Penentuan Kadar Vitamin c

47
KTI ; KADAR VITAMIN C PADA JAMBU BIJI MERAH PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari. Diantara kegunaan vitamin ini yaitu sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol. Dikarenakan khasiat penting yang terkandung dalam vitamin C itulah, maka banyak orang yang memburu sumber-sumber vitamin C baik dalam bentuk alami maupun dalam bentuk kemasan tablet. Akan tetapi banyak persepsi orang yang salah berkaitan dengan sumber vitamin C dalam bentuk alami. Kebanyakan orang mengira bahwasanya buah yang paling banyak mengandung vitamin C adalah jeruk. Padahal kandungan vitamin C pada jeruk jauh lebih sedikit dari pada jambu biji merah. Setelah ditemukannya penelitian yang mengungkapkan bahwa jambu biji merah mengandung banyak vitamin C, zat antioksidan dan antikanker yang berguna bagi kesehatan diantaranya menurunkan kadar kolesterol darah, mengobati infeksi, mengobati sariawan, memperlancar peredaran darah, melancarkan saluran pencernaan, mencegah kontipasi dan

Transcript of Penentuan Kadar Vitamin c

Page 1: Penentuan Kadar Vitamin c

KTI ; KADAR VITAMIN C PADA JAMBU BIJI MERAH

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vitamin C merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana

dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari. Diantara kegunaan vitamin ini yaitu sebagai

senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari

pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol.

Dikarenakan khasiat penting yang terkandung dalam vitamin C itulah, maka banyak

orang yang memburu sumber-sumber vitamin C baik dalam bentuk alami maupun dalam

bentuk kemasan tablet. Akan tetapi banyak persepsi orang yang salah berkaitan dengan

sumber vitamin C dalam bentuk alami. Kebanyakan orang mengira bahwasanya buah

yang paling banyak mengandung vitamin C adalah jeruk. Padahal kandungan vitamin C

pada jeruk jauh lebih sedikit dari pada jambu biji merah.

Setelah ditemukannya penelitian yang mengungkapkan bahwa jambu biji merah

mengandung banyak vitamin C, zat antioksidan dan antikanker yang berguna bagi

kesehatan diantaranya menurunkan kadar kolesterol darah, mengobati infeksi, mengobati

sariawan, memperlancar peredaran darah, melancarkan saluran pencernaan, mencegah

kontipasi dan menyembuhkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kini sebagian

masyarakat cenderung mengkonsumsi buah ini dalam jumlah banyak. Tetapi banyak

penemuan itu tidak sedikitpun menjelaskan tentang berapa kadar vitamin C pada buah

tersebut.

Disini peneliti ingin menghitung berapa kadar vitamin C pada jambu biji merah yang

disebut-sebut sebagai penghasil vitamin C terbanyak pada katagori buah-buahan ini.

B. Rumusan Masalah

Berapa kadar vitamin C pada jambu biji merah?

Page 2: Penentuan Kadar Vitamin c

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mentukan kadar vitamin C pada jambu biji merah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diantaranya :

1. Untuk diri sendiri

Peneliti dapat mengetahui salah satu cara analisis volumetri dengan

metode Iodimetri untuk menentukan kadar vitamin C dalam buah segar.

2. Untuk masyarakat luas

Masyarakat dapat mengetahui secara benar bahwa jambu biji merah

sumber vitamin C dengan kandungan tinggi.

KAJIAN PUSTAKA

A. Vitamin C

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk

kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama

kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan

antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh

karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.

Vitamin C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai

proses penting mulai dari pembuatan kolagen ( protein berserat yang membentuk

jaringan ikat pada tulang ), pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai

reaksi enzimatik, memacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu

Page 3: Penentuan Kadar Vitamin c

imunitas. Selain itu, vitamin C sangat diperlukan tubuh untuk penyembuhan luka dan

meningkatkan fungsi otak agar dapat bekerja maksimal.

Sumber vitamin C yang penting di dalam makanan terutama berasal dari buah-buahan

dan sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewani pada

umumnya bukan merupakan sumber vitamin C yang tinggi. Sayuran segar

mengandung kadar vitamin C yang lebih sedikit dibandingkan dengan buah-buahan.

B. Jambu Biji

1. Jenis-jenis dan Klasifikasi Jambu Biji

Jambu batu (Psidium guajava L.) atau sering juga disebut jambu biji, jambu siki dan

jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil, disebarkan ke Indonesia

melalui Thailand. Jambu batu memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging

buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal

mengandung banyak vitamin C.

Beberapa macam/kultivar jambu biji dikenal di Indonesia, sebagian dikenal sejak

lama, sebagian merupakan introduksi dari negara lain yaitu diantaranya :

a. Jambu Pasarminggu

Jambu pasarminggu yang merupakan ras lokal ini memiliki dua varian yaitu :

1. Berdaging buah putih

Jambu jenis ini berdaging putih, dikenal sebagai jambu 'susu putih', lebih

digemari karena rasanya manis, daging buahnya agak tebal, dan teksturnya

lembut.

2. Berdaging buah merah

Jambu jenis ini kurang disukai karena buahnya cepat membusuk dan rasanya

kurang manis. Kulit buahnya tipis berwarna hijau kekuningan bila masak.

Page 4: Penentuan Kadar Vitamin c

Bentuk buahnya agak lonjong dengan bagian ujung membulat, sedangkan

bagian pangkal meruncing.

b. Jambu australia

Jambu biji australia diintroduksi dari Australia. Kekhasannya adalah daunnya

berwarna merah keunguan. Walaupun buahnya dapat dimakan, biasanya orang

menanam di pekarangan lebih sebagai tanaman hias. Buahnya manis bila sudah

masak, tetapi tawar bila belum matang.

c. Jambu 'sukun'

Kata "sukun" berarti "tidak berbiji". Jambu varietas unggul ini memang tidak

memiliki biji. Kalaupun ada hanya 2-3 biji. Daging buahnya putih kekuningan

dengan rasa manis agak asam. Teksturnya agak keras, renyah, dan beraroma

wangi. Bentuk buahnya mirip apel, dengan ukuran panjang antara 4-5 cm. Kulit

buahnya bila matang berwarna hijau keputihan. Jambu sukun dapat berproduksi

terus menerus sepanjang tahun, meskipun relatif sedikit. Namun demikian, jenis

jambu ini relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

d. Jambu bangkok

Jambu bangkok merupakan sebutan untuk jambu biji dengan buah yang besar.

Beberapa memang diintroduksi dari Thailand. Salah satunya adalah 'jambu sari'.

Bentuk buahnya bulat sempurna dengan garis tengah sekitar 10 cm. Ukuran buah

mentahnya lebih besar dari pada ketika matang.

Page 5: Penentuan Kadar Vitamin c

Gambar 1. Jambu pasar minggu berjenis merah

Jambu biji secara taksonomi tergolong kedalam famili Myrtaceae, genus Psidium,

spesies guajava. Karena itu, dalam bahasa Latin disebut Psidium guajava. Dalama

bahasa Inggris jambu biji dikenal sebagai guava, sedangkan di Indonesia disebut juga

jambu batu, jambu klutuk, atau jambu siki.

