MAKALAH VESIKOLITIASIS

21
MAKALAH VESIKOLITIASIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan terutama diderita oleh pria, sedangkan pada anak- anak insidensinya sekitar 2-3%. Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika, neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda asing, divertikel kandung kemih. Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemik yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik. Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi(struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba. 1.2 Rumusan Masalah Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:

description

ewf

Transcript of MAKALAH VESIKOLITIASIS

Page 1: MAKALAH VESIKOLITIASIS

MAKALAH VESIKOLITIASIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan terutama

diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya sekitar 2-3%. Beberapa faktor risiko

terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika, neurogenic bladder, infeksi saluran

kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda asing, divertikel kandung kemih.

Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa daerah

yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemik yang disebabkan diet

rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.

Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi(struvit), ammonium

asam urat dan kalsium oksalat.

Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala

obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang dengan keluhan disuria, nyeri

suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:

1.    Apa yang dimaksud Vesikolitiasis?

2.    Bagaimana Etiologo Vesikolitiasis?

3.    Bagaimana Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala Vesikolitiasis?

4.    Apa saja Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik Vesikolitiasis?

5.    Bagaimana Terapi Vesikolitiasis?

6.    Bagaimana Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik Vesikolitiasis?

7.    Apa Diagnosa Keperawatan Vesikolitiasis?

8.    Bagaimana Intervensi Vesikolitiasis?

Page 2: MAKALAH VESIKOLITIASIS

1.3 Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna

memperoleh suatu deskripsi tentang:

1.      Pengertian Vesikolitiasis

2.      Etiologo Vesikolitiasis

3.      Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala Vesikolitiasis

4.      Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik Vesikolitiasis

5.      Terapi Vesikolitiasis

6.      Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik Vesikolitiasis

7.      Diagnosa Keperawatan Vesikolitiasis

8.      Intervensi Vesikolitiasis

1.4 Manfaat

Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :

1.      Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan tentang

Vesikolitiasis

2.      Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang Vesikolitiasis

3.      Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan

kreatifitas mahasiswa.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis akan membuat

susunan Karya tulis sebagaimana sistematika di bawah ini:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Maksud dan Tujuan

1.4 Manfaat

1.5 Sistematika Penulisan

Page 3: MAKALAH VESIKOLITIASIS

BAB II ISI

2.1 Pengertian Vesikolitiasis

2.2 Etiologo Vesikolitiasis

2.3 Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala Vesikolitiasis

2.4 Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik Vesikolitiasis

2.5 Terapi Vesikolitiasis

2.6 Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik Vesikolitiasis

2.7 Diagnosa Keperawatan Vesikolitiasis

2.8 Intervensi Vesikolitiasis

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN

Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau

kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare,

2000 ).

Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang

nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi

yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin

D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung

kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya.

(Brunner and Suddarth, 2001)

Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang

mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau kandung

kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof.

Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).

Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher

kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes

disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).

Page 4: MAKALAH VESIKOLITIASIS

Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang

merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan

matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).

Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi

tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat

defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi

dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat

adanya obstruksi (Smeltzer, 2002:1442). Long, (1996:318) menyatakan sumbatan saluran kemih

yang bisa terjadi dimana saja pada bagian saluran dari mulai kaliks renal sampai meatus uretra.

Hidronefrosis adalah pelebaran/dilatasi pelvis ginjal dan kaliks, disertai dengan atrofi parenkim

ginjal, disebabkan oleh hambatan aliran kemih. Hambatan ini dapat berlangsung mendadak atau

perlahan-lahan, dan dapat terjadi di semua aras (level) saluran kemih dari uretra sampai pelvis

renalis (Wijaya dan Miranti, 2001:61).

Vesikolithotomi adalah alternatif untuk membuka dan mengambil batu yang ada di

kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami ganguan pada aliran perkemihannya

Franzoni   D.F dan   Decter   R.M ( http://www.medscape.com , 8 Juli 2006).

2.2 ETIOLOGI

   Obstruksi kelenjar prostat yang membesar

   Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)

   Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang menginervasi bladder)

   Benda asing , misalnya kateter

   Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung didinding vesika urinaria

   Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah keganasan

Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi, maupun radang.

