Makalah Profesional Guru

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena sekolah dasar merupakan satuan pendidikan formal pertama yang mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar (Fattah, 2006). Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman, setiap saat pendidikan selalu menjadi focus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat (Fattah, 2006).

description

pendidikan

Transcript of Makalah Profesional Guru

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPeningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena sekolah dasar merupakan satuan pendidikan formal pertama yang mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar (Fattah, 2006).Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman, setiap saat pendidikan selalu menjadi focus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat (Fattah, 2006).Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 44 ayat (1) mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selanjutnya Pasal 28 sampai pasal 41 dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara nyata menegaskan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki kompetensi, kualifikasi dan profesionalisme yang terstandar. Terkait dengan mutu pendidikan ditengarai keberhasilan mutu kelulusan. Tercapainya keberhasilan tersebut, faktor penentu utamanya adalah adanya pendidik/guru yang terstandar. Namun kenyataannya kondisi guru di Indonesia belum profesional, secara kuantitatif; rata-rata nasional guru (termasuk kepala sekolah) SD Negeri (Hamalik, 2004).Dengan keadaan seperti itu, maka perlu mendapatkan perhatian pemerintah dalam hal ini Depdiknas. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan di Daerah, merupakan kepanjangan pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan dengan berbagai permasalahan yang beragam. Permasalahan itu di antaranya kualifikasi akademik, kompetensi guru yang belum memiliki kriteria standar kompetensi baik profesional, pedagogik, serta sosial maupun kepribadian (Mulyasa, 2006).Agar dapat menjalankan fungsinya, guru dituntut memiliki kompetensi, yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional (Supriadi, 1998).

BAB IIPEMBAHASAN

2. 2.1. Pengertian Kompetensi ProfesionalKompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan pembelajaran dengan melakukan untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan (Hamalik, 2004).Kompetensi profesional berarti Guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi professional yaitu kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Pengeloalaan pembelajaran yang dimaksud adalah pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pelaksanaan pembelajaran, penguasaan metode dan media pembelajaran serta penilaian hasil belajar (Arikunto, 1993).Penguasaan guru terhadap materi pelajaran sangat penting guna menunjang keberhasilan pengajaran. Pentingnya penguasaan bahan ajar oleh seorang guru untuk mencapai keberhasilan pengajaran. Guru harus membantu siswa dalam akalnya (bidang ilmu pengetahuan) dan membantu agar siswa menguasai kecakapan kerja tertentu (selaras dengan tuntutan teknologi), sehingga mutu penguasaan bahan ajar para guru sangat menentukan keberhasilan pengajaran yang dilakukan.

2.2. Sikap Profesional dan Peran GuruGuru adalah orang yang memegang peran penting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada penampilan guru dalam mengajar dan kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan sebagai seorang guru. Pernyataan tersebut mengantarkan kepada pengertian bahwa mengajar adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional dipersyaratkan memiliki kemampuan atau kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnnya (Zamroni, 2001).Guru dituntut memiliki kompetensi, yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dalam UU tersebut, secara eksplisit disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan melalui pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya. Tanggung jawab guru dapat berupa tanggung jawab moral, tanggung jawab bidang pendidikan, tanggung jawab bidang kemasyarakatan dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan. Tanggung jawab di bidang pendidikan contonya guru harus kompeten dalam pengembangan kurikulum dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar (Mulyasa, 2007).Menurut Hawi (2013), Guru hendaknya mampu menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk berinteraksi dalam proses belajar mengajar. Dengan itu diharapkan para murid dapat melaksanakan tangung jawab secara baik. Bahkan dapat membuktikan bahwa mereka benar-benar telah memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan dengan hasil yang memuaskan. Dengan kata lain, perjanjian belajar mengajar (the learnimg contract) ada lima, yaitu:1. Tanggung jawab belajar terletak pada pelajar.2. Belajar memerlukan kegiatan.3. Pengajar harus mampu menyediakan fasilitas kegiatan.4. Pengajar harus dapat membuktikan bahwa ia telah menggunakan fasilitas dengan baik.5. Pelajar harus mampu memperlihatkan hasil belajar dapat dilaksanakan bersamaan secara baik.Menurut Soetjipto dan Raflis (2009), Walaupun segala perilaku guru selalu di perhatikan masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional keguruan terhadap:1. Peraturan perundang-undangan2. Organisasi profesi3. Teman sejawat4. Anak didik5. Tempat kerja6. Pemimpin7. Pekerjaan

2.3. Pengembangan Sikap ProfesionalPengembangan profesi guru melalui pendidikan profesi dalam rangka pengembangan kualifikasi akademik untuk saat ini cukup terbantu dengan disediakannya dana penyelenggaran pendidikan kualifikasi untuk guru yang belum sarjana, program sertifikasi dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan pengembangan profesi melalui pembinaan berkelanjutan adalah melalui peningkatan kualitas peran supervisi akademik oleh pengawas dan kepala sekolah, in-service training, kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG) dan peran organisasi profesi (Hamalik, 2004).Menurut Surya (2003), Dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu professional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya.1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan PrajabatanDalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan nanti. Pembetukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru.2. Pengembangan Sikap Selama dalam JabatanPeningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.

