Makalah UTS Akbank

download Makalah UTS Akbank

of 11

Transcript of Makalah UTS Akbank

Pengaruh Kebijakan Giro Wajib Minimum Periode 2012-2013 Pada Bank KEB Hana Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan

Disusun Oleh:Inten Puji Rianti120110120027

PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS PADJAJARAN2013

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul " Pengaruh Kebijakan Giro Wajib Minimum Periode 2012-2013 Pada Bank KEB HanaPenulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Akuntansi Perbankan dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, penulis mengucapkan terimakasih.Bandung, April 2014

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB I PENDAHULUAN3A.Latar Belakang3B.Rumusan Masalah3C.Tujuan3BAB II PEMBAHASAN4A.Pengertian Giro Wajib Minimum4B.Kebijakan Tentang Giro Wajib Minimum Periode 2012-20135C. Pengaruh Kebijakan GWM periode 2013-2014 pada Bank KEB Hana8BAB III PENUTUP9A.Kesimpulan9B.Saran9DAFTAR PUSTAKA10

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBeralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan tentu saja perbankan Indonesia mengalami perubahan. Salah satu perubahan tersebut adalah dalam hal Giro Wajib Minimum.Giro Wajib minimum merupakan salah satu alat untuk mendukung pencapaian stabilitas moneter. Selain itu guna mencapai kecukupan likuiditas yang memadai dan menjalankan fungsi intermediasi secara optimal perlu dilakukan pengaturan likuiditas bank melalui penyusuaian kebijakan giro wajib minimum. Selama periode 2012-2013 kebijakan mengenai giro wajib minimum melakukan banyak penyesuaian dan disiapkan untuk meningkatkan stabilitas perbankan di Indonesia.B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari Giro Wajib Minimum?2. Bagaimana kebijakan tentang Giro Wajib Minimum periode 2012-2013 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia?3. Bagaimana pengaruh kebijakan tentang Giro Wajib Minimum periode 2012-2013 pada Bank KEB-Hana?C. Tujuan Tujuan dari pemuatan ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui dan memahami tentang Giro Wajib Minimum2. Mengetahui dan memahami kebijakan tentang Giro Wajib Minimum pada periode 2012-20133. Mengetahui dan memahami pengaruh kebijakan Giro Wajib Minimum pada periode 2012-2013 pada Bank KEB Hana

BAB II

PEMBAHASANA. Pengertian Giro Wajib MinimumMenurut Peraturan Bank Indonesia nomor NOMOR: 15/15/PBI/2013, Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disingkat GWM adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK. Bank wajib memenuhi GWM dalam Rupiah. GWM dalam Rupiah sebagaimana dimaksud terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder, dan GWM LDR. Bank Devisa selain wajib memenuhi ketentuan GWM dalam rupiah juga wajib memenuhi GWM dalam valuta asing.Pengertian untuk GWM Primer adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK. Sedangkan GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank berupa Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito Bank Indonesia, Surat Berharga Negara dan/atau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK. Serta pengertian GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih antara LDR yang dimiliki oleh Bank dengan LDR Target. Giro Wajib Minimum merupakan liquiditas wajib minimum bank yang wajib dijaga dan dipelihara oleh setiap bank. liquiditas tersebut dimaksudkan agar bank dapat memenuhi kewajibannya terhadap penarikan simpanan masyarakat sewaktu-waktu. Untuk itu setiap bank harus mengelolah liquiditasnya dengan baik agar setiap penarikan dana masyarakat dapat terpenuhi, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap bank semakin meningkat dan kegiatan operasional bank akan berjalan dengan baik.Menurut Hasibuan (2004;95) fungsi-fungsi Giro Wajib Minimum antara lain :

1. Untuk memenuhi ketetapan Bank Indonesia2. Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat3. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring4. Untuk memperkuat daya tahan dalam persaingan antar bank5. Untuk menentukan tingkat kesehatan bank6. Merupakan salah satu alat kebijakan moneter untuk mengaturjumlah uang yang beredar.7. Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan nilai tukar uang.8. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank.B. Kebijakan Tentang Giro Wajib Minimum Periode 2012-2013

Selama periode 2012-2013 terdapat beberapa kebijakan mengenai Giro Wajib Minimum yang berlaku, yaitu: Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5158 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/10/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5200) Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5446) Peraturan Bank Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional

Adanya penerbitan peraturan merupakan akibat dari perubahan rate GWM primer, GWM sekunder, GWM valuta asing dan batas atas bawah dari GWM LDR. Berikut perubahan tersebut:12/19/PBI/201013/10/PBI/201115/7/PBI/201315/15/PBI/2013

GWM Primer8 % dari DPK rupiahTidak ada perubahanTidak ada perubahanTidak ada perubahan

GWM Sekunder2,5 % dari DPK rupiahTidak ada perubahana. sebesar 2,5% dari DPK Rupiah sampai tanggal 30 September 2013;b. sebesar 3% dari DPK Rupiah sejak 1 Oktober 2013 -31 Oktober 2013; c. sebesar 3,5% dari DPK Rupiah sejak 1 November 2013 -1 Desember 2013 4. sebesar 4% dari DPK Rupiah sejak tanggal 2 Desember 2013. Tidak ada perubahan

GWM Valas1 % dari DPK valuta asinga. sejak tanggal 1 Maret 2011 -31 Mei 2011, sebesar 5% dari DPK dalam valuta asing. b. sejak tanggal 1 Juni 2011, sebesar 8% dari DPK dalam valuta asing. Tidak ada perubahanTidak ada perubahan