Klasifikasi ilmiah jambu biji ( Psidium guajava L.) adalah sebagai berikut

Regnum :Plantae

Divisio :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Myrtales

Familia :Myrtaceae

Genus :Psidium

Spesies :Psidium guajava

Nama binomial :Psidium guajava L.

(wikipedia.com)

2. Kandungan Jambu biji

Jambu biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena mamiliki kandungan zat

gizinya yang tinggi, seperti vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu, juga kaya zat

nongizi, seperti serat pangan, komponen karotenoid, dan polifenol. Buah jambu biji

bebas dari asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi tetapi tinggi akan

serat pangan (dietary fiber). Serat pangan bermanfaat untuk mencegah berbagai

penyakit degeneratif, seperti kanker usus besar ( kanker kolon ), divertikulosis,

Page 6: Penentuan Kadar Vitamin c

aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu

ginjal. (kompas.com)

3. Vitamin C pada jambu biji

Kandungan vitamin C pada jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang.

Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta daging

bagian luarnya yang lunak dan tebal.

Kandungan vitamin C pada jambu biji dua kali lipat jeruk manis yang hanya 49

mg/100 g buah. Kandungan vitamin C pada buah ini, sanggup memenuhi kebutuhan

harian anak usia 13-20 tahun yang mencapai 80-100 mg per hari, atau kebutuhan

vitamin C harian orang dewasa yang mencapai 70-75 mg per hari. Dengan demikian

sebutir jambu biji dengan berat 275 g per buah dapat mencukupi kebutuhan harian

akan vitamin C pada tiga orang dewasa atau dua anak-anak.

Perbandingan kadar vitamin C per 100 gram bahan pangan dapat disajikan pada tabel

Tabel 1. Perbandingan kadar vitamin C per 100 gram bahan pangan

Bahan Pangan Kadar vitamin C ( mg/100 g )Jambu biji 87

Pepaya 78Jeruk 49

Rambutan 58Mangga 30

Belimbing 35Durian 53

Jeruk bali 43Bayam 80

Daun katuk 239Kembang kol 69

Sawi 102

(gallery fame.thumblogger.com)

C. Jambu Biji Merah

Page 7: Penentuan Kadar Vitamin c

1. Kelebihan Jambu Biji Merah

Jambu biji merah yang tergolong jenis jambu pasarminggu ini memiliki berbagai

macam kelebihan dibanding dengan jenis jambu pasar minggu lainnya yaitu lebih

banyak mengandung vitamin C yang dianggap sebagai antioksidan untuk

menambah daya tahan tubuh. Kandungan vitamin C pada jambu biji merah dua

kali lebih banyak dari jeruk manis yang disebut-sebut sumber vitamin C

terbanyak Selain itu, jambu biji merah berkhasiat mengobati berbagai jenis

penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD). (Indra,2008)

2. Manfaat Jambu Biji Merah bagi kesehatan tubuh

Jambu biji merah bermanfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya :

a. Menurunkan kadar kolesterol darah

b. Mengobati infeksi

c. Mengobati sariawan

d. Memperlancar peredaran darah

e. Melancarkan saluran pencernaan, dan

f. Mencegah konstipasi

Gambar 2. Jambu biji merah yang dijadikan sampel

D. Langkah-langkah penetapan kadar vitamin C pada buah segar

Page 8: Penentuan Kadar Vitamin c

1. Proses Iodo dan Iodimetri

Dalam analisis secara volumetri,yang dimaksud dengan Iodometri adalah titrasi

terhadap (I2) bebas yang terdapat dalam larutan.Sedang Iodimetri adalah titrasi

dengan larutan I2 standard. Potensial reduksi normalnya dapat ditunjukkan dengan

sistem reversible sebagai berikut:

I2 (p)- + 2 e – 2 I-

dan besarnya = 0,5345 volt. Pesamaan tersebut menunjukkan larutan jenuh Iodium

padat ; dan reaksi setengah sel (half-cell) akan terjadi pada akhir titrasi ion Iodida

dengan zat pengoksidasi seperti KMnO4 apabila konsentrasi ion I relatif menjadi

rendah.

Dalam sebagian besar titrasi Iodimetri, apabila dalam larutan terdapat kelebihan ion

Iodida ( I- ), maka akan terjadi ion Tri iodida ( I3- ) menurut persamaan reaksi berikut :

I2- (aq) + I- I3

-

Hal ini di sebabkan karena Iodium larut secara cepat dalam larutan Iodida. Dengan

demikian maka reaksi setengah sel tersebut di atas lebih baik di tuliskan sebagai

berikut :

I3- + 2 e- 3 I-

Dan potensial reduksi standardnya adalah = 0,5355 volt.

Khusus dalam proses Iodo dan Iodimetri, maka yang di maksud dengan berat

ekivalen suatu zat adalah banyaknya atau beratnya zat tersebut yang dapat bereaksi

atau yang dapat membebaskan 1 grat I.

Dibandingkan dengan oksidator-oksidator seperti : KMnO4, K2Cr2O7 atau Ce(SO4)2,

Iodium (I2) merupakan oksidator yang lebih lemah, tetapi merupakan zat reduktor

yang lebih kuat ( bandingkan potensial reduksinya).

Page 9: Penentuan Kadar Vitamin c

Dalam sebagian besar titrasi Iodimetri, yang dipergunakan sebagai larutan

standard adalah I2 dalam KI, dan sebagai spesien yang reaktif adalah ion I3-, sehingga

untuk semua persamaan reaksi yang meliputi reaksi dengan I2 sebaiknya di tuliskan

dengan I3-; sebagai contoh misalnya reaksinya dengan ion S2O3 = di tuliskan sebagai

berikut :

2 S2O3= + I3

- 3 I- + S4O6=

Kadang-kadang titrasi Iodimetri disebut cara titrasi Iodimetri langsung, sedang titrasi

Iodometri disebut cara titrasi tidak langsung.Tetapi meskipun demikian dalam diktat

ini semua reaksi yang menyangkut dengan I2 tidak dituliskan dengan ion I3- melainkan

dengan molekul I2, sehingga untuk persamaan reaksi di atas dituliskan sbb :

2 S2O3= + I2 2 I- + S4O6

=

Dalam larutan asam, larutan I2 standard dapat dipergunakan untuk menitrir secara

cepat beberapa jenis zat-zat reduktor kuat seperti : SnCl2 , H2SO3 , H2S dan NaS2O3 ,

sedang untuk zat-zat reduktor yang lebih lemah seperti misalnya : As+++ ; Sb+++ dan

{Fe(CN)6}≡ hanya dapat teroksidasi sempurna apabila larutan bersifat netral atau

sedikit asam.

