Makalah Guru Profesional Berkarakter
description
Transcript of Makalah Guru Profesional Berkarakter
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya diindahkan
atau dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Ditilik dan
ditelusuri dari bahasa aslinya, Sansekerta, kata “Guru” adalah gabungan dari
kata gu dan ru. Gu artinya kegelapan, kejumudan atau kekelaman. Sedangkan
ru artinya melepaskan, menyingkirkan atau membebaskan. Jadi, guru adalah
manusia yang “berjuang” terus-menerus dan secara gradual melepaskan
manusia dari kegelapan.
Dari makna yang dikandung sebutan atau julukannya dapat dikatakan
bahwa guru adalah profesi di mana seseorang menanamkan nilai-nilai
kebajikan ke dalam jiwa manusia. Membentuk karakter dan kepribadian
manusia. Seseorang yang berdiri di depan dalam teladan tutur kata dan
tingkah laku, yang dipundaknya melekat tugas sangat mulia menciptakan
sebuah generasi yang sempurna. Peran guru adalah kombinasi dari peran
orang tua, pendidik, pengajar, pembina, penilai dan pemelihara. Sehingga,
guru adalah salah satu tiang utama bangsa atau negara yang menjadi ujung
tombak dalam sebuah perubahan untuk sebuah generasi yang tangguh bagi
bangsa atau negara.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai guru
profesional berkarakter di mana pada pembahasannya yaitu terdiri dari
konsep dasar profesi, profesi guru, kode etik guru, bagaimana seseorang
dapat menjadi guru profesional-berkarakter, dan tantangan organisasi profesi
guru di era globalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar profesi?
b. Apa yang dimaksud dengan profesi guru?
c. Apa saja kode etik menjadi seorang guru?
d. Bagaimana seseorang dapat menjadi guru profesional?
e. Bagaimana seseorang dapat menjadi guru berkarakter?
Guru Profesional Berkarakter
1
f. Bagaimana seseorang dapat menjadi guru profesional berkarakter?
g. Apa tantangan organisasi profesi guru di era globalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep dasar profesi.
b. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan profesi guru.
c. Untuk mengetahui apa saja kode etik menjadi guru.
d. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dapat menjadi guru
profesional.
e. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dapat menjadi guru
berkarakter.
f. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dapat menjadi guru profesional
berkarakter.
g. Untuk mengetahui tantangan organisasi profesi guru di era globalisasi.
1.4 Manfaat Penulisan
Untuk mendapatkan informasi mengenai yang dimaksud dengan konsep dasar
profesi, profesi guru, apa saja kode etik menjadi guru, bagaimana seseorang dapat
menjadi guru profesional, bagaimana seseorang dapat menjadi guru berkarakter,
bagaimana seseorang dapat menjadi guru profesional berkarakter, dan tantangan
organisasi profesi guru di era globalisasi.
Guru Profesional Berkarakter
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Profesi
2.1.1 Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisme, dan Profesionalisasi
a. Profesi
Profesi berasal dari bahasa Latin proffesio yang mempunyai dua
pengertian, yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Dalam arti sempit, profesi berarti
kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Arti lebih luas
dari profesi adalah kegiatan apa saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah
yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu (Yeni, 2006).
b. Profesional
Menurut UU RI No. 14/2005 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
c. Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari istilah profesional yang dasar katanya
adalah profession (profesi). Dalam bahasa Inggris, professionalism secara
leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisme merupakan suatu tingkah
laku, suatu tujuan, atau rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan
coraknya suatu profesi. Profesionalisme itu berkaitan dengan komitmen
penyandang profesi.
d. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah proses memfasilitasi seseorang menjadi
profesional melalui berbagai latar pendidikan. Proses pendidikan dan latihan
ini biasanya memerlukan waktu yang lama, intensif dan diselenggarakan oleh
suatu lembaga profesi. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan
kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk
mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang
diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua
Guru Profesional Berkarakter
3
dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kompetensi, dan
keterampilan praktis.
2.2 Profesi Guru
2.2.1 Siapa Guru Itu?
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru
memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kualifikasi dan
kompetensi, disertai dengan ketaatasasan pada norma etik tertentu. Dalam
peraturan pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru itu
mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun
guru bimbingan konseling atau guru bimbingan karier; (2) guru dengan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas.
Secara formal, untuk menjadi profesional guru dipersyaratkan
memenuhi kualifikasi akademik S-1/D-4 dan bersertifikat pendidik. Guru-
guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mempu
menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, yakni berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk memenuhi kriteria profesional itu, guru harus menjalani
profesionalisasi menuju derajat profesioanl yang sesungguhnya secara terus-
menerus. Dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 dibedakan antara pembinaan dan
pengembangan kompetensi guru yang belum dan sudah berkualifikasi S-1/D-
4. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang
belum memenuhi kualifikasi minimum dilakukan melalui pendidikan tinggi
program S-1 atau program D-4 pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau
program pendidikan non-kependidikan yang terakreditasi.
Guru Profesional Berkarakter
4
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang telah
memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, serta budaya dan/atau olahraga. Pengembangan
dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan
dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang berkaitan dengan
perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogis, kepribadian, profesioanal, dan sosial sejalan, dengan
jabatan fungsionalnya. Pembinaan dan pengembangan karier meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan
pengembangan karier guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan
fungsional mereka.
Pengembangan profesi dan karier tersebut diarahkan untuk
meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran dalam dan luar kelas. Upaya peningkatan
kompetensi dan profesionalitas ini tentu saja harus sejalan dengan upaya
untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan
perlindungan terhadap guru.
Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi
pembelajaran dan keilmuan yang diajarkannya. Tautan antara keduanya
tercermin dalam kinerjanya selama transformasi pembelajaran. Kegiatan
pembinaan dan pengembangan guru menuju derajat profesioanal ideal,
termasuk dalam kerangka mengelola kelas untuk pembelajaran yang efektif,
dilakukan atas dasar prakarsa pemeritah, pemerintah daerah, penyelenggara
satuan pendidik, asosiasi guru dan guru secara pribadi. Secara umum,
kegiatan ini dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan
kompetensi guru dalam memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran
yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa.
2.2.2 Karakteristik Profesi Guru
Menurut Usman (1995), mengingat tugas dan tanggung jawab guru
yang begitu kompleksnya, profesi ini memerlukan persyaratan khusus, antara
Guru Profesional Berkarakter
5
lain: (1) menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori
ilmu pengetahuan yang mendalam, (2) menekankan pada suatu keahlian
dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3) menuntut adanya
tingkat pendidikan keguruan yang memadai, (4) memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan, (5) memiliki kode etik,
sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, (6) memiliki
klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan
muridnya, (7) diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di
masyarakat.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip (UUGD No. 14/2005 Pasal 7) sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Selanjutnya, pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui
pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.
2.3 Kode Etik Guru Indonesia
2.3.1 Pengertian Kode Etik Guru
Guru Profesional Berkarakter
6
Kode etik guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga
negara. Pedoman sikap dan perlaku ini adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perlaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh
dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam dan luar sekolah.
