MAKALAH RAWA FIX KELOMPOK 1 DITTY.docx

download MAKALAH RAWA FIX KELOMPOK 1 DITTY.docx

of 37

Transcript of MAKALAH RAWA FIX KELOMPOK 1 DITTY.docx

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penugasan dari Mata Kuliah Sungai dan Rawa Mengembangkan wawasan keilmuan masing-masing para anggota kelompok Mencari data tentang keadaan daerah Rawa Desa Pudak Mencari tahu pemanfaatan Daerah Rawa Desa Pudak

1.2. Rumusan Masalah1. Memastikan apakah daerah penelitian termasuk rawa pasang surut atau non pasang surut ?2. Bagaimana data exsiting bangunan teknik sipil untuk pengelolaan daerah yang ada ?3. Apa dampak positif dan Negatif tentang adanya bangunan teknik sipil tersebut ?4. Bagaimana pengoperasian bangunan teknik sipil di daerah tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian Untuk memastikan daerah penelitian termasuk rawa pasang surut atau non pasang surut Untuk mengetahui data exsiting bangunan teknik sipil untuk pengelolaan daerah yang ada Untuk mengetahui dampak positif dan Negatif tentang adanya bangunan teknik sipil tersebut Untuki mengetahui pengoperasian bangunan teknik sipil di daerah tersebut

1.4. Manfaat Penelitian Menambah pengetahuan/wawasan tentang rawa Memahami lebih dalam tentang kondisi masyarakat daerah rawa Memenuhi mata nkuliah sungai dan rawa

BAB IILANDASAN TEORI 2.1. Pengertian RawaRawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa , yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam.Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.2.2. Manfaat rawa:a) Pembangkit listrik.b) Objek pariwisata.c) Area sawah. d) Perikanan

2.3. Karakteristik Rawa Swamp adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut.Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa reeds (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), sedges (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan rushes (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau mendong, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwater marsh), dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) (SSSA, 1984; Monkhouse dan Small, 1978).Bog adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog, dan "raised bog. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal. Fed adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis reeds, sedges, dan rushes, tetapi air tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang ber-reaksi netral, yang disebut laagveen atau lowmoor. Lahan rawa merupakan lahan basah, atau wetland, yang menurut definisi Ramsar Convention mencakup wilayah marsh, fen, lahan gambut (peatland), atau air, baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk jugawilayah laut yang ke dalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997). Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi semak maupun kayu.kayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal.

2.4. Klasifikasi Wilayah Rawa Lahan rawa yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan cekungan-cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di dataran rendah, baik yang menempati dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan. Klasifikasi dan Penyebaran Lahan Rawa Pada kedua wilayah terakhir ini, karena posisinya bersambungan dengan laut terbuka, pengaruh pasang surut dari laut sangat dominan.Di bagian muara sungai dekat laut, pengaruh pasang surut sangat dominan, dan ke arah hulu atau daratan, pengaruhnya semakin berkurang sejalan dengan semakin jauhnya jarak dari laut.Berdasarkan pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar (spring tides) di musim hujan, bagian daerah aliran sungai di bagian bawah (down stream area) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona. Klasifikasi zona-zona wilayah rawa ini telah diuraikan oleh Widjaja-Adhi et al. (1992), dan agak mendetail oleh Subagyo (1997). Ketiga zona wilayah rawa tersebut adalah: Zona I: Wilayah rawa pasang surut air asin/payau

Zona II: Wilayah rawa pasang surut air tawar

Zona Ill: Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut

a. Zona I: Wilayah rawa pasang surut air asin/payau Wilayah rawa pasang surut air asin/payau terdapat di bagian daratan yang bersambungan dengan laut, khususnya di muara sungai besar, dan pulau-pulau delta di wilayah dekat muara sungai besar. Di bagian pantai ini, dimana pengaruh pasang surut air asin/laut masih sangat kuat, sering kali disebut sebagai tidal wetlands, yakni lahan basah yang dipengaruhi langsung oleh pasang surut air laut.

Di bagian pantai yang terbuka ke laut lepas, apabila pesisir pantainya berpasir halus, dan ombak langsung mencapai garis pantai, oleh pengaruh energi ombak dan angin biasanya terbentuk beting pasir pantai (coastal dunes/ridges), yang di belakangnya terdapat semacam danau-danau sempit yang disebut laguna (lagoons). Wilayah di belakang laguna, merupakan jalur yang ditumbuhi hutan bakau atau mangrove (Rhizophora sp., Bruguiera sp.), dan masih dipengaruhi oleh air pasang melalui sungai-sungai kecil (creeks). Di belakang hutan mangrove, terdapat jalur wilayah yang dipengaruhi oleh air payau (brackish water), dan ditumbuhi vegetasi nipah (Nipa fruticans).Di belakang hutan nipah, terdapat landform rawa belakang (backswamp) yang dipengaruhi oleh air tawar (fresh water).Selanjutnya lebih jauh ke arah daratan, pada landform cekungan/depresi, ditempati oleh hutan rawa dan gambut air tawar (fresh-water swamp and peat forests).Di bagian estuari atau teluk yang terlindung dari hantaman ombak langsung, atau di bagian pantai yang terlindung gosong pasir (sand spits), pada bagian paling depan terdapat dataran lumpur tidak bervegetasi, yang terbenam di bawah air laut sewaktu air pasang, tetapi terlihat muncul sebagai daratan sewaktu air surut. Dataran berlumpur ini disebut tidal flats, atau mudflats. Pada bagian daratan yang sedikit lebih tinggi letaknya, yang sebagian atau seluruhnya masih digenangi air pasang, disebut tidal marsh (rawa pasang surut), atau "salt marsh (rawa dipengaruhi air garam). Di bagian terluar yang masih dipengaruhi oleh pasang surut, biasanya didominasi oleh vegetasi rambai (Sonneratia sp.), api-api (Avicennia sp.), dan jeruju (Acanthus licifolius), dan di belakangnya ke arah daratan ditumbuhi oleh hutan bakau/mangrove, dengan tumbuhan bawah buta-buta (Excoecaria agallocha), dan pial (Acrostichum aureum). Jalur bakau ini lebarnya beragam dan dapat mencapai 1,5-2 km ke arah darat. Wilayah di belakang hutan mangrove, masih dipengaruhi oleh air pasang melalui sungai-sungai kecil, namun sudah ada pengaruh air tawar dari hutan rawa pantai lebih ke darat. Bagian yang dipengaruhi oleh air payau ini, didominasi oleh nipah bersama panggang (Araliceae) dan pedada (Sonneratia acida), membentuk jalur hutan nipah yang lebarnya dapat mencapai 500 m. Di belakang jalur hutan nipah terdapat landform rawa belakang yang sudah dipengaruhi oleh air tawar. Di rawa delta Pulau Petak, wilayah rawa belakang ini, umumnya didominasi pohon gelam (Melaleuca leucadendron). Lebih jauh ke arah daratan, pada sub-landform cekungan/ depresi ditempati hutan rawa dan gambut air tawar.