2.6. Komponen-komponen Kompetensi Profesionala. Penguasaan Bahan Bidang StudiKompetensi pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah penguasaan bahan bidang studi. Penguasaan ini menjadi landasan pokok untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan menguasai bahan bidang studi menurut Wijaya (1994) adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesiskan, dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkannya.Menurut Wijaya (1994), Ada dua hal dalam menguasai bahan bidang studi :1. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah.Untuk menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah dapat dilakukan dengan cara:a. Mengkaji bahan kurikulum bidang studi.b. Mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan.c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum bidang studi yang bersangkutan.2. Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. Hal ini dilakukan dengan cara :a. Mempelajari ilmu yang relevan.b. Mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu yang lain (untuk program-program studi tertentu).c. Mempelajari cara menilai kurikulum bidang studi.b. Pengelolaan Program Belajar MengajarSecara rinci, menurut Arikunto (1993), kemampuan mengelola program belajar mengajar dapat dengan cara berikut ini.1. Merumuskan tujuan instruksional. Kemampuan ini dilakukan dengan cara :a. Mengkaji kurikulum bidang studi.b. Mempelajari cirri-ciri rumusan tujuan instruksional.c. Mempelajari tujuan instruksional bidang studi yang bersangkutan.d. Merumuskan tujuan instruksional bidang studi yang bersangkutan.2. Mengenal dan dapat menggunakan metode belajar mengajar. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :a. Mempelajari macam-macam metode mengajar.b. Menggunakan macam-macam metode mengajar.3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :a. Mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.b. Menggunakan criteria pmilihan materi dan prosedur mengajar.c. Merencanakan program pelajaran.d. Menyusun suatu pelajaran.4. Melaksanakan program belajar mengajar. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara:a. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam proses belajar mengajar.b. Menggunakan alat bantu belajar mengajar.c. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.d. Memonitor proses belajar peserta didik.e. Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas.5. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :a. Mempelajari factor-faktor penyebab kesulitan belajar.b. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.c. Menyusun rencana pengajaran remedial.d. Melaksanakan pengajaran remedial.c. Pengelolaan Dan Penggunaan Media Serta Sumber BelajarKemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.Ada lima jenis kemampuan memahami media dan sumber belajar, menurut Cece Wijaya (1994) yaitu :1. Mengenal, memilih dan menggunakan media.Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut :a. Mempelajari macam-macam media pendidikan.b. Mempelajari criteria pemilihan criteria pendidikan.c. Menggunakan media pendidikan.d. Merawat alat-alat bantu belajar mengajar.2. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:a. Mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bentu.b. Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar.c. Menggunakan perkakas untuk membuat alat bantu mengajar.3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara :a. Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium.b. Mempelajari cara-cara dan aturan pengamanan kerja dilaboratorium.c. Berlatih mengatur tata ruang laboratorium.d. Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.4. Khusus untuk guru IPA, dapat mengembangkan laboratorium.5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.Kegiatan yang dapat dilakukan adalah :a. Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar mengajar.b. Mempelajari macam-macam sumber perpustakaan.c. Menggunakan macam-macam sumber kepustakaan.d. Mempelajari criteria pemilihan sumber kepustakaan.e. Menilai sumber-sumber kepustakaan.d. Mampu Menilai Prestasi Belajar MengajarKemampuan menilai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku peserta didik dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan dalam membuat program. Menurut Fattah (2006), Evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu :1. Prestasi berupa pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah laku.2. Prestasi mengajar berupa pernyataan lingkugan yang mengamatinya melalui penghargaan atas prestasi yang dicapainya.3. Keunggulan program yang dibuat guru, karena relavan dengan kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.