Statis, lithiasis, dan sistitis adalah peristiwa yang saling mempengaruhi. Statis menyebabkan

bakteri berkembang sistitis; urin semakin basa memberi suasana yang tepat untuk

terbentuknya batu MgNH4PO4 (batu infeksi/struvit). Batu yang terbentuk bisa tunggal ataupun

banyak.

Page 5: MAKALAH VESIKOLITIASIS

Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin

dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu kandung kemih

(Vesikolitiasis) adalah

1. Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik

(meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),

hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

2. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat,

disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum

Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.

3. Hiperurikosuria

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium

karena masukan diet purin yang berlebih.

4. Penurunan jumlah air kemih

Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yang diminum

Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah

kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi

pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi

metabolik).

8. Batu Asan Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer dan

sekunder).

9. Batu Struvit

Page 6: MAKALAH VESIKOLITIASIS

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang

memproduksi urease.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :

1. 75 % kalsium.

2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).

3. 6 % batu asam urat.

4. 1-2 % sistin (cystine).

2.3 MANIFESTASI KLINIS / TANDA DAN GEJALA

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan

dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih

menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat

mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan

perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).

   Dapat tanpa keluhan

   Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)

   Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung penis (pada

laki-laki) dan klitoris (pada wanita).

   Terdapat hematuri pada akhir kencing

   Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU belum penuh).

   Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.

   Bila batu mneyumbat muara ureter hidrouereter hidronefrosis gagal ginjal

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung

pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul

dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar

biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika

penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan

gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.

Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal

(http://www.medicastore.com, 26 Juni 2006) adalah:

Page 7: MAKALAH VESIKOLITIASIS

1. Hematuri.

2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.

3. Demam.

4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.

5. Mual.

6. Muntah.

7. Nyeri abdomen.

8. Disuria.

9. Menggigil.

2.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:

1.Urinalisa

Warna kuning, coklat atau gelap.

a pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu

magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.

b Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi

maka sel darah putih akan meningkat.

c Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan

batu saluran kemih.

d Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.

2. Darah

a Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

b Lekosit terjadi karena infeksi.

c Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

d Kalsium, fosfat dan asam urat.

3. Radiologis

a.             Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.

b.            Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan

retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang

memadai.

Page 8: MAKALAH VESIKOLITIASIS

c.             PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih

d.            Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.

e.             Foto KUB

Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.

f.             Endoskopi ginjal

Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.

g.            EKG

Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

h.            Foto Rontgen

Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.

i.              IVP ( intra venous pylografi ) :

Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung

kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.

j.              Vesikolitektomi ( sectio alta ):

Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.

k.            Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.

Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.

l.              Pielogram retrograd

4. USG (Ultra Sono Grafi)

Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.

Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.

Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau

pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam

urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan

medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di

dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih

pada klien.(Tjokro,N.A, et al. 2001 )

2.5 TERAPI

Menurut  Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :

1. Mengatasi Simtom

Page 9: MAKALAH VESIKOLITIASIS

Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme

analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra

indikasikan pasang kateter.

2. Pengambilan Batu

a Batu dapat keluar sendiri

Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm.

b Vesikolithotomi.

c Pengangkatan Batu

1. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal

Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang

digunakan untuk memecahkan  batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam

batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang

kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang

terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

2. Metode endourologi pengangkatan batu

Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa

pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya.

Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik

untuk menghancurkan batu.

3. Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop

melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,

atau ultrasound kemudian diangkat.

d Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)

2. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam

hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan

masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

3. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi

masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium

(80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

Page 10: MAKALAH VESIKOLITIASIS

4. Pemberian obat

Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.

2.6 PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN FISIK

a. Anamnesa

1). Identitas Klien

Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa

yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah.

2). Data Medik

Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.

3). Keluhan Utama

Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih, merasa tidak

puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran

pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih,

hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual,

keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan konstipasi.

b. Pemeriksaan Fisik

1). Status Kesehatan Umum

Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital.

2). Kepala

Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa bekas terauma

pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.

3). Muka

Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka dan otot

rahang.

4). Mata

Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata,

kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien masih baik.

5). Telinga

Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda asing,

Page 11: MAKALAH VESIKOLITIASIS

membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.