Bagian wilayah pasang surut yang dipengaruhi oleh air asin/salin dan air payau ini, di pantai timur pulau Sumatera seperti di Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau, umumnya masuk ke dalam daratan Pulau Delta dan sepanjang sungai besar sejauh dari beberapa ratus meter sampai sekitar 4-6 km ke dalam. Wilayah ini, karena pengaruh air laut/salin atau air payau, tanahnya mengandung garamgaram yang tinggi, dikatagorikan sebagai tipologi lahan salin, dan tidak sesuai untuk lahan pertanian.Berapa jauh zona I wilayah pasang surut air asin/payau masuk ke arah hulu dari muara sungai, tergantung dari bentuk estuari, yaitu bagian muara sungai yang melebar berbentuk V ke arah laut, dimana gerakan air pasang dan surut terjadi. Jika bentuk estuari lebar dan lurus, pengaruh air asin/salin dapat mencapai sekitar 10-20 km dari mulut/muara sungai besar. Namun, apabila relatif sempit dan sungai berkelok, pengaruh air asin/salin hanya mencapai jarak 5-10 km dari muara sungai. Sementara dari laut/ sungai ke arah daratan Pulau Delta,

b. Zona II: Wilayah rawa pasang surut air tawar Wilayah pasang surut air tawar adalah wilayah rawa berikutnya ke arah hulu sungai.Wilayahnya masih termasuk daerah aliran sungai bagian bawah, namun posisinya lebih ke dalam ke arah daratan, atau ke arah hulu sungaI.Di wilayah ini energi sungai, berupa gerakan aliran sungai ke arah laut, bertemu dengan energi pasang surut yang umumnya terjadi dua kali dalam sehari (semi diurnal).Karena wilayahnya sudah berada di luar pengaruh air asin/salin, yang dominan adalah pengaruh air-tawar (fresh-water) dari sungai sendiri.Walaupun begitu, energi pasang surut masih cukup dominan, yang ditandai oleh masih adanya gerakan air pasang dan air surut di sungai.Di daerah tropika yang beriklim munson, yang dicirikan oleh adanya musim hujan dan musim kemarau, di musim hujan ditandai oleh volume air sungai yang meningkat, berakibat bertambah besarnya pengaruh air pasang ke daratan kirikanan sungai besar, dan bertambah jauh jarak jangkauan air pasang ke arah hulu. Limpahan banjir sungai selama musim hujan yang dibawa air pasang, mengendapkan fraksi debu dan pasir halus ke pinggir sungai. Pengendapan bahan halus yang terjadi secara periodik selama ber-abad-abad akhirnya membentuk (landform) tanggul sungai alam (natural levee), yang jelas terlihat ke arah hulu dan makin tidak jelas terbentuk, karena pengaruh pasang surut, ke arah hilir dan di muara sungai besar.

Di antara dua sungai besar, ke arah belakang tanggul sungai, tanah secara berangsur atau secara mendadak menurun ke arah cekungan di bagian tengah yang diisi tanah gambut. Ke bagian tengah, lapisan gambut semakin tebal/dalam dan akhirnya membentuk kubah gambut (peat dome). Bagian yang menurun tanahnya di antara tanggul sungai dan depresi/kubah gambut disebut (sublandform) rawa belakang (backswamp). Di musim kemarau, pada saat volume air sungai relatif tetap atau malahan berkurang, pengaruh air asin/salin dapat merambat sepanjang sungai sampai jauh ke pedalaman. Pada bulan-bulan terkering, Juli-September, pengaruh air asin/salin di sungai dapat mencapai jarak sejauh 40-90 km dari muara sungai. Makin jauh ke pedalaman, atau ke arah hulu, gerakan naik turunnya air sungai karena pengaruh pasang surut makin berkurang, dan pada jarak tertentu berhenti. Di sinilah batas zona II, dimana tanda pasang surut yang terlihat pada gerakan naik turunnya air tanah juga berhenti. Jarak zona II dari pantai, tergantung dari bentuk dan lebar estuari di mulut/muara sungai dan kelak-kelok sungai dapat mencapai sekitar 100-150 km dari pantai. Sebagai contoh, kota Palembang di tepi S. Musi, pengaruh pasang surut masih terasa, tetapi relatif sudah sangat lemah, berjarak sekitar 105 km dari pantai. Di muara Anjir Talaran di dekat kota Marabahan di Sungai Barito, Provinsi Kalimantan Selatan, yang berjarak (garis lurus) sekitar 65 km dari muara, pasang surut relatif masih agak kuat. Pencapaian air pasang di musim hujan dan air asin di musim kemarau pada tiga sungai besar di Sumatera adalah S. Rokan: 48 dan 60 km, S. Inderagiri: 146 dan 86 km, dan S. Musi 108 dan 42 km dari muara sungai. Di Kalimantan, S. Kapuas Besar: 150 dan 24 km, S. Kahayan 125 dan 65 km, dan S. Barito 158 dan 68 km dari muara sungai. Di Papua, S. Mamberamo: 30 dan 8 km, S. Lorenz (pantai selatan, barat Agats) 103 dan 63 km, dan S. Digul (barat Merauke) 272 dan 58 km dari muara sungai (Nedeco/Euroconsult-Biec,1984).

c. Zona III: Wilayah rawa atau rawa non-pasang surut Wilayah rawa lebak terletak lebih jauh lagi ke arah pedalaman, dan dimulai di wilayah dimana pengaruh pasang surut sudah tidak ada lagi.Oleh karena itu, rawa lebak sering disebut sebagai rawa pedalaman, atau rawa non-pasang surut. Biasanya sudah termasuk dalam daerah aliran sungai bagian tengah pada sungai-sungai besar. Landform rawa lebak bervariasi dan dataran banjir (floodplains) pada sungai-sungai besar yang relatif muda umur geologisnya, sampai dataran banjir bermeander (meandering floodplains), termasuk bekas aliran sungai tua (old river beds), dan wilayah danau oxbow (oxbow lakes) pada sungai-sungai besar yang lebih tua perkembangannya. Pengaruh sungai yang sangat dominan adalah berupa banjir besar musiman, yang menggenangi dataran banjir di sebelah kiri-kanan sungai besar. Peningkatan debit sungai yang sangat besar selama musim hujan, "verval" sungai atau perbedaan penurunan tanah dasar sungai yang rendah, sehingga aliran sungai melambat, ditambah tekanan balik arus air pasang dari muara, mengakibatkan air sungai seakan-akan "berhenti" (stagnant), sehingga menimbulkan genangan banjir yang meluas.Tergantung dari letak dan posisi lahan di landscape, genangan dapat berlangsung dari sekitar satu bulan sampai lebih dari enam bulan. Sejalan dengan perubahan musim yang ditandai dengan berkurangnya curah hujan, genangan air banjir secara berangsur-angsur akan surut sejalan dengan perubahan musim ke musim kemarau berikutnya.

2.4.1. Potensi Rawa di Indonesia a. Indonesia memiliki luas lahan sekitar 162,4 juta : 20,56% daerah rawa 79,44% lahan keringb. Dewasa ini diperkirakan 30-35 ribu ha lahan pertanian beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan daerah industri. c. Pemerintah berupaya mengembangkan daerah rawa menjadi areal pertanian yang dilandasi konsep pembangunan secara bertahap.d. Daerah rawa tersebar disepanjang pantai P. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua 33,393 juta ha 60% (20,096 juta ha) daerah rawa pasang surut 40% (13,296 juta ha) daerah rawa non pasang surut

Pengembangan Daerah Rawa oleh Pemerintah IndonesiaLOKASITotal Lahan Rawa Secara NasionalTotal Lahan Yang Sudah Dikembangkan Oleh Pemerintah

Pasang Surut (Ha)Lebak (Ha)Total (Ha)Pasang Surut (Ha)Lebak (Ha)Total (Ha)

Sumatera Kalimantan Sulawesi Papua6.604.0008.126.9001.148.9504.216.9502.766.0003.580.500644.5006.305.7709.370.00011.707.4001.793.45010.522.720691.704694.93571.835-110.176194.76512.87523.710801.880889.70084.71023.710

20.096.80013.296.77033.393.5701.458.474341.5261.800.000

Data Dir Rawa SDA -1996

2.5. Ekosistem RawaRawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya daat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi).Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis liana. Faunanya antara lain :harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.

