makalah sgd 4

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang dokter harus memiliki sikap empati dalam menangani pasiennya, karena untuk membangun komunikasi efektif dibutuhkan saling memahami antara pasien dan dokternya. Empati adalah kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasiennya, karena setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Banyak pasien mengharapkan dokter memberikan pelayanan kemanusiaan juga menghargai pasien saat menceritakan keluhannya, namun tidak jarang beberapa dokter melupakan attitude dalam melayani meskipun mereka menguasai knowledge dan skill. Sebagai dokter sudah sepantasnya melakukan pekerjaan dengan jujur dan hati- hati,dan selalu bersikap rendah hati, bersungguh-sungguh, juga tidak gegabah. Karakter seorang dokter ditentukan oleh motivasinya, cara bertindak dan cara melakukan pekerjaan dalam profesinya, serta tanggung jawab sebagai seorang professional. Empati akan membantu dokter agar cepat memisahkan antara masalah dengan orangnya. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat permasalahan dengan lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam memecahkan masalah. 1

description

makalah sgd 4

Transcript of makalah sgd 4

Page 1: makalah sgd 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang dokter harus memiliki sikap empati dalam menangani pasiennya, karena

untuk membangun komunikasi efektif dibutuhkan saling memahami antara pasien dan

dokternya. Empati adalah kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan

pasiennya, karena setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Banyak pasien mengharapkan dokter memberikan pelayanan kemanusiaan juga

menghargai pasien saat menceritakan keluhannya, namun tidak jarang beberapa dokter

melupakan attitude dalam melayani meskipun mereka menguasai knowledge dan skill.

Sebagai dokter sudah sepantasnya melakukan pekerjaan dengan jujur dan hati- hati,dan selalu

bersikap rendah hati, bersungguh-sungguh, juga tidak gegabah. Karakter seorang dokter

ditentukan oleh motivasinya, cara bertindak dan cara melakukan pekerjaan dalam profesinya,

serta tanggung jawab sebagai seorang professional.

Empati akan membantu dokter agar cepat memisahkan antara masalah dengan

orangnya. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat permasalahan dengan

lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam memecahkan masalah.

1.2 Rumusan masalah

Jelaskan terminologi, cara menumbuhkan komunikasi efektif, manfaat dan tujuan

empati, dan tingkatan empati.

1.3 Tujuan

Dapat mengetahui terminologi, cara menumbuhkan komunikasi efektif ,manfaat

dan tujuan empati, dan tingkatan empati

1

Page 2: makalah sgd 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

BLOK :Belajar Efektif

Pak Waris adalah seorang lelaki berusia 60 tahun yang akan pensiun dalam waktu dekat.

Ia sering mengalami pusing dan sakit kepala, diduga karena penyakit darah tinggi. Ia diantar

anaknya untuk berobat di dr. Xerxes.

Ketika Pak Waris memasuki ruang periksa, dr. Xerxes sedang duduk memperhatikan

tulisan di 3 HP yang terletak diatas meja tulisnya. Dr. Xerxes mengangkat kepalanya, menyapa,

dan bertanya tentang keluhan Pak Waris. Namun selama menanyakan riwayat sakit Pak Waris,

dr. Xerxes berulang kali menengok ke ketiga HPnya.

Saat berbaring diatas tempat tidur periksa, Pak Waris mendapat kesan pemeriksaan dr.

Xerxes sangat singkat dan tergesa-gesa. Sebentar 2 ketiga HP dr. Xerxes berbunyi bergantian,

pemeriksaan cepat selesai. Dr. Xerxes duduk kembali dikursinya dan mengamati tulisan-tulisan

di HPnya. Pak Waris dipersilahkan duduk menghadap dokter yang langsung menyodorkan resep

dan member nasehat. “Bapak tidak apa-apa, bapak sehat. Ini ada resep, beli obatnya, minum, dan

satu minggu lagi kontrol.”