Kode etik harus menjabarkan secara eksplisit batas-batas wewenang
dalam melaksanakan tugasnya sehingga perilakunya tidak berbaur dengan
perilaku khusus yang seharusnya dilakukan oleh profesi lain, disertai dengan
perilaku marginal yang masih layak dilakukan oleh profesi tersebut.
2.3.2 Isi Kode Etik Guru
Kode etik guru Indonesia merupakan jiwa dari Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 serta bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, guru
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan
berpedoman pada dasar-dasar sebagai berikut: (1) Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila, (2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesional, (3) Guru berusaha memperoleh informasi peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan, (4) Guru menciptakan suasana
sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya profesi belajar
mengajar, (5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan, (6) Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, (7)Guru
memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial, (8) Guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian, dan (9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Guru Profesional Berkarakter
7
Dalam Pasal 6 dokumen Kode Etik Guru Indonesia (2010) disebutkan
bahwa kode etik mengatur hal-hal berikut.
a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
3) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.
4) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif
dan efisien bagi peserta didik.
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
9) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya
secara adil.
11) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
Guru Profesional Berkarakter
8
12) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
14) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan,
hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
15) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
16) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
b. Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
2) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain
yang bukan orangtua/walinya.
4) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
6) Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
Guru Profesional Berkarakter
9
c. Hubungan Guru dengan Masyarakat :
1) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat
4) Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
5) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya
6) Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
kepada masyarakat.
8) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat.
d. Hubungan Guru dengan seklolah
1) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3) Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
4) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
5) Guru menghormati rekan sejawat.
6) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
7) Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
Guru Profesional Berkarakter
10
8) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya
untuk tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
9) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesionalberkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran.
10) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
11) Guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesionalnya.
13) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya
atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarnya.
16) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung
atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
e. Hubungan Guru dengan Profesi :
1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan
3) Guru terus-menerus meningkatkan kompetensinya
Guru Profesional Berkarakter
11
4) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensiinya
5) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional
lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat profesionalnya.
7) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya
8) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di
bidang pendidikan dan pembelajaran.
f. Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :
1) Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta
secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi
kepentingan kependidikan.
2) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
4) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-
tindakan profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
7) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
Guru Profesional Berkarakter
12
8) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Guru yang telah dipersiapkan secara intensif sebagai anggota PGRI
berkewajiban menaati/menjalankan norma-norma di dalam kode etik guru
Indonesia, tidak saja untuk mewujudkan, tetapi juga untuk terus
meningkatkan profesionalitasnya. Sementara itu, dari segi profesionalisme
pelanggaran terhadap norma-norma kode etik menyentuh kehormatan, rasa
tanggung jawab harga diri, di antaranya berbentuk rasa tidak puas dan
perasaan berdosa (Nawawi & Martini, 1994).
2.3.3 Tujuan Kode Etik
Tujuan mengadakan kode etik, yaitu untuk :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standarnya sendiri.
2.3.4 Penerapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat anggotanya. Penetapan kode etik dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Guru dan organisasi guru berkewajiban
menyosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada rekan sejawat
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan Pemerintah.
2.3.5 Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Adanya kode etik menandakan bahwa organisasi profesi sudah mantap.
Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Jenis pelanggaran meliputi
pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Sanksi bagi pelanggar kode etik adalah
sanksi moral (dicela,dikucilkan), sedangkan bagi pelanggar berat dapat
dikeluarkan dari organisasi. Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan
Guru Profesional Berkarakter
13
diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasihat
hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan
pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang
Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Pemberian sanksi oleh Dewan
Kehormatan Guru Indonesia harus objektif. Rekomendasi Dewan
Kehormatan Indonesia wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
2.4 Guru Profesional
Guru selaku tenaga profesional memiliki citra yang baik di masyarakat.
Apabila seorang guru dapat menunjukkan citra kepada masyarakat, ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat akan
melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang
ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan
kepada siswanya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta
cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat,
sering menjadi perhatian masyarakat luas (Soetjipto & Kosasi, 1999). Dengan
demikian, menyandang predikat guru tidak hanya dituntut memiliki
kemampuan intelektual saja, tetapi juga diperlukan kepribadian yang matang
yang dapat diteladani oleh banyak orang.
2..4.1 Profesionalisasi Guru
Bila diperhatikan karakteristik suatu pekerjaan yang bersifat profesional
seperti telah dikemukakan di atas, maka akan tampak bahwa profesi guru
tidak mungkin dapat dikenakan kepada sembarang orang yang dipandang
oleh masayarakat umum sebagai guru. Pada umumnya masyarakat
berpandangan bahwa pekerjaan guru yang berupa mendidik dan mengajar
dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebagaimana Pidarta (1997) mengemukakan
bahwa kalau mendidik diartikan sebagai memberi nasehat, petunjuk,
mendorong agar rajin belajar, memberi motivasi, menjelaskan sesuatu atau
ceramah, melarang perilaku yang tidak baik, menganjurkan dan menguatkan
Guru Profesional Berkarakter
14
perilaku yang baik, dan menilai apa yang telah dipelajari anak, maka memang
hampir semua orang bisa melakukannya dan tidak perlu bersusah-payah
membuat orang menjadi pendidik profesional. Namun demikian, apakah mendidik
seperti ini dapat menjamin anak-anak untuk berkembang sempurna secara
batiniah dan lahiriah?
Untuk memperjelas masalah di atas, kita harus memahami dengan baik
pengertian mendidik. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala
sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Kadang orang
mengatakan bahwa mendidik adalah me-manusiakan manusia. Ada pula yang
mengemukakan bahwa mendidik adalah membudayakan manusia. Pengertian
mendidik yang relatif operasional dikemukakan oleh Pidarta (1997) bahwa
mendidik adalah suatu upaya untuk membuat anak-anak mau dan dapat
belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan
potensi-potensi lainnya secara optimal. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
mendidik memusatkan diri pada upaya pengembangan afeksi anak-anak,
sesudah itu barulah pada pengembangan kognisi dan keterampilannya.
Berkembangnya afeksi yang positif terhadap belajar, merupakan kunci
keberhasilan belajar berikutnya, termasuk keberhasilan dalam meraih prestasi
kognisi dan keterampilan. Bila afeksi anak sudah berkembang secara positif
terhadap belajar, maka guru, orang tua, maupun anggota masyarakat tidak
perlu bersusah payah membina mereka agar rajin belajar. Apa pun yang
terjadi mereka akan belajar terus untuk mencapai cita-citanya.
Melakukan pekerjaan mendidik seperti yang telah dikemukakan di atas
tidaklah gampang. Hanya orang-orang yang sudah belajar banyak tentang
pendidikan dan sudah terlatih yang mampu melaksanakannya. Ini berarti
pekerjaan mendidik memang harus profesional.