Beberapa contoh persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

Sn++ + I2 Sn++++ + 2 I-

SO3= + I2 + H2O SO4

= + 2 H+ + 2 I-

H2S + I2 S + 2 H+ + 2 I-

2 S2O3= + I2 S4O6

= + 2 I-

H3AsO3 + I2 + H2O H3AsO4 + 2 H+ + 2 I-

H3SbO3 + I2 + H2O H3SbO4 + 2 H+ + 2 I-

Page 10: Penentuan Kadar Vitamin c

Sebaliknya apabila zat-zat oksidator kuat dalam larutan netral atau asam ditambah

dengan ion Iodida berlebihan, maka oksidator-oksidator tersebut akan tereduksi

secara kuantitatif dan dalam larutan akan terbebaskan I2 yang setara dengan

banyaknya oksidator, dan I2 ini kemudian dapat dititrir dengan larutan Natrium

thiosulfat (Na2S2O3).Oksidator-oksidator yang dapat ditetapkan dengan cara ini

seperti terlihat dalam tabel

Tabel 2. Beberapa oksidator yang dapat ditetapkan secara Iodimetri

Oksidator Persamaan Reaksi

MnO4- 2 MnO4

- + 16 H+ + 10 I- 2 Mn++ + 5 I2 + 8 H2O

Cr2O= Cr2O7= + 14 H+ + 6 I- 2 Cr+++ + 3 I2 + 7 H2O

H2O2 H2O2 + 2 H+ + 2 I- 2 H2O + I2

BrO3- BrO3

- + 6 H++ 6 I- Br- 3 I2 + 3 H2O

IO3- IO3

- + 6 H+ + 5 I- 3 I2 + 3 H2O

ClO3- ClO3

- + 6 H+ + 6 I- Cl- + 3 I2 + 3 H2O

HNO2 2 HNO2 + 2 H+ + 2 I- 2 NO + I2 + 2 H2O

Ce++++ 2 Ce++++ + 2 I- 2 Ce+++ + I2

Cu++ 2 Cu++ + 4 I- 2 CuI + I2

Cl2 & Br2 Cl2/Br2 + 2 I- 2 Cl-/2 Br- + I2

Potensial reduksi normal dari sistem Iodium-Iodida tidak tergantung dari pada

pH larutan selama pH tersebut lebih kecil dari 8, tetapi pada keasaman yang lebih

rendah, Iodium akan bereaksi dengan ion OH- menjadi ion Iodida (I-) dan sedikit ion

hipoiodit yang tidak stabil,yang kemudian akan berubah dengan cepat menjadi ion

Iodida dan Iodat,sesuai dengan persamaan reaksi berikut:

I2 + 2 OH- I- + IO- + H2O

3 IO- 2 I- + IO3-

Jadi dengan mengatur besarnya pH larutan, dapatlah dipergunakan untuk

menitrir zat reduktor dengan Iodium; dan zat dalam bentuk teroksidasi setelah

Page 11: Penentuan Kadar Vitamin c

ditambah iodida dengan Natrium thiosulfat. Sebagai contoh misalnya sistem Arsenit-

Arsenat, reaksinya adalah reversible sbb:

H3AsO3 + I2 + H2O H3AsO4 + 2 H+ + 2 I-

Pada harga pH antara 4-9 arsenit dapat dititrir dengan I2; tetapi dalam larutan asam

kuat, Arsenat direduksi menjadi Arsenit dan terbebaslah I2 yang kemudian dapat

dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

Dalam proses Iodimetri ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan karena hal ini dapat

menjadi sumber kesalahan, ke dua hal tersebut ialah:

a. Berkurang atau hilangnya sebagian I2 karena sifat volatilitasnya.

b. Terjadinya oksidasi udara terhadap larutan Iodida, menurut persamaan reaksi

berikut:

4 I- + O2 + 4 H+ 2 I2 + 2 H2O

Volatilitas I2 dapat diperkecil dalam larutan iodida berlebihan, karena

terjadinya ion triiodida (I3-); sehingga pada temperatur kamar hilangnya I2 karena sifat

volatilitasnya dari suatu larutan yang paling sedikit mengandung 4% Kalium iodida

dapat diabaikan. Demikian juga titrasi harus di lakukan terhadap larutan yang dingin

dan dalam tempat yang tertutup, jangan dalam gelas bikar.

Sedang terjadinya oksidasi udara terhadap iodida dalam larutan dapat diabaikan

dengan adanya katalisator, adapun katalisator yang dipergunakan adalah ion-ion

logam tertentu terutama Tembaga dan juga ion NO2-.

2. Cara menentukan Titik Ekivalen dalam proses Iodo dan Iodimetri

Larutan I2 dalam KI encer berwarna coklat muda. Apabila 1 tetes larutan I2 0,1

N akuades akan memberikan warna kuning muda, sehingga dengan demikian

dapatlah dikatakan bahwa dalam larutan yang tidak berwarna, I2 dapat berfungsi

sebagai indikator. Tetapi meskipun demikian warna yang terjadi dalam larutan akan

Page 12: Penentuan Kadar Vitamin c

lesensitif dengan menggunakan larutan kanji sebagai indikator, karena dengan Iodium

dalam larutan Iodida, kanji akan bereaksi menjadi kompleks iodamilum yang

berwarna biru meskipun konsentrasi I2 nya sangat kecil, misalnya pada konsentrasi

Iodium 2 x 10-5 M,dan konsentrasi iodida lebih besar dari pada 4 x 10-4 M, maka

temperatur 200 C warna biru tersebut masih dapat terlihat; tetapi kesensitifan warna

tersebut akan berkurang karena kenaikkan temperatur larutan, misalnya pada

temperatur 500 C kesensitifan warna akan menjadi 10 kali lebih kecil dari pada 250 C.

Juga kesensitifan tersebut akan berkurang karena penambahan suatu pelarut seperti

Etil alkohol, bahkan apabila larutan mengandung 50% alkohol atau lebih warna

tersebut akan menjadi hilang. Demikian juga dalam suasana asam kuat, indikator

tersebut tidak dapat dipergunakan karena dalam suasana asam kuat, kanji akan

mengalami hidrolisa.

Kanji dapat dipisahkan menjadi 2 penyusun utama, yaitu:Amilose dan Amiopektin,

yang dalam berbagai tumbuh-tumbuhan terdapat dalam perbandingan yang berbeda-

beda, Amilose yang merupakan senyawa berantai lurus banyak terdapat dalam tepung

kentang, dengan Iodium memberikan warna biru; sedang Amilopektin yang

mempunyai struktur rantai cabang memberikan warna merah muda.

Kurang baiknya Amilum (kanji) sebagai indikator disebabkan antara lain

karena:

a. Tidak dapat larut dalam air dingin.

b. Suspensinya dalam air tidak stabil.

c. Dengan Iodium membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air, dan

ini akan terjadi apabila penambahan kanji dilakukan pada permulaan titrasi. Oleh

karenanya indikator tersebut harus ditambahkan apabila sudah mendekati titik

ekivalen.

Karena hal-hal tersebut, maka akan lebih baik apabila dalam proses Iodo dan

Iodimetri yang dipergunakan sebagai indikator adalah larutan Natrium amilum

glikolat; yaitu suatu serbuk putih yang tidak higroskopis, mudah larut dalam air panas

Page 13: Penentuan Kadar Vitamin c

dan stabil untuk beberapa bulan; disamping itu juga dengan I2 tidak membentuk

kompleks yang tidak larut dalam air, sehingga indikator ini dapat ditambahkan pada

permulaan titrasi. Apabila di dalam larutan terdapat kelebihan I2 (misalnya pada

permulaan titrasi Iodometri), maka warna larutan yang mengandung 1 ml (atau 0,1%

larutan encer), adalah hijau. Jika konsentrasi I2 dalam larutan menjadi berkurang

warna larutan berubah menjadi biru(sebelum titik ekivalen), sedang pada saat

tercapainya titik ekivalen warna larutannya menjadi biru tua.