Dalam hati Pak Waris berjanji tidak akan berobat lagi ke dr. Xerxes. Minggu berikutnya

Pak Waris diantar anaknya ke dr. Yamyami yang ternyata sangat sopan dan sangat penuh

perhatian. Pak Waris dapat membuka hati kepada dr. Yamyami saat diwawancarai tentang

permasalahan keluarga dan pekerjaan. Ternyata Pak Waris hanya perlu lebih optimistis dan

gembira

2

Page 3: makalah sgd 4

2.2 PERMASALAHAN

2.2.1 TERMINOLOGI

1. Pensiun

2. Resep

3. Kontrol

4. Optimis

5. Empati

6. Darah Tinggi

2.2.2 PERMASALAHAN

1. Bagaimana cara menumbuhkan komunikasi efektif dokter dengan pasien?

2. Apa saja tingkatan empati?

3. Apa saja manfaat dan tujuan empati?

4. Karateristik dokter yang diterima oleh pasien?

5. Apa saja karateristik pasien?

2.3 PEMBAHASAN

2.3.1 Pensiun

Jaminan hari tua dan balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-

tahun mengabdikan dirinya kepada negara. (UU No. 43 tahun 1999 pasal 10 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian)

2.3.2 Resep

Keterangan dokter tentang obat serta takarannya, yang harus dipakai oleh si sakit

dan dapat ditukar dengan obat di apotek. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

2.3.3 Kontrol

Pengendalian (kontrol) adalah suatu tindakan pengawasan yang disertai tindakan

pelurusan (korektif).

(Randy R Wrihatno & Riant Nugroho Dwijowito, 2006)

3

Page 4: makalah sgd 4

2.3.4 Optimis

Sesuatu yang terlintas di dalam hati yang merupakan harapan pada masa yang

akan datang. Rasa lapang dada karena menantikan yang diharapkan dimana hal yang

diharapkan itu memang mungkin terjadi. (Ibnu Qudamah al-Muqadasi)

2.3.5 Empati

Suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti

perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa

hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain. (Bullmer)

2.3.6 Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat

keparahannya. (Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood pressure)

2.3.7 Cara menumbuhkan komunikasi efektif antara dokter-pasien

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi

yang digunakan:

- Disease centered communication style atau doctor centered communication style.

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,

termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

- Illness centered communication style atau patient centered communication style.

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang

secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,

kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang

dipikirkannya.

4

Page 5: makalah sgd 4

2.3.8 Tingkatan dari empati

Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan

dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels).

Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:

- Level 1: Dokter menolak sudut pandang pasien

Mengacuhkan pendapat pasien

Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti

“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi

saja sekarang.”

- Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan,

menyiapkan alat, dan lain-lain

- Level 3: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”

Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?

- Level 4: Dokter menghargai pendapat pasien

“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau

menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”

- Level 5: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha

Anda untuk menyempatkan berolah raga”

- Level 6: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and

experience) dengan pasien.

5

Page 6: makalah sgd 4

“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.

Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah

kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”

Empati pada level 4 sampai 6 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut

pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.

2.3.9 Manfaat dan tujuan empati

Manfaat empati

1. Menghilangkan sikap egois

Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat

menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika kita dapat

merasakan apa yang sedang dialami orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan

memahami perilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan berperilaku

hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan

berperilaku yang dapat diterima juga oleh orang lain serta akan mudah

memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita akan berhati-hati dalam

mengembangkan sikap dan perilaku kita sehari-hari, khususnya jika berada pada

kondisi yang membutuhkan pertolongan kita.

2. Menghilangkan kesombongan

Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang

terjadi pada diri orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita

membayangkan kondisi ini maka kita akan terhindar dari kesombongan atau tinggi

hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Tuhan berkehendak. Kita

tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan

memahami apa yang sebenarnya terjadi.

6

Page 7: makalah sgd 4

3. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

Pada dasarnya empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan

evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan

melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya merupakan

bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita.

Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan

kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol

diri yang baik artinya kita akan senantiasa berhati-hati dalam melakukan

perbuatan atau memahami lingkungan sekitar kita.

Tujuan empati

Tujuan empati menurut mercer dan reynolds (2012)

- Mendukung komunikasi interpersonal dalam rangka memahami persepsi dan

kebutuhan konseling.

- Memberdayakan konseling untuk belajar atau mengatasi masalahnya lebih efektif.

- Penyelesaian masalah konseling.