Guru harus dapat membangkitkan minat dan kemauan anak untuk belajar,
memahami cara belajar, senang belajar, dan tidak pantang mundur untuk
belajar meskipun banyak rintangan yang dihadapi. Inilah tuntutan masyarakat
sebagai konsekuensi jabatan profesiyang disandang oleh guru. Hal ini cukup
beralasan sebab guru telah dibekali ilmu pendidikan dan ilmu tertentu untuk
diajarkan selama menjalani studi dalam waktu yang relatif cukup lama.
Guru Profesional Berkarakter
15
Dengan cara mendidik seperti yang telah dikemukakan, citra pendidikan di
mata masyarakat dapat terdongkrak. Ini pula merupakan tantangan bagi para
pendidik bila ingin profesinya mendapat pengakuan dan tidak diragukan oleh
masyarakat.
a. Sekilas mengenai Kondisi Guru di Lapangan
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang
melakukan tugasnya hanya dengan mengajar, membuat satuan pelajaran,
membuat rencana pelajaran, membuat alokasi waktu dalam bentuk program
tahunan dan program caturwulan, melakukan evaluasi hasil belajar yang
hanya terbatas pada aspek kognitif siswa, dan menganalisis daya serap siswa.
Ia cenderung tidak mempedulikan kondisi psikologis yang terjadi pada siswa
dikala proses mengajar belajar berlangsung karena mengejar target
kurikulum. Hal ini dilakukan oleh guru karena takut “dimarahi” oleh Kepala
Sekolah bila target kurikulum belum tercapai. Ada juga guru (untuk mata
pelajaran tertentu) yang malas memeriksa hasil ulangan siswa karena kepala
sekolah telah menginstruksikan batas minimum nilai yang harus dimasukkan
ke buku rapor. Guru tersebut beranggapan bahwa untuk apa diperiksa, toh
nilainya juga sudah ada patokannya. Adanya patokan nilai seperti ini akan
memberikan peluang kepada guru untuk memanipulasi nilai. Sudah tentulah
kondisi dan tindakan seperti ini tidak memenuhi kriteria keprofesionalan.
Dengan kata lain ia tidak bertindak secara profesional sebagai seorang guru.
Dengan demikian, harus diakui bahwa masih ada guru di lapangan yang
belum atau kurang profesional. Dan hal inilah yang selalu disorot oleh
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah cara dan tempat untuk
mengembangkan profesi guru.
Kurang profesionalnya guru dalam bertindak, tidak sepenuhnya dan kurang
bijaksana bila kita hanya menuding bahwa hanya guru tersebutlah yang tidak
profesional. Sebab pihak penyelenggara pendidikan (Kepala Sekolah,
Kakandep, Kakanwil, beserta seluruh jajarannya) kadang kala kurang
menghargai jabatan profesi guru seperti kenyataan yang saya ungkapkan di
atas. Dengan demikian, para penyelenggara pendidikan pun perlu ditingkatkan
derajat keprofesionalannya dalam menjalankan tugas dan memangku jabatannya.
Guru Profesional Berkarakter
16
Demikianlah sekelumit pandangan penulis mengenai guru di lapangan dan
pihak penyelenggara pendidikan. Berikut ini akan dikemukakan mengenai
tugas dan tanggung jawab guru beserta kompetensinya sebagai bagian yang
tak terpisahkan dengan tugas profesinya.
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional
dipersyaratkan mempunyai: (1) dasar ilmu yang kuat sebagai manifesti
terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21,
(2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan
yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-
konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan
bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis
pendidikan masyarakat Indonesia, (3) pengembangan kemampuan profesional
berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus
menerus dan berkesinambungan antara lembaga pendidikan yang
menyediakan layanan sebagai pencetak guru dengan praktek pendidikan.
Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya
program pre-service dan in-service karena berbagai pertimbangan.
Mengembangkan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu yang
mudah. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.
Untuk itu pencermatan lingkungan di mana pengembangan itu dilakukan
menjadi penting, terutama bila faktor tersebut dapat menghalangi upaya
pengembangan tenaga pendidik. Pengembangan profesi tenaga pendidik pada
dasarnya hanya akan berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat
menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini akan makin memperkuat
kemampuan profesional tenaga pendidik. Menurut Prof. Idochi diperlukan
tujuh pelajaran guna mendorong tenaga pendidik bersikaf inovatif serta dapat
dan mau melakukan inovasi. Ketujuh pelajaran itu adalah sebagai berikut :
Belajar kreatif
Belajar seperti kupu-kupu
Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik
Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
Belajar rotasi kehidupan
Guru Profesional Berkarakter
17
Belajar koordinasi dengan orang profesional
Belajar ke luar dengan kesatuan pikiran
Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai cara baru untuk
mendapatkan pengetahuan baru, belajar kreatif menuntut upaya-upaya untuk
terus mencari, dan dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting,
mengingat kupu-kupu selalu peka dengan sari yang ada pada bunga serta
selalu berupaya untuk mencari dan menjangkaunya. Dengan belajar yang
demikian, maka sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia, dan bagian
dari keindahan dunia ini adalah keindahaan indahnya jadi pendidik. Pendidik
adalah perancang masa depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional,
maka tenaga pendidik menginginkan dan berusaha untuk membentuk peserta
didik lebih baik dan lebih berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa
depan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, maka tenaga pendidik perlu
memulainya dari yang kecil dan konkrit, dengan tetap berfikir besar. Mulai
dari yang kecil pada tataran mikro melalui pembelajaran di kelas, maka guru
sebagai tenaga pendidik sebenarnya sedang mengukir mas depan manusia,
masa depan bangsa, dan ini jelas akan menentukan kualitas kehidupan
manusia di masa yang akan datang. Dalam upaya tersebut pendidik juga perlu
menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada perputaran atau rotasi,
kesadaran ini dapat menumbuhkan semangat untuk terus berupaya mencari
berbagai kemungkanan untuk menjadikan rotasi kehidupan itu sebagai suatu
hikmah yang perlu disikapi dengan upaya yang ebih baik dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan sebagai tenaga
pendidik, maka diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan
berkoordinasi dengan orang profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya
profesional bidang pendidikan. Dengan cara ini maka pembaharuan
pengetahuan berkaitan dengan profesi pendidik akan terus terjaga melalui
komunikasi dengan orang profesional, belajar koordinasi ini juga akan
membawa pada tumbuhnya kesatuan pikiran dalam upaya untuk membengun
Guru Profesional Berkarakter
18
pendidikan guna mengejar ketinggalan serta meluruskan arah pendidikan
yang sesuai dengan nilai luhur bangsa.
Ketujuh pelajaran di atas merupakan pelajaran penting bagi tenaga
pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang
profesional. Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu
keterpaduan dan saling terkait dalam membentuk tenaga pendidik yang
profesional dan inovatif.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi jabatan
tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini sangat penting karena
di sinilah perbedaan pokok antara profesi yang satu dengan profesi yang
lainnya.
