MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh. Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak, diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Untuk mengetahui adanya suatu vitamin dalam suatu bahan

Transcript of MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

Page 1: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan

tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan

dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan

memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula

memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh

dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah

sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita

akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.

Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu,

asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan

metabolisme pada tubuh.

Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak,

diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti

vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Untuk mengetahui

adanya suatu vitamin dalam suatu bahan diperlukan suatu analisa baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam

bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar vitamin yang diperlukan oleh

tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang dapat mengganggu

kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas analisis

mengenai beberapa jenis vitamin yakni vitamin B vitamin C dan vitamin K

dengan beberapa metode baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan vitamin B, vitamin C dan vitamin K?

2. Bagaimana metode analisis yang digunakan?

Page 2: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

I.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini yakni untuk mengetahui apa

saja metode yang digunakan untuk menganalisis vitamin B, Vitamin C dan

Vitamin K baik secara kualitatif dan kuantitatif.

Page 3: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

BAB II

ISI

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan

tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan

dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan

memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Dalam makalah ini akan

dibahas 3 vitamin yakni vitamin B, Vitamin C dan vitamin K .

II.1 UJi Kualitatif dan Kuantitatif vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang termasuk dalam kelompok vitamin larut

dalam air dan dikenal sebagai vitamin anti askorbut karena dapat menyembuhkan

penyakit skorbut (Wardani,2012). Fungsi lain dari vitamin C adalah sebagai

antioksidan, penghasil senyawa transmiter saraf dan hormon tertentu, membantu

memperbaiki sel tubuh dan meningkatkan kerja enzim sebagai faktor penyerap

dan pengguna zat gizi lainnya. Juga mengurangi tekanan darah tinggi,

menurunkan kolesterol darah, mengurangi risiko penyakit jantung dengan

melindungi kerusakan jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh

makanan kaya lemak. Untuk dapat mengetahui kandungan yang terdapat dalam

vitamin C maka dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif.

A. Analisis kualitatif Vitamin C

Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa

metode diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan dengan

menggunakan pereaksi benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:

1. Titrasi Asam Basa

Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke

dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes

NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan

hingga rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positif

timbul warna kuning.

2. Menggunakan pereaksi benedict

Page 4: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan dimasukkan

kedalam tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5 tetes.

Kemudian ditambah 15 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan diatas

api kecil sampai mendidih selama 2 menit. Adanya perubahan warna

hijau kekuningan menandakan adanya vitamin C pada sampel.

B. Analisis kuantitatif vitamin C

Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa

metode, diantaranya:

1. Metode iodimetri

Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode

iodometri (titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat

digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya. Prosedur

penetapan kadar vitamin C secara iodometri: Sekitar 400 mg asam

askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang

terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfat encer.

Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji

sampai terbentuk warna biru.

2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)

Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat

mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-

diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada

titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan

berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifik

karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu

penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril,

tiosulfat, riboflavin dll.

3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin

Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL

natrium nitrit 0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah

75 mL n-butil alcohol dan dicampur. Larutan ini selanjutnya

ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan dipindahkan ke dalam

Page 5: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL natrium

hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga

kali dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan

hasil cucian dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL.

absorbansi larutan diukur terhadap blangko pada 570 nm.

4. Metode spektrofotometri

Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi

maksimum pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan

bergeser oleh adanya asam mineral. Asam askorbat dalam asam

sulfat 0,01 N memiliki panjang gelombang maksimal 245 nm..

5. Metode spektrofluorometri

Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier

pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8.

Suatu hubungan linier diperoleh antara penurunan intensitas

fluoroensi MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai

6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-7 m. metode ini telah

sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam tablet

suplemen vitamin.

6. Metode kromatografi

Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah

dikembangkan untuk penentuan asam askorbat dalam minimum

ringan dan jus apel menggunakan tris 2,2-bipiridin ruthenium II.

Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan analisis dengan

KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan. Pemisajhan

asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)

menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH

6,5). Aliran fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi

dicampur dengan (Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V

(dengan elektroda Ag/AgCl).

Page 6: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

II.2 Uji Kualitatif dan Kuantitatif vitamin B

A. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B1

1. Uji kualitatif :

Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk

(sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambhkan 3 tetes NaOH

30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian dikocok

hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran tersebut

di bawah lampu ultraviolet. Apabila hasil campuran tersebut menjadi

berwarna biru maka uji positif pada sampel.