2.3.10 Karakteristik dokter yang diterima oleh pasien

o Memegang teguh kehormatan profesinya

o Tujuan utama adalah memberikan pelayanan kemanusiaan; penghargaan dan

penghasilan (finansial) merupakan pertimbangan sekunder

o Melakukan pekerjaan (merawat penderita) dengan jujur dan hati hati

o Bersikap rendah hati, sungguh sungguh, tidak gegabah, dan mendapat

pengakuan/ dapat diterima secara sosial dan moral.

7

Page 8: makalah sgd 4

2.3.11 Karakteristik pasien

- Usia

Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau

diadakan). Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit

tertentu. Pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur.

Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia

masih muda mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang

punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga

atau anak-anaknya. Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan

harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi

berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila

dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun (Indonesiannursing, 2008).

- Jenis kelamin

Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut

jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Istilah gender berasal dari bahasa inggris

yang berarti jenis kelamin. Gender adalah pembagain peran kedudukan, dan tugas

antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat

perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma dan adat

istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat.

Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki

maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi

antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan

pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis (Budiarto &

Anggraeni, 2002).

- Status Perkawinan

Perkawinan merupakan salah suatu aktivitas individu. Aktivitas individu

umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang

8

Page 9: makalah sgd 4

bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan

merupakan suatu aktivitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya mereka pun

juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua

individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Bila

hal tersebut terjadi, maka tujuan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan

dalam tujuan tersebut (Tarigan, 2011).

- Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses

pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.

Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan

lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan (Hamalik, 2008).

Yuliaw (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, pada penderita

yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih

luas juga memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi

masalah yang di hadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,

berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi

kejadian, mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan,

serta dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut

dalam membuat keputusan. Hasil penelitian ini didukung dengan teori dimana

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya

tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang

tidak didasari pengetahaun (Notoatmodjo, 2005).

- Pekerjaan

Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang

yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan untuk memperoleh

penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang maupun barang demi

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Lase, 2011).

9

Page 10: makalah sgd 4

Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak mempunyai cukup uang

untuk membeli obat atau membayar tranportasi (Notoatmodjo, 2010).

Budiarto dan Anggraeni (2002) mengatakan berbagai jenis pekerjaan akan

berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagaian

hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana lingkungan

yang berbeda.

- Agama

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat

realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat

untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya. Agama dan kepercayaan

spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan

penyakitnya, rasa nyeri dan penderitaan, serta kehidupan dan kematian. Sehat

spiritual terjadi saat individu menentukan keseimbangan antara nilai-nilai dalam

kehidupannya, tujuan, dan kepercayaan dirinya dengan orang lain. Penelitain

menunjukkan hubungan antara jiwa, daya pikir, dan tubuh. Kepercayan dan

harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seseorang (Potter &

Perry, 2009).

- Suku/Budaya

Budiarto dan Anggraeni (2002) mengatakan, klasifikasi penyakit

berdasarkan suku sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual,

tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya

penyakit di antara suku maka dibuat kalsifikasi walaupun terjadi kontroversial.

Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku berkaitan dengan faktor

genetik atau faktor lingkungan.

10

Page 11: makalah sgd 4

- Ekonomi/penghasilan

Individu yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu

menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sebaliknya, individu yang status sosial ekonominya rendah akan

mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004).

11

Page 12: makalah sgd 4

Cara menghadapi seorang pasien dibawah 60 thn:

1. Dari cara berbicaranya. Anak2 lebih dimanjakan sedangkan orng dewasa cenderung

formal.

12

Page 13: makalah sgd 4

BAB III

P E N U T U P

3.1 Kesimpulan

Seharusnya seorang dokter harus selalu fokus dengan pekerjaannya dan

tidak mengalihkan perhatiannya saat ada pasien yang sedang menceritakan

penyakitnya. Didalam skenario empati itu terlihat jelas bahwa seorang dokter

tidak memiliki attitude dan empati juga tidak membangun komunikasi efektif

sehingga kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis itu tidak

puas,kepercayaan pasien itu menjadi hilang,sehingga hubungan dokter dan pasien

tidak berjalan dengan baik.

1.1 Kritik dan Saran

1. Diharapkan kepada semua pihak agar selalu fokus terhadap pekerjaan masing-

masing dan mengabdikan diri kepada masyarakat

2. Diharapkan seluruh khususnya mahasiswa fakultas kedokteran agar bisa

memahami apa yang dirasakan oleh pasien jika kelak menjadi dokter.

13