makalah sosper1
-
Upload
tiasa-fernanda-muhammad-putra -
Category
Documents
-
view
106 -
download
13
description
Transcript of makalah sosper1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya, Makalah ini berjudul “Potensi ,
Keadaan Lingkungan serta Kehidupan Masyarakat di Daerah Sungai Musi,
Sumatra Selatan ”
Makalah ini berisikan informasi mengenai segala potensi yang dimiliki Sungai
Musi baik dalam bidang perikanan yang bisa di manfaatkan oleh masyarakat sekitar,
keadaan lingkungan dalam segi ekologi, ekonomi, sosial, budaya dan hasil
penangkapannya.
Makalah ini disusun berdasarkan metode analisis dari berbagai sumber artikel
di internet dan hasil penilitian yang dilakukan oleh salah satu sumber.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan dalam makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jatinangor, 2 Maret 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 3
Identifikasi Masalah 4
Rumusan Masalah 4
Maksud dan Tujuan 5
BAB II PEMMBAHASAN MATERI
Penngertia tentang udang 6
White Syndom Virus 6
Penularan White Syndom Virus 7
Tanda-tanda hewan yang terjangkit White Syndom Virus 7
Virus Lymphocytis 7
Pencegahan agar tidak terjangkit Virus Lymphocytis 8
Pengobatan apabila telah terjangkit Virus Lymphocytis 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 11
Saran 11
REFERENSI 12
BAB I
PENDAHULUAN
Ratusan Ikan Sungai Musi Mengapung
buanasumsel | Sep 07, 2011
PALEMBANG, Buanasumsel.com- Warga kelurahan 35 Ilir Kecamatan Ilir Barat
(IB) II dan sekitarnya selasa (06/09/11)sekitar pukul 19.00 mendadak heboh, pasalnya
warga mendapati ratusan udang dan berbagai jenis ikan sungai tawar tiba-tiba
mengapung di aliran sungai musi.Spekuliasipun bermunculan dari warga. Warga
menduga sungai yang membelah hilir dan Hulu Kota Palembang ini terkena racun.
Setelah warga mengetahui berbagai jenis ikan dan udang mengapung di permukaan
air sungai, tak khayal warga berbondong-bondong ke sungai itu dengan peralatan
untuk menangkap ikan seadanya berebut ikan yang mengapung tersebut.
“Hampir dua malam ini, warga berbondong-bondong turun kesungai untuk
menamgkap ikan mabuk,”jelas ketua RT25 Kelurahan 35 Ilir, LUkman Hakim saat
dibincangi di seputaran sungai musi.jenis ikan sendiri, kata Lukman beragam, mulai
dari jenis ikan patin,ikan Juaro,ikan Pare serta udang bermunculan sendiri di
permukaan air yang mengikuti arus sungai surut.“Mulai dari ikan berukuran besar
hingga ikan kecil bermunculan di atas air, bahkan ada yang sudah ditemukan
membusuk,”ungkapnya.peristiwa ini, sambung Lukman yang juga berprofesi sebagai
nelayan ini, juga pernah terjadi beberapa tahun silam.
“Peristiwa ini juga pernah terjadi beberapa tahun silam, namun kita orang awan tidak
tahu persis apa penyebab ikan di sungai ini mengapung,”jelasnya.
Dia berharap langkah tegas pemerintah dan Dinas terkait untuk cepat tangap untuk
mengatasi banyaknya ikan asli sungai tawar tersebut mengapung.“Kita mintakan
supaya pemerintah dapat mengcek langsung, ditakutkan kalau dibiaarkan akan lebih
banyak lagi bibit ikan yang akan mati,’pintanya.sementara itu Kepala Dinas Pertanian,
Perikanan, kehutanan (DP2K) Kota Palembang Sudirman Tegoeh mengatakan belum
mengetahui peristiwa banyaknya ditemukan banyak ikan air sungai tawar di perairan
sungai musi yang mengapung tersebut.
“Nanti akan kita cek langsung ke lapangan,”katanya.
Banyaknya ikan mengapung ini, menurut Sudirman ada dua kemugkinan,yakni
disebakan dengan unsur kesengajaan oleh orang yang tidak bertanggung jawab
dengan sengaja mengunakan alat setrum listrik untuk menangkap ikan atau air sungai
musi telah terkontaminasi dengan limbah.“Kalau mengunakan setrum sudah pasti itu
kriminal, tapi kalau ikannya mengapung hampir disepanjang sungai musi besar
kemungkinan air sudah terkontaminas dengan limbah berbahaya,”jelasnya.
Untuk itu, kata Sudirman akan secaptnya mencari sumber penyebab ikan tersebut
mengapung bahkan mati membusuk.” kita cari tahu sumber penyebabnya dahulu baru
bisa kita simpulkan,”jelasnya.Ditambahkan Sudirman peristiwa banyaknya ikan yang
mabuk atau mengapung ini juga pernah terjadi beberapa tahun lalu, namun skalanya
masihkecil.
“ beberapa tahun lalu juga ada tapi skala kecil, dan namun beberapa tahun ini sudah
tidak lagi ditemukan hal serupa, malah kebanyakan marak penyetrum an dan
pengawasan sudah kita tingkatkan,”tukasnya.(Mel)
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Tingkat pencemaran Sungai Musi berdasarkan
penelitian tahun 2011 berada pada kategori sedang mengarah berat dengan storet
antara -11 sampai - 30 hingga -30 sampai -50.