2. Uji Kuantitatif :

Metode Kolorimetri

Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin dengan 6-

aminotimol yang telah didiazotasi. Hasil peruraian tiamin tidak

menghasilkan warna dengan pereaksi ini. Dekstrosa, laktosa, maltosa,

sukrosa, tepung, kasein, gelatin, pepton, urea, gliserofosfat dan logam

berat, dengan kadar 100 kali lebih besar dari kadar tiamin tetap tidak

mengganggu. Riboflavin, asam nikotinat, nikotinamid, piridoksin,

asam pantotenat, guanin, adenin, triptopan, tirosin dan histidin yang

terdapat dengan kadar 20 kali lebih besar daripada kadar tiamin juga

tidak mengganggu. Pereaksi 6-aminotimol dibuat dengan melarutkan

50 mg 6-aminotimol dalam 50 mL asam klorida 0,35% dan

mengencerkannya dengan air secukupnya hingga 200 mL. Prosedur

penetapan kadar tiamin murni dengan pereaksi 6-aminotimol:

Sejumlah 5,0 pereaksi 6-aminotimol didinginkan dengan es, ditambah

2,0 mL natrium nitrit 0,1%, lalu dicampur dan didiamkan selama 1

menit. Larutan selanjutnya ditambah 5,0 mL natrium hidroksida 20%

dan diencerkan dengan air secukupnya sampai 20,9 mL. Sejumlah 1,0

pereaksi ini ditambah 1,0 larutan sampel. Setelah 5 menit larutan

diencerkan dengan air untuk mendapatkan absorbansi yang sesuai.

Digunakan larutan blanko.

Page 7: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

Jika larutan sampel telah berwarna atau keruh, dilakukan

penetapan seperti diatas kemudian warna yang terjadi disari dengan

campuran pelarut yang terdiri atas 90 mL toluen yang telah didestilasi

ulang (redestilasi) dan 10 mL n-butanol. Lapisan pelarut organik

dipisahkan dan ditambah ± 1 gram natrium sulfat anhidrat untuk

mengeringkan pelarut lalu diukur absorbansinya.

Metode Alkalimetri

Adanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasi

dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom timol

biru. Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode

alkalimetri: Lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang

seksama, dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu dititrasi dengan

NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Tiap mL NaOH

0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida. Berat ekivalen

(BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri adalah

sama dengan berat molekulnya (BM). Hali ini disebabkan karena tiap

1 mol tiamin hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.

Metode Titrasi Bebas Air (TBA)

Tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi

dengan asam perklorat dengan sebelumnya ditambah raksa (II) asetat

berlebihan. Kedua atom nitrogen dalam tiamin hidroklorida tertitrasi

sehingga berat ekivalennya setengah dari berat molekulnya. Sebagai

indikator dapat digunakan p-naftol benzen, merah kuinaldin, atau

dengan kristal violet.

Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode TBA: Lebih

kurang 250 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama ditambah

10 mL asam asetat glasial, 10 mL  raksa (II) asetat 5% dalam asam

asetat glasial, dan ditambah 20 mL dioksan. Selanjutnya larutan

dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N menggunakan indikator 3 tetes

kristal violet sampai warna biru. Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara

dengan 16,86 mg tiamin hidroklorida. Berat ekivalen (BE) tiamin

Page 8: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

hidroklorida pada penetapan secara titrasi bebas air adalah setengah

dari berat molekulnya (BM/2). Hali ini disebabkan karena tiap 1 mol

tiamin hidroklorida bereaksi dengan 2 mol HClO4.

Metode Argentometri

Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan

secara argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada

penetapan dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika

suasananya basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan

basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan

membentuk endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya

bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.

Prosedur penetapan kadar vitamin B1 secara argentometri:

Lebih kurang 100 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang secara

seksama dilarutkan dalam 20 mL air. Larutan diasamkan dengan asam

nitrat encer dan ditambah 10 mL perak nitrat 0,1 N. Endapan yang

terjadi disaring dan dicuci dengan air sampai tidak  mengandung

klorida. Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan baku ammonium

tiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Tiap

mL perak nitra 0,1 N setara dengan 16,86 mg tiamin hidorklorida.

Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara

argentometri adalah setengah dari berat molekulnya (BM/2). Hal  ini

disebabkan karena tiap 1 mol tiamin hidroklorida (yang mengandung

2 Cl-) bereaksi dengan 2 mol AgNO3.

Metode Gravimetri

Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat

ditetapkan secara gravimetri dengan cara mengendapkan larutan

tiamin menggunakn asam silikowolframat.

Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode gravimetri:

Sejumlah tertentu tablet yang telah ditimbang secara seksama dan

setara dengan lebih kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan

dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu ditambah 2 mL asam

Page 9: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang

telah mendidih ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes

4 mL asam silikowolframat yang baru disaring lalu dididihkan selama

4 menit. Larutan disaring melalui penyaring kaca masir lalu dicuci

dengan 50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume

asam klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam

silikowolframat 0,2% (b/v), kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5

mL aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 105oC selama satu jam lalu

didinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas

larutan asam sulfat 38% dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan

192,9 mg tiamin hidroklorida.

B. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B2

1. Analisis kualitatif Ribofavin (Vitamin B2)

Vitamin B2 disebut juga riboflavin karena strukturnya mirip

dengan gula ribose dan juga karena ada hubungan dengan kelompok

flavin. Riboflavin larut dalam air dan member warna fluorosen kuning-

kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar

ultraviolet, akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan asam.

Kelarutan Riboflavin dalam air bervariasi dari 1 bagian riboflavin dalam

3000 bagian air sampai 1 bagian riboflavin dalam 15.000 bagian air.

Variasi ini disebabkan oleh variasi bentuk kristalnya.

Berdasarkan pada sifat-sifat di atas pada waktu penetapan kadar,

riboflavin harus terhindar cahaya. Penyinaran dengan sinar ultraviolet atau

cahaya tampak terhadap larutan riboflavin dalam basa menghasilkan

lumiflavin sedangkan larutan riboflavin dalam suasana netral atau asam

menghasilkan lumikrom yang berfluorsensi biru.

2. Analisis kuantitatif Ribofavin (Vitamin B2)

Metode spektrofluorometri

Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang

bebas dari senyawa berwarna yang mengganggu atau senyawa

pengganggu lain yang mengandung riboflavin lebih besar dari 0,1 %.

Page 10: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

Cara penetapan langsung dapat digunakan terhadap campuran yang

tidak mengandung senyawa berfluorosensi atau senyawa berwarna yang

larut dalam air atau dalam asam encer. Pengukuran harus dilakukan

secepat mungkin karena riboflavin terurai oleh sinar ultraviolet. Larutan

sampel : Sejumlah serbuk yang ditimbang seksama dan setara dengan

lebih kurang 2,5 mg riboflavin dimasukkan ke dalam labu 250 mL lalu

ditambah 1 mL asam asetat 32,5% dan air secukupnya hingga 200 mL.

Lalu dipanaskan di atas penangas air sambil sering dikocok hingga

riboflavin larut lalu didinginkan hingga suhu 20ºC. Larutan ditambah

air secukupnya hingga 250 mL dan dicampur baik-baik. Larutan

riboflavin baku persediaan I, dibuat dengan melarutkan 50 mg

riboflavin yang telah dikeringkan pada suhu 105 ºC selama 2 jam dalam

asetat 0,02 N secukupnya hingga 500 mL.

Larutan riboflavin baku persediaan II, dibuat dengan cara

menambah 10,0 mL larutan riboflavin baku persediaan I dengan asam

asetat 0,02 N secukupnya hingga 100 mL. Larutan riboflavin baku,

dibuat dengan mengencerkan 10,0 mL larutan riboflavin baku

persediaan II dengan air secukupnya hingga 100 mL.

Metode spektrometri

  Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs

maksimum (λ maks) pada 444 nm.  Cara ini digunakan untuk

menetapkan kemurnian riboflavin atau untuk penetapan riboflavin

dilakukan dengan cara terlindung dari cahaya. Prosedur penetapan

kadar riboflavin tunggal secara spektrofotometri: Sekitar 100 mg

riboflavin yang ditimbang seksama dilarutkan dengan pemanasan dalam

campuran 2 mL asam asetat glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnya

diencerkan dengan air, didinginkan, ditambah air secukupnya hingga

1000 mL. pada 10,0 mL larutan ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 M

kemudian ditambah air secukupnya hingga 100 mL. kadarnya dihitung

dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.

Page 11: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

3. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B6 

1.  Metode spektrofotometri

Pada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin dan piridoksal

menunjukkan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada

maksimum untukketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan buffer

ph 6,75 dapat diterapkan pada panjang gelombag 325 nm. Pada panjang

gelombang ini, piridoksin dan piridoksamin menunjukkan absorbansi

maksimum.

Prosedur penetapan dalam tablet tunggal secara spektrofotometri:

Sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbuk. Pada sejumlah serbuk yang

ditimbang seksama yang setara dengan lebih kurang 25 mg piridoksin

hidroklorida ditambah 50 mL asam klorida 0,1 N sambil diaduk. Larutan

diencerkan dengan asam klorida secukupnya hingga 100 mL. larutan

diukur absorbansinya menggunakan kuvet dengan ketebalan 1 cm pada

panjang gelombang maksimum (291 nm)

2. Metode kolorimetri

Metode ini didasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-p-

benzokuin-4-kloromina dengan menghasilkan warna biru yang dapat disari

dengan pelarut organik. Reaksi ini merupakan reaksi umum untuk senyawa

fenol berkedudukan para terhadap gugus hidroksil fenol tidak tersubsitusi.

3. Metode titrasi bebas air

Lebih kurang 300 mg piridoksin hidroklorida yang ditimbang

seksama, dilarutkan dalam 40 mL asam asetat glacial lalu dititrasi dengan

asam perklorat 0,1 N menggunakan indicator 3 tetes Kristal violet samapai

biru hijau. Tiam mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,56 mg

piridoksin hidroklorida.

