GMP – Kelompok 1 fix
-
Upload
fadlinugraha6109 -
Category
Documents
-
view
189 -
download
10
description
Transcript of GMP – Kelompok 1 fix
GOOD MANUFACTURING PRACTICES FOR PHARMACEUTICAL INDUSTRYDisusun oleh: Evi Lestari 260112120 501 Emy Dwi Frismandani 260112120503 Sherla febriany 260112120505 Fadli Nugraha 260112120507 Nurul Hasanah 260112120509
Sejarah GMPMengapa kita tertarik dalam sejarah GMP?F. Nietzsche pernah berkata: If you know the why of living, you can endure any how Setiap orang harus mengetahui cerita tentang bagaimana GMP berawal sehingga menjadi ada. Persyaratan yang dibuat sebagai respons terhadap situasi tragis dan untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
Sejarah GMPKita bisa memilih dengan melihat :
Sejarah - GMPKita tidak bisa memilih dengan melihat :
Sejarah - GMPKita harus percaya dalam alur distribusi dan produsen:
Sejarah - GMPBencana adalah kekuatan pendorong untuk membuat suatu aturan.
Bencana merupakan dasar untuk menerbitkan standar.
SHOULD
Sejarah Perkembangan GMP di USA1937 sulfanilamide-Sulfa diperkenalkan pada tahun
1935 sebagai anti-infeksi;-dietilen glikol (pelarut beracun)
digunakan oleh salah satu perusahaan dalam obat oral yaitu eliksir sulfanilamid;-108 orang meninggal,
kebanyakan anak-anak;-Perusahaan ini dituduh
melakukan misbranding (= label tidak akurat dan palsu ilegal ..... selama bertahun-tahun kata/kalimatnya telah diganti dengan kata dipalsukan)
Sejarah Perkembangan GMP di USA1938 - di Amerika Serikat, didirikan Kongres/Federal Food, Drug and Cosmetic (FD&C) Act.Perusahaanperusahaan diminta untuk membuktikan bahwa produk mereka aman sebelum dipasarkan.
Sejarah Perkembangan GMP di USA1941 Awal dari GMP-Tablet Sulfathiazole
terkontaminasi dengan fenobarbital (obat penenang);-300 orang tewas atau terluka; - FDA enforced and revised
manufacturing and quality control requirements, leading to what would later be called GMP;-FDA didirikan dan persyaratan QC
pabrik direvisi, yang mengarah ke apa yang kemudian disebut GMP;- Selama perang dunia kedua,
sertifikasi no. batch oleh FDA menjadi persyaratan untuk obatobatan tertentu (yaitu pada 1941
1906 certificate of purity signed by doctor
Sejarah Perkembangan GMP di USA1960 Obat Thalidomide- Thalidomide dipasarkan di Eropa
sebagai obat tidur dan untuk mengobati morning sickness;
- badan pengatur yang memberi izin
untuk menjual obat ini tidak tahu apaapa tentang informasi efek sampingnya dari perusahaan produsen: dan ternyata bersifat teratogenik- hal ini menyebabkan cacat pada
perkembangan janin;
- bayi yang ibunya mengkonsumsi
thalidomide dalam tiga bulan pertama lahir dengan tangan dan kaki yang cacat;- Diperkirakan 10.000 kasus
dihubungkan pada penggunaan thalidomide.
Sejarah Perkembangan GMP di USA1960 Obat Thalidomide- Peninjau obat yang
bertanggung jawab untuk penggunaan thalidomide di Amerika Serikat adalah Frances Kelsey;-pada tahun 1962 Presiden
Kennedy memberinya Penghargaan Distinguished Federal Civilian Service Award, kehormatan tertinggi
Sejarah Perkembangan GMP di USA1962 Kefauver-Harris Drug Amendments- Dua legislator (Kefauver dan Harris)
mendorong undang-undang yang lebih ketat;- FDAs regulation required companies to test
not only to ensure that products were safe but that they were efficacious for their intended use (proof of efficacy law);-Regulasi FDA mewajibkan perusahaan
melakukan pengujian, tidak hanya untuk memastikan bahwa produknya aman, tetapi juga berkhasiat untuk tujuan penggunaannya (hukum"bukti keberhasilan");-Regulasi uji klinis, Amandemen
mengharuskan obat untuk diuji pada hewan sebelum pada manusia; -Perusahaan/pabrik diharuskan untuk melaporkan bahaya yang tidak diinginkan/tak terduga (efek samping);- GMP untuk obat (21 CFR bagian 210 &
Sejarah - GMP-1962 - Majelis Kesehatan Dunia menetapkan resolusi
tentang keamanan dan pemantauan obat.-1968 - Undang-undang tentang Obat (Inggris) (Undang-
undang Parlemen) yang mengatur pembuatan dan penyediaan obat-obatan. Disini diperkenalkan sistem untuk: - produk lisensi yang meliputi usia (pra 1968) dan obatobatan baru; - lisensi situs manufaktur; - lisensi dari uji klinis.
