Makalah Mksp Uts

32
MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK PENGELOLAAN TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH MENUJU PEMERINTAHAN YANG MELAYANI KEPENTINGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENSEJAGTERAKAN RAKYAT DI DAERAH NAMA : ALFIAN CAHYA NUGRAHA NIM : BCA 113 262 KELAS : C UNIVERSITAS PALANGKARA FAKULTAS EKONOMI

description

alfian

Transcript of Makalah Mksp Uts

Page 1: Makalah Mksp Uts

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

PENGELOLAAN TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH MENUJU PEMERINTAHAN

YANG MELAYANI KEPENTINGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA

MENSEJAGTERAKAN RAKYAT DI DAERAH

NAMA : ALFIAN CAHYA NUGRAHA

NIM : BCA 113 262

KELAS : C

UNIVERSITAS PALANGKARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI S-I AKUNTANSI

2015

Page 2: Makalah Mksp Uts

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “PENGELOLAAN TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH MENUJU

PEMERINTAHAN YANG MELAYANI KEPENTINGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA

MENSEJAGTERAKAN RAKYAT DI DAERAH’’ tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR

PUBLIK ”. Makalah ini berisikan tentang PENGELOLAAN TATA KELOLA KEUANGAN

DAERAH MENUJU PEMERINTAHAN YANG MELAYANI KEPENTINGAN MASYARAKAT

DALAM RANGKA MENSEJAGTERAKAN RAKYAT DI DAERAH. diharapkan makalah ini

dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan

dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan

makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan

pembaca.

Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang

berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya.

Palangkaraya, 2015

Penulis

Page 3: Makalah Mksp Uts

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................

B. Perumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. KEUANGAN DAERAH

B. PERBAIKAN MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

C. PEMBARUAN TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH

D. PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN  KEUANGAN DAERAH

E. PENGORGANISASIAN KEUANGAN DAERAH

F. TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN KEUANGAN DAERAH

G. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................

Page 4: Makalah Mksp Uts

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengelolaan keuangan daerah telah mengalami perubahan yang sangat mendasar

sejak terjadinya reformasi. Terbentuknya era reformasi memberikan dampak yang

positif bagi Indonesia. Reformasi memberikan kebebasan pada masyarakat untuk

menyampaikan aspirasi mereka dan mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Reformasi birokasi merupakan salah satu bentuk dari reformasi Indonesia, hal

ini merupakan bentuk pembaharuan dan perubahan pada sistempemerintahan

Indonesia agar terciptanya pemerintahan yang baik / good government Pemerintah

Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah

dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

yang seluas-luasnya. dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2).

Dari hal tersebut Pemerintah daerah merupakan penyelenggara pemerintahan yang

mencakup urusan daerah berdasarkan undang – undang dan asas otonomi serta

berwenang untuk mengelola dan mengatur daerah untuk mensejahterakan

masyarakat. Otonomi daerah memberikan berubahan yang signifikan pada

pemerintahan seperti berubahan sistem akuntansi, dan manajemen pubik. Seperti

halnya pemerintah pusat yang berperan untuk mengatur seluruh kepentingan

Negara secara makro, yang didukung oleh lembaga – lembaga untuk mengatur

setiap sendi pemerintahan. Begitu juga dengan pemerintah daerah yang

memerlukan lembaga – lembaga untuk membantu dalam mengelola daerah. Oleh

karena itu pemerintah daerah membentuk lembaga daerah baik ditingkat kota

kabupaten maupun provinsi.

Dengan adanya publikasi laporan realisasi anggaran oleh pemerintah daerah

maka dapat memberikan informasi bagi masyarakat. Berdasarkan laporan realisasi

anggaran tersebut pembaca laporan dapat membuat analisis kinerja laporan

keuangan berupa analisis pendapatan, analisis belanja, dan analisis pembiayaan.

Dalam komponen laporan realisasi anggaran terdapat belanja, belanja pada

pemerintah daerah digunakan untuk mebiayai keperluan operasional terkait

Page 5: Makalah Mksp Uts

kebutuhan dan keperluan pemerintahan. Belanja mengundang banyak perhatian dari

masyarakat karena masyarakat merupakan pemberi dana public, yang didiberikan

melalui pajak maka masyarakat perlu ngentahui apakah dana yang terlah mereka

berikankepada pemerintah mampu digunakan secara efisien, efektif, dan

berorientasi pada masyarakat. pertanyaan ini wajar jika muncul ditengah – tengah

masyarakatyang haus akan keterbukaan. Pertanyaan tersebut didasarkan pada

keadaan sekarang yang banyak terjadinya kasus korupsi dikalangan pemerintah.

Karena belanja sifatnya mudah untuk dilakukan maka rentan terjadi inefisien, maka

dibutuhkan perencanaan, pengendalian dan pengawasan terhadap belanja perlu

dilakukan. Setelah melakukan belanja dan telah dalam laporkan dilaporan realisasi

anggaran, maka perlu dilakukan analisis terhadap belanja. Dengan adanya analisis

terhadap belanja maka dapat dilhat kinerja dari anggaran belanja, hal ini dapat

dilihat dari laporan realisasi anggaran, seberapa jumlah belanja yang telah

terrealisasi dari anggaran yang dianggarkan.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa itu keuangan daerah,dan darimana sumber keuangan daerah

berasal ?

b. Jelaskan maksud pembaruan dalam tata kelola keuangan daerah dan

apa pertanggung jawaban nya terhadap masyarkat ?

c. Jelaskan siklus pengelolaan keuangan daerah ?

d. apa yang akan dilakukan untuk perbaikan mekanisme pengelolaan

keuangan daerah ?

C. TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui pengertian dari sistem keuangan daerah.

Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang pendapatan daerah dan

sumber pendapatan daerah.

Untuk mengetahui siklus pengelolaan keuangan daerah.

Untuk mengetahui apa aja yang akan di perbaiki oleh pemerintah

dalam perbaikan mekanisme keuangan daerah

Untuk mengetahui tata cara pengeloalan daerah

D.

Page 6: Makalah Mksp Uts

BAB II

PEMBAHASAN

A. KEUANGAN DAERAH

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.

Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan  pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena

jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan

keuangan daeran

Dari Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah ini memang

harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-masing. Tetapi

kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam

pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa

permasalahan yang sebagian besar permasalahan-permasalahan tersebut

disebabkan keadaan intern dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah adalah sikap

personal dari pejabat-pejabat daerah terutama mengenai kebijakan menghambur-

hamburkan dana yang secara tidak langsung  akan berpengaruh terhadap pribadi

pejabat-pejabat daerah.

Disamping itu, dengan adanya sumber dana  keuangan daerah yang salah

satunya berasal dari bantuan pemerintah pusat  maka diharapkan pemerintah

daerah memang harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar

anggaran dana dari pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa

tercukupi dengan baik. Walaupun pemerintah pusat sudah memberikan instruksi

bahwa ketika keuangan daerah mengalami kekurangan  bisa meminta ke

pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan

pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung akan membuat

kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi terhambat

Page 7: Makalah Mksp Uts

Sumber Keuangan Daerah

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan

daerah terdiri  atas : 

a. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu penerimaan yang

diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah).

b. Dana Perimbangan

           Merupakan sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari  APBN untuk

mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah   dalam mencapai

tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan

dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Dana Perimbangan merupakan

kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lain, mengingat tujuan masing-masing jenis

penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi. Dana Perimbangan merupakan

sumber pembiayaan yang berasal dari bagian daerah dari Pajak Bumi dan

Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, penerimaan dari sumber

daya alam, serta Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.

Lebih jelasnya Dana Perimbangan terdiri dari :

1. Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004).

2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).

Page 8: Makalah Mksp Uts

3. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk

membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

prioritas nasional (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Menurut Pasal 43 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain pendapatan

terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Hibah adalah

Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga

asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau

perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa,

termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan

Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada

Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis

solvabilitas.

Sistem Informasi Keuangan Daerah

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu fasilitas yang

diselenggarakan oleh Menteri Keuangan untuk mengumpulkan, melakukan validasi,

mengolah, menganalisis data, dan menyediakan informasi keuangan daerah dalam

rangka merumuskan kebijakan dalam pembagian dana perimbangan, evaluasi

kinerja keuangan daerah, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (RAPBN) serta memenuhi kebutuhan lain, seperti statistik keuangan

negara.

SIKD ini diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Sumber informasi bagi

sistem informasi keuangan daerah terutama adalah laporan informasi APBD

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) UU Nomor 25 Tahun 1999, yaitu:

informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah dan informasi mengenai kinerja

keuangan daerah dari segi efisiensi dan efektivitas keuangan dalam rangka

desentralisasi.

Page 9: Makalah Mksp Uts

Tujuan penyelenggaraan SIKD adalah:

a. membantu Menteri Keuangan dalam merumuskan kebijakan keuangan

daerah;

b. membantu menyediakan data dan informasi kepada Sekretariat Bidang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD) pacla Dewan

Pertimbangan Otonomi Daerah;

c. membantu Menteri Keuangan dan instansi terkait IainnYa dalam melakukan

evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan RAPBN, dan kebutuhan lain

seperti statistik keuangan negara;

d. membantu pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakar keuangan dan

menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dar Belanja Daerah (RAPBD),

pemerintahan, dan pembangunan di Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan  pengawasan keuangan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan

ditetapkan dengan peraturan daerah.

Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban

daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai

dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah

pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan bagian dari

pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari

keuangan negara.

Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut

menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu

sistem pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan

daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan

Page 10: Makalah Mksp Uts

keungan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan

pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah

tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi

keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Halim (2004) berpendapat bahwa undang-undang tentang perimbangan keuangan

pusat dan daerah memberi keleluasaan daerah untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dengan tujuan agar kesejahteraan masyarakat semakin baik,

mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan dan pemeliharaan

hubungan. Dampak berlakunya otonomi dan desentralisasi tersebut terhadap

pengelolaan keuangan daerah adalah semakin meluasnya kewenangan pemerintah

daerah dalam mengelola uang rakyat (public money). Agar pengelolaan dana

masyarakat tersebut dapat dilakukan secara lebih transparan, ekonomis, efisien,

efektif dan akuntabel, perlu dilakukan perubahan paradigma dalam pengelolaan

keuangan daerah. Sampai saat ini banyak terjadi penyimpangan dan

penyelewengan terhadap dana masyarakat yang dipercayakan kepada pemerintah.

Oleh karena itu dalam pengelolaan keuangan daerah perlu perencanaan yang lebih

ekonomis, efisien dan efektif atau lebih dikenal dengan pengelolaan keuangan

daerah berbasis kinerja dan berbasis outcome (Mardiasmo, 2002). Usaha untuk

mewujudkan new public management dilakukan dengan pemperhatikan pengukuran

kinerja organisasi. Oleh karena itu, organisasi sektor publik memerlukan suatu

pengukuran kinerja yang berbasis value for money.

Value for money adalah konsep pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang

berlandaskan pada tiga pilar yaitu:

1. Ekonomi, adalah perbandingan input dengan input value yang dinyatakan

dengan satuan moneter dengan tujuan meminimalisir sumber daya yang

digunakan untuk melakukan program kerja agar tidak terjadi pemborosan.

2. Efisiensi, adalah perbandingan output dan input yang dikaitkan dengan target

dan tujuan.

3. Efektivitas, adalah perbandingan outcome dengan output untuk melihat

sejauh mana hasil suatu layanan mencapai dampak yang diharapkan atau

ditargetkan. Mardiasmo (2002) menggambarkan model Value for money

sebagai berikut:

Page 11: Makalah Mksp Uts

Konsep VFM tersebut penting bagi pemerintah sebagai pelayanan masyarakat,

karena implementasi konsep tersebut memberi manfaat:

1. Efektivitas layanan publik, dalam arti pelayanan tepat sasaran

2. Meningkatkan mutu layanan

3. Biaya pelayanan yang murah karena hilangnya inefisiensi dan penghematan

dalam penggunaan sumber daya

4. Alokasi biaya yang lebih berorientasi pada kepentingan publik dan

5. Meningkatkan public cost awarness sebagai pelaksanaan

pertanggungjawaban publik.

Dalam konteks otonomi daerah, konsep tersebut merupakan jembatan untuk

menghantarkan Pemerintah Daerah mencapai good governance, yaitu pemerintah

daerah yang transparan, ekonomis, efisien, efektif, responsif dan akuntabel.

Salah satu kata kunci dalam keberhasilan pengelolaan keuangan daerah

adalah akuntabilitas publik. Karena pemerintah sebagai pengemban amanat

masyarakat bertanggung jawab atas kinerja yang telah dilakukannya. Untuk

mendukung dilakukannya pengelolaan dana masyarakat yang mendasarkan konsep

VFM, maka diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah

yang berorientasi pada kinerja (performance budget).

Anggaran kinerja tersebut adalah untuk mendukung terciptanya akuntabilitas

publik Pemerintah Daerah dalam rangka otonomi daerah dan desentralisasi.

Perubahan dalam sistem anggaran daerah yang dikehendaki berorientasi pada:

1. Anggaran daerah harus bertumpu pada kepentingan publik

2. Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah

(work better and cost less)

3. Anggaran daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas

secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran

4. Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja untuk seluruh

jenis pengeluaran maupun pendapatan

5. Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja disetiap

organisasi yang terkait

Page 12: Makalah Mksp Uts

6. Anggaran daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para

pelaksananya . Performance budget sebagai upaya untuk memperbaiki

proses pengendalian dan pengawasan anggaran.

Pengawasan dan pengendalian tidak hanya dilakukan pada akhir proses

anggaran, tetapi harus dilakukan pada setiap tahap mulai dari perencanaan,

implementasi maupun output-nya akan dievaluasi. Hal ini dimaksudkan agar setiap

penyimpangan atau kesalahan yang terjadi sedini mungkin dapat terdeteksi dan

dapat dikendalikan sehingga efisiensi dan efektivitas dapat tercapai. Perencanaan

anggaran entitas pemerintah yang berorientasi pada kinerja pada dasarnya

melibatkan tiga elemen penting yang saling terkait dan terintegrasi yaitu:

masyarakat, DPRD dan Pemerintah Daerah.

Adapun fungsi Pemerintah Daerah adalah sebagai pelaksana teknis yang

meliputi:

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan sistem pengelolaan keuangan

daerah agar dihasilkan pengelolaan keuangan daerah yang sesuai

dengan kondisi daerah

2. Untuk mengontrol dan mengendalikan target penerimaan dan pengeluaran

sesuai dengan APBD yang ditetapkan

3. Informasi keuangan lebih transparan dan dapat dipercaya, baik kepada

DPRD, Pemerintah Pusat, masyarakat maupun dunia Internasional.

B. PERBAIKAN MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pada kenyataannya mekanisme pengelolaan keuangan daerah tidak hanya

dipengaruhi UU tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Beberapa

produk hukum lain yang juga berpengaruh adalah UU tentang keuangan negara,

UU perbendaharaan negara, UU perencanaan nasional, UU anti korupsi dan

pedoman akuntansi pemerintahan (sistem akuntansi pemerintahan). Menyadari

akan hal itu maka pemerintah melakukan revisi PP 105/2000 tentang pengelolaan

keuangan daerah, dengan telah mempertimbangkan berbagai aspek penting dari

produk hukum lainnya.

Beberapa aspek pengelolaan keuangan daerah yang cukup penting

diantaranya adalah (Raksaka Mahi, 2005);

1. Kejelasan penerimaan daerah dan sumber-sumbernya.

Page 13: Makalah Mksp Uts

Selama ini secara umum diketahui bahwa dana transfer dari pusat tetap

merupakan sumber keuangan terbesar bagi pemerintah daerah. Dana Alokasi

Umum (DAU), merupakan sumber dana yang pasti bagi daerah. Dana

perimbangan lain seperti bagi hasil sumber daya alam juga merupakan salah

satu sumber yang penting. Namun berdasarkan laporan dari daerah

penghasil, penyalurannya sering terlambat sampai kepada daerah, sehingga

mengganggu proses implementasi di daerah. Kepastian penerimaan menjadi

salah satu aspek penting pengelolaan daerah di masa mendatang.

2. Pengelolaan Defisit Anggaran Daerah.

Sesuai dengan UU No. 17/2003, akumulatif defisit anggaran secara nasional

(pusat dan daerah) tidak diperbolehkan melampaui 3% dari PDB.

Berdasarkan hal itu pengendalian defisit dan surplus APBD sangat penting

dalam rangka kesinambungan fiskal nasional. Pasal 83 UU No. 33/2004

memberikan penegasan bahwa Pemda sebaiknya mendukung upaya ini.

Tentu saja terdapat sangsi berupa penundaan penyaluran dana perimbangan

bagi daerah yang tidak menjalankannya. Di sisi lain, disadari bahwa

diperbolehkan defisit apabila hal itu dilakukan sebagai stimulus bagi

perekonomian daerah.

3. Sistem Keuangan Daerah sebagai bagian dari Sistem Keuangan Nasional.

Sebagai bagian dari sistem keuangan nasional, maka pengelolaan keuangan

daerah sebaiknya:

Mengacu kepada suatu standar akuntansi tertentu, yaitu standar

akuntansi pemerintahan (SAP).

Penetapan APBD mengikuti siklus anggaran daerah yang terkait

dengan siklus anggaran pusat. Terdapat suatu proses dan jadwal

penyusunan dan penetapan APBD yang dikaitkan dengan siklus

penetapan anggaran baik di pusat maupun provinsi.

Terdapat prioritas anggaran daerah yang tidak bertentangan dengan

prioritas anggaran APBN.

4. APBD juga dikaitkan dengan proses perencanaan daerah dan nasional.

APBD merupakan wujud dari implementas perencanaan daerah yang

mengacu kepada perencanaan nasional. Oleh karena itu mestinya

penyusunannya berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Page 14: Makalah Mksp Uts

(RKPD). Sedangkan RKPD berpedoman pada rencana kerja pemerintah

yamg bersifat nasional. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan

pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. Dalam

kerangka kebijakan fiskal di daerah, APBD sendiri mempunyai fungsi

otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi

ekonomi.

5. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah.

Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah

dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh :

a. Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

b. Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat

pengguna anggaran/barang daerah. Selaku PPKD, kepala daerah

memiliki tugas: a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan

keuangan daerah. b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan

perubahan APBD.

c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

d. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah.

e. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung-

jawaban pelaksanakan APBD.

f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan.

C. PEMBARUAN TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH

Reformasi tata kelola keuangan negara/daerah telah digulirkan oleh pemerintah

pusat, yang merupakan langkah maju khususnya dalam menata sistem

pemerintahannya. Reformasi tata kelola keuangan negara/daerah secara ideal tidak

hanya mencakup reformasi akuntansi keuangannya. Namun demikian, reformasi

akuntansi sektor publik merupakan sesuatu yang sangat fundamental khususnya

bagi pengelolaan keuangan daerah. Reformasi ini, secara substantif mengandung

pengertian pengelolaan sumber-sumber daya daerah secara ekonomis, efisien,

efektif, transparan, dan akuntabel dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan

Page 15: Makalah Mksp Uts

pemberdayaan daerah. Paket Undang-undang bidang Keuangan Negara telah

memberikan landasan/payung hukum di bidang pengelolaan dan administrasi

keuangan negara/daerah. Undang-undang ini dimaksudkan pula untuk

memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan

yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan

kewenangan itu. Agar kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan

sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, diperlukan

kaidah-kaidah sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah.

Otonomi Daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam

pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk

mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan

potensi daerah sendiri. Kewenangan yang luas, utuh dan bulat yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pada semua

aspek pemerintahan ini, pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada

pemberi wewenang dan masyarakat. Penerapan otonomi daerah seutuhnya

membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan daerah berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Oleh

karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka

mengelola dana APBD secara transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel.

Dalam perundang-undangan bidang keuangan negara ini secara tegas diatur

bagaimana Pemerintah Daerah menata sistem pemerintahan khususnya di bidang

keuangan. Undang-undang ini mengatur mengenai asas umum perbendaharaan

negara, kewenangan pejabat pengelola keuangan negara, pelaksanaan pendapatan

dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang, piutang dan utang negara/daerah,

pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah, penatausahaan dan

pertanggungjawaban APBN/APBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian

kerugian negara/daerah, serta pengelolaan keuangan badan layanan umum.

Penyusunan RAPBD dengan pendekatan prestasi kerja, penerapan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah, penyajian Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas

sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Daerah, merupakan beberapa hal baru

yang diamanahkan dalam peraturan tersebut.

Page 16: Makalah Mksp Uts

D. PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN  KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. APBD merupakan

dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu. Ketentuan ini

berarti, bahwa APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah

dan semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun

anggaran tertentu. Dengan demikian, pemungutan semua penerimaan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk memenuhi target yang

ditetapkan dalam APBD. Semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan

sasaran yang ditetapkan dalam APBD, sehingga APBD menjadi dasar bagi kegiatan

pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.

Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka

desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD. Semua penerimaan daerah dan

pengeluaran daerah yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan dekosentrasi atau

tugas pembantuan merupakan penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelak-

sanaan desentralisasi. APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD ditetapkan

dengan peraturan daerah dan merupakan dokumen daerah.

E. PENGORGANISASIAN KEUANGAN DAERAH

Sesuai dengan arahan Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA), APBD

mulai dilaksanakan semenjak Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA) dan Daftar Isian

Proyek Daerah (DIPDA) disahkan oleh kepala daerah menjadi dokumen

pelaksanaan APBD. DIKDA dan DIBDA selanjutnya diproses dengan dengan Surat

Keputusan Otorisasi (SKO), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah

Membayar Uang (SPMU) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ). Semua proses

tersebut dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan di unit kerja dengan sentralisasi

pengelolaan keuangan di bagian keuangan pada Pemerintah Kab/Kota dan di biro

keuangan di pemerintah Provinsi.

Sedangkan penatausahaan pengelolaan keuangan daerah yang diamanatkan

dalam Kepmendagri No 29/2002 juga hampir sama  dengan MAKUDA walaupun

sistem anggaran yang dianut berbeda. APBD mulai dilaksanakan semenjak

Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) disahkan oleh kepala daerah menjadi

Page 17: Makalah Mksp Uts

dokumen pelaksanaan APBD. DASK selanjutnya diproses dengan dengan Surat

Keputusan Otorisasi (SKO), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah

Membayar Uang (SPMU) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

Semua proses tersebut dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan di unit kerja

dengan sentralisasi pengelolaan keuangan di bagian keuangan pada Pemerintah

Kab/Kota dan di biro keuangan di pemerintah Provinsi. Selanjutnya perubahan

mendasar baru terjadi semenjak diberlakukannya Undang-Undang No 1 Tahun 2004

Tentang Perbendaharaan dan Permendagri No 13 Tahun 2003, dimana

penyusunan-penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran didesentralisasi di unit

kerja (SKPD). Pelaksanaan APBD dimulai dengan penyusunan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD). Berdasarkan

DPA-SKPD selanjutnya Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menerbitkan Surat

Permintaan Dana (SPD). Berdasarkan SPD, bendahara di SKPD menyusun Surat

Permintaan Pembayaan untuk berbagai beban belanja SKPD. Selanjutnya Kepala

SKPD sebagai pengguna anggaran menerbitkan Surat Perintah Membayar sesuai

dengan SPP yang telah diverifikasi. SPM yang telah diterbitkan selanjutnya diajukan

kepada kuasa BUD untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

Selanjutnya SP2D digunakan sebagai dasar untuk mencairkan dana di Kas Daerah.

Dengan adanya reformasi atau pembaharuan dalam sistem

perrtanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan

oleh Pemda baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu

Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981.

Sistem yang lama (MAKUDA) dengan ciri-ciri , antara lain single entry (pembukuan

tunggal), incremental budgeting(penganggaran secara tradisional yakni rutin dan

pembangunan) dan pendekatan anggaran berimbang dinamis sudah tidak dapat lagi

memenuhi kebutuhan daerah, karena beberapa alasan antara lain Tahapan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran yang meliputi :

1. Tidak mampu memberikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh

daerah, atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca;

2. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga

manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang

menyebabkan adanya kenaikan atau penurunan kas daerah; dan

3. Tidak mampu memberikan informasi tentang kekayaan daerah.

Page 18: Makalah Mksp Uts

Dimana kami meyakini bahwa beberapa alasan diatas merupakan langkah awal bagi

reformasi Sumber Daya Manusia bidang Keuangan. Dalam menyelenggarakan

kegiatan pengelolaan keuangan daerah maka pengelola keuangan daerah perlu

melakukan pengorganisasian dengan baik. Pada Permendagri 21/2011,

Permendagri 59/2007 dan Permendagri 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah dapat diklasifikasikan pada 4 aturan kegiatan utama, yaitu:

1. perencanaan anggaran yang mencakup penyusunan dan penetapan

anggaran,

2. pelaksanaan anggaran,

3. perubahan anggaran

4. pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.