Tingkat pencemaran ini bisa naik dan bisa turun tergantung dengan kesadaran
masyarakat dan pemerintahnya untuk menyelamatkan sumber kehidupan masyarakat
Sumsel tersebut.Berdasarkan data pengujian sampel air oleh BLH dari tahun 2010
sampai 2011, di 72 titik lokasi pengambilan sampel dari hulu ke hilir diketahui posisi
pencemaran air Sungai Musi para kategori sedang dengan sistem nilai Storet antara -
11 (minus 11) sampai -30 (minus 30) dan rata-rata hasil pengujian berada pada nilai
storet -24. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan dimana nilai storet yang
diperoleh melampaui dari-30 hingga di titik tertentu ada yang sampai -50 mengarah
kepada pencemaran berat.
Pencemaran berat itu didominasi oleh mikrobiologi seperti Coliform Tinja."Untuk
hasil pengujian 2012 ini pencemaran Sungai Musi berada di kategori ringan sedang,"
ujar Bakhnir Rasyid, Kepala BLH Sumsel didampingi Kabid Penanggulangan,
Pencmaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, Hadenli kepada wartawan, Rabu
(12/12/12)
Pencemaran berat itu oleh limbah domestik, yang masih bisa dan mampu diatasi.
"Artinya air Sungai Musi masih sangat layak untuk dijadikan bahan baku, ingat ya
bahan baku air minum," terangnya seraya menambahkan kelas air Sungai Musi saat
ini berada di kelas dua yang tercemar ringan tetapi sangat layak jadi bahan baku air
minum.
Jumlah Ikan Tawar di Sungai Musi Menyusut
Seorang nelayan menjala ikan di Sungai Musi saat kabut asap menyelimuti Kota
Palembang, Selasa (6/9).
REPUBLIKA.CO.ID, BANYUASIN -- Jumlah ikan air tawar di Sungai Musi yang
melintasi Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan (Sumsel) berkurang. Hal tersebut
terjadi karena penangkapan ikan secara ilegal menggunakan bom dan setrum listrik.
Menurut warga Dusun Empat, Kecamatan Rantau Bayur, Sohardi Al Husni pada
tahun 80-an jumlah ikan yang bisa ditangkap mencapai puluhan ribu ton. Namun, saat
ini sangat jarang ikan yang bisa ditangkap. "Banyak ikan yang mati karena bom atau
disetrum listrik oleh orang yang melanggar hukum," kata Sohardi yang ditemui di sela
acara Musi Triboatton, Banyuasin, Jumat (30/11).
Bupati Banyuasin, Amiruddin Inoed, mengakui jumlah ikan air tawar yang terus
menyusut. Menurutnya, pada beberapa dekade lalu jumlah penduduk masih sedikit
sehingga tak ada yang menangkap ikan secara besar-besaran menggunakan cara
ilegal. "Namun saat ini seiring banyaknya jumlah penduduk ada yang menangkap ikan
dengan cara ilegal seperti bom ikan, racun dan setrum listrik," kata Amiruddin.
Karena itu, Amir mengatakan pihaknya akan mempolisikan jika ada warga yang
menggunakan cara-cara ilegal itu. Sudah ada Peraturan Daerah yang mengatur hukum
pidana bagi warga yang melanggar hukum untuk menangkap ikan. Namun demikian,
Amiruddin mengatakan bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan penyumbang
terbesar ikan di Sumsel.
Sebanyak 60 persen ikan air tawar di Sumsel berasal dari kabupaten ini. Pihaknya
mendayagunakan penangkapan ikan dengan cara keramba apung, tambak, dan
budidaya ikan terpadu.
Untuk diketahui 80 persen wilayah Banyuasin terdiri dari perairan sungai. Ada
sembilan ruas aliran sungai di antaranya Musi dan Pematang. Adapun ikan-ikan yang
dihasilkan adalah gabus, toman, patin, dan lele.
Untuk meningkatkan fungsi dan kelestarian Sungai Musi itu, pemerintah mengadakan
acara Musi Triboatton. Sebanyak 10 tim dari dalam dan luar negeri ambil bagian
dalam acara yang dihelat mulai 26 November hingga 1 Desember 2012. Mereka akan
menyusuri Sungai Musi mulai dari Hulu di Kabupaten Ampat Lawang hingga ke hilir
di Kota Palembang dengan jarak 500 kilometer.
Tim peserta berisi rata-rata tujuh hingga 10 orang anggota. Dari dalam negeri, tim-tim yang
ikut serta berasal dari Jawa Barat, Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Sumatra Selatan (dua tim).
Sedangkan tim yang berasal dari luar negeri yaitu Thailand, Kamboja, Singapura, Australia,
dan siswa asing (Amerika Serikat dan Polandia).
Kegiatan yang dilombakan, yaitu rafting, perahu kano, dan perahu tradisional. Dengan
perahu tradisional ini, para peserta akan menyusuri Sungai Musi dari hulu di Kabupaten
Ampat Lawang ke hilir di Kota Palembang sejuah 500 kilometer.
Penyusuran sungai akan dibagi dalam enam etape yang melintasi lima kabupaten/kota, yaitu
Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Palembang. Di setiap etape,
para peserta akan menginap di kota/kabupaten yang disinggahi. Di tempat singgah itu,
berbagai kesenian dan kuliner tradisional dipamerkan kepada para peserta dan pengunjung.
