Makalah Teori Pembelajaran Sastra (Feminisme)
-
Upload
sapriadi-saleh -
Category
Documents
-
view
233 -
download
9
Transcript of Makalah Teori Pembelajaran Sastra (Feminisme)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teori sangat penting dan fundamental dalam memahami fenomena
feminisme secara komperhensif. Secara paradigmatik, teori feminis mengalami serangkaian
perkembangan. Menurut Rivkin dan Ryan (1999: 527) feminisme terus menerus melakukan
transformasi teoretik selama beberapa dekade dan mempertemukan diri dengan teori-teori
seperti psikoanalisis, marxis, poststrukturalis, studi etnik, postkolonial, dan studi lesbian-gay.
Pertemuan teoretik tersebut, melahirkan serangkaian konflik-konflik internal dalam
feminisme itu sendiri, antara lain adalah konflik mengenai persoalan kesamaan dan
perbedaan antara teori feminis, feminisme kultural dengan feminisme post struktural, atau
penganut feminis esensialisme dalam kosntruksionisme sosial.
Gerakan feminisme muncul sebagai pemberontakan terhadap dominasi kaum lelaki di
bidang publik sedangkan perempuan hanya pada wilayah domestik. Pengakuan perempuan
mengenai bagaimana kelas, kultur, dan periode sejarah tertentu menciptakan definisi
mengenai perempuan. Kesadaran perempuan tidak selalu feminis namun, ia adalah feminisme
secara tak sadar, terutama ketika kesadaran ini muncul dalam kelompok perempuan. Feminis,
khususnya masalah-masalah mengenai wanita, pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi,
gerakan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam
bidang politik dan ekonomi, maupun gerakan sosial budaya pada umumnya. Kondisi-kondisi
fisik wanita yang lebih lemah secara alamiah hendaknya tidak digunakan sebagai alasan
untuk menempatkan wanita dalam posisinya yang lebih rendah. Pekerjaan wanita selalu
dikaitkan dengan memelihara, pria selalu dikaitkan dengan bekerja. Pria memiliki kekuatan
untuk menaklukan, mengadakan ekspansi, dan bersifat agresif.
Persoalan feminis merupakan refleksi realitas eksistensi wanita dalam realitas sosial,
kultural, dan politik. Dalam, teori-teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan
perempuan yang hampir terjadi di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran
bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Seperti telah diketahui, sejak
berabad-abad, perempuan berada di bawah dominasi laki-laki, perempuan sebagai pelengkap,
perempuan sebagai makhluk kelas dua. Secara biologis jelas perempuan berbeda dengan
kaum laki-laki, perempuan lebih lemah, sebaliknya laki-laki lebih kuat. Teori-teori feminis,
sebagai alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya, erat berkaitan dengan konflik
kelas dan ras, khususnya konflik gender. Artinya, kelas gender dan feminisme memiliki
asumsi-asumsi yang sejajar, mendekonstruksi sistem dominasi dan hegemoni, pertentangan
antara kelompok yang dengan kelompok yang dianggap lebih kuat. Feminisme menolak
ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai
displin yang berpusat pada laki-laki, subjek sebagai ego-centric (menggunakan pikiran-
pikiran), sementara wanita sebagai hero-cenric (untuk orang lain).
Di Indonesia, wacana tentang eksistensi wanita secara aktual terus dibicarakan dan
mengalami perkembangan dari konteks sosial-kultural menuju konteks politik. Pada satu sisi, isu
feminis juga mengalami perkembangan seiring dengan perubahan orientasi dalam pergerakan
wanita di Indonesia. Pergerakan wanita Indonesia diawali dengan orientasi peningkatan harkat,
martabat, dan derajat wanita melalui pendidikan. Persoalan perempuan ini berkaitan dengan
masalah kesetaraan gender. Artinya masalah kesetaraan gender ini dianggap erat berkaitan dengan
persoalan keadilan sosial. Secara umum, para feminis menginginkan kesetaraan gender yang sama
rata antara laki-laki dan perempuan dari segala aspek kehidupan, baik dilingkungan keluarga,
maupun masyarakat.
Aspek yang lebih terfokus, mereka menunjukan pergerakan dari kritik berbagai bentuk
tulisan-tulisan pria menuju eksplorasi tulisan-tulisan karya wanita untuk mempertanyakan makna
apa yang terdapat dalam semua bentuk penggunaan bahasa. Tradisi penceritaan pengarang laki-laki
menjadikan wanita sebagai subyek dalam cerita sebagai sisi yang termarginalkan. Wanita hanya
dianggap sebagai figur atau bunga-bunga romantisme penceritaan. Namun, dewasa ini tradisi itu
pun semakin dipatahkan oleh sebagian besar pengarang perempuan. Misalnya Oka Rusmini, ayu
utami, Djenar Maesa Ayu sebagai gebrakan bagi pengarang perempuan dalam menulis sebagai
perempuan, bukan laki-laki. Hal ini merupakan bagian dari eksistensi diri para perempuan-
perempuan yang menyadari akan eksistensi diri mereka, bahwa mereka mampu bersaing dengan
laki-laki (Anwar, 2009 : 15).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya gelombang feminisme!
2. Bagaimanakah paradigma teori Feminis!
3. Aliran-aliran apa sajakah yang muncul pada konsep-konsep pemikiran feminisme!
4. Bagaimanakah hubungan relevansi gerakan feminisme terhadap budaya tulisan-tulisan
karya wanita!
5. Tujuan
6. Tujuan
7. Manfaat