Sejarah Perkembangan GMP di USA1976 Medical Device Amendments (Amandemen Alat Medis)- 1972 dan 1973 dilaporkan
beberapa kegagalan alat pacu jantung;- insiden yang melibatkan alat
kontrasepsi intrauterine menyebabkan ribuan orang terluka (infeksi panggul, infertilitas dan beberapa kematian) dan kemudian produk diambil dari pasar- a Medical Device Amendments
required manufacturers to provide FDA with safety and effectiveness data before marketing medical devices. -Amandemen Alat Medis diperlukan produsen untuk memberikan FDA data keamanan dan efektivitas peralatan medis sebelum pemasarannya.
President Gerarl Ford signs the Medical Device Amendments
Sejarah Perkembangan GMP di USA1980 Infant Formula Act (FDA) / Undang-undang Susu Formula Bayi
-produsen susu formula kembali
memformulasi dua produk berbahan dasar kedelai; - 1979, bayi diagnosa kekurangan klorida (hypochloremic); - Peraturan yang lebih luas mengontrol atas formulasi dan produksi gizi untuk susu formula bayi; - produsen diwajibkan untuk menganalisa gizi formula setiap periode produksi, setiap kode kemasan dengan nomor slot, menyimpan catatan rinci produksi dan analisis; - GMPs makanan (21 CFR bagian 110) diselesaikan pada tahun 1980.
Sejarah Perkembangan GMP di USA- Setelah 1980an
- FDA mulai menerbitkan serangkaian
dokumen panduan yang memiliki efek besar pada interpretasi praktek-praktek manufaktur yang baik hingga saat ini;- dokumen tersebut hanya
memberikan pedoman pada prinsipprinsip dan praktek-praktek dimana tidak ada persyaratan hukum;- Namun, biasanya mereka
mencerminkan pemikiran dan harapan lembaga saat ini.
1962 cGMPs Established (Kefauver-Harris Amendements
1978 Major revisions to the cGMPs dealing with personnel & facilities, as well as products and processes.
1979 Major revisions to the cGMPs have been
SEJARAH FDA promulgated by U.S FDA 1902 - Biologics Control Act 1906 - Pure Food and Drug Act 1963 - GMPs for Drugs 1978 - CGMPs for Drugs and Devices 1983 - Guide to Inspection of Computerized Systems in Drug Processing published 1938 - Federal Food, Drug and Cosmetic (FD&C) Act 1941 - Two Unrelated Events 1962 - Kefauver-Harris Drug Am1902 - Development of the Biologic Control Act 1906 - Development of the Pure Food and Drug Act 1938 - Federal Food, Drug and Cosmetic Act 1941 - Initiation of GMP 1944 - Development of Public Health Services Act 1962 - Kefauver-Harris Drug Amendments released 1963 - Establishment of GMPs for Drugs 1975 - CGMPs for Blood and Components Final Rule 1976 - Medical Device Amendments 1978 - CGMPs for Drugs and Devices 1979 - GLPs Final Rule 1980 - Infant Formula Act is passed Amendments
Definisi GMPJADI?? Apa itu GMP? Untuk apa GMP? Siapa yang bertanggungjawab untuk menerapkan/mengawasi GMP?
Good Manufacturing Practices adalah seperangkat peraturan, kode dan pedoman untuk pembuatan obat dan produk obat, diagnostik produk obat dan makanan secara in vivo dan in vitro. GMPs diumumkan oleh pihak yang berwenang (EMA, FDA, TGA, Jepang) dan memiliki kekuatan hukum. Good Manufacturing Practices diberlakukan di Amerika Serikat oleh FDA Di Inggris oleh the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency GMPs yang diberlakukan di Australia oleh TGA (the Therapeutically Goods Administration Di India oleh Central Drugs Standard Control Organization. Di Indonesia menerbitkan CPOB oleh BPOM. Banyak negara-negara terbelakang tidak memiliki GMPs GMPs mengharuskan produsen dan pembuat obat-obatan, peralatan medis, makanan, dan darah (produk biologis) harus memastikan bahwa produk mereka aman, murni, dan efektif sebelum memasarkannya.
