makalah sgd integumen

27
MAKALAH SGD SISTEM INTEGUMEN KASUS I ‘LUKA BAKAR’ DisusunOleh: AlfiahApriliyanti (220110110113) AnnisaWidiyaningsih (220110110124) BungaEkaPratiwi (220110110116) Elisa Rahmi (220110110141) FadiahIzzatiSalim (220110110149) Hilda BidayatulHidayah (220110110122) Scriber I LathifathulKhoiriah (220110110073) Masni’ah (220110110012) Scriber II Rani Dwi Agustin (220110110075) Chair Risma Damayanti (220110110090) SafrinaDarayani (220110110037) Santa Novita Y. S. (220110110109) 1

description

luka bakar

Transcript of makalah sgd integumen

Page 1: makalah sgd integumen

MAKALAH SGD SISTEM INTEGUMEN

KASUS I

‘LUKA BAKAR’

DisusunOleh:

AlfiahApriliyanti (220110110113)

AnnisaWidiyaningsih (220110110124)

BungaEkaPratiwi (220110110116)

Elisa Rahmi (220110110141)

FadiahIzzatiSalim (220110110149)

Hilda BidayatulHidayah (220110110122) Scriber I

LathifathulKhoiriah (220110110073)

Masni’ah (220110110012) Scriber II

Rani Dwi Agustin (220110110075) Chair

Risma Damayanti (220110110090)

SafrinaDarayani (220110110037)

Santa Novita Y. S. (220110110109)

SitiRohani (220110110040) (ijin)

Fakultas Ilmu Keperawatan

1

Page 2: makalah sgd integumen

Universitas Padjadjaran

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kasus

seorang perempuan berusia 24 tahun di rawat di ruang bedah dengan keluhan nyeri

pada luka di kakinya. Pasien dibawa ke RS setelah mengalami luka akibat kebakaran

rumahnya.Saat kejadian pasien sedang tidur di kamarnya. Pada pemeriksaan fisik , tanda

vital: TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, S: 38,5°C, RR 22x/menit, turgor kulit

menurun, bibir tampak kering, CRT: 3,5 detik. Tampak bula dan vesikel pada seluruh

abdomen depan, kedua ekstremitas bagian bawah depan. Luka pada abdomen tampak

merah pucat pada area subkutis.Pada ekstremitas bawah luka tampak kemerahan pada area

dermis.

1.2. Step 1:Clarifying Unfamiliar Terms

1. Bula (Risma) : -

2. vesikel (Bunga) : -

3. area subkutis(Santa) : Dibawah kulit (Elisa)

1.3. Step 2:Problem Definition

1. Kenapa tampak pucat pada area subkutis? (Fadiah)

2. Kenapa ada bula dan vesikel pada seluruh abdomen? (Siti R)

3. Bagaimana klasifikasi dan derajat luka pada luka bakar ? (Lathif)

4. Kenapa CRTnya 3,5 detik? (Risma)

5. Apa yang menyebabkan turgor kulit menurun dan bibir kering? (Bunga)

6. Kenapa pasien langsung masuk ruang bedah? (Santa)

7. Bagaimana peran perawat untuk mengatasi nyeri ? (siti R)

8. Bagaimana penanganan pertama pada luka bakar? (Annisa W)

9. Terapi apa saja yang diberikan pada pasien dengan luka bakar ? (Alfiah)

10. Bagaimana proses terjadinya luka sampai masuk ruang bedah? (Santa)

2

Page 3: makalah sgd integumen

Kulit rusak

Suhu tubuh Luka bakar

inflamasi

Mengeluarkan banyak cairan

dehidrasiTurgor

Lab & terapi

11. Apakah di ruang bedah hanya penanganan pada kulitnya saja atau dengan

abdomennya juga? (Hilda)

12. Bagaimana dampak psikologi dan cara menanggulanginya? (Risma)

13. Komplikasi apa saja yang bias terjadi pada penyakit luka bakar? (Elisa)

14. Bagaimana peran perawat untuk mengatasi keluarga pasien yang histeris? (Lathif)

1.4. Step 3:Brainstrom

1. Mungkin luka bakarnya sudah sampai dalam dan masuk ke area subkutis sehingga

menjadi pucat (Lathif)