Reporter : Muhammad Hafil
Redaktur : Dewi Mardian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tokoh – Tokoh Sosiologi
Auguste Comte : Sosiologi Positivis
Prancis (1798-1857)
Auguste Comte (1798-1857) sangat prihatin terhadap anarkisme yang merasuki
masyarakat saat berlangsungnya Revolusi Perancis. Oleh karena itu Comte kemudian
mengembangkan pandangan ilmiahnya yakni positivisme atau filsafat sosial untuk
menandingi pemikiran yang dianggap filsafat negatif dan destruktif. Positivisme
mengklaim telah membangun teori-teori ilmiah tentang masyarakat melalui
pengamatan dan percobaan untuk kemudian mendemonstrasikan hukum-hukum
perkembangan sosial. Aliran positivis percaya akan kesatuan metode ilmiah akan
mampu mengukur secara objektif mengenai struktur sosial. Sebagai usahanya, Comte
mengembangkan fisika sosial atau juga disebutnya sebagai sosiologi. Comte berupaya
agar sosiologi meniru model ilmu alam agar motivasi manusia benar-benar dapat
dipelajari sebagaimana layaknya fisika atau kimia. Ilmu baru ini akhirnya menjadi
ilmu dominan yang mempelajari statika sosial (struktur sosial) dan dinamika sosial
(perubahan sosial).
Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan
membawa pada kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada
gagasannya tentang Teori Tiga Tahap Perkembangan Masyarakat, yaitu bahwa
masyarakat berkembang secara evolusioner dari tahap teologis (percaya terhadap
kekuatan dewa), melalui tahap metafisik (percaya pada kekuatan abstrak), hingga
tahap positivistik (percaya terhadap ilmu sains). Pandangan evolusioner ini
mengasumsikan bahwa masyarakat, seperti halnya organisme, berkembang dari
sederhana menjadi rumit. Dengan demikian, melalui sosiologi diharapkan mampu
mempercepat positivisme yang membawa ketertiban pada kehidupan sosial.
Karl Marx: Sosiologi Marxis
Jerman (1818-1883)
Karl Marx (1818-1883) melalui pendekatan materialisme historis percaya bahwa
penggerak sejarah manusia adalah konflik kelas. Marx memandang bahwa kekayaan
dan kekuasaan itu tidak terdistribusi secara merata dalam masyarakat. Oleh karena itu
kaum penguasa yang memiliki alat produksi (kaum borjuis/kapitalis) senantiasa
terlibat konflik dengan kaum buruh yang dieksploitasi (kaum proletar).
Sosiologi Marxis tentang kapitalisme menyatakan bahwa produksi komoditas mau
tak mau membawa sistem sosial yang secara keseluruhan merefleksikan pengejaran
keuntungan ini. Nilai-nilai produksi merasuk ke semua bidang kehidupan. Segala
sesuatunya, penginapan, penyedia informasi, rumah sakit, bahkan sekolah kini
menjadi bisnis yang menguntungkan. Tingkat keuntungannya menentukan berapa
banyak staf dan tingkat layanan yang diberikan. Inilah yang dimaksud Marx bahwa
infrastruktur ekonomi menentukan suprastruktur (kebudayaan, politik, hukum, dan
ideologi).
Pendekatan Sosiologi Marxis menyimpulkan mengenai ide pembaruan sosial yang
telah terbukti sebagai ide yang hebat pada abad XX, sebagai berikut (Osborne, 1996:
50): semua masyarakat dibangun atas dasar konflik, penggerak dasar semua
perubahan sosial adalah ekonomi, masyarakat harus dilihat sebagai totalitas yang di
dalamnya ekonomi adalah faktor dominan, perubahan dan perkembangan sejarah
tidaklah acak, tetapi dapat dilihat dari hubungan manusia dengan organisasi ekonomi,
individu dibentuk oleh masyarakat, tetapi dapat mengubah masyarakat melalui
tindakan rasional yang didasarkan atas premis-premis ilmiah (materialisme historis),
bekerja dalam masyarakat kapitalis mengakibatkan keterasingan (alienasi), dan
dengan berdiri di luar masyarakat, melalui kritik, manusia dapat memahami dan
mengubah posisi sejarah mereka.
Max Weber : Sosiologi Weber
Jerman (1864-1920)
Max Weber (1864-1920) tidak sependapat dengan Marx yang menyatakan bahwa
ekonomi merupakan kekuatan pokok perubahan sosial. Melalui karyanya, Etika
Protestan dan Semangat Kapitalisme, Weber menyatakan bahwa kebangkitan
pandangan religius tertentu– dalam hal ini Protestanisme– yang membawa masyarakat
pada perkembangan kapitalisme. Kaum Protestan dengan tradisi Kalvinis
menyimpulkan bahwa kesuksesan finansial merupakan tanda utama bahwa Tuhan
berada di pihak mereka. Untuk mendapatkan tanda ini, mereka menjalani kehidupan
yang hemat, menabung, dan menginvestasikan surplusnya agar mendapat modal lebih
banyak lagi.
Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang bagaimana perilaku individu
dapat mempengaruhi masyarakat secara luas. Inilah yang disebut sebagai memahami
Tindakan Sosial. Menurut Weber, tindakan sosial dapat dipahami dengan memahami
niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai motivasi sosial. Pendekatan ini disebut
verstehen (pemahaman).
Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurut Weber, peradaban Barat adalah
semangat Barat yang rasional dalam sikap hidup. Rasional menjelma menjadi
operasional (berpikir sistemik langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah proses
yang menjadikan setiap bagian kecil masyarakat terorganisir, profesional, dan
birokratif. Meski akhirnya Weber prihatin betapa intervensi negara terhadap
kehidupan warga kian hari kian besar.
Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber
mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam
penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam
studi tentang ilmu politik.