6). Hidung

Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah terdapat

secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik.

7). Mulut Faring

Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut apakah

terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih

utuh atau tidak.

8). Leher

Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi pembesaran

atau tidak.

9). Dada

Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.

10). Abdomen

Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus meningkat

atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen.

11). Inguinal /Genetalia/ anus

Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah

terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun

tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk

mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.

12). Ekstermintas

Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema,

bagaimana kekuatan otot dan refleknya

Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai

tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.

Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok

Pemeriksan fisik khusus urologi

o Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal

Page 12: MAKALAH VESIKOLITIASIS

o Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh

o Genitalia eksterna : teraba batu di uretra

o Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)

2.7 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Carpenito, 2001:324).

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernafasan akibat efek anestesi (Perry dan

Potter, 2002:911).

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penekanan saraf tepi akibat insisi (Doenges,

1999:688).

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah (Doenges, 1999:691 ).

5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan akibat insisi

(Doenges, 1999:808).

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka akibat operasi (Doenges, 1999 : 682).

7. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka (Carpenito, 2001:302).

2.8 INTERVENSI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Carpenito, 2001:324)

Tujuan :  Tidak terjadi gangguan pernafasan

Kriteria Hasil : Tidak tersedak, Sekret tidak menumpuk di jalan nafas dan tidak ditemukan tanda

cyanosis

Intervensi :

a. Kaji pola nafas klien.

b. Kaji perubahan tanda vital secara drastis.

c. Kaji adanya syanosis.

d. Bersihkan sekret dijalan nafas.

e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernafasan akibat efek anestesi (Doenges,

1999:911).

Tujuan : pola nafas menjadi normal (vesikuler).

Kriteria Hasil : pola nafas efektif, bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia.

Page 13: MAKALAH VESIKOLITIASIS

Intervensi :

a. Pertahankan jalan nafas dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal

oral.

b. Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.

c. Posisikan klien dengan nyaman.

d. Observasi pengembalian fungsi otot pernafasan.

e. Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.

f. Berikan 0ksigen jika diperlukan.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan saraf tepi akibat insisi (Doenges,

1999:688).

Tujuan : klien merasa nyaman.

Kriteria Hasil : klien tidak gelisah, skala nyeri 1-2, tanda vital normal.

Intervensi :

a. Kaji tanda vital klien.

b. Catat lokasi dan lamanya intensitas nyeri.

c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

e. Kolaborasi pemberian analgesik (Narkotik), anti spasmodik dan kortikosteroid.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah (Doenges, 1999 :691)

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil : Klien habis satu porsi dari rumah sakit, tidak mengeluh lemas, membran mukosa

lembab dan tanda vital normal.

Intervensi :

a. Kaji tanda vital klien.

b. Kaji kebutuhan nutrisi klien.

c. Timbang berat badan klien setiap hari.

d. Kaji turgor klien.

e. Awasi input dan output klien.

f. Cacat insiden muntah dan catat karakteristik dan frekuensi muntah.

g. Berikan makan sedikit tetapi sering.

h. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.

Page 14: MAKALAH VESIKOLITIASIS

5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan akibat insisi

(Doenges, 1999:808).

Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria Hasil :

a. Monitor tanda vital.

b. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.

c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.

d. Monitor status mental klien.

e. Monitor berat badan tiap hari.

f. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).

g. Kolaborasi pemberian diuretik.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi (Doenges, 1999 : 682).

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda

infeksi.

Intervensi :

a. Kaji lokasi dan luas luka.

b. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan fungsi).

c. Pantau tanda vital klien.

d. Kolaborasi pemberian antibiotik.

e. Ganti balut dengan prinsip steril.

7. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka (Carpenito, 2001:302).

Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit .

Kriteria Hasil: tidak ditemukan tanda infeksi, tidak ada luka tambahan

Intervensi :

a. Kaji drainase luka.

b. Monitor adanya tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan fungsi).

c. Kaji adanya luka tambahan pada klien.

d. Ganti balut dengan prinsip steril.

e. Kolaborasi pemberian antibiotik.

f. Himbau agar klien membatasi mobilitasnya.

Page 15: MAKALAH VESIKOLITIASIS