2. –

3. –

4. Kebakarannya sudah sampai ke jaringan dan aliran darahnya terganggu (Hilda)

Karena dehidrasi sehingga sirkulasi darahnya terganggu (Annisa W)

5. –

6. Luka bakar menyebabkan cairan berkurang dan mengakibatkan turgor menurun dan

bibir kering (Annisa W)

7. Biar steril, untuk memeriksa keparahan (Annisa W)

8. Di guyur supaya lembab dan elektrolitnya keluar

9. Dengan cairan NaCl di los lewat IV (Annisa W)

10. –

11. –

12. Malu dan menarik diri karena bekas luka, beri semangat (Bunga)

Minder, lukanya bisa ditutupi dengan pakaian panjang (Safrina)

Meyakinkan pasien kalo penyakitnya tidak akan parah jika pasien mematuhi perawatan

(Santa)

13. Dehidrasi, risiko infalamasi dan bisa menyebabkan kematian (Rani)

14. Memberi tahu keluarga kalo pasien akan ditangani oleh tim medic dengan baik (Santa)

Mengajarkan keluarga cara perawatan luka di rumah, cara personal hygiene (Risma)

1.5. Step 4:Annalysing The Problem

Data menyimpang:

- DO & DS : nyeri pada luka, bula, bibir kering, vesikel, turgor kulit menurun, CRT 3,5

detik, RR 22x/menit, suhu 38,5°C

- Lab : -

- Terapi : -

- Lain-lain : -

3

Page 4: makalah sgd integumen

1.6. Step 5:Formulating Learning Issues

1. Step 1

2. Klasifikasi luka bakar

3. Persentase luas luka bakar

4. Komplikasi

5. Terapi

6. Fase-fase luka bakar

7. Diet

8. Patofisiologi

9. Asuhan keperawatan

1.7. Step 6 : Self Study

Mahasiswa mencari literatur untuk menjawab Learning Objektif dan pada step ini mahasiswa

dilarang keras membagi tugas.

1.8. Step 7:Reporting

1. Step 1

- Vesikel

Tonjolan kecil berisi air (Santa), berisi cairan serosa atau darah (Annisa W), ruang yang

dikelilingi membrane sel (Bunga), bisa pecah menjadi erosi dan bergabung dengan bula

(Lathif), bisa tunggal dan banyak (Alfiah)

- Bula

Suatu bagian kulit besar dan menjadi gembung berukuran > 1 cm dan berisi cairan

(Masniah), peninggian kulit berbatas tegas yang berisi cairan (Elisa), ada pada luka bakar

derajat II (Annisa W), berisi cairan serirosa (Alfiah)

2. Klasifikasi

Derajat I : Dermis derajat I :

4

Page 5: makalah sgd integumen

Derajat II : hypodermis (Safrina) derajat II : parsial tickness (Bunga)

Derajat III : subkutis derajat III : Full thickness

Derajat IV: merusak otot

Penampilan :

Derajat I: kering, tidak lepuh, merah muda, sensasi nyeri

Derajat II: lembab, merah berbintik, lepuh, sebagian memucat (Hilda)

Derajat III: kering, pucat berlilin

Derajat IV: meluas ke epidermis, dermis, subkutis, kapiler vena hangus

Derajat I: nyeri, eritema, tanpa lepuh

Derajat II: meluas ke epidermis: nyeri, lepuh, tanpa meninggalkan daerah parut (Annisa)

Meluas ke dermis:nyeri

Derajat III : saraf rusak hingga tidak merasakan nyeri

Komplikasi:

Derajat I: tidak menimbulkan komplikasi, akibat sinar UV (Santa)

Derajat II: komplikasi infeksi sekunder

Masa penyembuhan:

Derajat I: sembuh spontan 3-4 hari (Masniah)

Derajat II: kurang lebih 1 bulan

Derajat III : berbulan-bulan dan diperlukan pembersihan bedah

3. Persentase luas luka bakar

- tubuh atas 9 bagian : kepala & leher (9%), ekstremitas atas (18%), dada perut bokong dan

punggung (36%), paha & betis (36%), genitalia (1%). (Risma)

- tingkat keparahan:

Ringan (derajat I) : parsial II : < 15% , parsial III : < 1%

Sedang (derajat II) : tingkat II: 15 - 30% , tingkat III: 1% - 10 % (Elisa)

Parah (derajat III): tingkat II: 30% / lebih, tingkat III : 10% / lebih

pada tangan, kaki, wajah dan komplikasi pada pernapasan, jantung

- Ringan:

Derajat III :< 3% kecuali wajah, tangan, kaki, kemaluan

Derajat II :< 15%

Derajat I :< 50%

Sedang: (Lathif)

Derajat III : 2 - 10% kecuali wajah, tangan, kaki, kemaluan

Derajat II : 15 - 30%

5

Page 6: makalah sgd integumen

Derajat I :> 50%

Berat: semua luka bakar disertai luka bakar jaringan dan cedera tulang

Pada kasus :

Derajat 3

Kedua ekstremitas bawah depan : 18% : II kedalaman

Abdomen depan : 9% : III

27%

Kegawatan : gawat : 27% derajat sedang

4. Komplikasi

- Gagal respirasi akut, syok sirkulasi, gagal ginjal, sindrom kompartemen, ileus paralitik

(Fadiah)

- Terjadinya infeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian (Annisa W)

5. Terapi

Farmakologi

- Luka bakar luas memerlukan cairan intra vena

Pemberian cairan intravena berdasarkan luas luka bakar (%) Annisa

Edema: luas luka bakar (%) x BB (kg) = ml NaCl/24 jam atau ml plasma/24jam

Penguapan: 2000 cc glukosa x 5%/24 jam

< 20% : oral

20 – 30% : infus, oral

40 – 60%: infus

>60% : resusitasi cairan

Kebutuhan 48 jam pertama :

- Formula evans: 1 cc x KgBB x % (koloid,elektrolit) (Risma)

- Formula brouk: 0,5 cc x KgBB x 1% (koloid)

1,5 cc c KgBb x % (elektrolit)

- Formula bakster : 4 cc x KgBB x % (dewasa)

4 x 50 x 27 = 5400/24jam

2 cc x KgBB x % (anak : jumlah resusitasi + faal)

Kebutuhan cairan 24 jam berikutnya : 100 cc x Luas tubuh x % luka bakar x 24

Non Farmakologi:

6

Page 7: makalah sgd integumen

- Derajat I : Di rendam air dingin atau kompres dingin

- Serius: hindari pemberian es soalnya dapat menurunkan aliran darah, (Santa)

pakaian tidak boleh dilepas

6. Fase-fase luka bakar

- Akut : gangguan saluran napas

- Subakut: setelah syok berakhir

- Lanjut: setelah penutupan luka (Fadiah)

7. Diet

- dukungan nutrisi lanjutan dan dini diperlukan untuk diet kaya kalori dan protein (Santa)

- vitamin A,B,C,Zink (Annisa)

- memberikan makanan bentuk cair aatau nutrisi enteral dini (IVED) , kebutuhan energi

dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar, protein tinggi (20-25%

dari kebutuhan energi total), lemak sedang (15-20% dari kebutuhan energi total),

karbohidrat sedang (50-60% dari kebutuhan energi total), mineral tinggi (zat besi, seng,

natrium,kalium, kalsium, fosfor dan magnesium), cairan tinggi (Masniah)

- kalori tinggi, kalium, magnesium (alfiah)

- 5 x 10 gr x kebutuhan nutrisi (Risma)

7

Page 8: makalah sgd integumen

8. Patofisiologi(Santa)

8

Page 9: makalah sgd integumen

9. Asuhan Keperawatan

Pengkajian Fokus: (Masniah)

a. Identitas pasien

Nama : -

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

b. Keluhan Utama : Nyeri pada luka di kaki

c. Riwayat kesehatan sekarang : Luka bakar

d. Riwayat kesehatan masa lalu : -

e. Riwayat kesehatan keluarga : -

f. Pemeriksaan fisik

TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, S: 38,5°C, RR 22x/menit,

turgor kulit menurun, bibir tampak kering, CRT: 3,5 detik. Tampak bula dan

vesikel pada seluruh abdomen depan, kedua ekstremitas bagian bawah

depan. Luka pada abdomen tampak merah pucat pada area subkutis.Pada

ekstremitas bawah luka tampak kemerahan pada area dermis.