BAB III
ANALISIS
A. Sungai Musi
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatera Selatan,
Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau
Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian.
Selain memiliki nilai sejarah, sungai ini memegang peranan yang sangat vital bagi
perekonomian masyarakat Sumatera Selatan. Dimana tempat bermuaranya 9 sungai
besar yang ada di daerah-daerah provinsi Sumatera Selatan seperti sungai Lematang,
sungai ogan, sungai batang hari leko dan sungai-sungai lainnya.
B. Karakteristik Sungai Musi
Karakteristik sungai besar di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi
geomorfologi daerah tangkapan air dan lokasi di mana air sungai bermuara. Sungai-
sungai yang terletak di pantai timur Sumatera dan Kalimantan memiliki karakteritik
geomorfologi yang hampir sama dan berbeda dengan beberapa sungai di beberapa
pulau lain di Indonesia. Sungai besar yang terletak di pantai timur Sumatera adalah
Musi, Batanghari, Kampar, Indragiri, dan Siak. Sumberdaya perikanan perairan
umum, selain dipengaruhi oleh intensitas penangkapan juga dipengaruhi oleh jumlah,
komposisi dan proses kimia, fisik dan biologi di dalam perairan. Penurunan kuantitas
dan kualitas hasil tangkapan ikan lebih banyak dipengaruhi tingkat degradasi
lingkungan dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan itu sendiri. Oleh karena
itu, suatu kajian akan dilakukan selama 2 tahun dengan tujuan untuk mengkaji tingkat
degradasi lingkungan perairan sungai Musi sebagai bahan rumusan pengelolaan
perikanan di perairan sungai Musi dan merancang model penentuan tingkat degradasi
lingkungan perairan Sungai Musi. Tujuan yang dicapai tahun 2006 adalah :
Mendeskripsi dan memverifikasi tata guna lahan dan parameter kunci kualitas
air dan sedimen di perairan sungai Musi.
Mendeskripsi dan verifikasi jenis dan sumber bahan polutan perairan sungai
Musi.
Mendeskripsi jenis dan lokasi modifikasi lingkungan perairan sungai Musi.
Mendeskripsi dan memverifikasi kelompok ikan sebagai parameter biologi
dalam Metode Penentuan Tingkat Degradasi Lingkungan di Sungai Musi
Tujuan yang dicapai tahun 2007 adalah
Melanjutkan monitoring parameter kualitas air dan sedimen serta parameter
biologi di perairan Sungai Musi
Merumuskan jenis parameter/komponen biologi yang digunakan dalam
metoda penentuan tingkat degradasi lingkungan di perairan sungai Musi
Memverifikasi metode yang sesuai untuk penentuan tingkat degradasi
lingkungan perairan sungai Musi
Membuat metode/model penentuan tingkat degradasi lingkungan perairan
sungai Musi
B. Potensi Sungai Musi
Sungai Musi mempunyai 9 (sembilan) anak sungai dan menghasilkan pendapatan
daerah, khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir melalui lelang perairan. Riset
mengenai sungai Musi telah banyak dilakukan dengan pendekatan bioekologi dan
kegiatan perikanannya. Namun, potensi dan model pengelolaan perairan Musi belum
terdata dengan baik. Untuk itu, riset mengenai potensi dan model pengelolaan
perikanan tangkap dilakukan hanya satu tahun. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Potensi perikanan tangkap di perairan Sungai Musi, ada kecenderungan di
perairan bagian tengah lebih tinggi (dengan berbagai alat tangkap dan hasil
tangkapan yang ada) dibandingkan dengan di perairan bagian hilir (dengan
berbagai alat dan hasil tangkapan) dan paling rendah di perairan bagian hulu
Komposisi hasil tangkapan di perairan bagian tengah denderung lebih banyak
daripada perairan bagian hilir, dan yang terendah di bagian hulu
Keragaman alat tangkap di perairan Sungai Musi bagian tengah cenderung
lebih tinggi dari perairan bagian hilir maupun hulu
Model pengelolaan perikanan tangkap di perairan Sungai Musi bagian tengah
dan hilir hampir semuanya dilelang (dikelola oleh pemerintah, sedang di
perairan bagian hulu dikelola secara bebas oleh masyarakat)
Tinggi permukaan air, baik di perairan Sungai Musi bagian hulu, tengah dan
hilir adalah rendah
C. Pemanfaatan Sungai Musi
I. Pemanfaatan Sungai Musi Untuk Non Perikanan
Pemanfaatan air Sungai Musi dan anak sungainya selain sebagai tempat usaha
perikanan yaitu untuk sarana transportasi kendaraan air, sumber air untuk
keperluan dan kehidupan manusia, sumber air untuk irigasi pertanian dan untuk
pembangkit tenaga listrik.
II. Pemanfaatan Sungai Musi Untuk Perikanan Tangkap
Penangkapan ikan di Sungai Musi menggunakan bermacam jenis alat tangkap yang
tergolong selektif dan tidak selektif (jala, rawai, pancing, jaring ingsang, pengilar
kawat, pengilar rotan, bubu udang) dan masih ditemukan penangkapan dengan alat
terlarang seperti menggunakan racun dan setrum.