Menurut Peters (1963), tugas dan tanggung jawab guru terdiri dari: (1)
guru sebagai pengajar, (2) guru sebagai pembimbing, dan (3) guru sebagai
administrator kelas. Pendapat lain dikemukakan oleh Usman (1994) yang
mengelompokan tugas-tugas guru atas tiga jenis, yaitu: (1) tugas dalam
bidang profesi, yang meliputi: mendidik, mengajar, dan melatih, (2) tugas
kemanusiaan, dan (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan. Bila kedua
pendapat ini dikaji, maka pendapat Usman lebih luas dibanding pendapat
Peters.Dalam situasi di lapangan, tugas dan tanggung jawab guru yang
menonjol adalah sebagai pengajar dan administrator kelas. Tugas mendidik
belum membudaya di kalangan para guru, padahal hal itu termasuk
konsekuensi dari jabatan profesional yang disandangnya.Memang tugas
mendidik itu cukup berat, sebab pekerjaan mengajar, membimbing, melatih, dan
memfungsikan diri sebagai orang tua di sekolah termasuk pekerjaan mendidik.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa bila guru telah
melakukan pekerjaan mendidik maka guru tersebut juga telah melakukan
tugas-tugas lainnya. Jadi tugas pokok seorang guru adalah mendidik.
Pencantuman dan pengelompokan beberapa tugas lainnya hanyalah untuk
mengeksplisitkan saja agar kelihatan lebih operasional.
2.4.2 Hakikat Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi
Guru Profesional Berkarakter
19
Dalam sistem pendidikan nasional kita, eksistensi guru sangat penting,
guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (Pasal 1 ayat 2).
Sebagai seorang pendidik profesional, maka seorang guru dituntut
untuk memiliki kualifikasi pendidikan khusus sehingga guru memiliki
kemampuan untuk menjalankan profesinya tersebut sehingga akan
mencerminkan guru yang profesional. Guru yang profesional akan tercermin
dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian
baik dalam materi maupun metode. Guru yang profesional diyakini mampu
memotivasi siswa untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka
pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakakan bahwa guru profesional
pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan.
Oleh karena itu jika membicarakan aspek kemampuan profesional guru
berarti mengkaji kompetensi yang harus dimiliki seorang guru.
Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi lainnya adalah
terletak pada tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab
tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan untuk
memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah
kompetensi guru, Uno (2007:79).
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan ( Pasal 1 ayat 10 UU No 14 tahun 2005
tentang Guru dan dosen).
Guru Profesional Berkarakter
20
Menurut Majid (2005:5) kompetensi adalah seperangkat tindakan
inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.
Sikap inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan
keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai
kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi
maupun etika.
Usman (2005) dalam Kunandar (2007:51) menyatakan kompetensi
adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi dan kemampuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya Direktorat Tenaga Kependidikan
Depdiknas ( 2003).
Kunandar (2007:55), menyatakan bahwa kompetensi guru adalah
seperangkat penguasaaan keammpuan yang harus ada dalam diri guru agar
dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan seperangkat
penguasaan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki guru agar dapat
melaksanakan pekerjaannya secara benar dan bertanggung jawab.
b. Jenis-jenis Kompetensi
Menurut Purwanto (2002) dalam Ma'ruf, kompetensi-kompetensi
penting jabatan guru meliputi: kompetensi bidang substansi atau bidang studi,
kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan, nilai dan
bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian
masyarakat. Kompetensi-kompetensi tersebut kini menjadi standar
kompetensi guru yang nota-bone sekaligus menjadi profil guru profesional.
Standar-standar kompetensi itu dirinci lebih khusus menjadi 10
kemampuan dasar guru Depdikbud (1980).
Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.
Pengelolaan program belajar-mengajar
Guru Profesional Berkarakter
21
Pengelolaan kelas
Penggunaan media dan sumber pembelajaran
Penguasaan landasan-landasan kependidikan
Pengelolaan interaksi belajar-mengajar
Penilaian prestasi siswa
Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah
Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan untuk kepentingan mutu pengajaran.
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai kemampuan
dasar yang disebut kompetensi.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas (2003) secara
keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu : (1)
penyusunan rencana pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar
mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksanaan tindak
lanjut hasil penilaian prestasi bealajar peserta didik; (5) pengembangan
profesi; (6) pemahaman wawasan pendidikan; dan (7) penguasaaan bahan
kajian akademik.
Menurut Sudjana (1998), kompetensi tersebut terdiri dari tiga bidang,
yaitu: (1) kompetensi bidang kognitif, (2) kompetensi bidang sikap, dan (3)
kompetensi bidang perilaku/performance.
Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual yang dimiliki
oleh guru, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai
cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan
tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil
belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyaralatan serta pengetahuan
umum lainnya.
Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap
menghargai pekerjaannya,mencintai dan memiliki perasaan senang
terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap rekan
Guru Profesional Berkarakter
22
seprofesinya, memiliki kemauan yang kers untuk meningkatkan hasil
pekerjaannya.
Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan dan berperilaku, seperti keterampilan mengajar,
membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul
atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan
semangat belajar siswa, keterampilan merancang dan menyusun
persiapan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan
lain-lain.
Kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuan,
sedangkan kompetensi perilaku berkenaan dengan praktek pelaksanaan
sebagai implementasi dari teori atau pengetahuan yang dimiliki oleh guru.
Komptensi guru dalam bidang sikap berkenaan dengan aspek psikologis,
terutama yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya yang merupakan
implikasi dari jabatan profesi yang disandangnya. Ketiga bidang kompetensi
tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Kompetensi guru di Indonesia telah dikembangkan oleh Proyek
Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud. Pada dasarnya kompetensi
guru menurut P3G bertolak dari analisis tugas seorang guru. Ada sepuluh
kompetensi guru menurut P3G, yaitu sebagai berikut: (1) menguasai bahan,
(2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas,
(4) menggunakan media/sumber belajar, (5) menguasai landasan
kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai
prestasi siswa, (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan,
(9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan
(10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan
pengajaran.
Berikutnya pemerintah mengeluarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28
ayat 3 dan Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 dan pada
pasal 10 dinyatakan "Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada pasal 8
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
Guru Profesional Berkarakter
23
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi".
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik
dalam Kunandar (2007:77) mengklasifikasikan keempat kompetensi tersebut
atas sub kompetensi seperti berikut.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Kompetensi ini terdiri dari Sub Kompetensi ; (1)
Memahami peserta didik secara mendalam; (2) Merancang
pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran; (3) Melaksanakan pembelajaran; (4)
Merancang dan melaksankan evaluasi pembelajaran; (5)
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya. Lebih lanjut dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Pendidik dan Kependidikan dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai
berikut : (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
(kemampuan mengelola pembelajaran), (2) pemahaman terhadap siswa,
(3) perancangan pembelajaran, (4) pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, (5) pemanfaatan teknologi pembelajaran dan (6)
eavaluasi hasil belajar.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia yang menjadi teladan
bagi peserta didik.Kompetensi ini terdiri dari Sub Kompetensi; (1)
kepribadian yang mantap dan stabil; (2) kperibadian yang dewasa; (3)
kepribadian yang arif; (4) kepribadian yang berwibawa; (5) berakhlak
mulia dan dapat menjadi teladan; dan (6) memiliki akhlak mulia.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
ini teridri dari Sub Kompetensi; (1) Mampu berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik; (2) Mampu berkomunikasi dan
Guru Profesional Berkarakter
24
bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan; (3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua atau wali peserta didik an masyarakat sekitar; (4) ikut
berperan aktif di masyarakat; dan (5) menjadi agen perubahan sosial.
Kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi ini tersdiri dari
Sub Kompetensi; (1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait
dengan bidang studi; (2) Menguasai struktur dan metode keilmuan dan
(3) menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching
Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika,
yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan
rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri
dari lima proposisi utama, yaitu:
Teachers are committed to students and their learning yang mencakup :
(a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b)
pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan
guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam
memperluas cakrawala berfikir siswa.
Teachers know the subjects they teach and how to teach those subjects
to students mencakup : (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi
mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan
mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi
pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan
dengan berbagai cara (multiple path).
Teachers are responsible for managing and monitoring student
learning mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian
tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam
berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk
memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai
kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama
pembelajaran.
Guru Profesional Berkarakter
25
Teachers think systematically about their practice and learn from
experience mencakup: (a) Guru secara terus menerus menguji diri untuk
memilih keputusan-keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari
pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk
meningkatkan praktek pembelajaran.
Teachers are members of learning communities mencakup : (a) guru
memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi
dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua
orang siswa, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber
daya masyarakat.
Kompetensi tersebut dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang
utuh. Pemilahan menjadi empat ini, semata-mata untuk kemudahan
memahaminya. Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi profesional
sebenarnya merupakan “payung” karena telah mencakup semua kompetensi
lainnya. Untuk penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam, lebih tepat
disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar (disciplinary content) atau
sering disebut bidang studi keahlian.
Menurut Sudjana ada beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi oleh
seorang guru, yakni: (1) mengenal dan memahami karakteristik sisiwa, (2)
menguasai bahan pengajaran, (3) menguasai pengetahuan tentang belajar
mengajar, (4) terampil membelajarkan siswa termasuk merrncankan dan
melaksankan pembelajaran, (5) terampil menilai proses dan hasil belaja, dan
(6) terampil melaksanakan penelitian dan pengkajian proses belajar mengajar
serta memanfaatkan hasil-hasilnya untuk kepentingan tugas profesinya
Sudjana (1991) dalamKunandar (2007: 60).
Kemampuan dan keterampilan mengajar merupakan suatu hal yang
dapat dipelajari serta diterapkan atau dipraktikkan oleh setiap guru. Mutu
pengajaran akan meningkat apabila seorang guru dapat mepergunakannya
secara tepat. Guru yang bermutu atau berkualitas ada lima komponen, yakni :
(1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan
mengajar, (3) pendayagunaan alat pelajaran, (4) melibatkan siswa dalam
Guru Profesional Berkarakter
26
berbagai pengalaman, dan (5) kepemimpinan aktif dari guru (Piet dan Ida
Sahertian, 1990) dalam Kunandar (2007:61).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh
setiap guru menunjukkan kualitas guru dalam melakukan pembelajaran.
Kompetensi tersebut dimulai dari bagaimana kemampuan guru untuk
menyusun program perencanaan pembelajaran dan melaksanakan rencana
pembelajaran tersebut.
2.4.3 Karakteristik Guru Profesional
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu,
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak
memperoleh pekerjaan lainnya. Kata-kata “dipersiapkan untuk itu” dapat
diartikan melalui proses pendidikan atau dapat pula diartikan melalui proses
latihan. Makin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhi oleh suatu
pekerjaan yang bersifat profesi, makin tinggi pula derajat profesi yang harus
disandang oleh orang yang menggelutinya. Dengan kata lain, tinggi
rendahnya pengakuan profesionalisme bergantung kepada keahlian dan
tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
Selanjutnya, dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I Tahun
1988, juga telah ditentukan syarat-syarat suatu pekerjaan profesional, yaitu:
(1) atas dasar panggilan hidup yang dilakukan sepenuh waktu serta untuk
jangka waktu yang lama, (2) telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
khusus, (3) dilakukan menurut teori, prinsip, prosedur, dan anggapan-
anggapan dasar yang sudah baku sebagai pedoman dalam melayani klien, (4)
sebagai pengabdian kepada masyarakat, bukan mencari keuntungan finansial,
(5) memiliki kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif dalam melayani
klien, (6) dilakukan secara otonom yang bisa diuji oleh rekan-rekan seprofesi,
(7) mempunyai kode etik yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, dan (8)
pekerjaan dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan (Pidarta,
1997).
Profesi pendidikan di Amerika Serikat memiliki karakteristik yang secara
substantif tidak berbeda dengan hasil Konvensi Nasional Pendidikan
Guru Profesional Berkarakter
27
Indonesia I, yaitu: (1) sebagai pekerja sosial yang unik, jelas, dan penting, (2)
menekankan teknik intelektual, (3) membutuhkan pendidikan spesialisasi
dalam waktu panjang, (4) memerlukan otonomi yang luas sebagai individu
ataupun organisasi profesi, (5) otonomi individu mendapat persetujuan dari
organisasi profesi, (6) tekanan pada jasa lebih besar dibandingkan dengan
hasil ekonomis, baik secara perseorangan maupun secara kelompok
profesional, (7) memiliki organisasi profesi secara otonom, dan (8) ada kode
etik yang jelas dan tegas. Karakteristik-karakteristik tersebut dikemukakan
oleh Imran Manan (1989).
Ada lima ukuran seorang guru dinyatakan profesional. Pertama,
memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya, ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua, secara
mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan. Bagi guru, hal ini
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga, guru bertanggung
jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,
mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
Keempat, mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan
belajar dari pengalamannya yang artinya harus selalu ada waktu untuk guru
guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.
Kelima, seyogianya menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan
profesinya, misalnya kalau di Indonesia, PGRI dan organisasi profesi lainnya.
Menjadi guru di era global pasti tidaklah mudah. Ada berbagai
persyaratan yang harus dipenuhi agar ia dapat berkembang menjadi guru yang
profesional. Secara akademik, agar guru menjadi seorang profesioanl harus
memiliki ciri atau karakteristik. Ciri-ciri atau karakteristik tersebut menurt
Houle (Suyanto, 2007) adalah (1) harus memiliki landasan pengetahuan yang
kuat, (2) harus berdasarkan kompetensi individual, (3) memiliki sistem
seleksi dan sertifikasi, (4) ada kerja sama dan kompetensi yang sehat
antarsejawat, (5) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (6) memilki
prinsip-prinsip etik (kode etik), (7) memiliki sistem sanksi profesi, (8) adanya
militansi individual, dan (9) memiliki organisasi profesi.
Guru Profesional Berkarakter
28
Menurut Hamalik (2003), pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional
maka untuk menjadi guru harus memenuhi persyaratan yang berat
diantaranya adalah ialah (1) harus memiliki bakat sebagai guru, (2) harus
memiliki keahlian sebagai guru, (3) memilki kepribadian yang baik dan
terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang sangat luas, (7) guru adalah manusia yang
berjiwa Pancasila, dan (8) guru adalah seorang warga negara yang baik.
