamin C Kurang Efektif Menyembuhkan Flu
May 13, 2009 BioHealth 3 comments
Banyak diantara kita yang ketika kita terserang flu segera berfikir untuk meminum jus jeruk atau suplemen vitamin C. Tetapi apakah cara tersebut memang efektif untuk menyembuhkan flu?
Buah jeruk, grapefruits dan makanan lainnya yang mengandung vitamin C memang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tetapi setelah berbagai penelitian dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa vitamin C hanya memiliki sedikit efek untuk menyembuhkan ataupun mencegah penyakit flu.
Definisi Vitamin C
Vitamin C adalah asam ascorbat, namun untuk menghindari efek meningkatnya keasaman lambung, vitamin C sering disajikan dalam bentuk garam natrium ascorbat.
Asam Askorbat
Vitamin C Kurang Efektif Bagi Penderita Flu
Penelitian terbaru mengenai vitamin C, yang dipublikasi sekitar awal tahun ini dalam Cochrane Database of Systematic Reviews, mengevaluasi berbagai penelitian mengenai vitamin C selama beberapa dekade terakhir, yang melibatkan 11.000 subjek yang mengkonsumsi 200 mg atau lebih vitamin C setiap harinya. (Batas konsumsi vitamin C yang direkomendasikan oleh pemerintah Amerika adalah 60 mg per hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin C hanya sedikit berpengaruh untuk mengurangi atau mengobati sakit flu pada sebagian besar populasi. Tetapi bagaimanapun, hasil penelitian terhadap sebagian besar kelompok orang yang sering mengalami stress fisik (seperti atlet maraton, anggota militer dsb) menunjukkan bahwa vitamin C dapat menurunkan resiko mereka untuk terjangkit penyakit flu. Jika para atlet tersebut menkonsumsi vitamin C sesuai dosis yang dianjurkan setiap hari, maka kemungkinan mereka untuk terjangkit penyakit flu akan berkurang 50%.
Untuk orang-orang normal seperti kita, bagaimanapun juga meminum jus jeruk tidak akan terlalu banyak berpengaruh untuk mencegah penyakit flu. Seperti dikatakan Robert Douglas (Presiden The Public Health Association di Australia), “Jutaan orang yang mengkonsumsi vitamin C dengan dosis tinggi dengan asumsi bahwa akan mencegah penyakit flu sebenarnya tidak memiliki landasan yang kuat”.
Sejarah Hubungan Vit. C dengan Sakit Flu
Lalu bagaimana awal ceritanya sehingga vitamin C dihubungkan dengan obat flu?
Semuanya berawal dari Linus Pauling – seorang peraih Nobel Kimia yang hidup dari tahun 1901 hinga 1994. Pada tahun 1970, Pauling menulis buku “Vitamin C and the Common Cold,” yang mempopulerkan pernyataan bahwa jenis vitamin tersebut dapat mencegah seseorang terjangkit penyakit-penyakit ringan. Tetapi menurut Thomas Hager – penulis biografi Linus Pauling – “Buku tersebut diterbitkan dengan latar belakang sains yang kurang baik, dan tidak ada bukti yang mendukung pernyataan tersebut”.
“Pauling menerbitkan buku yang sangat berpengaruh tersebut tanpa menuliskan sedikitpun mengenai jurnal ilmiah di judul dan referensinya serta tanpa bukti yang cukup”, tambah Thomas Hager.
Mengkonsumsi Vit. C Kebiasaan Yang Baik
Walaupun efek dari vitamin C untuk menyembuhkan penyakit flu tidak ada, tetapi dokter hanya sedikit termotivasi untuk memperbaiki pernyataan mengenai vitamin C tersebut, dikarenakan konsumsi vitamin C bukanlah suatu ancaman bagi kesehatan publik. (Bahkan, beberapa penelitian telah menghubungkan sifat antioksidan dari vitamin C dengan mengurangi resiko kanker).