Ketentuan CPOB CPOB = Cara pembuatan Obat yang Baik CPOB secara singkat dapat didefinisikan suatu ketentuan
bagi industri farmasi yang dibuat untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan yang ditetapkan dan tujuan penggunaannya CPOB adalah bagian dari pengendalian mutu (quality
assurance) Tujuan : Untuk menjamin bahwa obat diproduksi dan dikontrol
sesuai standar yang ditetapkan
19
CPOB Dibuat untuk meminimalkan risiko kegagalan
produk farmasi ketika produk jadi diuji Risiko utama adalah : 1. Kontaminasi, menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian; 2. Label yang tidak benar; bahan aktif yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, berakibat pengobatan tidak efektif atau menimbulkan efek samping.
Ketentuan CPOB CPOB memiliki padanan bahasa asing yaitu GMP
(Good Manufacturing Practices) Ketentuan GMP sudah lebih dahulu diterapkan di
negara-negara maju
21
Ketentuan CPOB GMP yang berlaku lokal: CPOB Indonesia CGMP (current GMP) : AS
GMP yang berlaku internasional ASEAN GMP WHO GMP Guideline
22
Ketentuan CPOB di Indonesia Ditetapkan melalui surat keputusan menteri
kesehatan 43/Menkes/SK/II/1988-Tgl.2 Peb 1988, merupakan CPOB edisi pertama. Dengan adanya ketentuan tersebut semua
industri farmasi di Indonesia harus mengacu pada ketentuan CPOB dalam seluruh rangkaian pembuatan obat jadi
23
Ketentuan CPOB di Indonesia Aspek dan rangkaian pembuatan obat jadi
Gudang
Penimbangan
Pengolahan
Pengemasan
24
Penegakkan Pelaksanaan CPOB Dilakukan oleh Badan POM Badan POM mendapatkan kewenangan dari
Depkes Badan POM Memberikan panduan dan
memastikan pelaksanaan CPOB di industri farmasi
25
Pentingnya Pelaksanaan CPOB Cara kita bekerja dalam memproduksi obat
mempengaruhi orang yang memakai obat kita. Pemakai obat kita percaya bahwa produk kita
adalah Aman, Murni dan Efektif
26
Aman, Murni dan Efektif Aman : tidak mengakibatkan efek lain yang
membahayakan kesehatan Murni : tidak mengandung bahan lain selain
bahan yang digunakan dalam formulasi. Efektif : Berkhasiat
27
Bagaimana kita melaksanakan CPOB Melalui pelaksanaan SOP atau Protap
Pedoman CPOB dijabarkan oleh perusahaan dalam bentuk SOP
28
Pelatihan Mengapa harus mengikuti pelatihan ? Pelatihan merupakan keharusan
dalam CPOB
Pelaksanaan pelatihan bermanfaat bagi karyawan
dan perusahaan
29
Pelatihan Manfaat pelatihan : Personel menjadi mengerti tentang
tindakan, atau pekerjaan yang harus dilakukan Menambah produktivitas Meningkatkan motivasi kerja
Mengurangi kesalahan Mengurangi kegagalan produk Mengurangi reproses dan re-test Penghematan biaya Meningkatkan kualitas produk30
Pelatihan Bagaimana pelatihan harus dilakukan ? Harus dilakukan secara berkelanjutan Diberikan oleh personel yang
berkualifikasi Pelaksanaan pelatihan harus dicatat Materi pelatihan Pelatihan CPOB Pelatihan keahlian sesuai pekerjaan
yang dilakukan
31
Pelatihan Kelanjutan program pelatihan : Hasil pelatihan harus dievaluasi Jika perlu diberikan pelatihan ulang atau
pelatihan tambahan Catatan dan hasil evaluasi pelatihan harus disimpan Hasil pelatihan harus dilaksanakan
dalam kegiatan sehari-hari
32
Aspek-aspek CPOB Aspek /hal yang harus dipenuhi dalam pelaksaan
CPOB : Karyawan Bangunan Peralatan
Sanitasi dan hygiene
33
Persyaratan mendasar dari CPOB1.
2.
3.
Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB antara lain:
personil yang terkualifikasi dan terlatih, bangunan dan sarana dengan luas yang memadai, peralatan dan sarana penunjang yang sesuai, bahan, wadah dan label yang benar.