2.5.1.Ekosistem Hutan Rawa Gambut1. Pengertian Hutan Rawa GambutHutan rawa gambut merupakan hutan dengan lahan basah yang tergenang yang biasanya terletak di belakang tanggul sungai (backswamp). Hutan ini didominasi oleh tanah-tanah yang berkembang dari tumpukan bahan organik, yang lebih dikenal sebagai tanah gambut atau tanah organic (Histosols). Dalam skala besar, hutan ini membentuk kubah (dome) dan terletak diantara dua sungai besar.Hutan rawa dan hutan gambut terdapat di dalam satu daerah, dan biasanya hutan gambut merupakan kelanjutan dari hutan rawa. Perbedaannya hanya pada hutan gambut memiliki lapisan gambut, yakni lapisan bahan organic yang tebalmencapai 1-2 m, sedangkan hutan rawa lapisannya hanya sekitar 0,5 m. Kedua hutan ini selalu hijau, dan mempunyai tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai jenis walaupun tidak selengkap hutan hujan. Biasanya didominasi oleh jenis-jenis dikotiledon dan ketinggian dapat mencapai 30 m terutama sebelah tepinya. Semakin ke tengah semakin pendek, bahkan terkadang di tengah bias mencapai tinggi 2 msehingga sering disebut hutan cebol.Jenis vegetasi hutan gambut biasanya terdiri dari jenis Palmae, Pandanus,Podocarpus , dan beberapa dari family Dipterocarpaceae. PH habitat biasanya 3,2 dan bersifat hamper steril. Hal ini kemungkinan merupakan salah satu penyebabjumlah vegetasi hutan gambut tidak banyak, tetapi khas. Gambut adalah suatu tipe tanah yang dibentuk dari sisa-sisa tumbuhan danmempunyai kandungan bahan organic yang sangat tinggi. Permukaan gambut sepertikerak yang berserabut, menutupi bagian dalam yang lembap berisikan potongan-potongan kayu besar dan sisa-sisa tumbuhan lainnya. Gambut dapat diklasifikasikan atas dua bentuk, yaitu :a) Gambut OmbrogenAdalah gambut yang umum dijumpai. Banyak ditemui di dekat pantai dan kedalaman gambutnya mencapai 20 m. air draenasenya sangat asam dan miskin zat hara. Tumbuhan yang ada disini mendapatkan zat hara hanya dari tumbuhan itu sendiri, dari gambut, dan dari air hujan.b) Gambut TopogenMerupakan tipe gambut yang jarang ditemui, biasanya dibentuk pada lekukan-lekukan tanah.Tumbuhan yang ada pada tanah ini mendapatkanzat haranya dari tanah mineral, air sungai, sisa tumbuhan dan air hujan.Gambut ini terdapat di pantai-pantai di balik bukit-bukit pasir dan daerahpedalaman dimana air drainasenya terhambat.Biasanya tebal gambut ini sekitar 4 m. gambut dan air draenasenya bersifat agak asam dan mengandung zat hara yang relative banyak.

2. Komponen Penyusun Hutan Rawa Gambuta. Komponen BiotikKekhasan lingkungan abiotik hutan Rawa Gambut membuat hanya spesies tertentu yang mampu bertahan di lingkungan ekosistem ini. Berdasarkan sub ekosistem yang ada pada ekosistem ini (akan dibahas kemudian) beberapa tipe komponen biotik yang dapat hidup disekitar kawasan ekosistem ini adalah sebagai berikut :1. Sub ekosistem sungai Ikan, Udang, Siput, dan hewan sungai lain.Ganggang dan lumutTumbuhan air seperti enceng gondok2. Subekosistem lahan SalinMangrove dan nipahGanggang dan lumutSiput dan lain-lain3. Subekosistem Rawa GambutKayu (meranti, jati) rotan, dan hasil hutan lainBeberapa spesies hewan langka : harimau pada hutan rawa gambut sumsel, dan gajah sumatera)Berbagai macam spesies burung

b. Komponen Abiotik1. Rawa pasang surutRawa pasang surut merupakan lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yaitu pasang besar dan pasang kecil. Pasang kecil, terjadi secara harian (1-2 kalisehari).

2. Rawa lebakRawa lebak adalah lahan rawa yang genangannya terjadi karena luapan air sungai dan atau air hu jan di daerah cekungan pedalaman. Genangannya umumnya terjadi pada musim hujan dan menyu sut pada musim kemarau.

3. Rawa lebak peralihanLahan rawa lebak yang pasang surutnya air laut masih terasa di saluran primer atau di sungai. Pada lahan sperti ini, endapan laut dicirikan oleh adanya lapisan pirit, biasanya terdapat pada ke dalaman 80 - 120 cm dibawah permukaan tanah3. Ragam Subekosistem Hutan Rawa Gambuta. Sub Ekosistem SungaiSama seperti sungai dan pinggiran sungai yang lainnya, sub ekosistem ini menjadi habitat banyak fauna seperti keong, siput, cacing, ikan dan beberapa jenis flora pinggiran sungai.b. Sub Ekosistem Lahan SalinLahan salin adalah lahan pasang surut (bagi kawasan pinggiran pantai) dan kawasan yang terpengaruh rembesan air sungai bagi pinggiran sungai). Lahan salin pada pinggiran pantai mendapat pengaruh rembesan air laut terutama pada musim kemarau. Pada hutan gambut, rembesan air laut tak hanya terjadi ketika hutan gambut berbatasan langsung dengan pantai melainkan bisa karena air masuk melalui sungai pada waktu pasang atau adanya rembesan melalui pori tanah. Sementara lahan salin adalah lahan Pasang surut yg kadar garamnya lebih dari 0.8 %. Biasanya dihuni tumbuhan bakau. Sedangkan lahan salin yanghanya berair asinketika kemarau disebut lahan salin peralihan. Biasanya diitumbuhi tanaman nipah. Tipe sub ekosistem ini yang disebut sebagai lahan potensial didalam gambarc. Sub Ekosistem Rawa GambutSub ekosistem Rawa Gambut mempunyai karakteristik umum hutan rawa gambut dimana terdiri dari lahan basah yang berperan penting dalam mengikat karbon dan menyerap air.

2.5.2. Ekosistem Rawa Air TawarEkosistem air tawar merupakan kosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6.Kondisi permukaan airtidak selalu tetap.Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenisvegetasi.Hal ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagaiekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis pandan atau palem yang menonjol. Malah ada pula yang menyerupai hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau akar napas maupun seperti penupang pohon.

2.5.3 Ciri-Ciri Ekosistem Rawa Air Tawar.Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem air tawar lainnya seperti tumbuhan rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar sulur untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang biru dan ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis.Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik.Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai.Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme air tawar dibedakan sebagai berikut :1.Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.2.Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.3.Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.4.Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain, misalnya siput.5. Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir.Ekosistem air tenang meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.