4. Metode kromatografi

Kromatofrafi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detector

fluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif vitamin

B6 dalam ayam dan bahan makanan lainnya.

Page 12: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

4. Uji kualitatif dan kuantitaif vitamin B12 (sianokobalamin)

Sianokobalamin, C63H88O14N14Pco, merupakan senyawa

kompleks dengan kordinat kobalt berberat molekul 1355,4. Kristal vitamin

B12 cepat menyerab lembab udara. Sianokobalamin bersifat netral dan

mengandung gugus sian. Gugus ini dapat diganti dengan berbagai ion

untuk menghasilkan senyawa baru seperti klorokobalamin dan

hidroksokobalamin. Bila sianokobalamin dihidrolisis dengan asam maka

akan menghasilkan 5,6-dimetilbenzimdazol. Metode penetapan kadar

vitamin (sianokobalamin)

Metode spektrofotometri  B12

Sianokobalamin dalam air menunjukkan absorbansi maksimun

(λ maks) pada 278 ± 1nm, 361 nm dan 550 ±2 nm. Metode

spektrofotometri tidak spesifik untuk sianokobalamina karena

senyawa bewarna merah dan pseudosiokobalamin menunjukkan

spektra absorbansi yang serupa. Metode yang paling sederhana adalah

dengan menetapkan pada 550 nm, tetapi metode ini hanya dapat

digunakan terhadap sianokobalamin yang bebas senyawa pengganggu.

Metode yang lebih peka ialah dengan melakukan penetapan pada

panjang gelombang 361 nm. Prosedur penetapan kadar

sianokobalamin secara spekrofotometri:

Lebih kurang 2 mg sianokobalamin yang ditimbang saksama,

dilarutkan dalam akuades secukupnya dan diencerkan  hingga 50,0

mL. Larutan diukur absorbansinya dengan kuvet 1 cm pada panjang

gelombang 361 nm. Harga E1cm1% pada 361 nm adalah 207.

Metode kromatografi

Metode KCKT telah sukses digunakan untuk pemisahan dan

analisis kuantitatif vitamin B1, B2, dan campuran-campurannya dalam

bebagai macam bahan makanan. Berbagai macam isomer vitamin

B12(sianokobalamin)  yang ada dalam berbagai macam susu juga

telah dipisahkan dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.

Page 13: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

Sianokobalamin diekstraksi dari sampel dengan mencampur 25

mL susu dengan 2-4 mL HCL 0,1 M pH 4,6. Campuran dipanaskan

pada suhu 1200C selama 10 menit dan selanjtnya disaring. pH filtrat

diatur 5,5 dengan natrium hidroksida 0,1 M dan diencerkan dengan

akuades sampai 50mL. Sianokobalamin selanjutnya dipekatkan pada

cartridge oktadesil silan yang telah dikondisikan dengan 2 mL

asetonitril dan dicuci dengan 6 mL akuades. Filtrat selanjutnya

dilewatkan melalui cartridge dan selanjutnya cartridge dicuci dengan

12 mL air. Sianokobalamain dengan asetonitril: iar(1:1 v/v) dan

dipisahkan dengan kolom oktil silika. Elusi gradien dimulai dengan

asetonitril: larutan amonium fosfat pH 3,0 (5:95) lalu konsentrasi

asetonitril ditingkatkan samapi 30% selama 16 menit. Konsentrasi

vitamin B12 selanjutnya dengan metode radioassay.

II.3 Analisis kualitatif dan kuantitatif Vitamin K

Analisis kuantitatif dari vitamin K dapat dilakukan menggunakan metode

HPLC. Dimana contoh sampel yang dgunakan adalah kentang goring,

sandwich, sereal, dan makanan yang dipanggang. Sampel yang digunakan

biasanya mengandung filokuinon dan dihidrophillokuinone.

Page 14: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

BAB III

PENUTUP

Page 15: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

DAFTAR PUSTAKA

Elmira,B, dkk. 2013. Metode Analisa Management Laboratorium Vitamin.

Malang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya

Rahmawaty,F,dkk. 2012. Kajian Aktivitas Antioksidan Produk Olahan Buah

Jambu Merah (Psidium guajava L.). Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia

Page 16: MAKALAH ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF VITAMIN B, C K.docx

Makalah Analisis Farmasi II

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

VITAMIN C , VITAMIN B DAN VITAMIN K

DENGAN MENGGUNAKAN METODE

TERTENTU

O L E H

KELOMPOK III

Zikriana Adiwarsa Mahmud

Siti Nurtiah Arsad

Sri Maryana Moha

Sapriliya Kaku

Munafri A. Tahir

Sri Novita

Kelas A/S1 Farmasi

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014