e. Memiliki Wawasan Tentang Penelitian PenddidikanGuru perlu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, terutama hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tuga-tugas pokoknya di sekolah. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk memahami hasil-hasil penelitian itu dengan tepat sehingga mereka perlu memiliki wawasan yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara melaksanakan penelitian pendidikan (Fattah, 2006).Menurut Fattah (2006), Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :1. Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitain pendidikan.2. Mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai konsumenhasil-hasil penelitian pendidikan.3. Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran.4. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran..2.7. Upaya dan Wadah Pengembangan Kompetensi Profesional GuruSalah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai pengembangan kompetensi guru adalah MGMP atau Musyawarah Mata Guru Pelajaran. Pembinaan profesi guu yang terkait dengan MGMP merupakan cikal bakal hasil inovatif Cianjur Project, yaitu gugus pembinaan yang berasal dari kelompok kerja guru (KKG untuk sekolah dasar dan MGMP untuk tingkat SMP/SMA/SMK). MGMP adalah wahana kerja sama guru-guru dan sebagai tempat mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai kemajuan murid (Imron, 1995).Di MGMP guruguru dapat mendiskusikan masalah untuk meningkatkan kualitas proses belajarmengajar serta memikirkan kemungkinan pemecahannya berdasarkan pengalamann dan ideide yang bersumber dari guru itu sendiri. Semua masalah yang menyangkut upaya perbaikan pengajaran dapat dibahas dan dipecahkan di forum MGMP. Forum MGMP ini terkait pula dengan dengan forum lainnya yaitu mKKS (musyawarah Kerja Kepala Sekolah), mKPS (musyawarah Kerja Pengawas Sekolah) (Imron, 1995).1. Pengertian Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ kecamatan/ sanggar/ gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain (Imron, 1995).2. Tujuan Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)Menurut Arikunto (1993), Tujuan diselenggarakannya MGMP ialah sebagai berikut:a. Pertama, untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional.b. Kedua, untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.c. Ketiga, untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.d. Keempat, untuk membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan.e. Kelima, saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, classroom action research, referensi, dan lain-lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama.f. Keenam, mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school reform), khususnya focus classroom reform, sehingga berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.3. Peran Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)Menurut Arikunto (1993), Peran musyawarah guru mata pelajaran antara lain:a. Pertama, reformator, dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif;b. Kedua, mediator, dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru, terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian;c. Ketiga, supporting agency, dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah;d. Keempat, collaborator, terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan;e. Kelima, evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS;f. Keenam, clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal.4. Kegiatan Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)Menurut Arikunto (1993), Kegiatankegiatan yang dilaksanakan dalam pertemuan MGMP antara lain :a. Meningkatkan pemahaman kurikulum.b. Mengembangkan silabus dan sistem penilaian.c. Mengembangkan dan merancang bahan ajar.d. Meningkatkan pemahaman tentang pendidikan peserta luas (Broad based education) dan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skil).e. Mengembangkan model pembelajaran efektif.f. Mengembangkan dan melaksanakan analisis sarana pembelajaran.g. Mengembangkan dan melaksanakan pembuatan alat pembelajaran sederhana.h. Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran berbasis komputer.i. Mengembangkan media dalam melaksanakan proses belajar mengajar.Dalam pelaksanaan kegiatan MGMP sangat perlu adanya perencanaan yang terinci dan terarah. Pembelajaran yang berkualitas sangat ditentukan oleh kualitas komponen pendukung pembelajaran. Komponen yang paling utama dalam musyawarah guru adalah narasumber dan guru, karena keduanya memegang 2 peranan penting dalam usaha pencapaian keberhasilan memecahkan masalah. Dalam hal ini guru dapat digambarkan sebagai manajer dalam pembelajaran. Berdasarkan sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru, telah menempatkan peran guru sebagai manager of learning yang berarti guru sangat menentukan dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan penilaian produktivitas proses belajar mengajar (Satori, 2007).

BAB IIIPENUTUP

1. 2. 3. 3.1. KesimpulanPengembangan profesi guru melalui pendidikan profesi dalam rangka pengembangan kualifikasi akademik untuk saat ini cukup terbantu dengan disediakannya dana penyelenggaran pendidikan kualifikasi untuk guru yang belum sarjana, program sertifikasi dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan pengembangan profesi melalui pembinaan berkelanjutan adalah melalui peningkatan kualitas peran supervisi akademik oleh pengawas dan kepala sekolah, in-service training, kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG) dan peran organisasi profesi.Salah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai pengembangan kompetensi guru adalah MGMP atau Musyawarah Mata Guru Pelajaran. Pembinaan profesi guu yang terkait dengan MGMP merupakan cikal bakal hasil inovatif Cianjur Project, yaitu gugus pembinaan yang berasal dari kelompok kerja guru (KKG untuk sekolah dasar dan MGMP untuk tingkat SMP/SMA/SMK). MGMP adalah wahana kerja sama guru-guru dan sebagai tempat mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai kemajuan murid.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, Nanang. 2006. Ekonomi & pembiyaan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : Bumi Aksara.

Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Imron, Ali. 1995 Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : RemajaRosdakarya.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung :Remaja Rosdakarya.

Satori, Djamaan. 2007. Profesi Keguruan Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru.Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Yayasan Bhakti Winaya.

Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.Sc. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wijaya, Cece. 1994. Kemampuan dasar guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Zamroni. 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing