Makalah Tht
-
Upload
sherly-cancerita -
Category
Documents
-
view
54 -
download
2
Transcript of Makalah Tht
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah khususnya
pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang spongiosus dan sekitar jendela ovalis
sehingga dapat mengakibakan fiksasi pada stapes.2
2.2. Etiologi
Penyebab otosklerosis belum diketahui pasti tetapi ada kemungkinan beberapa fakta
di bawah ini:
1. Berdasarkan anatomi.
Tulang labirin terbuat dari enchondral dimana terjadi sedikit perubahan selama
kehidupan, tapi terkadang pada tulang keras ini terdapat area kartilago yang oleh karena
faktor non spesifik tertentu diaktifkan untuk membentuk tulang spongios baru. Salah satu
area tersebut adalah fissula ante fenestram yang berada di depan oval window yang
merupakan predileksi untuk otospongiosis tipe stapedium.
2. Herediter, Sekitar 50% otosklerosis memiliki riwayat keluarga.
3. Ras, Kulit putih lebih banyak dari pada kulit hitam.
4. Jenis kelamin, Perempuan 2 kali lebih banyak dari pada laki-laki
5. Usia, Ketulian biasanya diawali pada usia 20 sampai 30 tahun dan jarang sebelum usia 10
dan sesudah 40 tahun
6. Faktor lain seperti kehamilan, menopause, kecelakaan, setelah operasi besar
7. Penyakit paget, secara histologi sama dengan otosklerosis namun untuk membedakannya
penyakit paget ini bermula dari lapisan periosteal dan melibatkan tulang endokondral.
Keterlibatan tulang temporal dapat mengakibatkan tuli sensorineural, namun keterlibatan
stapes jarang dijumpai. 1
2
2.3. Klasifikasi
Dhingra mengklasifikasikan tipe otosklerosis sebagai berikut:
1. Otosklerosis stapedial
Otosklerosis stapedial disebabkan karena fiksasi stapes dan tuli konduktif umumnya banyak
dijumpai. Lesi ini dimulai dari depan oval window dan area ini disebut ‘fissula ante
fenestram’. Lokasi ini menjadi predileksi (fokus anterior). Lesi ini bisa juga dimulai dari
belakang oval window (fokus posterior), disekitar garis tepi footplate stapes (circumferential),
bukan di footplate tetapi di ligamentum annular yang bebas (tipe 2 biskuit). Kadang-kadang
bisa menghilangkan relung oval window secara lengkap (tipe obliteratif).
2. Otosklerosis koklear
Otosklerosis koklear melibatkan region sekitar oval window atau area lain di dalam kapsul
otik dan bisa menyebabkan tuli sensorineural. kemungkinan disebabkan material toksik di
dalam cairan telinga dalam
3. Otosklerosis histologi
Tipe otosklerosis ini merupakan gejala sisa dan tidak dapat menyebabkan tuli konduktif dan
tuli sensorineural.1,3
Gambar 1. Tipe otosklerosis stapedial. (A) Fokus anterior. (B) Fokus posterior. (C)
Sirkumperensial. (D) tipe biskuit. (E) Obliteratif.1,3
2.4. Patofisiologi
3
Secara histologi proses otosklerosis terdiri dari dua fase.
1. Fase awal otospongioticGambaran histologis terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang merupakan grup sel
paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat tulang disekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran lumenpembuluh darah dan dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan pada membran timpani. Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan vascular dari lesi yang mencapai daerah permukaan periosteal. Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi kaya akan substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur dan menghasilkan pembentukkan spongy bone. Penemuan histologik ini dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of Manasse. 1
2. Fase akhir otosklerotikFase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti oleh osteoblas dan
tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area resorpsi sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan fiksasi kaki stapes pada fenestra ovale sehingga pergerakan stapes terganggu dan oleh sebab itu transmisi suara ke koklear terhalang. Hasil akhirnya adalah terjadinya tuli konduktif. 1,2
Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes, hanya sedikit fiksasi yang terjadi. Hal seperti ini dinamakan biscuit footplate. Terjadinya tuli sensorineural pada otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan dilepaskannya hasil metabolisme yang toksik dari lukaneuroepitel, pembuluh darah yang terdekat, hubungan langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga dalam. Semuanya itu menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran basal. 1,2
4
Gambar2. Bagan Patofisiologi Otosclerosis4
5
2.5. Gejala Klinik
Penyakit otosklerosis mempunyai gejala klinis sebagai berikut:
1. Penurunan pendengaran
Gejala ini timbul dan biasanya dimulai pada usia 20-an, tidak terasa sakit dan progresif
dengan onset yang lambat. Biasanya tipe konduktif dan bilateral.
2. Paracusis willisii
Seorang pasien otosklerotik mendengar lebih baik di keramaian dari pada di lingkungan yang
sepi. Hal ini disebabkan oleh karena orang normal akan meningkatkan suara di lingkungan
yang ramai.
3. Tinnitus seringkali dijumpai pada koklear otosklerosis dan lesi yang aktif
4. Vertigo merupakan gejala yang tidak lazim.
5. Pasien bicara pelan dan monoton.1,3
2.6. Diagnosis
Diagnosis otosklerosis berdasarkan pada riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan audiometri. Diagnosis pasti dengan eksplorasi telinga tengah. Pendengaran
terasa berkurang secara progresif dan lebih sering terjadi bilateral. Otosklerosis khas terjadi
pada usia dewasa muda. Setelah onset, gangguan pendengaran akan berkembang dengan
lambat. Penderita perempuan lebih banyak dari laki-laki, umur penderita antara 11-45 tahun,
tidak terdapat riwayat penyakit telinga dan riwayat trauma kepala atau telinga sebelumnya. 1,3
Pada pemeriksaan ditemukan membran timpani utuh, kadang-kadang tampak
promontorium agak merah jambu, terutama bila membran timpaninya transparan. Gambaran
tersebut dinamakan tanda Schwartze yang menandakan adanya fokus otosklerosis yang
sangat vaskuler. 1,3
Pada pemeriksaan dengan garpu tala menunjukkan uji Rinne negatif. Uji Weber
sangat membantu dan akan positif pada telinga dengan otosklerosis unilateral atau pada
telinga dengan ketulian konduktif yang lebih berat. 1,3
Pemeriksaan audiometri menunjukkan tipikal tuli konduktif ringan sampai sedang
yang menunjukkan adanya penurunan hantaran udara pada frekuensi rendah. Hantaran tulang
normal. Air-bone gap lebih lebar pada frekuensi rendah. Dalam beberapa kasus tampak
adanya cekungan pada kurva hantaran tulang. hal ini berlainan pada frekuensi yang berbeda
namun maksimal pada 2000 Hz yang disebut dengan Carhart’s notch (5 dB pada 500 Hz, 10
6
dB pada 1000 Hz, 15 dB pada 2000 Hz dan 5dB pad 4000 Hz) Pada otosklerosis dapat
dijumpai gambaran Carhart’s notch. 1,3
Gambar 3. Carhart’s notch1
Timpanogram bisa menurun (As) atau normal. Refleks stapedial mungkin normal
pada fase awal tetapi tidak didapatkan pada fiksasi stapes.1
Pada highresolution computed tomography (CT), dapat diidentifikasikan lesi sklerotik. 1
7
Gambar 4. CT Scan temporal potongan aksial menunjukkanarea kapsul otik yang radiolusen1
2.7. Diagnosis BandingOtosklerosis terkadang sulit untuk dibedakan dengan penyakit lain yang mengenai
rangkaian tulang-tulang pendengaran atau mobilitas membran timpani. Adapun diagnosis bandingnya, yakni:
a. Fiksasi kepala malleus, menyebabkan gangguan konduktif yang serupa dan dapat terjadi pada konjugasi dari fiksasi stapes.b. Congenital fixation of stapes, dapat terjadi karena abnormalitas dari telinga tengah dan harus dipertimbangkan pada kasus gangguan pendengaran yang stabil semenjak kecil.c. Otitis Media Sekretoria Kronis, dengan otoskop dapat menyerupai otosklerosis, tetapi timpanometri dapat mengindikasi adanya cairan di telinga tengah pada otitis media.d. Timpanosklerosis, dapat menimpa satu atau lebih tulang pendengaran. Gangguan konduktif mungkin sama dengan yang terlihat pada otosklerosis.e. Osteogenesis imperfecta (van der Hoeve – de Kleyn Syndrome), adalah kondisi autosomal dominan dimana terdapat defek dari aktivitas osteoblast yang menghasilkan tulang yang rapuh dan bersklera biru. 1,5
2.8. PenatalaksanaanPenyakit akan berkembang lebih cepat tergantung pada faktor lingkungan seperti
kehamilan. Gangguan pendengaran akan berhenti stabil maksimal pada 50-60 db.