III. Pemanfaatan Sungai Musi Untuk Budidaya Perikanan
Untuk mendapatkan hasil budidaya yang optimal perlu mendapat perhatian
persiapan wadah budidaya (kolam, keramba, hampang), strategi penebaran meliputi
: jenis, ukuran ikan tebar dan ukuran ikan panen, manajeman budidaya meliputi :
pengelolaan air, pemberian pakan, dan pengawasan hama dan penyakit serta panen
(Puslitbang Perikanan, 1988). Pada dasarnya budidaya ikan dapat dilakukan dengan
berbagai sistem budidaya sesuai dengan kondisi sumberdaya alam yang ada pada
suatu daerah. Daerah pengunungan, dataran tinggi dan irigasi, cocok untuk usaha
budidaya ikan sistem kolam air deras atau kolam air mengalir. Untuk dataran
rendah dan pasang surut cocok untuk budidaya ikan sistem klam tadah hujan dan
kolam pasang surut. Untuk daerah sungai cocok untuk budidaya ikan sistem
keramba apung dan sistem hampang (pen culture).
Sungai Musi daerah sekitar jembatan Musi II Palembang secara fisik terutama
fluktuasi tinggi dan arus air masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Sesuai
dengan kondisi alam tersebut usaha budidaya yang sesuai adalah sistem keramba
apung dan kolam pasang-surut. Hasil observasi lapangan dan wawancara pada
masing-masing pembudidaya ikan sistem keramba apung, hampang dan kolam
pasang surut adalah sebagai berikut:
1. Keramba apung
Bentuk keramba empat persegi panjang dengan kisaran ukuran 4,0 – 12 meter
persegi, pelampung batangan bambu, kedalaman air dalam sangkar 1,0- 1,5 meter.
Jarak bilah dinding sangkar ± 2,5 cm, bagian dalam sangkar dilapisi dengan net
jaring.
Jenis ikan patin siam ukuran individu 2,0 – 3,0 inchi, dengan padat tebar 150- 250
ekor/meter kubik air, diberi pakan tambahan yang diramu dan dimasak sendiri.
Pakan tambahan terdiri dari campuran; limbah pemutih beras (oles), limbah pasar
ikan. Bahan dimasak setiap hari dan langsung diberikan pada ikan.
Panen dilakukan setelah masa pemeligharaan 6-8 bulan, ikan mencapai ukuran 0,5
– 0,75 kg/ ekor. Satu periode usaha untuk ukuran keramba 4 meter persegi
mendapat keuntungan bersih antara Rp3.000.000 – Rp5.000.000,-
2. Hampang
Hampang dibuat dari bakan kayu gelam, ditancap berbaris membentuk pagar dengan
luas antara 100- 150 meter persegi, bagian dalam dilapisi hampang bambu atau net
waring. Hampang dibangun dipantai yang landai dipilih lokasi yang menjamin pada
saat air surut terendah air dalam hampang tidak kering dan saat pasang tertinggi
dinding hampang tidak tenggelam.
Jenis ikan ikan yang dipelihara patin siam ukuran indvidu 2,0 – 3,0 inchi dengan padat
tebar 150 – 250 ekor/meter persegi hampang, diberi pakan tambahan yang diramu dan
dimasak sendiri. Pakan tambahan terdiri dari campuran; limbah pemutih beras (oles)
dan limbah pasar ikan, bahan dimasak setiap hari dan langsung diberikan pada ikan.
Hasil wawancara analisa usaha budidaya ikan sistem hampang (pen culture) dengan
Bapak Ishak, Sungai Musi lokasi bawah jembatan Musi II.
Pengeluaran biaya operasional :
- Bibit ikan patin 20.000 ekor x Rp. 350.000 Rp. 7.000.000
- Pakan Pelet 5 sak @ Rp.120.000 Rp. 600.000
- Bahan pakan buatan perhari :
Poles 100 kg x Rp. 1.200 = Rp. 120.000
Ampas tahu 50 kg x Rp.300 = Rp. 15.000
Limbah ikan 50 kg x Rp.500 = Rp. 25.000
Jumlah = Rp. 160.000/ hari = Rp. 38.400.000/ 8 bulan
Jumlah pengeluaran bibit dan pakan = Rp. 46.000.000
Pendapatan 20.000 ekor x 0,6 kg x Rp.6.000 = Rp. 72.000.000
Keuntungan = Rp. 26.000.000/ 8 bulan
(Diluar biaya penyusutan hampang, tenaga dan bunga modal)
3. Kolam pasang surut
Kolam berbentuk empat persegi panjang ukuran antara 50 – 100 meter persegi,
dibangun di dataran yang di pengaruhi air pasang. Jenis ikan yang dipelihara ikan
patin siam dan ikan lele dumbo. Ukuran individu ikan patin 2,0 – 3,0 inci padat tebar
50 ekor/meter persegi, ikan lele padat tebar 150 ekor/ meter persegi. Diberi pakan
tambahan yang diramu dan dimasak sendiri. Pakan tambahan ikan patin terdiri dari
campuran dedak halus dan limbah pasar ikan. Bahan dimasak setiap hari dan langsung
diberikan pada ikan. Pakan tambahan ikan lele dari limbah pasar ikan dan langsung
diberikan.