Dalam reaksi-reaksi tertentu, karbon tetrakhlorida (CCl4) dapat dipergunakan

sebagai pengganti larutan kanji. Apabila pada temperatur 250 C, 1 liter air dapat

melarutkan 0,335 gram I2, tetapi dalam volume yang sama CCl4 dapat melarutkan I2

delapan puluh lima kali lebih banyak yaitu 28,5 gram. Apabila sedikit CCl4

ditambahkan ke dalam larutan encer yang mengandung Iodium dan kemudian diaduk,

maka sebagian besar I2 akan larut dalam CCl4 dan akan turun ke bawah sehingga akan

terpisah dengan airnya dalam dua lapisan dan memberikan warna ungu merah.

3. Pembuatan dan Penggunaan Larutan Kanji

Buatlah pasta dari 1 gram kanji dalam sedikit air, kemudian sambil diaduk

tuangkan pasta tersebut ke dalam 100 ml air mendidih dan biarkan larutan mendidih

selama 1 menit. Biarkan larutan sampai dingin, kemudian tambahkan 2-3 gram

Kalium iodida (KI), dan tempatkan larutan dalam sebuah botol yang tertutup.

Dalam penggunaannya; misalnya pada titrasi I2 dengan larutan thiosulfat

(Na2S2O3), larutan kanji tersebut jangan ditambahkan ke dalam larutan yang akan

dititrasi sebelum titik ekivalen hampir tercapai, sebab apabila larutan kanji

ditambahkan ke dalam yang mengandung I2 dimana konsentrasi I2 masih cukup

tinggi, maka sebagian besar I2 akan teradsorpsi sebelum titik ekivalen sehingga akan

menyebabkan suatu kesalahan yang besar.

4. Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,1 N

Page 14: Penentuan Kadar Vitamin c

Meskipun garam Natrium thiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O), mudah diperoleh

dalam keadaan murni, tetapi oleh karena kandungan air kristalnya tidak dapat

diketahui dengan tepat, sehingga larutannya tidak dapat dipergunakan sebagai larutan

standard primer. Sebagai zat reduktor reaksi setengah sel (half-cell reaction)nya

adalah sebagai berikut :

2 S2O3= S4O6

= + 2 e-

berat ekivalennya = 248,19 gram; jadi larutan desi normalnya (0,1N) dibuat dengan

jalan melarutkan 25 gram garam kristalnya (Na2S2O3.5H2O) dalam 1 liter air (dalam

sebuah labu takar 1 liter); tetapi sebeum dipergunakan harus distandardisasi lebih

dulu untuk menetukan faktor normalitasnya (f)nya.

Sebelum diuraikan cara menstandardisasinya, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat

mempengaruhi kestabilan larutan thiosulfat. Oleh karena akuades biasanya masih

mengandung kelebihan Karbondioksida (CO2), sehingga apabila digunakan sebagai

pelarut dalam pembuatan larutan standard thiosulfat, maka akan menyebabkan

terjadinya peruraian ion thiosulfat membentuk Belerang (S) bebas, meskipun

peruraian tersebut sangat lambat, hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi sebagai

berikut :

S2O3= + H+ HSO3

- + S

Lebih lanjut perubahan tersebut juga dapat disebabkan karena keaktifan bakteri

(misalnya Thiobacillus thioparus), terutama apabila larutan disimpan beberapa lama.

Karena alasan-alasan tersebut, maka untuk pembuatan larutan Natrium thiosulfat

sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Larutkan garam kristalnya dalam akuades yang mendidih.

b. Tambahkan 3 tetes Kholoroform (CHCl3) atau 10 mgram Merkuri iodida (HgCl2)

dalam 1 liter larutan, karena senyawa-senyawa tersebut dapat membantu

memperbaiki kualitas larutan.

Page 15: Penentuan Kadar Vitamin c

c. Larutan yang telah terjadi harus disimpan yang di tempat yang tidak terkena sinar

matahari, karena hal ini juga dapat mempercepat terjadinya peruraian thiosulfat.

5. Standardisasi Larutan Na2S2O3

Karena larutan Natrium thiosulfat bukan merupakan standard primer, maka sebelum

larutan tersebut dipergunakan harus distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan

faktor normalitasnya. Standardisasi terhadap larutan tersebut dapat dilakukan dengan

zat-zat standard primer seperti misalnya: KIO3, KBrO3, K2Cr2O7, Tembaga (Cu) dan

I2, atau dengan KMnO4 atau Ce(SO4)2 sebagai zat-zat standard sekunder. Di sini

hanya akan diberikan contoh standardisasi larutan thiosulfat dengan larutan K2Cr2O7

standard.

Dalam larutan Kalium iodida asam, K2Cr2O7 akan tereduksi menjadi garam Kromi

yang berwarna hijau, dan akan terbebaskan I2 yang setara dengan banyaknya garam

K2Cr2O7 tersebut menurut persamaan reaksi ion sebagai berikut:

Cr2O7= + 6 I- + 14 H+ 2 Cr+++ + 3 I2 + 7 H2O

Banyaknya I2 ini kemudian dapat dititrir dengan larutan Na2S2O3 sesuai dengan

persamaan ion sebagai berikut:

I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6

=

Sehingga dengan mengetahui banyaknya grek/mgrek garam K2Cr2O7 serta banyaknya

volume larutan thiosulfat yang dipergunakan untuk menitrir I2 yang terbebaskan

dalam larutan, dapatlah ditentukan normalitas yang sebesarnya (atau faktor

normalitas) dari larutan thiosulfatnya.

Cara Standardisasi

Ambilah dengan pipet gondok, 25 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N kemudian masukkan ke

dalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan ke dalam larutan tersebut 5 ml asam asetat

glasial, 5 ml larutan CuSO4 0,001 M (untuk mempercepat reaksi) dan 30 ml larutan

Page 16: Penentuan Kadar Vitamin c

KI 10%. Kemudian titrirlah larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 yang

normalitasnya mendekati 0,1 N dengan menggunakan larutan kanji sebagai

indikatornya sampai larutan berwarna biru. Ulangi pekerjaan tersebut sampai 3 kali.

