Makalah psikologi pendidikan

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan diluar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan. Untuk memperjelas pemahaman terhadap proses belajar mengajar, kiranya perlu kami awali dengan menguraikan pengertian belajar secara umum. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Yang dimaksud pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami oleh setiap orang, sedangkan latihan 1

Transcript of Makalah psikologi pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan

terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau

kecakapan. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang

telah dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari

proses belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus

melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan

diluar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali

bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena

aktifitas belajar yang telah dilakukan.

Untuk memperjelas pemahaman terhadap proses belajar mengajar,

kiranya perlu kami awali dengan menguraikan pengertian belajar secara umum.

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku

yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau latihan.

Yang dimaksud pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara

sengaja maupun tidak sengaja dialami oleh setiap orang, sedangkan latihan

merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan oleh setiap orang secara

berulang-ulang.

Dalam pengertian lainnya, belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman (leaning is defined as the modification or

strengthening of behavior though experiencing), menurut pengertian ini,

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan.1

Dengan demikian belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari

suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu

belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan,

1 Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 22

1

ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk,

dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar

dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun

di lembaga pendidikan formal.

Evaluasi proses adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar atau pengajaran yang

telah dilaksanakan. Dari sedikit uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu

proses belajar atau pengajaran perlu dilakukan evaluasi supaya mengetahui

tingkat kecapaian tujuan yang telah direncanakan sehingga dalam proses

pengajaran ini menghasilkan peserta didik yang mempunyai aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik yang tinggi serta berdampak pula terhadap kemajuan

bangsa.2

Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha dilakukan untuk menyajikan

pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan

baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing.Dalam proses belajar,

untuk mencapai hasil belajar dengan baik di pengaruhi oleh berbagai macam

faktor. Maka dari itu kami akan membahas tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan sebagaimana dijelaskan pada latar belakang masalah di

atas, maka dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan dikaji

diantaranya:

1.  Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?

2.  Apa saja faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?

3.  Apa saja faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?

4.  Apa saja faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?

C. Tujuan dan Kegunaan

2 Dr. Anurrahman. 2010. Belajaran dan Pembelajaran. Cet.4. Bandung: Alfabeta .204-205

2

Adapun tujuan dari penulisan makalah psikologi pendidikan yang

membahas masalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

ini diantaranya:

1.  Memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

2. Memahami faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

3. Memahami faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

4. Memahami faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Adapun kegunaan dari penulisan makalah psikologi pendidikan yang

membahas masalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

ini diantaranya adalah:

1. Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan.

2.  Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psikologi Pendidikan

BAB II

3

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses dan Hasil Belajar

1. Pengertian Proses Belajar

Dalam proses belajar aktivitas tertentu ataupun aktivitasnya adalah

sebagai berikut : Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti

“berjalan ke depan” menurut Chaplin proses adalah suatu perubahan yang

menyangkut tingkah laku atau kejiwaan3. Dalam psikologi belajar proses

berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa

perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu. Reber

(dalam Muhibbin, 2005:69) menjelaskan bahwa proses belajar dapat

diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan

psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.4

Adapun makna dari proses belajar yaitu: dimensi cara menguasai

pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan

strukturide yang telah ada. Pada dimensi pertama dibedakan tipe belajar

yang bersifat mencari kedua adalah dibedakan antara belajar yang bersifat

mencari (Discovery Learning) yang bersifat menerima (Reception

Leraning). Pada dimensi kedua bermakna (Meaningfull Learning). Pada

dimensi kedua adalah dibedakan antara belajar yang bersifat menghafal

(Rote Learning) dan belajar bermakna (Meaningfull Learning).5

Dalam belajar menerima keseluruhan bhan pelajaran disajikan

kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna. Si pelajar tinggal

menerima saja tanpa mengadakan usaha-usaha pengolahan, atau

pemrosesan lebih lanjut.

Dengan rumusan lain yang dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu porses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku seseorang. Ahli belajar modern

3 Chaplin. (1972). Dictionary of Psykology.Fifth Printing. New York: Dell Publishing Co. Inc. hal. 894 Syah, Muhibbin, 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. hal. 695 Ibid. hal. 101-102

4

mengemukakan dan meluruskan perbuatan belajar sebagai berikut:

“Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan” Tingkah laku yang baru itu misalnya

dengan tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru,

perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan

menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan

jasmaniah.

Perumusan perbuatan belajar yang terakhir ini tidak memisahkan

antara perubahan-perubahan jasmaniah dan rohaniah. Sebab keduanya

aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain, keduanya

merupakan aspek-aspek yang bersifat komplementer.

Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa

belajar itu adalah bersifat kompleks, karena merupakan suatau proses yang

dipengaruhi dan dikatakan oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek,

baik yang bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar dari

manusia. Karena sifatnya yang kompleks itu maka para ahli

menginterprestasikanya dalam berbagai segi dengan metodenya sendiri itu

dengan demikian, setiap orang diperkenankan memiliki atau memilih teori

belajar, tafsiran belajar dan cara-cara belajar sendiri-sendiri.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami

aktivitas belajar. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar,

yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan

keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran

yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan

hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik6

6 Sudjana N. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hal. 22

5

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yaitu :

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana, melalui proses

belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai

berikut.7

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang

rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang

tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan

lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari

aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan

mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),

yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah

afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

1. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan social 

7 Sudjana N. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hal. 56

6

1) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa, seperti guru, administrasi, dan teman-

teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi

siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik

dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat

menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang paling

mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin

yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.8

2) Lingkungan sosial masyarakat.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan

memengaruhi belajar siswa. Seorang siswa hendaknya dapat

memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang

keberhasilan belajar. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak

pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas

belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman

belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan

belum dimilkinya. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan

belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan

nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian

remaja dan lain-lain.

3) Lingkungan sosial keluarga.