Hasil wawancara analisa usaha ikan lele :( Saudara Rosik di Jln. By Pass Jembatan
Musi II Palembang)
Tebar lele ukuran 2,5’’ 10.000. ekor x 300 = Rp. 3.000.000;
Pakan pelet 1 sak = Rp. 100.000;
Pakan sisa ikan dari pasar @ Rp.150.000/bln x3 bln = Rp. 450.000;
Jumlah pengeluaran = Rp. 3.550.000;
Pendapatan: 3 bulan panen ukuran 5 ekor/ kg ± 2 ton x Rp.7.000; = Rp.14.000.000;
Keuntungan, upah Dan lain-lain dalam 3 bulan = Rp.10.000.000;
Hasil wawancara analisa usaha ikan patin dalam kolam pasang surut :
( Saudara Rosik di Jln. By Pass Jembatan Musi II Palembang)
Tebar ikan paptin ukuran 2,5’’ 7000 ekor x 350 = Rp. 2.100.000;
Pakan pellet 4 karung x 125.000 = Rp. 500.000;
Pakan rebus dedek 50 kg x Rp. 400; x 180 hari = Rp. 3.600.000;
Pakan sisa ikan @ Rp. 150.000/bln x6 bln = Rp. 900.000;
Kayu api 20 m2 x 25.000; = Rp. 500.000;
Jumlah pengeluaran = Rp. 7.600.000;Pendapatan :
3 bln panen ukuran 2 ekor/ kg ± 3,500 kg x Rp.6.000;= Rp.14.000.000;
Keuntungan , upah dan lain-lain dalam 6 bulan = Rp.13.400.000;
(diluar penyusutan kolam, tenaga dan bunga modal)
Perkembangan usaha budidaya perlu didukung teknologi budidaya yang kuat
karena dengan teknologi tersebut peluang bisnis perikanan dapat dikembangkan
berbagai macam bentuknya. Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya alam
diting¬katkan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan dilaksanakan dengan
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan yang
berkelanjutan. Dalam rangka itu, ditingkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
dalam pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan dan
pelestarian fungsi
lingkungan hidup dan melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan fungsi
lingkungan hidup (Wiranto, 1995).
D. Penyelidikan Potensi Transportasi Sungai Musi Pada Ruas Jembatan
Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km merupakan sungai utama di Provinsi
Sumatera Selatan yang sejak Kerajaan Sriwijaya dulu dimanfaatkan sebagai prasarana
transportasi hasil bumi, transportasi penduduk antar pemukiman, dan perikanan
sungai. Hingga saat ini, pemanfaatan sungai sebagai transportasi batubara telah
berjalan baik, yakni dari stockpile batubara di Stasiun Kereta Api Kertapati melewati
Jembatan Ampera Palembang hingga Tanjung Buyut dan Ambang Luar muara sungai
Musi, dengan jarak ± 92 km. Pengangkutan batubara ini menggunakan tongkang
(ponton) dengan draft kapal mencapai 5 meter, berkapasitas angkut 5.000-8.000 ton
dan memanfaatkan karakteristik estuari sungai Musi khususnya perbedaan pasang
surut antara Palembang dan Ambang Luar. Perbedaan kedua tempat ini sekitar 5-6
jam, yakni kapal ponton melewati Jembatan Ampera disaat surut, menunggu di
Pelabuhan Boom Baru dan berangkat lagi sekitar 5-6 jam sebelum pasang sehingga
saat melewati daerah dangkal di Muara Sungai Musi dalam kondisi pasang.
Dalam tatanan tektonik Sumatera, Sungai Musi berada di Cekungan Tersier Sumatera
Selatan (South Sumatera Basin) yang potensi mengandung migas dan mineral. Potensi
batubara yang siap untuk dieksploitasi berada di daerah hulu sungai Musi, tepatnya di
Desa Pelita sekitar Muara Lakitan. Untuk meningkatkan PAD Pemda setempat,
potensi batubara tersebut menjadi prioritas untuk segara digali dan dipasarkan.
Masalah utama yang dihadapi adalah transportasi batubara tersebut. Banyak usulan
mengenai transportasi batubara ini, seperti membuat jalur kereta api dan jalan khusus
batubara. Namun transportasi batubara melalui sungai Musi tetap dinilai yang paling
ekonomis.
Ruas Jembatan Ampera - Muara Lakitan mempunyai panjang sekitar 296 km. Jarak
relatif panjang yang setara dengan 3 kali lipat ruas Palembang – Ambang Luar sudah
merupakan kendala tersendiri. Personil kapal, bahan bakar dan waktu perjalanan akan
bertambah, biaya transportasipun akan meningkat dan pada akhirnya akan menaikan
harga jual batubara. Hasil uji kalori batubara yang tersingkap di pinggiran sungai
Musi ruas Palembang – Muara Lakitan menunjukan kadar kalori 5000 kal/gram. Jenis
batubara yang diuji tersebut diperkirakan sama dengan jenis batubara yang terdapat di
Desa Pelita, berada di satuan batuan yang sama yakni Formasi Muara Enim. Kadar
batubara yang relatif rendah dengan harga jual yang tinggi semakin sulit dalam
pemasarannya.
Kendala lain yang dihadapi pada ruas Palembang – Muara Lakitan adalah alur sungai
yang makin menyempit dan dangkal ke arah hulu, berkelok-kelok, tonjolan batuan
yang melintang sungai, jembatan, perlintasan pipa migas - kabel listrik, dan kondisi
air sungai pada musim kemarau – penghujan. Hal-hal tersebut di atas merupakan
kendala teknis transportasi sungai yang perlu dicari solusinya sebelum membahas
aspek lingkungan, yakni penduduk pinggir sungai yang juga memanfaatkan sungai
Musi untuk beraktivitas.