8
a. AmplifikasiAlat Bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi yang
efektif. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang cocok untuk operasi dapat menggunakan alat bantu dengar ini. 1,5
Alat bantu dengar dibedakan berdasarkan desain dan teknologi:1. Model Generasi MicroStyle
Alat in ini memiliki desain yang baik dan dikombinasikan dengan tubing yang sangat tipis sehingga menghasilkan solusi kosmetik yang memuaskan. Alat ini tersembunyi di belakang telinga. 1,5
microBTE (Belakang Telinga)
2. Model Dalam Telinga (ITE)Alat bantu dengar ini digunakan tersembunyi dalam telinga, digunakan untuk kondisi pendengaran ringan sampai sedang. Model ITE yang terkecil disebut CIC (Completely-in-Canal). 1,5
3. Model Belakang Telinga (BTE models) Alat bantu dengar ini dipasang di belakang telinga dan dapat digunakan pada semua derajat gangguan pendengaran. 1,5
b. Terapi Medikamentosa Tahun 1923 Escot adalah orang pertama yang menemukan kalsium florida untuk
pengobatan otosklerosis. Hal ini diperkuat oleh Shambough yang memprediksi stabilasi dari lesi otosklerotik dengan penggunaan sodium florida. Ion florida membuat komplek flourapatit. Dosis dari sodium florida adalah 20-120 mg/hari. 1,5
Brooks menyarankan penggunaan florida yang dikombinasi dengan 400 U vitamin D dan 10 mg Calcium Carbonate berdasar teori bahwa vit D dan CaCO3 akan memperlambat lesi dari otosklerosis.Efek samping dapat menimbulakan mual dan muntah tetapi dapat diatasi dengan menguarangi dosis atau menggunakan enteric-coated tablets. Dengan menggunakan regimen ini, sekitar 50 % menunjukan symptom yang tidak memburuk, sekitar 30 % menunjukan perbaikan.1,5
Indikasi pemberian sodium fluoride, yakni:- Pasien otosklerosis yang tidak dapat dilakukan tindakan bedah memperlihatkan tuli sarafprogresif yang tidak sebanding dengan usianya.- Pasien dengan tuli saraf di mana menunjukkan otosklerosis koklea.- Pasien yang secara politomografi memperlihatkan perubahan spongiotik pada kapsulkoklea.
9
- Pasien dengan tanda Schwartze positif. 1
Kontraindikasi pemberian sodium fluoride, yakni:- Pasien dengan nefritis kronis yang disertai retensi nitrogen- Pasien dengan rheumatoid arthritis kronis- Pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya belum sempurna- Pasien yang alergi dengan fluorida- Pasien dengan fluorosis tulang1
c. Terapi BedahPembedahan akan membutuhkan penggantian seluruh atau sebagian dari fiksasi stapes
(stapedectomy). Penatalaksanaan operasi dengan stapedektomi dan stapedotomi telah digunakan secara luas sebagai prosedur pembedahan yang dapat meningkatkan pendengaran pada penderita dengan gangguan pendengaran akibat otosklerosis. 1,5
a. StapedektomiPenatalaksanaan dengan operasi stapedektomi merupakan pengobatan pilihan.
Stapedektomi merupakan operasi dengan membuang seluruh footplate. Operasi stapedektomi pada otosklerosis disisipkan protesis di antara inkus dan oval window. Hampir 90% pasien mengalami kemajuan pendengaran setelah dilakukan operasi dengan stapedektomi. 1
b. StapedotomiPada teknik stapedotomi, dibuat lubang di footplate, dilakukan hanya untuk tempat
protesis. Stapes digantikan dengan protesis yang dipilih kemudian ditempatkan pada lubang dan dilekatkan ke inkus. 1
Indikasi bedah yakni:1. Tipe otosklerosis oval window dengan berbagai variasi derajat fiksasi stapes2. Otosklerosis atau fiksasi ligamen anularis oval window pada otitis media kronis (sebagai tahapan prosedur)3. Osteogenesis imperfekta4. Beberapa keadaan anomali kongenital5. Timpanosklerosis di mana pengangkatan stapes diindikasikan (sebagai tahapan operasi) 1
Kontraindikasi operasi, yakni:1. Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus, hipertensi, gangguan pembekuan darah.2. Usia tua di atas 70 tahun.3. Anak-anak.4. Tuli konduktif dengan penyebab lain.5. Adanya gangguan lain di telinga seperti otitis eksterna, otitis media aktif atau perforasi membran timpani.6. Pasien hanya memiliki satu telinga yang mendengar.7. Kehamilan. 1
2.9. PrognosisDua persen dari pasien yang menjalani operasi stapedektomi mengalami penurunan
fungsi pendengaran tipe sensorineural hearing loss. Penurunan pendengaran setelah stapedektomi diperkirakan muncul pada rata-rata 3,2 dB dan 9,5 dB per dekade. Penurunanfrekuansi tinggi secara lambat dapat terlihat pada follow up jangka panjang. Satu dari 200pasien kemungkinan dapat mengalami tuli total. 1
10