Selain apa yang telah dipaparkan, guru profesional akan senatiasa
melakukan hal-hal berikut, yaitu: (1) punya tujuan yang jelas untuk pelajaran,
(2) punya keterampilan manajemen kelas yang baik, (3) selalu punya energi
untuk siswanya, (4) punya keterampilan mendidiplinkan yang efektif, (5)
dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang tua, (6) punya harapan yang
tinggi pada siswanya, (7) pengetahuan tentang kurikulum, (8) pengetahuan
tentang subjek yang diajarkan, (9) selalu memberikan yang terbaik untuk
anak-anak dan proses pembelajaran, dan (10) punya hubungan yang
berkualitas dengan siswa.
Ada beberapa aspek-aspek guru profesional, yakni: (1) Komitmen
tinggi, (2) tanggung jawab, (3) berpikir sistematis, (4) penguasaan materi, (5)
menjadi bagian dari masyarakat profesional, (6) autonomy (mandiri dalam
melaksanakan tugasnya), (7) teacher research, (8) publication, dan (9)
professional organization.
2.4.4 Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Profesional
Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan
mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka peningkatan dan
pengembangan aspek kompetensi profesional guru merupakan kebutuhan.
Benar bahwa mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru semata,
melainkan juga oleh beberapa komponen pendidikan lainnya. Akan tetapi
seberapa banyak pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan dalam
perkembangannya selama ini, banyak bergantung kepada kepiawan guru
dalam menerapkan kompetensi standar yang harus dimiliki termasuk
kompetensi profesional.
Upaya meninigkatkan kompetensi profesional guru, yaitu :
Guru Profesional Berkarakter
29
1. Dalam melaksanakan pembinaan profesional guru, kepala sekolah bisa
menyusun program penyetaraan bagi guru-guru yang memiliki
kualifikasi D III agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga
mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang
menunjang tugasnya
2. Untuk meningkatkan prefossional guru yang sifatnya khusus, bisa
dilakukan kepala sekolah dengan mengikutsertakan guru melalui
seminar dan pelatihan yang diadakan Diknas maupun di luar Diknas.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam
membenahi dan metodologi pembelajaran
3. Peningkatan prefessionalisme guru melalui PKG (Pemantapan kerja guru).
Melalui wadah inilah para guruh diarahkan untuk mencari berbagai
pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang
dapat diterapkan di dalam kelas
4. Meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru tidak dapat
diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam
peningkatan kinerja, yang secara langsung terhadap mutu pendidikan.
Peningkatan guru dapat dilakukan antara lain pemberian indentif di luar
gaji, imbalan dan penghargaan, serta tunjangan-tunjangan yang dapat
meningkatkan kinerja Kepada sekolah pun dapat memberikan motivasi dan
mengikutsertakannya pada kegitan pembinaan, yaitu dengan belajar sendiri di
rumah, belajar di perpustakaan, membentuk persatuan pendidik seebidang
studi, mengikuti pertemuan ilmian, belajar secara formal S1 – S3, mengikuti
pertemuan organisasi profesi pendidikan, ikut mengambil dalam kompetensi
ilmiah.
Kini banyak pendidik terutama para dosen memiliki perpustakaan
pribadi di rumah-rumah mereka sendiri. Buku–buku dibeli secara rutin
maupun insidental. Ketika berpergian kesuatu daerah atau ke luar negeri.
Seorang pendidik memang pantas memiliki perpustakaan sendiri, sebab
pekerjaannya tidak lepas dari buku atau disket, yang menyimpan informasi
pengetahuan. Buku-buku tersebut haruslah dibaca secara teratur. Tidak ada
Guru Profesional Berkarakter
30
tempatnya hanya di pakai pajangan saja untuk menunjukan prestise sebagai
sarjana, master atau doctor.
Untuk perguruan tinggi mungkin tidak diperlukan perpustakaan khusus
pendidik. Pendidik dan mahasiswa bisa belajar bersama-sama di perpustakaan
umum. Atau bisa juga dibuat perpustakaan khusus jurusan. Dosen-dosen akan
belajar di perpustakaan ini. Untuk sekolah memang diperlukan perpustakaan
khusus untuk pendidikan, sebab materi yang dipelajari guru-guru untuk
meningkatkan profesinya, berbeda yang dipelajari oleh siswa.
Dengan cara membentuk persatuan pendidik bidang studi atau yang
berspesialisasi sama dan melakukan tukar pikiran atau berdiskusi dalam
kelompok masing-masing. Cara belajar seperti ini dilakukan lembaga
pendidikan sangat intensif sebab masing-masing peserta akan
menyumbangkan pengalaman dan pikirannya yang memberikan banyak
masukan kepada para pendidikan.
Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu
diadakan selama masih dijangkau oleh pendidik. Pertemuan-pertemuan
seperti ini biasanya diisi oleh para ahli yang sudah mempunyai nama. Dengan
mengikuti hasil karya mereka dan berpatisipasi aktif akan memberikan
pengalaman tambahan kepada para pendidik disamping kemungkinan ada
materi-materi baru yang perlu diserap.
Belajar secara formal di lembaga-lembaga pendidikan baik dalam
negeri maupun di dalam negeri. Studi lanjut ini bisa ditingkat S1, S2, S3 atau
dapat juga dalam waktu pendek 1-6 bulan untuk mendalami bidang studi
tertentu yang disahkan dengan pemberian sertifikat.
Mengikuti pertemuan organisasi pendidikan. Dalam utusan-utusan
dalam beberapa daerah akan berkumpul. Pada umumnya mereka
membawakan makalahnya masing-masing yang berisi pengalaman, hasil
penelitian, atau pemikiran kritis yang bertalian dengan tugas pendidik di
daerahnya masing-masing. Perpaduan informasi dari seluruh penjuru ini
sangat membantu pengembangan besar bagi pendidik bersangkutan untuk
mengembangkan profesinya.
Guru Profesional Berkarakter
31
Ikut mengambil dalam kompetensi-kompetensi ilmiah, seperti
kompetensi untuk mendapatkan dana penelitian dari pemerintah pusat,
kompetensi pengabdian masyarakat, kompetensi desain bangunan tertentu,
kompetensi desain kendaraan bermotor, kompetensi inovatif dalam bidang
tertentu. Kemenangan dalam kompetensi seperti ini akan memberi dorongan
kuat untuk mengembangkan profesi.