Kendala teknis utama adalah kondisi batimetri sungai Musi dan jembatan pada
musim kemarau dan penghujan. Penyelidikan yang dilakukan mewakili kondisi
kemarau. Hasil pengukuran batimetri menjumpai beberapa lokasi sungai Musi yang
dangkal dengan kedalaman alur sungai kurang dari 1,5 meter. Tinggi jembatan
Sekayu pada level batimetri tersebut hanya 11,7 meter. Pada musim penghujan
ketinggian air sungai Musi naik hingga 4.5 meter dari kondisi kemarau. Sehingga
kedalaman alur sungai tersebut di atas menjadi 6,0 meter dan ketinggian jembatan
Sekayu menjadi 7,2 meter. Jika perencanaan transportasi batubara menggunakan
kapal ponton dan tugboat seperti yang digunakan pada ruas Palembang – Ambang
Luar, maka perencanaan tersebut tidak mungkin dilaksanakan. Pada musim kemarau
kapal ponton akan kandas dan pada musim penghujan anjungan kapal tugboat akan
terbentur jembatan Sekayu.
Untuk mengatasi kendala-kendala teknis perlu perancangan manajemen
transportasi yang sesuai. Manajemen transportasi yang sesuai diartikan dapat
mengatasi kendala-kendala teknis dan bernilai ekonomis. Batasan ekonomis menurut
ahli pemasaran batubara adalah transportasi dapat dilakukan 12 bulan dalam setahun
yang berarti terus menerus tanpa hambatan. Sedangkan musim kemarau terjadi pada
bulan Juli - Agustus dan musim penghujan Desember – Januari. Pada selang waktu 4
bulan tersebut sungai Musi dalam kondisi ekstrim yang sulit untuk dilayari. Kendala-
kendala ini menyebabkan transportasi batubara tidak dapat dilakukan sekali jalan
menggunakan kapal pengangkut yang berukuran besar.
Penyelidikan transportasi sungai Musi ini bersifat menyediakan data dasar
baik peta batimetri, alur sungai dan karakteristik sungai Musi lainnya. Selain itu
membuat model kapal ponton berbagai ukuran yang disesuaikan dengan karakteristik
sungai Musi dan menentukan 3 lokasi terbaik untuk stockpile batubara. Keseluruhan
data dan informasi tersebut merupakan bahan pertimbangan dalam perencanaan
transportasi sungai sistem transit, tidak sistem sekali jalan seperti halnya pada ruas
Jembatan Ampera – Ambang Luar. Model ukuran kapal ponton dan lokasi stockpile
batubara dapat dipilih dan dikombinasi oleh pengguna, tentunya disesuaikan dengan
nilai keekonomisan.
Peta alur sungai Musi dalam format file img juga merupakan hasil dalam penyelidikan
ini. Extension file img adalah format yang dapat dibaca oleh alat GPS (Global
Positioning System) tipe Garmin. Peta alur sungai sungai Musi ruas Palembang –
Muara Lakitan yang di upload ke alat GPS akan mempermudah dalam bernavigasi
pada ruas sungai Musi ini.
E. Hasil Penelitian Pemkot Palembang
Pemkot Palembang melalui Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(DP2K) berjanji akan memberikan sanksi tegas bagi siapa saja yang kedapatan
menangkap ikan secara ilegal, baik menggunakan strum, tuba, dan sejenisya.
Tak tanggung-tanggung, sanksi dimaksud berupa denda Rp 1 miliar atau
penjara enam tahun sesuai aturan yang teruang dalam UU No 31/2004 tentang
Perikanan.
Kepala Dinas DP2K Kota Palembang, Sudirman Tegoeh mengatakan, saat ini
pihaknya tengah menggalakkan restoking atau penyebaran bibit ikan di Sungai Musi
agar ikan di sana tidak punah dan terus berkembang.
Pihaknya mengaku jengah dengan ulah masyarakat dan sejumlah oknum yang
sering melakukan penangkapan ikan seenaknya saja tanpa memikirkan dampak
kepunahannya. Menurutnya, tidak jarang ditemui orang yang menangkap ikan
menggunakan alat strum dan tuba.Padahal sudah jelas, cara itu bukan hanya
mengganggu habitat ikan, melainkan juga merusak habitat lain yang ada di sungai
tersebut.
“Bayangkan saat menangkap ikan menggunakan strum atau tuba. Yang mati
bukan cuma ikan besar, tapi juga ikan-ikan kecil,” kata Sudirman kepada
Sripoku.com, Selasa (4/9/2012) Agar perilaku ini tidak terjadi terus menerus, dalam
waktu dekat pihaknya beserta intansi terkait akan segera membentuk tim yang
bertugas untuk memantau sekaligus mengamankan Sungai Musi dari penangkapan
ikan secara ilegal. Selain membentuk tim pengamanan, pihaknya juga akan
memeperbanyak Jaring Apung (JA) yang dimiliki warga di daerah masing-masing.
Dengan begitu diharapkan para penangkap ikan ilegal ini tidak terlalu berani beraksi.
“Ini juga perlu agar ada toleransi di antara masyarakat saat menangkap ikan di
sungai,” tandasnya.
Penangkapan oleh nelayan menggunakan alat tangkap jaring insang (gilnet)
dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2-3 inci dan panjang tali ris 65 m. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan jenis, komposisi dan produksi hasil tangkapan dan
tingkat pendapatan nelayan. Penelitian dilakukan di sungai utama DAS Musi bagian
hilir dengan metode survey dan wawancara langsung dengan nelayan sebanyak 15
nelayan selama 4 bulan, bulan Oktober, November, Desember 2006 dan Januari 2007.
Aktifitas penangkapan nelayan setiap hari dilakukan pada saat air mulai naik (mulai
pasang), air pasang dan air mulai turun (surut), dalam satu hari aktifitas penangkapan
lebih kurang 5-6 jam dengan waktu berbeda sesuai dengan jam (waktu) pasang surut.