Sejarah GMP di Indonesia1971 WHO GMP VOLUNTARY CPOB EDISI 1 - KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR43/MENKES/SK/IL/1980 TANGGAL 2 1989 PEBMARI 1988 PETUNJUK OPERASIONAL INSPEKSI 1 1990 SERTIFIKASI 1 CPOB EDISI 2001 (EDISI KEDUA) NOMOR: HK.00.05.3.02152 TAHUN 2002 2001 PETUNJUK OPERASIONAL CPOB EDISI 3
2006
2007
PETUNJUK OPERASIONAL IN-PROCESS CONTROL
2009
PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN CPOB
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK - PERATURAN 2012 KEPALA BPOM RI NO. HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012
The differences between GMP in Indonesia and WHO-GMP CodeAspect GMP 2001 WHO TRS PIC/s Guidelines GMP 2006 in IndonesiaBab I Quality Management Aneks 1 Sterile Product Manufacture
Quality Management System (QMS) Levels limit ( CFU) for the detection of contamination microbiology( alert and action purposes) Space Aseptic handling, preparation and filling of products in aseptic and sterile handling of equipment
not listed
WHO TRS 908/2003 Annex 4 WHO TRS 902/2002 Annex 6
PIC/S 2006 Annex 1 PIC/S 2006 Annex 1
not listed
class IA (A) backgroun d II (C)
WHO TRS class A 902/2002 background Annex 6 B class A background B
Class A background B
The differences between GMP in Indonesia and WHO-GMP CodeAspek GMP 2001 WHO TRS PIC/s Guidelines GMP 2006 in IndonesiaMore detail than operational guidelines 2001 (VMP) Must in class II (C)
Aseptic Process Validation
Just a little explanation in Operational Guidelines 2001 (VMP) Not listed, but it explains in operational guidelines 2001 class III (D) Not listed
TRS 902/ 2002 Annex 6
described detail
Sterilitation terminal Preparation room and filling room
TRS 902/ 2002 Annex 6 Must be in class II (C) Just a little explanation
Must in class II (C)
Method of sterilization with steam (for termostabil
Just a little explanation
Overkill or minimum Fo 8 (in operational
Beberapa Perbedaan antara CPOB 2001 ,2006,2012CPOB 2001; 10 Aspek CPOB 2006; 12 AspekCPOB 2012; 12 Aspek1. Manajemen Mutu, 1. Ketentuan umum, 1. Sistem Mutu, 2. Personalia 2. Personalia, 2. Personalia 3. Bangunan dan Fasilitas 3. Bangunan dan fasilitas, 3. Bangunan dan Sarana 4. Peralatan, 4. peralatan, sanitasi dan Penunjang, 5. Sanitasi dan Higiene, 4. Peralatan, higiene, 6. Produksi, 5. Sanitasi dan Higiene, 5. Produksi, 7. Pengawasan Mutu, 6. Produksi, 6. Pengawasan mutu, 8. Inspeksi Diri ,Audit Mutu 7. Pengawasan Mutu, 7. Inspeksi diri, dan 8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu, 8. Penanganan keluhan Audit & Persetujuan 9. Penanganan Keluhan terhadap pemasok Terhadap obat, 9. Penanganan Keluhan 9. Penarikan kembali obat, Produk, Penarikan Kembali Terhadap Produk danProduk 10. Obat kembalian serta Produk, Penarikan Kembali Kembalian. dokumentasi. Produk 10.Dokumentasi, 11.Pembuatan dan Analisis 10.Dokumentasi, 11.Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak,
CPKB (GMP for Cosmetics)CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK
Sejarah Kosmetik Awal: diramu oleh para tabib/dukun yang
sekaligus juga menjadi pakar pengobatan. Sekarang : kosmetik berubah menjadi komoditi yang diproduksi secara luas dan diatur oleh berbagai peraturan dan persyaratan tertentu untuk memenuhi standar mutu (kualitas) dan keamanan bagi konsumen. Peraturan dan perundang-undangan tentang kosmetika ditangani oleh BPOM Departemen Kesehatan RI.
Maraknya pemakaian kosmetika
timbulnya berbagai efek samping. Kosmetika tidak hanya dibuat oleh pabrik-pabrik kosmetika yang resmi dan mempunyai legalitas.Berbagai kalangan lain ternyata ikut membuat produk kosmetika, di rumah, salon kecantikan, maupun di klinik kecantikan atau kesehatan. Teknologi pembuatan kosmetika sendiri tidak jauh berbeda dengan teknologi pembuatan obat topikal lain, memerlukan pengetahuan dan keahlian teknik kimia, farmasi, biokimia, mikrobiologi dan dermatologi. Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik ( memenuhi standart mutu atau kualitas ) dan aman .