Terhadap empat kegiatan utama tersebut juga diatur ketentuan tentang pengelolaan

kas, penatausahaan dan akuntansi serta pelaporan keuangan daerah. Sedangkan

untuk pengawasan pelaksanaan anggaran diatur dengan ketentuan tersendiri dan

dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengawas Daerah.

Dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pada

jabatan struktural dan penetapan jabatan fungsional pada Bendahara Umum

Daerah, Kuasa Bendahara Umum Daerah, Pejabat Penatausahaan Keuangan

Daerah SKPD (PPK-SKPD) dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK); sering

terjadi kondisi di lapangan yang sulit dihindari bahwa jabatan fungsional masih

dirangkap dengan jabatan struktural, karena itu berikut disampaikan matriks

keterhubungan antar kelembagaan agar dapat dihindari kondisi tersebut.

F. TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN KEUANGAN DAERAH

Penyelesaian kerugian keuangan daerah melalui upaya damai dilakukan

apabila penggantian kerugian keuangan daerah dilakukan secara tunai sekaligus

dan angsuran dalam jangka waktu selambatlambatnya 2 (dua) tahun dengan

menandatangani Surat Keterangan Tanggung jawab Mutlak (SKTJM).

Penyelesaian kerugian keuangan daerah melalui proses Tuntutan

Perbendaharaan dilakukan apabila upaya damai yang dilakukan secara tunai

sekaligus atau angsuran tidak berhasil. Proses penuntutannya merupakan

kewenangan kepala daerah melalui Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan

dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah (Majelis Pertimbangan).

Page 19: Makalah Mksp Uts

Apabila pembebanan perbendaharaan telah diterbitkan, kepala daerah melakukan

eksekusi keputusan dimaksud dan membantu proses pelaksanaan penyelesaiannya.

Penyelesaian kerugian keuangan daerah melalui proses Tuntutan Ganti Rugi

dilakukan apabila upaya damai yang dilakukan secara tunai sekaligus atau angsuran

tidak berhasil

G. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental

2. Perencanaan operasional

3. Penganggaran

4. Pengendalian dan pengukuran

5. Pelaporan dan umpan balik

Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan

pengukuran. 

Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang

terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan

catatan laporan keuangan.

Dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan

bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan

Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, menggolongkan,

menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD.

Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk

menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi.

Page 20: Makalah Mksp Uts

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan,

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah

wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:

Laporan Realisasi Anggaran, 

Neraca, 

Laporan Arus Kas, dan 

Catatan atas Laporan Keuangan. 

Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan

keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.

Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat

dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah

dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis

pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu

pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.

Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan

dengan amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas

laporan keuangan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia (BPK RI). Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan

atas laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan

keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan rnelaksanakan audit sesuai

dengan standar audit yang berlaku dan akan mernberikan pendapat atas kewajaran

laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan pemerintah ini diukur dari

kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain pemeriksaan

ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini pada

pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah / Inspektorat

Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.

Page 21: Makalah Mksp Uts

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah yang

lebih efektif, efisien, akuntabel dan transparan maka diperlukan reformasi di bidang

pengelolaan keuangan daerah dengan cara :

penataan peraturan perundangan-undangan,

penataan kelembagaan,

penataan sistem pengelolaan keuangan daerah,

pengembangan sumber daya manusia di bidang pengelolaan keuangan.

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.

Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan  pengawasan keuangan daerah tersebut.

Reformasi tata kelola keuangan negara/daerah telah digulirkan oleh

pemerintah pusat, yang merupakan langkah maju khususnya dalam menata sistem

pemerintahannya. Reformasi tata kelola keuangan negara/daerah secara ideal tidak

hanya mencakup reformasi akuntansi keuangannya. Namun demikian, reformasi

akuntansi sektor publik merupakan sesuatu yang sangat fundamental khususnya

bagi pengelolaan keuangan daerah.

Dari Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah ini memang

harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-masing. Tetapi

kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam

pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa

permasalahan yang sebagian besar permasalahan-permasalahan tersebut

disebabkan keadaan intern dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah adalah sikap

personal dari pejabat-pejabat daerah terutama mengenai kebijakan menghambur-

hamburkan dana yang secara tidak langsung  akan berpengaruh terhadap pribadi

pejabat-pejabat daerah.