Sesudah mengetahui cara dan empat pengembangan profesi, sekarang
dilanjutkan dengan apa yang harus dilakukan dalam mengembangkan profesi
itu, yaitu :
1. Membaca buku atau disket, terutama yang berklenaan dengan materi-
materi baru yang ditekuni dengan cara mendidik baru
2. Meringkas isi bacaan, ringkasan ini bermanfaat untuk memudahkan
mengingat, sebab disusun atas pemahaman sendiri dengan sistam
sistematika pola. Disamping itu ringkasan ini menghindarkan pendidik
untuk selalu membaca banyak, sebab sulit mengingat suatu hanya
dengan satu kali saja
3. Membuat makalah, yaitu dengan mengemukakan ide baru didukung oleh
informasi-informasi ilmiah. Manfaat utama membuat makalah adalah
belajar menyusun pikiran secara teratur dalam bentuk tulisan. Manfaat
lain adalah belajar rajin mengumpulkan informasi dan memadukannya
dengan ide baru sehingga menjadi tulisan yang enak dibaca denagan isi
yang menarik
4. Melakukan penelitian, baik penelitian perpustakaan, laboratorium maupun
lapangan
5. Membuat artikel hasil penelitian, atau artikel penelitian inovatif. Artikel
ini adalah untuk konsumsi majalah atau jurnal ilmiah. Hasil penelitian
yang baik adalah apabila ia dikomunikasikan lewat artikel agar dapat
dimanfaatkan oleh banyak orang
6. Menulis buku ilmiah baik untuk perguruan tinggi maupun untuk sekolah.
Penulisan buku ini perlu digalakkan sejak awal agar ilmu tumbuh di
Indonesia
Guru Profesional Berkarakter
32
7. Mengaplikasikan ilmu untuk kepentingan masyarakat umum atau
mengadakan pengabdian kepada masyarakat.
Dengan demikian kepala sekolah dalam memberdayakan kompetensi
guru tak hanya memberikan motivasi untuk memberdayakan potensi diri,
melainkan pula mengikutsertakan pada kegiatan ilmiah diluar sekolah, seperti
pendidikan formal, seminar, penataran serta peningkatan kesejahtraan guru.
Melalui upaya menyeluruh maka kompetensi guru secara bertahap akan
mengalami peningkatan kualitasnya.
Untuk mempelancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar,
masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, antara
lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu
pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya,
perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan pada
kegiatan yang lain, misalnya soal kreatifitas, gaya belajar, bahkan dapat
membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi siswa. Persoalan ini perlu
diketahui oleh guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk
kepentingan pembelajaran, idealnya guru memiliki data tentang siswa.
2.5 Guru Berkarakter
2.5.1 Apa itu Karakter?
Kata karakter berasal dari kosa kata Inggris, character. Artinya perlaku.
Selain character, kata lain yang berarti tingkah laku adalah attitude. Bahasa
Inggris tak membedakan secara signifikan antara character dan attitude.
Secara umum attitude dapat dibedakan atas dua jenis. Attitude yang
baik, kita sebut ‘karakter’. Attitude buruk kita katakan ‘tabiat’. Karakter
merupakan kumpulan dari tingkah laku baik dari seorang anak manusia.
Tingkah laku ini merupakan perwujudan dari kesadaran menjalankan peran,
fungsi, dan tugasnya mengemban amanah dan tanggung jawab. Tabiat
sebaliknya mengindikasikan sejumlah perangai buruk seseorang.
Dalam pembentukan kualitas manusia, peran karakter tidak dapat
disisihkan. Sesungguhnya karakter inilah yang menempatkan baik tidaknya
seseorang. Posisi karakter bukan jadi pendamping kompetensi, melainkan jadi
Guru Profesional Berkarakter
33
dasar, ruh, atau jiwanya. Tanpa karakter, ‘peningkatan diri’ dari kompetensi
bisa liar, berjalan tanpa rambu dan aturan.
Bicara kompetensi adalah bicara tentang peningkatan diri. Artinya
kompetensi adalah tangga menuju kesuksesan. Namun karakter yang
menentukan, apakah tangga itu berdiri ditempat yang benar. Banyak orang
sukses meniti karier atau jadi pengusaha. Tetapi nurani mereka yang tahu,
apakah caranya dilakukan dengan benar. Kompetensi tanpa karakter memang
membuat masalah. Jadi, karakterlah yang menyelesaikannya. Karakter
menjaga harkat manusia agar perilakunya tidak lebih buruk dari hewan. Yang
pintar tidak ‘ngakali’, yang kuat tidak semena-mena, yang kaya tidak makin
tamak, yang paham agama juga tidak bodohi jamaahnya.
Karakter dapat dibedakan atas dua kategori, yakni karakter pokok dan
karakter pilihan. Karakter Pokok dibedakan atas tiga bagian penting, yaitu
Karakter Dasar, Karakter Unggul, dan Karakter Pemimpin. Karakter dasar
ditopang oleh tiga nilai yang menjadi sifat dasar manusia; yaitu tidak egois,
jujur, dan didiplin. Karakter dasar merupakan fondasi. Baik buruknya, maju
mundurnya, santun liarnya serta dermawan tamaknya seseorang ditentukan
dari sini. Karakter unggul dibentuk oleh tujuh sifat baik, yaitu: ikhlas, sabar,
bersyukur, bertanggung jawab, berkorban, perbaiki diri, sungguh-sungguh.
Karakter pemimpin, memiliki sembilan nilai pembentuk, yaitu: adil, arif,
bijaksana, ksatria, tawadhu, sederhana, visioner, solutif, komunikatif, dan
inspiratif.
Karakter pilihan merupakan perilaku baik yang berkembang sesuai
dengan profesi pekerjaan. Tiap profesi memiliki perilaku karakternya.
Tuntutan profesi guru, pada bagian tertentu karakternya berbeda dengan
karakter militer, dokter, pengacara, pengusaha maupun karyawannya. Namun
yang tak boleh diabaikan, apapun profesinya, tiap orang harus membangun
karakter pokok terlebih dahulu.
2.5.2 Guru Karakter
Karakter hanya bisa dididik, ditingkatkan dan disempurnakan terus-
menerus. Kepada siapa? Kepada semua yang mendambakan proses
penyempurnaan karakter.
Guru Profesional Berkarakter
34
Perilaku baik adalah karakter. Karakter itu merupakan aset berharga.
Bahkan lebih penting dan lebih mendasar ketimbang asset lain. Cerdas adalah
asset. Tapi tanpa karakter, cerdasnya akan ngakali yang lain. Jabatan
merupakan asset. Tanpa karakter, jabatan bisa jerumuskan negara dalam
utang dan obral murah asset negara. Enterpreneurship adalah asset. Tanpa
karakter, apapun akan dibisniskan hanya sekadar uang dan raksasakan
kerajaan bisnisnya. Professor adalah kehormatan. Tapi tanpa karakter,
kehinaan yang didapat.
Karenanya tidak salah bila dikatakan ‘karakter merupakan fondasi’.
Apapun yang dibangun diatas karakter akan berkembang baik dan
bermanfaat. Pada bangunan, fondasi tampak nyata hingga harus ada. Semakin
besar dan tinggi bangunan, semakin fondasi dibuat kokoh jadi penopang.
Malah banyak bangunan yang runtuh, tapi fondasinya tetap utuh tertanam.
Sedang pada manusia, karakter sebagai fondasi tidak tampak. Inilah
yang jadi persoalan karena tidak tampak karakter terabaikan. Seolah tanpa
fondasi, karakter bisa diperoleh dengan sendirinya. Dengan pendidikan
disekolah dan diperguruan tinggi, otomatis karakter bisa diperoleh. Dengan
bekerja dan punya jabatan, dengan sendirinya karakter pun bakal terbina.
