makalah sgd 4
-
Upload
nurul-an-nisa -
Category
Documents
-
view
219 -
download
2
description
Transcript of makalah sgd 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang dokter harus memiliki sikap empati dalam menangani pasiennya, karena
untuk membangun komunikasi efektif dibutuhkan saling memahami antara pasien dan
dokternya. Empati adalah kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan
pasiennya, karena setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Banyak pasien mengharapkan dokter memberikan pelayanan kemanusiaan juga
menghargai pasien saat menceritakan keluhannya, namun tidak jarang beberapa dokter
melupakan attitude dalam melayani meskipun mereka menguasai knowledge dan skill.
Sebagai dokter sudah sepantasnya melakukan pekerjaan dengan jujur dan hati- hati,dan selalu
bersikap rendah hati, bersungguh-sungguh, juga tidak gegabah. Karakter seorang dokter
ditentukan oleh motivasinya, cara bertindak dan cara melakukan pekerjaan dalam profesinya,
serta tanggung jawab sebagai seorang professional.
Empati akan membantu dokter agar cepat memisahkan antara masalah dengan
orangnya. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat permasalahan dengan
lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam memecahkan masalah.
1.2 Rumusan masalah
Jelaskan terminologi, cara menumbuhkan komunikasi efektif, manfaat dan tujuan
empati, dan tingkatan empati.
1.3 Tujuan
Dapat mengetahui terminologi, cara menumbuhkan komunikasi efektif ,manfaat
dan tujuan empati, dan tingkatan empati
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
BLOK :Belajar Efektif
Pak Waris adalah seorang lelaki berusia 60 tahun yang akan pensiun dalam waktu dekat.
Ia sering mengalami pusing dan sakit kepala, diduga karena penyakit darah tinggi. Ia diantar
anaknya untuk berobat di dr. Xerxes.
Ketika Pak Waris memasuki ruang periksa, dr. Xerxes sedang duduk memperhatikan
tulisan di 3 HP yang terletak diatas meja tulisnya. Dr. Xerxes mengangkat kepalanya, menyapa,
dan bertanya tentang keluhan Pak Waris. Namun selama menanyakan riwayat sakit Pak Waris,
dr. Xerxes berulang kali menengok ke ketiga HPnya.
Saat berbaring diatas tempat tidur periksa, Pak Waris mendapat kesan pemeriksaan dr.
Xerxes sangat singkat dan tergesa-gesa. Sebentar 2 ketiga HP dr. Xerxes berbunyi bergantian,
pemeriksaan cepat selesai. Dr. Xerxes duduk kembali dikursinya dan mengamati tulisan-tulisan
di HPnya. Pak Waris dipersilahkan duduk menghadap dokter yang langsung menyodorkan resep
dan member nasehat. “Bapak tidak apa-apa, bapak sehat. Ini ada resep, beli obatnya, minum, dan
satu minggu lagi kontrol.”
Dalam hati Pak Waris berjanji tidak akan berobat lagi ke dr. Xerxes. Minggu berikutnya
Pak Waris diantar anaknya ke dr. Yamyami yang ternyata sangat sopan dan sangat penuh
perhatian. Pak Waris dapat membuka hati kepada dr. Yamyami saat diwawancarai tentang
permasalahan keluarga dan pekerjaan. Ternyata Pak Waris hanya perlu lebih optimistis dan
gembira
2
2.2 PERMASALAHAN
2.2.1 TERMINOLOGI
1. Pensiun
2. Resep
3. Kontrol
4. Optimis
5. Empati
6. Darah Tinggi
2.2.2 PERMASALAHAN
1. Bagaimana cara menumbuhkan komunikasi efektif dokter dengan pasien?
2. Apa saja tingkatan empati?
3. Apa saja manfaat dan tujuan empati?
4. Karateristik dokter yang diterima oleh pasien?
5. Apa saja karateristik pasien?
2.3 PEMBAHASAN
2.3.1 Pensiun
Jaminan hari tua dan balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-
tahun mengabdikan dirinya kepada negara. (UU No. 43 tahun 1999 pasal 10 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian)
2.3.2 Resep
Keterangan dokter tentang obat serta takarannya, yang harus dipakai oleh si sakit
dan dapat ditukar dengan obat di apotek. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2.3.3 Kontrol
Pengendalian (kontrol) adalah suatu tindakan pengawasan yang disertai tindakan
pelurusan (korektif).
(Randy R Wrihatno & Riant Nugroho Dwijowito, 2006)
3
2.3.4 Optimis
Sesuatu yang terlintas di dalam hati yang merupakan harapan pada masa yang
akan datang. Rasa lapang dada karena menantikan yang diharapkan dimana hal yang
diharapkan itu memang mungkin terjadi. (Ibnu Qudamah al-Muqadasi)
2.3.5 Empati
Suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti
perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa
hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain. (Bullmer)
2.3.6 Darah Tinggi (Hipertensi)
Tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya. (Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood pressure)
2.3.7 Cara menumbuhkan komunikasi efektif antara dokter-pasien
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi
yang digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
4
2.3.8 Tingkatan dari empati
Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan
dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels).
Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:
- Level 1: Dokter menolak sudut pandang pasien
Mengacuhkan pendapat pasien
Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi
saja sekarang.”
- Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan,
menyiapkan alat, dan lain-lain
- Level 3: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
- Level 4: Dokter menghargai pendapat pasien
“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
- Level 5: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha
Anda untuk menyempatkan berolah raga”
- Level 6: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and
experience) dengan pasien.