Oleh karena itu Pemerintah melalui Departemen
Kesehatan RI telah menyusun berbagai peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan masalah pembuatan kosmetika (Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 85/Menkes/SK/III/1981 tentang penggunaan Kodeks Kosmetika Indonesia sebagai Buku Persyaratan Mutu Bahan Kosmetika ) 2003 : Keputusan Kepala BadanPengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.4.3870 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik Peraturan yang terkait dengan CPKB diantaranya Permenkes RI No. 1175 ttg Izin Produksi Kosmetika dan No. 1176 ttg Notifikasi Kosmetik.
Apa itu CPKB? Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)
merupakan salah satu faktor penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi Kenapa harus menerapkan standar mutu dan keamanan.
CPKB?
Penerapan CPKB merupakan persyaratan
kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional. Untuk mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupu
Apa Tujuan dari Penerapan CPKB?Secara Umum Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik Indonesia dalam era pasar bebas. Secara Khusus Dengan dipahaminya
penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri Kosmetik sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri Kosmetik. Diterapkannya CPKB secara konsisten oleh industri Kosmetik .
CPKB memuat aspek-aspek pokok sebagai berikut:
Sistem Manajemen Mutu Ketentuan Umum Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Dokumentasi Audit Internal Penyimpanan Kontrak Produksi dan Pengujian Penangan Keluhan dan Penarikan Produk
CPOTB (GMP for Herbal Medicine)CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
Sejarah Obat Tradisional Awal : obat kebanyakan berasal dari tanaman,
secara empiris mencoba-coba dan mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit . Tidak bisa dipungkiri bahwa OT mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat, karena merupakan warisan budaya bangsa di bidang kesehatan. Di Indonesia, OT dikenal dengan Jamu, di India dikenal Ayurveda dan di timur tengah dikenal Unani-Tibb
Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya
keinginan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional, maka OT tidak lagi menjadi ramuan yg dibuat untuk mengobati keluarga. Sekarang : obat tradisional telah menjadi komoditi yang luas diperdagangkan. Oleh karena itu, seperti halnya obat, OT bukan berarti terlepas dari adanya bahaya atau efek samping terhadap tubuh, sehingga memerlukan pengamanan khusus. Berdasarkan UU RI No.23 tahun 1992, pengamanan terhadap OT bertujuan untuk: Melindungi masyarakat dari OT yang tidak
memenuhi syarat, baik persyaratan kesehatan maupun persyaratan standar. Untuk mewujudkan tujuan tsb., pemerintah
Dalam Permenkes RI No.
246/Menkes/Per/V/1990 disebutkan bahwa Industri Obat tradisional terdiri dari Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil obat Tradisional (IKOT). Ada beberapa bentuk sediaan obat tradisional yang beredar di Indonesia, diantaranya: Pilis, parem, tapel, dan sediaan galenik. Dalam memproduksi OT, setiap IOT dan IKOT wajib melaksanakan CPOTB yang dituangkan dalam Kepmenkes RI No. 659/Menkes/SK/X/1991.
Tujuan CPOTB Menjamin agar produk yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.
Aspek-askpek dalam CPOTB: Ketentuan Umum yang terdiri dari Landasan Umum dan
definisi Personalia Bangunan Peralatan Sanitasi dan Hygiene Pengolahan dan Pengemasan Pengawasan Mutu Inspeksi diri Dokumentasi Penanganan terhadap hasil pengamatan produk di
Beberapa peraturan yang terkait dengan CPOTB: SK Menkes RI No. 1147/D/SK/IV/1981, dilarang
memproduksi dan mengedarkan obat tradisional sebagai pelancar haid dan sejenisnya yang mengandung simplisia Angelica sinensis Radix dan Lingustici Rhizoma. Dengan berkembangan penelitian dalam bidang obat bhan alam, maka obat tradisional pun berkembang tidak hanya terbatas pada jamu, tetapi muncul pula Obat Herbal Terstandar dan fitofarmaka, sesuai Keputusan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokkan dan penandaan obat bahan alam Indonesia. Kepmenkes RI No.761/Menkes/SK/IX/1992 tentang pedoman fitofarmaka
Penandaan
We can learn from these lessons or can mankind educate itself only by disaster and tragedy?Kita bisa belajar dari teguran/pelajaran/pengalaman atau yang dapat mendidik umat manusia itu sendiri hanya dengan bencana dan tragedi?(by sen. Paul Douglas on the acceptance of the Senates 1962 drug bill)
Quality / Safety / Efficacy requirements
TERIMA KASIH