2.6. Bangunan-bangunan Sipil pada Rawa

a. Pintu Airc. Pintu air (gates) Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah : a. Daun pintu (gate leaf) Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka , mengatur dan menutup aliran air. b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame) Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan. c. Angker (anchorage) Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton. d. Hoist Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. JembatanDidalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang dimaksud dengan jembatan adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah. Sedang menurut wikipedia, jembatan adalah sebuah struktur yang sengaja dibangun untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti air sungai, lembah, rel kereta api maupun jalan raya[Jenis jembatan: Berdasarkan struktur jembatanStruktur jembatan tergantung kepada beberapa pertimbangan diantaranya panjang bentang, beban yang diangkut, besarnya arus lalu lintas yang melintasi jembatan, lalu lintas yang melalui ruang bebas jembatan, biaya pembangunan yang dimiliki untuk membangun jembatan.Jenis jembatan menururut struktur adalah:Jembatan kayu gelondongan

Batang kelapa yang digunakan pada jembatan[2]Jembatan kayu gelondongan adalah jembatan yang terjadi karena ada pohon yang tumbang dan secara kebetulan memotong suatu sungai sehingga dapat digunakan sebagai jembatan, tetapi dapat juga dengan sengaja direncanakan membangun jembatan yang terbuat dari kaya gelondongan. Bahan kayu gelondongan yang bisanya digunakan berupa: kayu bulat dari batang kayu yang lurus, batang kelapa, batang pinang, bambuBatang kelapa banyak digunakan didaerah pedesaan karena mudahnya memperoleh bahan pohon kelapa, kekuatan yang besar, relatif lurus, dan bisa mencapai panjang 30 meter. Batang kelapa juga digunakan sebagai bahan untuk membangun jembatan darurat bila jembatan yang ada mengalami kerusakan. Jembatan kayu gelondongan ini hanya sesuai untuk jembatan dengan bentangan yang pendek. Sedang jembatan bambu biasanya digunakan untuk jembatan kecil, dan untuk bentang yang pendek, namun untuk meningkatkan kekuatan dapat dibuat dengan mengadopsi struktur rangka baja.Jembatan busur

Bentuk-bentuk jembatan busurMerupakan jembatan yang sudah dikenal zaman romawi yang dibangun dengan susunan batu yang diatur sedemikian sehinga beban lalu lintas maupun jembatan itu sendiri yang dipikul pada jembatan didistribusikan dengan baik pada kedua sisi abatemen jembatan, untuk jembatan yang panjang digunakan lebih dari dua busur. Konsep ini kemudian dikembangkan pada pembangunan jembatan modern dengan menggunakan rangka baja ataupun dari beton. Jembatan seperti ini banyak digunakan di Indonesia, baik pada jembatan jalan, maupun pada jembatan kereta api.Berdasarkan letak lantai yang digunakanan untuk lalu lintas kendaraannya serta bentuk busur, maka beberapa bentuk jenis yang umum dipakai, yaitu:1. Deck Arch, merupakan salah satu jenis/bentuk jembatan busur dimana letak lantainya menopang beban lalu lintas secara langsung dan berada pada bagian paling atas busur, yang mengambil bentuk seperti konsep awalnya.2. Through Arch, merupakan jenis jembatan busur yang lain dimana letak lantainya berada tepat di springline busurnya, jembatan seperti ini biasanya dibangun dengan menggunakan bahan baja,3. A Half Through Arch, Salah satu jenis jembatan busur dimana lantainya kendaraannya berada di antara springline dan bagian busur jembatan, atau berada di tengah-tengah. Jembatan seperti ini biasanya digunakan untuk bentang yang panjang.Jembatan balok

Tekanan dan tarikan yang bekerja pada jembatan balok[3]Merupakan jembatan yang paling sederhana kalau ditinjau dari bentuk struktural karena didukung oleh penyangga/ubutment awal dan akhir dari dek jembatan, disebut juga sebagai beam bridge. Konsep ini pada awalnya dikembangkan dua batang pohon (terbasuk batang kelapa) yang dipasangin lantai. yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan balok beton pracetak ataupun menggunakan girder baja profil ataupun kotak (box girder).Beban yang bekerja pada jembatan bolok ini mengakibatkan permukaan atas balok yang didorong ke bawah atau dikompresi sedangkan pada bagian bawah ditarik sehingga mengakibatkan lendutan ditengan jembatan. Atas dasar inilah serta sifat-sifat material yang akan digunakan dilakukan perhitungan/desain dari jembatan yang akan dibangun.Balok yang digunakan untuk pembangunan jembatan seperti ini dapat berupa: Baja profil I, L atau H Baja Box Girder Pipa baja Beton pratekan Beton box girderJembatan kerangkaMerupakan jembatan yang konsepnya hampir sama dengan jembatan lengkung disebut juga sebagai truss bridge. Pembuatan jembatan kerangka yaitu dengan menyusun tiang-tiang jembatan membentuk kisi-kisi agar setiap tiang hanya menampung sebagian berat struktur jembatan tersebut. Membutuhkan biaya yang lebih murah untuk membangun jembatan jenis ini karena penggunaan bahan yang lebih efisien.Pada gambar berikut ditunjukkan beberapa jenis jembatan kerangka yang biasa digunakan[4]:

Jembatan gantungJembatan gantung atau dikenal sebagai Suspension Bridge merupakan digantungkan dengan menggunakan tali untuk jembatan gantung yang sangat sederhana dan kabel baja pada jembatan gantung besar. Pada jembatan gantung modern, kabel menggantung dari menara jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk peti terbalik yang digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam (ruangan di air yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). Caisson atau cofferdam akan ditanamkan jauh ke dalam lantai danau atau sungai. Jembatan gantung terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Akashi Kaikyo di Jepang. Jembatan ini memiliki panjang 12.826 kaki (3.909 m).Pada gambar berikut ditunjukkan konsep jembatan gantung[5]:

Jembatan kabel penahan

Jembatan kabel penahan yang digunakan menghubungkan pulau Jawa dan Madura[6]Seperti jembatan gantung, jembatan ini ditahan oleh kabel disebut juga sebagai Cable-Stayed Bridge. Bedanya, selain jumlah kabel yang dibutuhkan lebih sedikit, jembatan ini memiliki menara penahan kabel yang lebih pendek daripada jembatan gantung. Jembatan kabel-penahan terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Sutong yang melintasi Sungai Yangtze di China. Salah satu contoh jembatan kabel penahan di Indonesia yaitu Jembatan Tenggarong yang runtuh pada bulan Nopember 2011 diakibatkan kesalah prosedur pada saat melakukan perawatan.Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge) yang merupakan jembatan bentang, dan jembatan utama (main bridge) yang merupakan jembatan kabel penahan.Jembatan penyanggaJembatan penyangga atau dikenal sebagai cantilever bridge merupakan jembatan balok disangga oleh tiang penopang dikedua pangkalnya, maka jembatan penyangga hanya ditopang di salah satu pangkalnya. Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan jembatan apabila keadaan tidak memungkinkan untuk menahan beban jembatan dari bawah sewaktu proses pembuatan. Kelebihan jembatan jenis ini adalah tidak mudah bergoyang. Tidak heran mengapa banyak jembatan rel kereta api menggunakan jenis ini.

b. DrainaseDrainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya).Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.

Fungsi Drainase Diposkan oleh Okta Via komentar (0)

Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

Sistem Jaringan Drainase Diposkan oleh Okta Via komentar (0)

Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu : Sistem Drainase MayorSistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. Sistem Drainase MikroSistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro Arahan Dalam Pelaksanaan Penyediaan Sistem Drainase Diposkan oleh Okta Via komentar (0)

Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah :a. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.b. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.c. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.d. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.e. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharannyaf. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.Pengklasifikasian Saluran Drainase Diposkan oleh Okta Via komentar (0)

Macam saluran untuk pembuangan air dapat dibedakan menjadi :1. Saluran Air Tertutupa. Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.b. Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.2. Saluran Air TerbukaMerupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :a. Saluran Alam ,meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.b. Saluran Buatan ,seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain : Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu maupu aspal. Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu, biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan. Got miring (chute) : selokan yang curam. Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka pendek. Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya. Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.

BAB IIIDATA DAN SURVEY

3.1. Metodelogi Penelitian 3.1.1. Pengaturan Penelitiana. Waktu Penelitian: Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 23 November 2013.b. Tempat Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pudak kecamatan kumpeh ulu kabupaten Muaro Jambi. 3.1.2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah masyarakat Desa Pudak khususnya di daerah rawa dan keadaan rawa serta bangunan exiting teknik sipil yan ada di daerah pemanfaatan rawa tersebut. 1. Teknik Pengumpulan data ObservasiObservasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan pengamat.Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan pengamat melihat dan mengamati secara langsung, kemudian mencatat semua fakta kondisi setempat. WawancaraWawancara pada penelitian ini menggunakan interview tidak berstruktur karena peneliti memandang model ini adalah paling luwes, dimana subyek diberi kebebasan untuk menguraikan jawabannya dan ungkapan ungkapan pandangannya secara santai namun serius dan sesuai faktanya. Interview ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pendapat tokoh setempat mengenai keadaan-keadaan kondisi daerah rawa setempat.

2. Alat pengumpul data Lembar observasi Lembar observasi atau kuesioner yang sifatnya ipen euded (terbuka) dan lentur, sehingga dapat menggali data sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Pedoman wawancaraTeknik wawancara dilakukan dengan akrab dan terbuka serta mendalam, dengan ini diharapkan dapat menangkap informasi secara utuh oleh karena itu, teknik wawancara ini sering disebut wawancara mendalam (in-depth-interviewing (HB.Sutopo, 2002). Validasi data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan di catat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan kebenarannya.Oleh karena itu, setiap peneliti harus dapat memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan valisasi data yang diperolehnya yakni dengan teknik triangulasi (HB.Sutopo.2002).

3.2. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah masyarakat sekitar daerah Rawa Desa pudak, serta topografi daerah Rawa Desa Pudak.Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis :1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari penduduk langsung dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan jawaban diperlukan oleh peneliti. 2. Data sekunder yaitu data penunjang yang diperoleh dari lembaga pemerintah setempat dan instansi terkait lainnya.