Andaikan banyaknya volume thiosulfat yang dipergunakan dalam masing-masing

titrasi tersebut = v ml, maka menurut rumus:

V1 x N1

V1 x N1 = V2 x N2 N2 =

V2

25 x 0,1

Jadi normalitas sebenarnya dari larutan thiosufat =

V

6. Pembuatan Larutan I2 Standar 0,1N dan standardisasi I2 0,1 N dengan Na2S2O3

Dalam proses Iodo dan Iodimetri, berat okivalen normalnya I2 = 127 gram (atau 1

grek I2 = ½ gmol), sehingga larutan desi normalnya (0,1 N I2 mengandung 12,7 gram

per liter). Karena kelarutan I2 dalam air pada temperatur 250 C sangat kecil yaitu =

0,335 gram per liter, dan I2 adalah sangat volatil, maka larutannya tidak dibuat

dengan jalan melarutkan kristalnya dalam air, melainkan dalam larutan Kalium

iodida(KI) karena I2 lebih cepat larut dalam larutan encer, tetapi kelarutan tersebut

akan menjadi lebih besar dalam larutan KI pekat disebabkan terjadinya ion tri iodida

menurut persamaan berikut:

I2 + I- I3-

Cara Pembuatannya:

Larutkan 20 gram garam Kalium iodida (KI) yang bebas dari iodat ke dalam 30-40 ml

akuadest dalam sebuah labu takar 1 liter yang tertutup. Timbanglah dengan neraca

kasar 12,7 gram I2 di atas gelas arloji (jangan dengan neraca analitik), kemudian

masukkan ke dalam labu takar yang telah berisi larutan KI pekat dan gojoglah labu

Page 17: Penentuan Kadar Vitamin c

takar tersebut (dalam keadaan tertutup) sampai semua I2 larut, kemudian biarkan

sampai dingin pada temperatur kamar, selanjutnya tambahlah akuades hingga

permukaan larutan dalam labu takar tepat pada tanda batas. Setelah larutan digojog

sampai homogen, simpanlah dalam tempat yang dingin dan gelap.

7. Standardisasi Larutan I2 0,1 N

Standardisasi terhadap larutan I2 dapat dilakukan dengan beberapa zat, antara lain:

Arsen trioksida (As2O3) , Natrium thiosulfat (Na2S2O3) , Barium thiosulfat monohidrat

(BaS2O3.H2O) , diantara zat-zat tersebut dalam contoh ini akan diberikan cara

menstandardisasi larutan I2 0,1 N dengan larutan Barium thiosulfat monohidrat yang

dapat dibuat dengan cara sebagai berikut:

Larutkan 40 gram Barium khlorida dihidrat (BaCl2.2H2O) dan 50 gram garam

Natrium thiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O), masing-masing dalam 300 ml

akuades. Panaskan kedua larutan tersebut sampai temperatur 500 C, kemudian sambil

diaduk tuangkan sedikit demi sedikit larutan Barium khlorida ke dalam larutan

Natrium thiosulfat, maka akan tersaringlah kristal tersebut dan cucilah berturut-turut

dengan akuades, kemudian dengan alkohol 95% dan akhirnya eter, selanjutnya

keringkan dalam udara.

Timbanglah dengan tepat 1 gram kristal BaS2O3.H2O dan masukkan ke dalam

Erlemeyer 250 ml, kemudian tambahlah dengan 100 ml akuades dan 2 ml larutan

indikator kanji. Titrirlah larutan tersebut dengan larutan I2 sampai terjadi warna biru

yang permanen. Ulangi titrasi ini dengan dua bagian larutan Barium thiosulfat

monohidrat yang lain ; dan selanjutnya hitunglah normalitas yang sebenarnya dari

larutan I2.

Diketahui : 1 ml larutan I2 1 N setara dengan 0,2675 gram BaS2O3.H2O.

(AAK Bandung, 1992)

8. Penetapan Kadar Vitamin C pada buah-buahan segar

Page 18: Penentuan Kadar Vitamin c

Menentukan kadar vitamin C pada buah-buahan segar khususnya jambu biji merah

dapat ditentukan dengan proses Iodimetri yaitu dengan pemberian titrasi I2 pada objek

yang diteliti dan juga perhitungan secara matematis berdasarkan rumus baku yang

telah ditetapkan. Sebelum pemberian titrasi perlu dilakukannya standardisasi Na2S2O3

0,1 N dengan KIO3 0,2804 N dan standardisasi I2 dengan Na2S2O3.

Setelah didapat hasil standardisasi, kemudian ditetapkan kadar vitamin C dengan

menggunakan rumus. Berikut ini adalah rumus penentuan kadar vitamin C pada buah-

buahan segar.

Pada rumus tersebut ditentukan Mr vitamin C sebesar 176,13 dan valensi sebesar 2.

E. Hipotesis

Jambu biji merah diduga banyak mengandung vitamin C yang berguna bagi kesehatan

tubuh.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan mulai April sampai dengan Mei 2008 di laboratorium Kimia

Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

A. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. I2 ( Iodium )

2. Na2S2O3 ( Natrium Thiosulfat)

Kadar Vitamin C : 100 x V(ml) x N ( I2 ) x Mr Vitamin C Massa buah Valensi

Page 19: Penentuan Kadar Vitamin c

3. KIO3 ( Kalium Iodat )

4. KI ( Kalium Iodida )

5. Amilum

6. H2SO4 ( Asam Sulfat )

7. Akuades

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Buret 50 ml

2. Enlemeyer 500 ml

3. Corong

4. Beaker glass 100 ml, 250 ml dan 1000 ml

5. Pengaduk

6. Neraca 4 lengan 311 g

7. Gelas ukur 100 ml dan 10 ml

8. Gelas arloji

9. Klem dan statif

10. Pipet volume 10 ml

11. Malt pipet

12. Pushball

13. Botol reagent

14. Labu ukur 1000 ml dan 250 ml

B. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan

a. Pembuatan larutan KIO3

1. Ditimbang dengan seksama 10 g KIO3

2. Dilarutkan dalam gelas beker 250 ml dan dituangkan dalam labu takar 1 liter

Page 20: Penentuan Kadar Vitamin c

3. Ditambahkan akuades sampai dengan 1000 ml

b. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N 500 ml

1. Ditimbang dengan seksama 12,5 g Na2S2O3 5 H2O

2. Dilarutkan dan ditambahkan dengan akuades sampai dengan 500 ml

c. Pembuatan larutan H2SO4 2 N 500 ml

1. H2SO4 pekat di pipet 27,8 ml ( = 500 ml x 2 N )

36 N

2. Diteteskan ke dalam 400 ml akuades sampai dengan 500 ml dalam labu takar

d. Pembuatan larutan Amilum 1 %

1. Ditimbang dengan seksama 2,5 g amilum

2. Ditambahkan dengan akuades sampai dengan 250 ml kemudian dipanaskan

2. Standardisasi

a. Standardisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,2804 N

1. 10 ml KIO3 0,2804 N dipipet dituangkan kedalam enlemeyer 250 ml

2. Ditambah KI 5 % sebanyak 10 ml

3. Ditambah 10 ml H2SO4 2 N

4. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda

5. Ditambah amilum 1 % 10 tetes kemudian titrasi dilanjutkan sampai dengan

warna biru hilang

b. Standardisasi I2 dengan Na2S2O3

Page 21: Penentuan Kadar Vitamin c

1. Na2S2O3 0,1 N 10 ml dipipet kemudian ditambah amilum 1 mg

2. Dititrasi dengan I2 sampai berwarna biru konstan

3. Penetapan Kadar Vitamin C

Adapun prosedur penetapan kadar vitamin C adalah sebagai berikut :

1. Jambu dibersihkan dari kotoran dan tangkainya

2. Jambu dibelah menjadi 4 bagian

3. Jambu dihaluskan sampai benar-benar lembut

4. Jambu dimasukkan ke dalam air 400 ml dan diaduk sampai merata

5. Dicampurkan larutan amilum dan H2SO4 dan diaduk sampai merata

6. Dititrasi dengan I2 sampai berwarna biru konstan

C. Cara Analisis Data

Untuk mengetahui kadar vitamin C pada jambu biji merah diperlukan proses

standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 dan I2 dengan Na2S2O3 , kemudian ditentukan kadar

vitamin C dengan menggunakan rumus :

HASIL

DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pembuatan Larutan

Kadar Vitamin C : 100 x V(ml) x N ( I2 ) x Mr Vitamin C Massa buah Valensi

Page 22: Penentuan Kadar Vitamin c

Hasil dari pembuatan larutan ini yang meliputi pembuatan larutan KIO3, Na2S2O3,

H2SO4 dan Amilum selanjutnya akan digunakan dalam proses standardisasi.