Batas atas dan bawah LDRAtas 100 % bawah 78 %Tidak ada perubahana. Batas bawah LDR Target sebesar 78% b. Batas atas LDR Target: 1) sebesar 100% sampai dengan tanggal 1 Desember 2013; dan 2) sebesar 92% sejak tanggal 2 Desember 2013. Tidak ada perubahan

Latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional bukan untuk perubahan rate melainkan untuk penegasan wewenang dan fungsi Bank Indonesia di dalam ketentuan GWM. Selain itu, diperlukan penegasan koordinasi dengan OJK di dalam ketentuan GWM antara lain terkait dengan pemberian insentif bagi bank yang melakukan merger/konsolidasi berupa kelonggaran GWM primer, pemberian kelonggaran dalam pemenuhan ketentuan GWM LDR bagi bank yang terkena pembatasan kegiatan usaha tertentu oleh OJK terkait dengan penyaluran kredit dan penghimpunan dana, serta pemeriksaan bank oleh BI terkait kepatuhan terhadap pemenuhan ketentuan GWM.

Dalam ketentuan GWM, koordinasi antara BI dengan OJK akan dilakukan dalam hal: a. Pemberian insentif merger/konsolidasi, yaitu: 1) BI dapat memberikan kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah kepada bank yang melakukan merger atau konsolidasi. 2) Kelonggaran tersebut ditetapkan sebesar 1% (satu persen) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak merger atau konsolidasi berlaku efektif dan tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan GWM Sekunder dan GWM LDR. 3) Pemberian kelonggaran tersebut dilakukan atas permintaan Bank kepada Bank Indonesia yang disertai persetujuan dari OJK mengenai pemberian insentif merger 2 atau konsolidasi berupa kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah. b. Kelonggaran pemenuhan ketentuan GWM LDR terhadap bank yang terkena pembatasan kegiatan usaha oleh OJK, yaitu : 1) BI dapat memberikan kelonggaran atas pemenuhan ketentuan GWM LDR terhadap Bank yang terkena pembatasan kegiatan usaha oleh OJK terkait dengan penyaluran kredit dan penghimpunan dana. 2) Pemberian kelonggaran tersebut dilakukan atas dasar permintaan OJK.

c. Perbedaan data KPMM, yaitu : Dalam hal terdapat perbedaan antara hasil perhitungan KPMM yang diterima BI dari OJK, dengan hasil perhitungan KPMM yang dilakukan oleh Bank maka yang berlaku adalah hasil perhitungan KPMM yang dilakukan oleh OJK. d. Pemeriksaan bank oleh BI 1) Bank Indonesia berwenang melakukan pemeriksaan kepada Bank untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap ketentuan GWM. 2) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: i. BI melakukan pemeriksaan langsung; ii. BI melakukan pemeriksaan bersama OJK; atau iii. BI menggunakan data hasil pemeriksaan OJK. C. Pengaruh Kebijakan Tentang Giro Wajib Minimum Periode 2012-2013 Pada Bank Negara Sejak pengesahan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional pada tanggal 31 Desember 2013 yang memberitakan pemberian insentif bagi bank yang melakukan konsolidasi dan merger OJK telah menerima satu proposal konsolidasi dan merger. Proposal tersebut diajukan oleh Bank Hana Indonesia yang akan melebur dengan PT Bank Korea Exchange Bank Indonesia (KEB) pada 9 Januari 2014.Proses merger ini juga dilakukan dalam rangka pemenuhan peraturan BI yaitu Single Presence Policy (SPP). Bank KEB Indonesia resmi merger dengan Bank Hana pada 11 Februari 2014. Proses merger ini juga telah disahkan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 20 Februari 2014. Setelah proses merger selesai, maka nama bank tersebut berubah menjadi Bank KEB Hana.Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Bank KEB Hana mendapatkan insentif berupa kelonggaran kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah sebesar 1% (satu persen) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak merger atau konsolidasi berlaku efektif dan tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan GWM Sekunder dan GWM LDR.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanSelama periode 2012-2013 Bank Indonesia telah menerbitkan dua regulasi terkait Giro Wajib Minimum yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5446) dan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 membuat perubahan GWM Sekunder menjadi 4 % serta batasan atas LDR menjadi 92 % dan batasan bawah sebesar 78 %. Sedangkan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 bukan untuk perubahan rate melainkan untuk penegasan wewenang dan fungsi Bank Indonesia di dalam ketentuan GWM. Selain itu, diperlukan penegasan koordinasi dengan OJK di dalam ketentuan GWM antara lain terkait dengan pemberian insentif bagi bank yang melakukan merger/konsolidasi berupa kelonggaran GWM primer, pemberian kelonggaran dalam pemenuhan ketentuan GWM LDR bagi bank yang terkena pembatasan kegiatan usaha tertentu oleh OJK terkait dengan penyaluran kredit dan penghimpunan dana, serta pemeriksaan bank oleh BI terkait kepatuhan terhadap pemenuhan ketentuan GWM. Bank KEB Hana telah mendapatkan insentif kelonggaran GWM atas proses mergernya yang telah disahkan OJK pada 11 Februari 2014.B. SaranInsentif kelonggaran GWM primer yang diberikan oleh OJK dan Bank Indonesia sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh bank-bank dengan melakukan konsolidasi. Hal ini diharapkan akan meningkatkan kondisi perbankan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

H.Malayu S.P.Hasibuan, 1996. Dasar-Dasar Perbankan.PT Bumi Aksara, Jakarta. Bank Indonesia, 2010. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing, Jakarta Bank Indonesia, 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/10/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5200), Jakarta. Bank Indonesia, 2013. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5446), Jakarta. Bank Indonesia, 2013. Peraturan Bank Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional, Jakarta http://www.hanabank.co.id/contents/english/news_01.jsp#10