5
“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.
Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah
kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 4 sampai 6 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut
pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
2.3.9 Manfaat dan tujuan empati
Manfaat empati
1. Menghilangkan sikap egois
Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat
menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika kita dapat
merasakan apa yang sedang dialami orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan
memahami perilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan berperilaku
hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan
berperilaku yang dapat diterima juga oleh orang lain serta akan mudah
memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita akan berhati-hati dalam
mengembangkan sikap dan perilaku kita sehari-hari, khususnya jika berada pada
kondisi yang membutuhkan pertolongan kita.
2. Menghilangkan kesombongan
Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang
terjadi pada diri orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita
membayangkan kondisi ini maka kita akan terhindar dari kesombongan atau tinggi
hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Tuhan berkehendak. Kita
tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan
memahami apa yang sebenarnya terjadi.
6
3. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri
Pada dasarnya empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan
evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan
melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya merupakan
bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita.
Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan
kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol
diri yang baik artinya kita akan senantiasa berhati-hati dalam melakukan
perbuatan atau memahami lingkungan sekitar kita.
Tujuan empati
Tujuan empati menurut mercer dan reynolds (2012)
- Mendukung komunikasi interpersonal dalam rangka memahami persepsi dan
kebutuhan konseling.
- Memberdayakan konseling untuk belajar atau mengatasi masalahnya lebih efektif.
- Penyelesaian masalah konseling.
2.3.10 Karakteristik dokter yang diterima oleh pasien
o Memegang teguh kehormatan profesinya
o Tujuan utama adalah memberikan pelayanan kemanusiaan; penghargaan dan
penghasilan (finansial) merupakan pertimbangan sekunder
o Melakukan pekerjaan (merawat penderita) dengan jujur dan hati hati
o Bersikap rendah hati, sungguh sungguh, tidak gegabah, dan mendapat
pengakuan/ dapat diterima secara sosial dan moral.
7
2.3.11 Karakteristik pasien
- Usia
Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan). Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit
tertentu. Pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur.
Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia
masih muda mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang
punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga
atau anak-anaknya. Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan
harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi
berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila
dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun (Indonesiannursing, 2008).
- Jenis kelamin
Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut
jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Istilah gender berasal dari bahasa inggris
yang berarti jenis kelamin. Gender adalah pembagain peran kedudukan, dan tugas
antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma dan adat
istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat.
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan
pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis (Budiarto &
Anggraeni, 2002).
- Status Perkawinan
Perkawinan merupakan salah suatu aktivitas individu. Aktivitas individu
umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang
8
bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan
merupakan suatu aktivitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya mereka pun
juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua
individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Bila
hal tersebut terjadi, maka tujuan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan
dalam tujuan tersebut (Tarigan, 2011).
- Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan
lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan (Hamalik, 2008).
Yuliaw (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, pada penderita
yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas juga memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi
masalah yang di hadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi
kejadian, mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan,
serta dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut
dalam membuat keputusan. Hasil penelitian ini didukung dengan teori dimana
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya
tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang
tidak didasari pengetahaun (Notoatmodjo, 2005).
- Pekerjaan
Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang
yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan untuk memperoleh
penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang maupun barang demi
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Lase, 2011).
9
Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang
untuk membeli obat atau membayar tranportasi (Notoatmodjo, 2010).
Budiarto dan Anggraeni (2002) mengatakan berbagai jenis pekerjaan akan
berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagaian
hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana lingkungan
yang berbeda.
- Agama
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya. Agama dan kepercayaan
spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan
penyakitnya, rasa nyeri dan penderitaan, serta kehidupan dan kematian. Sehat
spiritual terjadi saat individu menentukan keseimbangan antara nilai-nilai dalam
kehidupannya, tujuan, dan kepercayaan dirinya dengan orang lain. Penelitain
menunjukkan hubungan antara jiwa, daya pikir, dan tubuh. Kepercayan dan
harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seseorang (Potter &
Perry, 2009).
- Suku/Budaya
Budiarto dan Anggraeni (2002) mengatakan, klasifikasi penyakit
berdasarkan suku sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual,
tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya
penyakit di antara suku maka dibuat kalsifikasi walaupun terjadi kontroversial.
Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku berkaitan dengan faktor
genetik atau faktor lingkungan.
10
- Ekonomi/penghasilan
Individu yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu
menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya, individu yang status sosial ekonominya rendah akan
mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004).
11
Cara menghadapi seorang pasien dibawah 60 thn:
1. Dari cara berbicaranya. Anak2 lebih dimanjakan sedangkan orng dewasa cenderung
formal.
12
BAB III
P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
Seharusnya seorang dokter harus selalu fokus dengan pekerjaannya dan
tidak mengalihkan perhatiannya saat ada pasien yang sedang menceritakan
penyakitnya. Didalam skenario empati itu terlihat jelas bahwa seorang dokter
tidak memiliki attitude dan empati juga tidak membangun komunikasi efektif
sehingga kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis itu tidak
puas,kepercayaan pasien itu menjadi hilang,sehingga hubungan dokter dan pasien
tidak berjalan dengan baik.
1.1 Kritik dan Saran
1. Diharapkan kepada semua pihak agar selalu fokus terhadap pekerjaan masing-
masing dan mengabdikan diri kepada masyarakat
2. Diharapkan seluruh khususnya mahasiswa fakultas kedokteran agar bisa
memahami apa yang dirasakan oleh pasien jika kelak menjadi dokter.
13