2. Proses Standardisasi

1. Standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

Adapun data selengkapnya dari standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

Data ke- Volume Na2S2O3 N Na2S2O3

I 10 ml 0,0934II 10,1 ml 0,0944III 10,03 ml 0,0937

Rata-rata 0,0938

2. Standardisasi I2 dengan Na2S2O3

Adapun data selengkapnya dari standardisasi I2 dengan Na2S2O3 disajikan pata

tabel 4.

Tabel 4. Hasil standardisasi I2 dengan Na2S2O3

Data ke- Volume N I2

I 11,4 mlII 11,3 mlIII 11,4 ml

Rata-rata 11,37 ml 0,0822

3. Penetapan Kadar Vitamin C

Adapun data selengkapnya dari hasil penetapan kadar vitamin C disajikan pada

tabel 5.

Tabel 5. Hasil penetapan kadar vitamin C

Jambu ke- Massa jambu Data I2 di Kadar Vit C Rata-rata

Page 23: Penentuan Kadar Vitamin c

buret

I

38,97 gram 8,8 ml 163,4 mg/100g

169,5 mg/100g

39,5 gram 9,2 ml 168,6 mg/100g

40,36 gram 9,6ml 172,2 mg/100g

41,65 gram 10 ml 173,8 mg/100g

II

39,45 gram 10,1 ml 185,3 mg/100g

197,2 mg/100g

40,2 gram 11,7 ml 210,7 mg/100g

42,86 gram 11,4 ml 192,5 mg/100g

45,2 gram 12,5 ml 200,2 mg/100g

B. Pembahasan

Hasil perhitungan matematis standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N dan

standardisasi I2 dengan Na2S2O3 itu sangat berhubungan erat dalam penentuan kadar

vitamin C pada jambu biji merah.

Hasil standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N yang didapat rata-rata sebesar

0,0938 N itu berkaitan erat dengan perhitungan standardisasi I2 dengan Na2S2O3 yang

menghasilkan normalitas sebesar 0,0822 N. Setelah terbentuk N I2 baru kemudian

penetapan kadar vitamin C dengan menggunakan rumus baku yang telah ditetapkan.

Pada percobaan pertama sampai kedelapan, didapat kadar vitamin C masing-masing

163,4 mg/100g, 168,6 mg/100g, 172,2 mg/100g, 173,8 mg/100g (jambu pertama),

185,3 mg/100g, 210,7 mg/100g, 192,5 mg/100g dan 200,2 mg/100g (jambu kedua).

Kemudian dambil rata-rata pada jambu pertama sebesar 169,5 mg/100 g dan pada

jambu kedua sebesar 197,2 mg/100 g . ( lihat tabel diatas ).

Perbedaan hasil disini, dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing sampel

dan juga mungkin disebabkan oleh keterbatasan sampel, ketidaktelitian timbangan

(yang seharusnya menggunakan timbangan analitis (ketelitian 0,00001 gram)),

kesalahan paralaks mata dan juga kesalahan pengamatan titik akhir titrasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 24: Penentuan Kadar Vitamin c

A. Kesimpulan

Proses yang berlangsung untuk penetapan kadar vitamin C yaitu terdiri dari

beberapa tahapan yaitu pembuatan larutan KIO3 , Na2S2O3 0,1 N 500 ml, H2SO4 2

N 500 ml , Amilum 1 % ,Standardisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,2804 N , I2

dengan Na2S2O3 dan kemudian Penetapan Kadar Vitamin C yang dilakukan

dengan pengamatan secara empiris dan perhitungan secara matematis.

Kandungan vitamin C pada jambu biji merah jauh melebihi jambu biji biasa yaitu

pada jambu pertama sebesar 169,5 mg/100 g dan pada jambu kedua sebesar 197,2

mg/100 g .

B. Saran

Peneliti menyarankan pembaca dan masyarakat untuk senantiasa mengkonsumsi

jambu biji merah karena buah ini mengandung banyak vitamin C yang berguna

bagi kesehatan tubuh.

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kandungan jambu

biji merah dengan jambu biji jenis lainnya.

Perlunya ketelitian dalam mengukur sampel termasuk waktu penimbangan,

pengamatan terhadap titik akhir titrasi dan paralaks mata.

Perlunya penambahan sampel untuk mengukur tingkat kevalidan data.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengajar AAK Bandung.(1992).Petunjuk Praktikum Kimia Amami.Bandung : Akademi Analis Bandung.

Jambu Biji Asal Pasar Minggu, Masih Bisa Bertahan.(Oktober 1990).Trubus,hal. 156.

Deptan.(1996).Jambu Biji,Deptan. Diakses tanggal 27 Maret 2008, dari http : //www.argibisnis.deptan.go.id.

Wikipedia, ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia.Jambu Biji,wikipedia. Diakses tanggal 28 April 2008,dari http : //www.wikipedia.org.

Page 25: Penentuan Kadar Vitamin c

Litbang Depkes.(2008).Obat Tradisional-Jambu Biji Merah.Litbang Depekes. Diaksestanggal 28 April 2008, dari www.bmf.litbang depkes.go.id Powered by Mambo Open Source Generated : 27 March, 2008, 21 : 52.

Mujiran,Drs.(1990).Kimia Analisa Kuantitatif.Yogyakarta:MIPA UGM hal. 23-32.

Kompas, Jambu Biji Cegah Jantungan,Kompas.Diakses ulang tanggal 23 Mei 2008, dari http://www.dechacare.com/Jambu-Biji-Cegah-Jantungan-1221.html

Aninim.Daun Katuk Juga Mutu Sperma. Diakses ulang tanggal 23 Mei 2008, dari http://forumbebas.com/viewtopic.php?id=20254

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan proses penetapan kadar vitamin C pada jambu biji merah

1. Standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

I. (VN) KIO3 = (VN) Na2S2O3

10 ml x 0,2803 = 30 ml N Na2S2O3

N Na2S2O3 = 10 ml x 0,2803

30 ml

N Na2S2O3 = 0,0934

II. (VN) KIO3 = (VN) Na2S2O3

10,1 ml x 0,2803 = 30 ml N Na2S2O3

N Na2S2O3 = 10,1 ml x 0,2803

30 ml

N Na2S2O3 = 0,0944

III. (VN) KIO3 = (VN) Na2S2O3

Page 26: Penentuan Kadar Vitamin c

10,03 ml x 0,2803 = 30 ml N Na2S2O3

N Na2S2O3 = 10,03 ml x 0,2803

30 ml

N Na2S2O3 = 0,0937

Rata-rata : 0,0934 + 0,0944 + 0,0937

3

: 0,0938

2. Standardisasi I2 dengan Na2S2O3

(VN) Na2S2O3 = (VN) I2

10 ml x 0,0938 = 11,4 ml x N I2

N I2 = 10 ml x 0,0938

11,4 ml

N I2 = 0,0822

3. Penetapan Kadar Vitamin C

Jambu Pertama

1. Percobaan Pertama

Kadar Vitamin C : 100 x 8,8 x 0,0822 x 176,13

38,97 2

: 163,4 mg/100g

Page 27: Penentuan Kadar Vitamin c

2. Percobaan kedua

Kadar Vitamin C : 100 x 9,2 x 0,0822x 176,13

39,5 2

: 168,6 mg/100g

3. Percobaan Ketiga

Kadar Vitamin C : 100 x 9,6 x 0,0822x 176,13

40,36 2

: 172,2 mg/100g

4. Percobaan Keempat

Kadar Vitamin C : 100 x 10 x 0,0822 x 176,13

41,65 2

: 173,8 mg/100g

Jambu Kedua

5. Percobaan kelima

Kadar Vitamin C : 100 x 10,1 x 0,0822 x 176,13

39,45 2

: 185,3 mg/100g

6. Percobaan keenam

Kadar Vitamin C : 100 x 11,7 x 0,0822 x 176,13

40,2 2

: 210,7 mg/100 g

Page 28: Penentuan Kadar Vitamin c

7. Percobaan ketujuh

Kadar Vitamin C : 100 x 11,4 x 0,0822 x 176,13

42,86 2

: 192,5 mg/100 g

8. Percobaan kedelapan

Kadar Vitamin C : 100 x 12,5 x 0,0822 x 176,13

45,2 2

: 200,2 mg/100g

Rata-rata :

Pada jambu pertama

= 163,4 + 168,6 + 172,2 + 173,8

4

= 169,5 mg/100 g

Pada jambu kedua

= 185,3 + 210,7 + 192,5 +200,2

4

= 197,2 mg/100 g

VITAMIN C

DASAR TEORI

Page 29: Penentuan Kadar Vitamin c

Struktur asam askorbat yang dikenal dengan vitamin C, ditemukan oleh kimiawan inggaris, W.M. Haworth pada tahun 1933 Haworth menggunakan aturan standar untuk senyawa yang sama ditunhukkan struktur dalam gambar berikut :

Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan L-dehidroaskorbat; keduanya mempunyai kereaktifan sabagai vitamin C. asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroksoaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi. Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Di samping sangt mudah larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu rendah.

Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran, contohnya jeruk bali. Jeruk bali memiliki beberapa kandungan yang beraneka ragam antara lain sebagai berikut :

Table. Kandungan jeruk bali

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah vitamian C dalam jeruk bali memperhatikan sifat khusus sebagian besar vitamin yaitu kekuatan sifat reduksinya. Pada percobaan ini akan menggunakan menggunakan reaksi iodin, yang diperoleh dari reaksi antara KI dengan sampel dalam larutan asam yang dititrasi membentuk ion kompleks aluminiun triodid, yang memiliki warna biru tua. Sehingga terbentuknya warna biru dapat diindikasikan sebagai titrasi terakhir titrasi. Dari metode tersebut dapat kita tentukan kadar vitamin C pada jeruk bali.

Tujuan percobaan :1. Mempelajari sifat reduktor vitamin C untuk iodine 2. Menentukan kandungan vitamin C dalam jeruk bali3. Menggambarkan kimia redoks pada reaksi iodine pada KI

PROSEDUR KERJA :1. Vitamin C dengan cara titrasi yodium (jacobs)

Timbang 200-300 g bahan dan hancurkan dalam waring blender sampai diperoleh selurry. Timbang 10 – 30 slurry masukan kedalam labu takar

Page 30: Penentuan Kadar Vitamin c

100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda. Saring dengan krus Gooch atau dengan sentrifug untuk memisahkan fitratnya.

Ambil 5 – 25 ml fitrat dengan pipet dan masukkan dalam erlemeyer 125 ml. tambahkan 2 ml larutan aluminium 1% (soluble starrch) ( 10 g pati yang dapat larut dicampur dengan 10 mg HgI dan 30 ml aquades, ditambahkan pada 1 liter aquades yang sedang mendidih ) dan tambahkan 20 ml aquades kalau perlu.

Kemudian titrasi dengan 0,01 N standard yodium (sebanyak 2- 2,5 g KI dan 1,269 g I2, dilarutkan dalam aquades sampai 1 liter).

Perhitungan : 1 ml 0,01 N yodium = 0,88 mg asam askorbat.

2. Vitamin C cara 2,6 D (AOAC)

Page 31: Penentuan Kadar Vitamin c

Peraslah air buah atau saring secara langsung atau hancurkan seperti cara 1 dan saring melalui kertas saring yang kasar. Ukurlah volume cairan atau berat bahan mula-mula.

Ambil 100 ml filtrat dan tambahkan 100 ml reagen HPO3- asam asetat

(sebanyak 15 g asam meta-phosphat (HPO3 glasial) dilarutkan dalam 40 ml asam asetat dan 200 ml aquades dengan dikocok kuat – kuat. Kemudian diencerkan sampai 500 ml dan disaring dengan kertas saring. Penyimpanan dalam botol gelap tertutup. Kalau disimpan dalam refrigerator dapat tahan 7 -10 hari). Kocoklah sampai aliquot merata dan saringan melalui kertas saring.

Ambillah 10 ml aliquot dan titrasi dengan larutan 2,6 D yang telah distandarisasi ( dilarutkan 10 mg 2,6 dicloroindophenol dalam 50 ml aquades yang telah ditambah 42 mg NaHCO3. Setelah larutan diencerkan menjadi 200 ml dengan aquades. Setelah disaring dengan kertas saring kemudian disimpan dalam botol gelap tertutup dalam refrigenerator.Pengujian larutan 2,6 D adalah sebagai berikut :Ke dalam 10 ml larutan 2,6 D ditambahkan 10 ml larutan HPO3 asam asetat yang mengandung 5 mg asam askorbat (berlebih). Kalau larutan tidak berwarna, larutan 2,6 D masih baik. Kalau berwarna merah atau coklat, larutan sudah rusak dan harus dibuang.kemudian keristal 2,6 D (kering) yang sudah rusak dan harus diganti yang baru) dan buatlah titrasi blangko (gantilah dengan cairan contoh dengan aquades). Buatlah 3 kali pengulangan.

Hitunglah dari titrasi terkoreksi (titrasi sesungguhnya – titrasi blangko) dan nyatakan jumlah vitamin C sebagai mg/100 ml cairan bahan mula – mula atau tiap 100 g berat bahan mula – mula. Jangan lupa menghitung factor pengenceran.

3. Vitamin B2 (riboflavin) Ambil 10 ml milk atau bahan yang mengan dung vitamin B2 dalam erlemeyer 125

ml dan tambahkan 25 ml 0,1 N HCl. Digoyang / dikocok baik – baik dan dipanaskan dalam autoclave (120⁰C) selama 30 menit.

Dinginkan dan atur dengan 1 N NaOH menjadi pH 6,0. Jagalah jangan sampai melampaui pH ini karena ribovlafin tidak stabil di atas pH 6,0.

Dengan 1 N HCl asamkan kembali menjadi pH 4,5. Kemudian pindahkan suspense secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan sampai tanda dengan aquades, dan saring melalui kertas saring Whatman.

Ambil filtrate yang jernih, masukkan dalam cuvette dan bacalah trasmittancepada spectroflorometer dengan panjang gelombang antara 440 – 400 nm (vitamin B2).

Page 32: Penentuan Kadar Vitamin c

Untuk menentukan berat absolut vitamin B2 yang terkandung dalam filtrate perlu dibuat kurva standar yang menggambarkan antara kadar vitamin B2 dengan trasmittance. Caranya buatlah larutan standar dengan vitamin B2 yang murni sehingga didapat filtrate terakhir dengan kadar vitamin B2 0,1-0,2 sampai 0,5 mg /ml dan perlakuan seperti prosedur diatas.

MINERAL4. Penentuaan P Timbang dengan seksama 1-2g contoh dan pindahkan kedalam gelas piala (harus

pyrex), tambahkan 7,5 ml larutan Mg-nitrat (dilarutkan 150 g magnesium oksida dalam asam nitrat (1:1) secukupnya (hindari asam yang berlebih). Ditambah sedikit Mg-oksida, dipanaskan sampai mendidih selama 2 menit dan disaring kemudian diencerkan menjadi 1 liter) dan aduklah baik- baik,

Panaskan diatas pemanas listrik pada suhu sekitra 180⁰C, sampai pekat dan tidak terjadi perubahan lagi.

Pindahkan kedalam muffle pada suhu 300-400⁰C sampai residu tidak berwarna hitam lagi. Dinginkan lalu tambahkan 15-30 ml HCl pekat dan encerkan dengan aquades, kemudian pindahkan kelabu takar 250 ml dan encerkan lagi sampai tanda.

Ambil 100 ml larutan contoh yang diperoleh dan dipindahkan kedalam gelas piala 250 ml.

Tambahkan NH4OH pekat sedikit berlebih. Endapan yang terjadi dilarutkan kembali deng menambah HNO3 pekat sedikit demi sedikit sampai diaduk, sampai larut menjadi jernih.

Tambahkan 15 g anonium-nitrat, panaskan diatas penangas air sampai suhu 65⁰C dan tambahkan 70 ml larutan molibat (diambil sebanyak 65 g (NH3)6MO7O24.H2O murni ; 225 g NH4NO3; 15 ml NH4OH pekat dan 600 ml aquades.kesemua bahan diatas dicampur dan diaduk sambil dipanaskan sampai larut semua. Kemudian disaring (tanpa dicuci), dan setelah dingin diencerkan dengan aquades sampai 1 liter).diamkan pada suhu tersebut selama 1 jam.

Periksalah apakan endapan tersebut sudah selesai atau belum. Caranya ambil 1 ml supernatan dan tambahkan 5ml larutan molibdat dan kocok. Bila masih terbentuk endapan berarti masih perlu ditambah larutan molidbat lagi sampai pengendapan selesai. Jangan lupa setiap kali pemeriksaan, larutan yang dipakai untuk pemeriksaan dikembalikan lagi.

Kalau pengendapan telah selesai, saring dan cuci endapan dengan aquades. Larutkan kembali endapan dalam kertas saring tersebut dengan penambahan

sedikit demi sedikit larutan NH4OH (1:) dan air panas sampai kertas saring bersih. Volume filtrat dan hasil pencucian yang terakhir ini tidak boleh lebih dari 100 ml.

Netralkan filtrat dan hasil cucian dengan HCl pakat, diamkan lalu tambahkan 15 ml magnesia mixture (dilarutkan 55 g MgCl2.6H2O dan 140 g NH4Cl dam 500 ml

Page 33: Penentuan Kadar Vitamin c

aquades. Kedalamnya ditambahkan 130,5 ml NH4OH pekat, dicampur dan diencerkan sampai 1 liter, salanjutnya disaring)dari dalam buret dengan kecepatan 1 tetes per detik sambil dikocok. Diamkan selama 5 menit.

Tambahkan 12 ml NH4OH pekat dan biarkan selama 2 jam. Supernatant mula - mula dituangkan melalui kertas saring bebas abu,cuci endapan

dalam gelas piala dengan ammonium encer sampai bebas klorida. Keringkan endapan dan kertas saring dalam krus yang telah dipijarkan mula-mula

pada suhu rendah, akhirnya dipijarkan pada suhu lebih tinggi, sampai diperoleh residu yang berwarna putih atau abu-abu keputih-putihan. Dinginkan dalam eksikator dantimbanglah berat residu sebagai Mg2P2O7. Berat P2O5 diperhitungkan dari berat Mg2P2O7 yang diperoleh :

Berat P2O5 = 0,6377 x berat Mg2P2O7

(g,dalam 100 ml larutan) (g)5. Penentuan S

Tambahkan 1,5-2,5 g contoh dalam krus 100 ml dan tambahkan 5 g Na2CO3 anhydrous. Campurkan dan basahilah dengan 2 ml aquades.

Tambahkan setiap kali 0,5 g Na-peroksida, campur dan ulangi penambahan Na-peroksida tersebut 10 kali, sehingga akhirnya diperoleh campuran yang hamper kering dan berbentuk granuler.

Panaskankrus bersama – sam isinya diatas nyala lampu spirtus smpai seluruh isinya melebur. Dinginkan, dan tambahkan lagi Na-peroksida dan ratakan diatas permukaan residu. Tingi lapisan Na-peroksida ini kira –kira 0,5.

Panaskan lagi diatas nyala api spirtus, kemudian panaskan lagi dengan nyala api yang lebih besar, sambil digoyang-goyang sampai mendapatkan residu yang baikpanaskan diteruskan selama 10 menit, kemudian dinginkan pada suhu kamar.

Pindahkan residu kedalam gelas piala 600ml dan cucilah krus yang dipakai dangan 100 ml aquades sampai residu tidak ada yang tertinggal dalam krus tersebut.

Kemudian ditambah HCl pakat tetes demi tetes sehingga larutna sedikit asam.

Pindahkan larutan tersebut pada labu takar 500 ml, cucilah bahan yang tersisa dengan aquades kemudian encerkan sampai tanda dan saring, filtrate ditampung.

Ambil 200 ml filtrat, masukkan kedalam gelas piala dan tambahkan larutan BaCl2 10% perlahan – lahan sampai terbentuk endapan yang maksimal.

Didihkan selama 5menit lalu diamkan pada suhu kamar paling sedikit 5 jam.

Page 34: Penentuan Kadar Vitamin c

Tuangkan supernatant-nya kedalam kertas saring bebas abu. Endapan yang tertinggal dalam gelas piala dicuci dengan aquades lalu dituang seluruhnya pada kertas saring, cuci lagi sampai filtratnya terbebas dari khlorida.

Kertas saring dengan endapan yang tertinggal dikeringkan dalam krus yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, dan kemudian dipijarkan, dinginkan dalam eksikator dan timbang residunya sebagai BaSO4. Berat S diperhitungkan dari berat BaSO4 yang diperoleh :Berat S 0,13736 x berat BaSO4

(g)(dalam 200 ml larutan) (g) 6.