3.3. Data Hasil Penelitian

DESA SECARA UMUMA. Kondisi Fisik Wilayah 1) Keterangan Umum1. Luas Desa : 1.604 Ha / 20 km2a. Kebun campuran : 596,52 Hab. Sawah: 994,48 Hac. Perkantoran: 2 Had. Perkarangan: 9 Hae. Kuburan: 2 Ha

2. Lahan BasahTerdiri dari : a. Tanah Rawa : 375 Hab. Pasang Surut: 83 Hac. Tanah Gambut: 102 Had. Kolam Ikan: 260 Ha

3. Batas Wilayaha. Sebelah Utara : Desa Kemingkingb. Sebelah Selatan: Desa Ksg Pudak dan Ksg Kota Karangc. Sebelah Barat: Desa Kota Karang dan Ksg Lopak Alaid. Sebelah Timur: Desa Muaro Kumpeh dan Talang Duku

2) Jarak Pusat Pemerintahan 1. Ke ibukota kabupaten/kotamadya: 14 km2. Ke ibu kota provinsi: 12 km

3) Wilayah Administratif Jumlah Dusun : 3 dusunJumlah RW: -Jumlah RT: 21

B. Penduduk 1) Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Seluruhnya : 5165 jiwa Laki-laki: 2597 jiwa Perempuan : 2568 jiwa Kepala Keluarga: 1368 jiwa

C. Potensi Potensi Fisik Manusia :Masyarakat berpotensi memberdayakan pemanfaatan lingkungan terbukti dengan mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani dan peternak Air : Sistem pengairan baik karena air bersumber dari sungai dan pengairan rawa untuk kebutuhan pertanian, peternakan dan perkebunan. Potensi non fisik : 1. Aparatur desa sebagai sumber kelancaran jalannya pemerintahan. 2. Sarana transportasi umum yang kurang memadai tetapi masyarakat rata-rata sudah mempunyai kendaraan sendiri seperti sepeda motor.

D. Mata Pencaharian 1. PNS: 68 orang2. Bidan: 2 orang3. Dokter: -4. Petani: 1091 kk5. ABRI/Polri: 13 orang6. Wiraswasta: 136 orang7. Dll: 13 orang

E. Sarana dan Prasarana

A. Perhubungan Terminal: - Jalan: 10 km Jalan Beton : 700 m Jalan Setapak : 1 km Jembatan: 6 unit Gorong-gorong: 20 unit Stasiun KA: - Wartel: -

B. Pendidikan TK/PAUD : 3 unit SD: 2 unit MI: 2 unit SLTP: 1 unit SMU: - SMK: - MAN: - Pondok Pesantren: 1 unit Perguruan Tinggi: -

C. Perekonomian Pasar: - Perbankan: - Koperasi: 2 unit

Pertanian: 50 % Perikanan: 25 % Peternakan: 20 %

D. Hiburan/Rekreasi

E. Kesehatan Poliklinik: - Puskesmas pembantu: 1 unit

F. Tempat Ibadah Masjid: 4 buah Musolah: 7 buah Gereja: - Vihara: - Kuil: -

G. Alat Transportasi Umum: Angkot:- Ojek: 50 kendaraan Bus: - Andong: -

H. Komunikasi Pos Surat: - Radio antar penduduk: - Interkom: -

DESA DAERAH PEMANFAATAN RAWAA. Potensi Rawa Desa Pudak merupakan rawa pasang surut dikarenakan terjadinya kenaikan muka air satu kali dalam setahun. Potensi Fisik Manusia:Masyarakat berpotensi memberdayakan pemanfaatan lingkungan terbukti dengan mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani dan peternak Air :Sistem pengairan baik karena air bersumber dari sungai dan pengairan rawa untuk kebutuhan pertanian, peternakan dan perkebunan.

B. Data Exiting Bangunan Teknik Sipil Pintu Air: 7 Jembatan : 2 (pnpm) Saluran Irigasi / Drainase: 5 Jalan cor beton: 3

C. Sistem kerja bangunan teknik sipil : Pintu Air : Dibuka dan ditutup oleh masyarakat tergantung kebutuhan pengairan. Jembatan : Sarana penghubung aktivitas warga desa pudak khususnya daerah rawa. Saluran irigasi : Mengalirkan air yang dibuka melalui pintu air ke jaringan saluran pengairan sawah .

D. Umur rata-rata Bangunan Teknik Sipil : Pintu air : tahun 2011 sebelumnya dibangun pada tahun 1985 Jembatan: tahun dibangun pada tahun 2011 dan 2013 Saluran irigasi: tahun 2011 sebelumnya dibangun pada tahun 1985 Jalan cor beton : -

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Rawa Desa PudakRawa Desa Pudak memiliki wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur.Wilayah Rawa Desa Pudak termasuk wilayah Rawa Lebak, yaitu daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut sungai. Daerah rawa ini merupakan lahan tanah berbentuk cekungan dan dalam musim hujan seluruhnya digenangi air. Tetapi pada musim kemarau air tersebut berangsur-angsur kering bahkan kadang ada yang kering sama sekali selama masa yang relatif singkat (1-2 bulan). Untuk daerah yang berada didekat sungai, air yang menggenangi daerah rawa berasal dari luapan sungai disekitarnya, dan ada pula daerah rawa yang mudah tenggelam terus menerus akibat hujan sebelum melimpahkan airnya kedaerah sekitarnya.Rawa Desa Pudak dengan luas 375 ha memiliki 7 Pintu Air, 5 Saluran/Drainase, dan 2 Jembatan. Rawa Desa Pudak di fungsikan sebagai Alat pengairan atau irigasi persawahan, juga difungsikan untuk membuat kolam ikan (perikanan). Rawa Desa pudak mengairi 994,48 ha sawah dan 260 Ha kolam ikan yang tidak di fungsikan sebagaimana mestinya (tidak optimal).4.2. Data exsiting bangunan teknik sipil untuk pengelolaan daerah yang adaa. Pintu airPintu air adalah Pintu air (gates) Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. PIntu air yang digunakan pada Rawa Desa Pudak adalah Pintu Angkat/Kerek (Lift Gate). Pintu ini digunakan dengan cara mengangkat dan menurunkan pintu dari atas saluran dengan menggunakan kabel pengerek/pengangkat. Jenis pintu ini ideal dipakai jika saluran tidak terlampau lebar. Pada rawa Desa Pudak, terdapat 7 pintu air. Dari tujuh pintu air, kesemuanya berfungsi dengan baik. Hal tersebut didasarkan pada hasil pengamatan penulis serta wawancara pada nara sumber yang menyatakan bahwa pintu air tersebut masih berfungsi baik.

b. Jembatan Jembatan merupakan Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang dimaksud dengan jembatan adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah. Sedang menurut wikipedia, jembatan adalah sebuah struktur yang sengaja dibangun untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti air sungai, lembah, rel kereta api maupun jalan raya. Di tinjau dari segi strukturnya, jenis jembatan yang digunakan pada Rawa Desa Pudak adalah Jembatan Balok. Jembatan Balok Merupakan jembatan yang paling sederhana kalau ditinjau dari bentuk struktural karena didukung oleh penyangga/ubutment awal dan akhir dari dek jembatan, disebut juga sebagai beam bridge. Ada 2 jembatan pada Rawa desa Pudak. Jembatan tersebut dibangun pada 2011 dan 2013. Kedua jembatan tersebut masih berfungsi dengan sangat baik dan merupakan salah satu jalur transportasi aktif di Desa pudak. Jembatan tersebut menghubungkan jalan utama dengan daerah perumahan warga dan jalan utama dengan persawahan.

c. DrainaseDrainase adalah Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah. Ada dua jenis drainase, yaitu Drainase (Saluran) tertutup dan Drainase (Saluran) terbuka. Drainase yang digunakan pada desa Pudak adalah jenis Saluran Terbuka. Jumlah drainase di Desa Pudak ada 5 buah. Kelima drainase tersebut masih berfungsi, walau ada di beberapa tempat tidak befungsi secara optimal.

4.3. Dampak positif dan Negatif tentang adanya bangunan teknik sipil a. Pintu AirDampak positif dari pintu air di Desa Rawa Pudak adalah sebagai alat untuk menyeimbangkan jumlah air pada du saluran drainase sesuai dengan kebutuhannya.

b. JembatanDampak positif dari jembatan di Desa Rawa Pudak yaitu sebagai jalur transportasi aktif di Desa pudak. Jembatan tersebut menghubungkan jalan utama dengan daerah perumahan warga dan jalan utama dengan persawahan.

c. DrainaseDampak positif dari Drainase di Rawa Desa Pudak yaitu untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal juga berfungsi untuk mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

4.3. Pengoperasian bangunan teknik sipil di Desa Pudaka. Pintu AirPintu air digunakan pada saat air pada suatu saluran berlebih, atau air di butuhkan di kawasan lainnya, maka pintu air pun di operasikan. Beberapa pintu air tidak berfungsi dikarenakan adanya rumput-rumput dan tanaman liar yang tumbuh pada pinggir atau dinding-dinding rawa sehingga menyumbat aliran air. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian pemda terhadap perawatan bangunan-bangunan yang telah dibangun. Resiko yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran air adalah banjir yang akan menggenangi desa Pudak serta tidak optimalnya pengairan pada lahan pertanian.

b. JembatanJembatan berfungsi untuk menghubungkan jalan utama dengan daerah perumahan warga dan jalan utama dengan persawahan. Karena merupakan jalur transportasi, maka jembatan beroperasi selama 24 jam penuh.

c. DrainaseDrainase berfungsi untuk untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal juga berfungsi untuk mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir. Drainase di Rawa Desa Pudak memiliki masalah yaitu tersumbatnya aliran air di karenakan tanaman-tanaman atau rumput-rumput liar yang tumbuh di pinggir dinding drainase/saluran. Tidak maksimalnya penggunaan drainase akan mengakibatkan kurang optimalnya proses irigasi (pengairan sawah) sehingga hasil pertanian yang di dapat tidak maksimal.

E. Bangunan Teknik Sipil tersebut dibuat oleh Pemerintah Setempat (DINAS PU Muaro Jambi) Lampiran Dokumentasi

Kondisi Rawa Desa Pudak Pemanfaatan Daerah Rawa Desa Pudak

PINTU AIR DAN SALURAN/DRAINASE

JEMBATAN

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :1. Desa Pudak merupakan desa yang mempunyai rawa lebak dikarenakan tidak di pengaruhi pasang suru sungai.2. Data exiting bangunan teknik sipil berupa pintu air, jembatan, saluran/drainase, dan jalan cor beton. 3. Pemanfaatan desa berupa areal persawahan, budidaya ikan, dan berternak. 4. Unsur-unsur desa yaitu Daerah, Penduduk serta Tata kehidupan. 5. Potensi Desa terbagi 2 yaitu potensi fisik dan non fisik. 6. Fungsi Rawa merupakan sebagai penyeimbang ekosistem kehidupan khususnya satwa dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar untuk diambil sumber daya alamnya.

B. Saran Jumlah tanaman atau rumput liar yang meningkat di ekosistem rawa dapat mengganggu keseimbangan ekosistem sehingga perlu adanya penanganan seperti konservasi rawa atau membuat bangunan sipil seperti turap pada pinggiran drainase, agar tanaman atau rumput liar tersebut tidak tumbuh lagi sehingga tidak menyumbat saluran air.Demi terwujudnya pemanfaatan rawa, dan menjaga keaslian rawa tersebut maka diperlukannya gotong-royong dari masyarakat, maupun aparatur pemerintahan desa. Pengambilan SDA yang baik di daerah rawa disarankan menggunakan cara tradisional, agar potensi kerusakan rawa bias ditekan dan bias dicegah.