g. Pemeriksaan laboratorium : -

h. Pengobatan : -

Intervensi dan peran perawat

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Nyeri b.d kerusakan

kulit/jaringan ditandai

dengan pasien mengeluh

nyeri

pasien dapat

mendeonstrasikan

hilang dari

ketidaknyamanan

berikan

analgesiknarkotik yang

diresepkan dan

sedikitnya 30

menitsebelum

prosedur perawatan

luka

bantu dengan

pengubahan posisi 2

jam sekali. bantu

9

Page 10: makalah sgd integumen

pasien membalikan

badan.

bersihan jalan nafas tidak

efektif b.d truma

jalan nafas klien kembali

efektif dengan kriteria

hasil : hipoksemia,

takipnea, sianosis , dan

penggunaan otot napas

berkurang

ambil riwayat cidera

kaji efek menelan

awasi frekuensi, irama,

kedalaman nafas

auskultasi paru,

perhatikan

stindor,mengi,

penurunan bunyi napas,

batuk rejan

perhatikan adanya

pucat/ warna buah ceri

pada kulit yang cedera

tinggikan kepala tempat

tidur

Gangguan

ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit

cairan dan elektrolit

dalam tubuh pada

keadaan seimbang

Lakukan pemasangan

IVFD (intravenous

fluid drops)

Dokumentasi dengan

akurat tentang intake

dan output cairan

Intervensi pada penururnan

kadar elektrolit

Evaluasi kadar

elektrolit serum

Dokumentasikan

perubahan klinik dan

laporkan dengan tim

10

Page 11: makalah sgd integumen

medis

Monitor khusus

ketidakseimbangan

elektrolit pada lansia

risiko terhadap infeksi

berhubungan dengan

kelihalangan integritas

kulit yang ditandai dengan

luka pada abdomen

tampak merah pucat dia

area subkutis, ekremitas

bawah luka tampak

kemerahan di area dermis

tidak ada demam,

pembentukan

jaringan granulasi

penampilan luka

bakar (area luka

bakar, sisi donor, dan

status balutan di atas

sisi tandur bila

dilakukan), cek suhu

setiap 4 jam

bersihkan area luka

bakar setiap hari dan

lepaskan jaringan

nekrotik

lepaskan krim lama

dari luka sebelum

pemberian krim baru.

Gunakan sarung

tangan steril dan

berikan krim antibiotik

topikal yang

diresepkan pada area

luka bakar, berikan

secara menyeluruh

Gangguan integritas kulit dalam waktu 12 x 24

jam integritas kulit

membaik secara

Kaji kerusakan

jaringan kulit yang

11

Page 12: makalah sgd integumen

optimal, dengan criteria:

Pertumbuhan jaringan

membaik dan lesi

psoarisis berkurang.

terjadi pada klien.

Lakukan tindakan

peningkatan integritas

jaringan.

Kolaborasi untuk

intervensi

debridement.

Gunakan kassa

antimikroba pada lesi

luka bakar.

Tingkatkan asupan

nutrisi.

Evaluasi kerusakan

jaringan dan

perkembangan

pertumbuhan

jaringan.

Kolaborasi untuk

pemberian albumin.

12

Page 13: makalah sgd integumen

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Luka Bakar

a. Derajat berat luka bakar

Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya

permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.

Luka bakar ringan

Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan,

kaki, kemaluan atau saluran napas

Luka bakar derajat dua kurang dari 15%

Luka bakar derajat satu kurang dari 50%

Luka bakar sedang

Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah,

tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas

Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%

Luka bakar derajat satu lebih dari 50%

13

Page 14: makalah sgd integumen

Luka bakar berat

Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera

jaringan lunak dan cedera tulang

Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan

atau saluran napas

Luka bakar derajat tiga di atas 10%

Luka bakar derajat dua lebih dari 30%

Luka bakar yang disertai cedera alat gerak

Luka bakar mengelilingi alat gerak

b. Derajat luka bakar

1. Luka bakar derajat pertama

2. Derajat dua, jaringan luka bakar dengan karakteristik luka bakar

partial thickness

Derajat dua, jaringan luka bakar dengan karakteristik luka bakar

partial thickness dalam

3. Derajat tiga, dengan karakteristik luka bakar full thickness

4. Derajat empat, luka bakar yang merusak otot

c. Kedalaman luka bakar

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan

partial

superfisial

(tingkat I)