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang

cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan

8 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003),hal 64.

7

proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan

mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Ketegangan keluarga,

sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas

belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak,

kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan

aktivitas belajar dengan baik.

b. Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu

lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah

tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas

belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak

mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

2) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga

dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru

harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar

yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

2. Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.9

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan, faktor-faktor

instrument ini dapat berwujud faktor-faktor seperti:

a. Gedung perlengkapan belajar

9 Nana Syaodih Sukmadinata, Lansadan Psikologi Proses Pendidikan, 2007, (Bandung : Rosda), hal.164

8

b.  Alat-alat praktikum

c.  Perpustakaan

d.  Kurikulum

e.  Bahan / program yang dipelajari

f.  Pedoman-pedoman belajar & sebagainya.

3. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua

macam : 

a. Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat

memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan

bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar

individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan

menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu

keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka

perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.   

b. Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,

peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil

belajar, terutama panca indra.10 Panca indra yang berfunsi dengan baik

akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses

belajar, merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima

dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap

dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas

belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun

siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan

sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan

fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang

bergizi , dan lain sebagainya.

4. Faktor Psikologis

10Abdil Rahman Sholeh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, 2008 (Jakarta : Recana), cet.III, hal 221

9

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.

Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi

mental yang mantap dan stabil.11 Beberapa faktor psikologis yang utama

memngaruhi proses belajar adalah :

a. Kecerdasan /Intelegensi Siswa

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi

yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. 

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-

fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan

hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ

tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak

merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena

fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control)

dari hamper seluruh aktivitas manusia.

b. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin

melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan

motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,

memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga

diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan

terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.12

11 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,2008, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), hal.1812 Ibid. hal. 22

10

Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor

yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk

melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka

ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak

hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi

kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki

pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan

tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk

dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan

keinginan untuk maju

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat

dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara,

guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang

berguna bagi dirinya, dan lain-lain.13

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri

individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.

Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain

sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan

mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 

c. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam

psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor

13http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses- belajar/, di akses 20 Mei 2014

11

internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi,

dan kebutuhan.14

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan

kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas

belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh

karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik

lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi

pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.

Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang

bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang

akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari

bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa

mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar

siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,

maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,

pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya

jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan

minatnya.

d. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi

keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang

mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang,

peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif.

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan

senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau

lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap

yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi

guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang

dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha

14 Slameto,... hal.70

12

memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan

kepribadian sebagai seorang guru yang empati, sabar, dan tulus kepada

muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang dia punya dengan

baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran

dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa

bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

e. Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah

bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

masa yang akan dating. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)

mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang

siswa untuk belajar.15 Dengan demikian, bakat adalah kemampuan

seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses

belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang

sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses

belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk

mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-

masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar

individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya

pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu,

akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat

yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan

lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya

sendiri.

Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap

individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan

dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya,

anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak

15 Nana Syaodih Sukmadinata,...hal.170

13

memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan

bakatnya.

f. Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan

perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik.

Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai

aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi

sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti

menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik

yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat

dan sebagainya.

Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian

yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan

adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari

dorongan-dorongan untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan

untuk mengetahui apa yang terjadi di balik keributan di samping rumah,

dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa

perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan

intensif dari pada perhatian yang disengaja.

g. Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik

melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan

pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh

dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan

penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para

pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut,

dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur

modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam

proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa

14

unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan

informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan

melalui penglihatan dan pendengaran.

h. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya

ingatan, yakni (1) menerima  kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3)

memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah

“ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima,

menyimpan dan mereproduksi kesan.16 Kecakapan merima kesan sangat

sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek

didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi

oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan

pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan,

ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik.

Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang

mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek

didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau

urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah

mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b

(bebek) dan sebagainya.

i. Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya

ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep

ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-

bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa

pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir

pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut

16 Nana Syaodih Sukmadinata,....hal.176

15

: (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan

(3) penarikan kesimpulan.17

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia

yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki

kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian,

yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para

pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan

yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung

melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para

pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian

pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan

mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir

mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan

psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-

kesimpulannya secara mandiri.

j. Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif

boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila

seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam

ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif

tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik.

Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang

ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan

biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak

cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya

motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui

penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok

17 Abdil Rahman Sholeh,...hal.230

16

subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang

atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus

memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal

yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self

competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek

didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-

kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan

kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini,

subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya

tidak berada di bawah prestasi orang lain.

 

17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap proses dan hasil belajar, keberhasilannya diukur dari seberapa jauh

hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil tersebut dapat di bagi menjadi 2 faktor yakni internal dan

eksternal.

1. Faktor internal terdiri dari:

a. Faktor jasmani ( kesehatan dan cacat tubuh )

b. Faktor psikologis ( intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan )

c. Faktor kelelahan

2. Faktor eksternal terdiri dari:

a. Faktor keluarga ( cara mendidik orang tuanya, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan

latar belakang kebudayaan )

b. Faktor sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, keadaan gedung dan tugas rumah )

c. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,

teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat)

B. Saran

Dalam proses dan hasil belajar, di pengaruhi oleh faktor-faktor baik

faktor internal, maupun factor eksternal. Maka dari itu,kita harus

memperhatikan segala aspek yang mempengaruhi hal tersebut untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam proses belajar sehingga dapat

mendorong untuk belajar dengan baik dan bekerjasama untuk meraih hasil

belajar yang maksimal bersama. Dalam penulisan makalah ini, masih banyak

kekurangan kekurangan maka dari itu, penulis mengharapkan semoga para

pembaca bisa memberikan masukan kepada penulis. Semoga makalah ini

dipergunakan sebaik-baiknya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Dimyanti dan Mudiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi

Mahasatya

Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Melton

Putra

19