Tangkapan Oktober dan Nopember 2006 serta Januari 2007 hampir sama yaitu
berkisar 319.5 ? 441 kg. Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada Desember 2006 yaitu
1171, 7 kg atau 78.2 kg/nelayan. Hasil tangkapan didominasi oleh jenis ikan
ekonomis penting yaitu Patin (17%), Bulu Ayam, Juaro, Kepala Batu dan Coli
Masing-masing sebesar 13% dengan pendapatan rata-rata nelayan sebesar Rp.
109.900,-/hari/nelayan.
F. Kehidupan Masyarakat di Pesisir Sungai Musi
Gambar 1. Kehidupan di pesisir sungai Musi, Kebersamaan Di Pinggir Sungai Musi
Sungai musi adalah jatung hati kota Palembang. Sungai musi dan masyarakat Palembang adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Hubungan rakyat Palembang dan Sungai Musi sudah terjalin sangat lama bahkan sebelum datangnya koloni Belanda. Di sungai inilah dahulu kala armada-armada kerajaan Sriwijaya berjaya. Hingga kini Sungai Musi masih menjadi tokoh sentral dalam denyut nadi kehidupan warga Palembang khususnya.
Hampir segala aktivitas kehidupan dilakukan orang Palembang di Sungai Musi. Apabila kita menyelusuri pesisir sungai dapat kita temui berbagai macam aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar sungai seperti yang terlihat dari foto, mulai dari mandi, para ibu mencuci pakaian, anak-anak bermain riang berenang ke sana dan ke mari, sedangkan bapak-bapak sibuk melaut dengan paruhnya (mencari ikan di sungai musi) untuk nafkah bagi keluarganya, ataupun sekedar memancing mencari ikan untuk lauk makan di rumah bersama keluarga tercinta.
Dari sana dari foto ini dapat kita lihat dan kita bayangkan campura aduk aktivitas yang dilakukan orang-orang di Sungai Musi. Di Sungai Musi semua ada, orang mencari keceriaan, menemukan kebersamaan, memeras keringat mencari nafkah
untuk keluarga, suka dan duka semuanya hadir di sungai tercinta ini, bahkan cinta pun dapat terjalin di sungai ini.
Tak bisa dibayangkan bila air sungai ini tercemar semua aktivitas yang biasa dilakukan oleh rakyat sekitar akan mati dan kehidupan sekitar pesisir Sungai Musi pun akan punah. Gejala pencemaran air sungai ini pun sekarang mulai terlihat, banyak air anak-anak sungai dari sungai musi yang mengering, mendangkal dan tercemar limbah terutama limbah keluarga dan bila ini terus dibiarkan dari hari ke hari akan berdampak buruk bagi Sungai Musi itu sendiri.
Lihatlah di foto ini, dapat kita lihat banyak sampah berserakan di pinggiran Sungai Musi, rakyat sekitar banyak yang tidak peduli dengan kebersihan air Sungai Musi padahal dari sungai inilah mereka hidup, dari air sungai ini pula mereka minum. Apakah mereka tidak pernah berpikir bagaimana bila air Sungai Musi tercemar limbah, rusak dan akhirnya kering, yang rugi adalah mereka sendiri.
Sekarang dibanyak tempat di Sungai Musi sudah banyak dipasang papan peringgatan untuk selalu menjaga kelestarian sungai dan kebersihan airnya. Semoga rakyat sekitar Sungai Musi semakin sadar untuk menjaga sungai mereka agar air sungai musi dapat terus dimanfaatkan. Dan untuk kita semua mulai sekarang harus ditanamkan rasa peduli menjaga sungai di sekitar kita karena dari sungailah sumber kehidupan berasal dan dari sungai pula sumber peradapan dimulai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sungai Musi sudah tercemar ditunjukan oleh hasil penilitan BLH dari
tahun 2010 sampai 2011
Penangkapan liar sering terjadi di Sungai Musi (over fishing)
Pesisir di Sungai Musi sudah tercemar oleh limbah lingkungan misalnya
buang sampah sembarangan dan limbah perairan misalnya limbah busa
sabun.
Di perairan sungai musi bisa dilakukan budidaya ikan dengan
menggunakan karamba jarring apung,kolam pasang surut ,dan hampang.
B. SARAN
Kendala Transportasi dari hasil penelitian pemprov Palembang seharusnya
lebih ditingkatkan dan diperbaiki supaya mempermudah masyarakat
bertransportasi di sungai musi.
Harus memperbaiki dan menjaaga keadaan pesisir di sungai musi agar
tidak tercemar oleh limbah lingkungan dan limbah perairan misalnya oleh
Sampah dan limbah sabun, agar pesisir sungai kembali baik seperti semula.
Lebih dijaga dan di awasi sekitar sungai musi agar tidak terjadi
penangkapan secara illegal (over fishing).
Mengembangkan Potensi dan Sumberdaya yang ada di sungai Musi.
DAFTAR PUSTAKA
http://dewantie.blogspot.com/2010/02/pemanfaatan-sumberdaya-alam-sungai-
musi.html
http://palembang.tribunnews.com/2012/09/04/awas-tangkap-ikan-di-sungai-musi-
didenda-rp-1-miliar
http://buanasumsel.com/ratusan-ikan-sungai-musi-mengapung/
http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/45/
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/12/11/30/mea9tv-waahjumlah-ikan-
tawar-di-sungai-musi-menyusut
http://palembang.tribunnews.com/2012/12/12/air-sungai-musi-tercemar
http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil%20balai/BWS/Profile%20BWS
%20Sumatera%20VIII.pdf