Jilatan api,

sinar

ultraviolet

(terbakar

oleh

matahari)

Kering tidak ada

gelembung, edema

minimal atau tidak

ada, pucat bila

ditekan dengan

ujung jari, berisi

kembali bila

tekanan dilepas

Bertambah

merah

Nyeri

Lebih dalam

dari partial

(tingkat II)

Superfisial

Kontak

dengan

bahan air

atau bahan

Blister besar dan

lembab yang

ukurannya

bertambah besar.

Berbintik –

bintik yang

kurang

jelas,

Sangat

nyeri

14

Page 15: makalah sgd integumen

Dalam padat.

Jilatan api

kepada

pakaian.

Jilatan

langsung

kimiawi,

sinar

ultraviolet

Pucat bila ditekan

dengan ujung jari,

bila tekanan

dilepas berisi

kembali

putih,

coklat,

pink,

daerah

merah

coklat

Ketebalan

sepenuhnya

Kontak

dengan

bahan cair

atau padat.

Nyala api,

kimia,

kontak

dengan arus

listrik

Kering disertai kulit

yang mengelupas.

Pembuluh darah

seperti arang

terlihat dibawah

kulit yang

mengelupas.

Gelembung jarang,

dindingnya sangat

tipis, tidak

membesar, tidak

pucat bila ditekan

Putih,

kering,

hitam,

coklat tua,

hitam,

merah

Tidak

sakit,

sedikit

sakit,

rambut

mudah

lepas bila

dicabut

2.2 Persentase Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan

nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

a. Kepala dan leher : 9%

b. Ekstremitas atas (2 x 9%) : 18% (kiri dan kanan)

c. Dada, perut, punggung dan bokong (4 x 9%) : 36%

d. Paha dan betis – kaki(4 x 9%) : 36% (kiri dan kanan)

e. Genetalia/perineum : 1%

Total keseluruhan : 100%

15

Page 16: makalah sgd integumen

Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif

permukaan kepala jauh lebih besar dan relatif permukaan kaki lebih kecil

digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10 – 15 – 20 dari lund dan browder

untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus – rumus tersebut

diatas adalah luas telapak tangan dianggap 1%. ( Kapita Selekta Kedokteran,

2000 )

American College of Surgeon membagi dalam:

1. Parah – critical:

a. Tingkat II : 30% atau lebih

b. Tingkat III : 10% atau lebih

c. Tingkta III pada tangan, kaki, dan wajah. Dengan adanya komplikasi

pernapasan, jantung, dan soft tissue yang luas

2. Sedang – moderate:

a. Tingkat II : 15 – 30%

b. Tingkat III : 1 – 10%

3. Ringan – minor:

a. Tingkat II : <15%

b. Tingkat III : <1%

2.3 Komplikasi

1. setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan kecacatan lebih lanjut

atau kematian. Staphylococcus auretus resisten melitisin adalah penyebab

tersering infeksi nosokominal. Infeksi adalah penyebab utama morbiditas dan

mortalitas Gagal respirasi yang akut

Perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-tanda cedera

inhalasi seperti bertambahnya keparauan suara, stridar (pernafasan

berbunyi).Frekuensi dan dalam respirasi abnormal atau perubahan mental yang

disebabkan oleh hipoksia.

2. Syok sirkulasi

Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok hipovolemik

atau kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang

paling sering dijumpai adalah kekurangan cairan yang dapat berkembang

menjadi syok sirkulasi (syok distribusi).

16

Page 17: makalah sgd integumen

3. Gagal ginjal

Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi yang tidak

adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.

4. Sindrom kompartemen

Status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya jika luka

bakar tersebut melingkar (sekumfenensial). Pengkajian ini akan membantu kita

untuk mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan edema karena

kontruksi yang disebabkan oleh pembentukan esker pada luka bakar derajat

tiga.

5. Ileus paralitik

Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerap kali terjadi pada periode awal pasca

luka bakar. Mual dan distensi abdomen (kembung, meteorasmus) merupakan

gejala yang ditemukan

6. Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut.

Staphylococcus aureus resisten metisilin adalah penyebab tersering infeksi

nasokomial pada pasien luka bakar di rumah sakit.

7. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan distritmia jantung dan henti jantung.

8. Trauma psikologis akibat luka bakar.

2.4. Penatalaksanaan

2.4.1. Farmakologi

1. pengganti cairan yang hilang akibat edema:

- luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi ml

Nacl/24 jam

- luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi m

plasma/24 jam

2. pengganti cairan akibat penguapan:

2000cc glukosa5% per jam

3. Pemberian cairan

Luka bakar kurang 20% oral

Luka bakar 20 – 30% infuse, oral

Luka bakar 40 – 60% infus saja

17

Page 18: makalah sgd integumen

Luka bakar lebih 60% resusitasi cairan tidak menjamin

berhasil 100%

CARA PEMBERIAN

8 jam I : 50% formula

16 jam II : 50% formula

KEBUTUHAN 48 JAM I:

FORMULA EVANS (1952)

1 cc X kg BB X %= colloid

1 cc X kg BB X %= elektrolit

2000 cc = glukosa 5%

FORMULA BROOKS (1953)

½ X kg BB X % = colloid

1 ½ X kg BB X % = elektrolit

2000 cc = glukosa 5%

FORMULA BAXTER (1979) = FORMULA PARKLAN

4 X kg BB X % = Ringer laktat

KEBUTUHAN CAIRAN /24 JAM

100 cc X luas tubuh X % luka bakar X 24 jam

Pruduksi urine normal

Produksi urine normal 1500 cc

2.4.2. Non Farmakologi

Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang dapat

membakar. Pemberian es dilarang karena dapat menurunkan aliran

darah ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat luka bakar.

Pakaian yg dikenakan tidak boleh dilepas, karena dapat melepas

kulit yang lengket.

Luka bakar derajat pertama biasanya direndam dalam air dingin

selama beberapa menit.

2.5. Diet

a. multivitamin, terutama kelompok vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan seng

18

Page 19: makalah sgd integumen

b. dukungan nutrisi lanjutan untuk penderita luka bakar, diet kaya kalori dan

protein diberikan secara adekuat untuk mencegah pelisutan otot.

c. Pemberian makanan enteral dapat diberikan karena dapat memberikan

kalori adekuat untuk penyembuhan dan melindungi mukosa saluran cerna

sehingga mengurangi kerusakan sawar usus.

d. Tambahan kalori yang tinggi di antara waktu makan akan dapat mencukupi

pada pasien dengan luka bakar sedang, namun bagi mereka dengan luka

bakar luas memerlukan interval pemberian makanan yang konstan melalui

selang tempat memasukkan makanan (NGT), serta dapat pula diberikan

vitamin C, kalium, zinkum, dan magnesium

e. kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka

bakar

f. protein tinggi (20-25% dari kebutuhan energi total)

g. lemak sedang (15-20% dari kebutuhan energi total)

h. karbohidrat sedang (50-60% dari kebutuhan energi total)

i. mineral tinggi (zat besi, seng, natrium,kalium, kalsium, fosfor dan

magnesium)

2.6. Fase Luka Bakar

Fase akut

Gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan

sirkulasi.Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan

elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.

Fase sub akut

Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan

jaringan (kulit dan jaringan bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis

dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energy

Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi

maturasi,.Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyakit darri luka bakar

berupa parut hipertropik, konfraktor, dan deformitas lainnya.

19

Page 20: makalah sgd integumen

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka

lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang

menetap berada pada tempatnya untuk waktu yang lama. Luka bakar terjadi

akibat api, listrik, zat kimia, air panas, dan sebagainya.

Pada kasus luka bakar yang di derita klien terjadi akibat kebakaran

rumahnya dan sudah sampai ke derajat 3 karena terdapat tanda-tanda bahwa

lukanya sudah masuk ke jaringan subkutis.

Adapun penilaian luas luka bakarnya yaitu sebagai berikut:

Kedua ekstremitas bawah depan : 18% : II kedalaman

Abdomen depan : 9% : III

27%

Kegawatan : gawat : 27% derajat sedang

20