Tanpa dibina pun sebagian besar manusia meyakini bisa memperoleh
karakter. Tanpa fondasi, mustahil bangunan kokoh berdiri menjulang.
Begitulah manusia, tanpa fondasi perangainya akan mengubahnya bukan lagi
manusia tapi monster.
Siapa yang berkarakter, semakin punya jabatan semakin bermanfaat.
Kecerdasan di atas karakter, ilmunya akan tambah berkembang karena
dicerap banyak orang. Orang kaya berkarakter, kekayaan itu akan
ditumbuhkan kekayaan di banyak orang hingga terus bertambah-tambah.
Pejabat berkarakter, jabatan akan menghasilkan kebijakan yang
menyejahterakan rakyat. Pemimpin yang berkarakter, jelas, mengimbas pada
kemaslahatan ke seluruh rakyat dan mencerap kepemimpinannya.
Ingat, kecerdasan bukanlah fondasi. Cerdas itu anugerah. Ada yang
dapat, ada yang tidak dapat. Sementara, sebagai kata kerja, karakter adalah
Guru Profesional Berkarakter
35
sesuatu yang berproses dan tidak akan pernah berhenti. Karena ia tidak cukup
diterapkan atau dididik, tapi juga harus dipahami.
Maka bisa disimpulkan, belajar karakter, bukanlah urusan formal. Ia
merupakan gerak alami-universal. Karakter bisa terpancar pada siapa saja
yang hatinya bersih. Bukan yang berkuasa (saja), berpendidikan (saja), atau
yang kaya (saja). Kehidupan Anda akan mengantar pada pendidik-pendidik
hebat berkarakter, asal batin Anda cukup jernih untuk meresonansi karakter
terbaik dari mana pun datangnya. Siapa pun, adalah ‘guru karakter’ dan
kehidupan ini adalah universitas karakter.
2.5.3 Guru Berkarakter
Guru berkarakter sesungguhnya bukanlah sesuatu yang bersifat to be or
not to be, melainkan a process of becoming. Menjadi guru berkarakter adalah
orang yang siap untuk terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya
serta menjadikan profesi guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup.
Guru berkarakter senantiasa berusaha dan berjuang mengembangkan aneka
potensi kecerdasan yang dimilikinya.
Lalu, apakah definisi guru berkarakter? Guru berkarakter adalah guru
yang telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki
masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Guru
berkarakter memiliki kepribadian positif yang dapat dijadikan teladan. Guru
berkarakter mampu mengemban amanah yang diberikan kepadanya dengan
baik. Kejujurannya tak diragukan lagi, iman dan takwanya pada Tuhan Yang
Maha Esa kuat, kreatif, mandiri, tekun dan penuh semangat.
Guru berkarakter memiliki daya tarik yang dapat memikat anak
didiknya. Seorang guru yang berkarakter mampu memahami kemampuan
setiap anak didiknya dan memotivasi anak didiknya untuk berprestasi.
Motivasi-motivasinya membuat anak didiknya semangat dalam belajar.
Seorang guru yang berkarakter mampu mengantarkan anak didiknya ke
gerbang prestasi. Mereka mampu mencetak anak-anak Indonesia yang
berkualitas dan berguna bagi nusa dan bangsa. Dengan cerdasnya anak
bangsa, Indonesia pun akan maju. Generasi penerus bangsa yang cerdas akan
menjadi jembatan kemajuan bangsa Indonesia. Generasi penerus bangsa yang
Guru Profesional Berkarakter
36
cerdas mencerminkan pribadi bangsa dan mengangkat derajat serta martabat
bangsa di mata dunia.
Seorang guru tak hanya dituntut untuk mencerdaskan intelegensi anak
didiknya. Kecerdasan intelegensi tak akan seimbang bila tidak diimbangi
dengan kecerdasan spiritual dan emosional. Untuk itu, seorang guru dituntut
untuk dapat mengasah kecerdasan spiritual dan emosional anak didiknya, tak
hanya kecerdasan intelegensinya saja. Karakter positif seorang guru dapat
menjadi ilham bagi anak didiknya untuk dijadikan teladan.
Guru yang berkarakter tak mudah diciptakan begitu saja. Perlu adanya
langkah untuk membentuk guru yang berkarakter positif. Pendidikan
pembentuk guru berkarakter sangat diperlukan untuk mencetak guru-guru
yang hebat. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Seorang guru yang dididik dengan teladan yang baik,
cenderung akan menirunya dan menerapkan pada kehidupannya, terutama
dalam mengajar anak didiknya.
Pentingnya guru berkarakter juga tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun
2005, tentang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 yang
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan adapun karakteristik
guru di bawah ini akan dipaparkan beberapa karakteristik guru :
a. Guru Teladan
Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan,
perbuatan dan prilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan
memberi nasihat serta pengarahan kepada anak didik. Di bawah ini adalah
langkah-langkah agar menjadi sosok guru teladan di mata para peserta didik.
Jangan hanya mendidik dengan kata-kata, namun yang lebih utama adalah
contoh sikap dari sang guru. guru adalah contoh teladan. contoh yang
paling efektif adalah contoh sikap, bukan hanya bicara. guru akan
Guru Profesional Berkarakter
37
sangat dinilai sikap prilakunya oleh para siswa. jika ingin para siswa
suka pada anda, perbaiki lah sikap-sikap buruk anda.
Menjaga tutur kata dan bahasa. Mendidiklah dengan kelembutan dan
kebijaksanaan, bukan kebengisan maupun kediktatoran. Manakah yang
lebih Anda sukai antara ditakuti dan disegani? Disegani lebih terhormat
dari pada ditakuti. Segan bisa muncul sebagai dampak dari
kebijaksanaan sikap-sikap Anda, namun takut merupakan efek dari
prilaku sebaliknya.
Jadilah guru yang berprestasi. jika anda seorang endidik, usahakan anda
memiliki prestasi yang lebih baik dan dapat dibanggakan terhadap hal
yang anda ajarkan. misalkan anda seorang guru seni, maka anda juga
dituntut memiliki prestasi yang baik di dunia Seni.
b. Guru yang mencintai anak
Faktor mencintai anak dengan segenap hati, mau tidak mau harus
dimiliki oleh seorang guru. Ini adalah modal utama dari seorang guru. Guru
yang mencintai anak didiknya akan selalu berusaha membahagiakan anak
didiknya dengan proses belajar yang menyenangkan .
c. Memahami latar belakang sosial budaya peserta didik
Dengan memahami latar belakang peserta didik, guru akan dengan
mudah mengembangkan metodologi pengajaran apa yang tepat guna
mempermudah siswa dalam menyerap pengetahuan dan memahami nilai-nilai
apa yang akan ditanamkan.
Pemahaman guru akan latar belakang siswa tidak boleh melahirkan
diskriminasi dalam proses pembelajaran namun menghasilkan pengertian-
pengertian yang mendalam bagi guru dalam memandang siswanya sebagai
individu/pribadi yang unik dan memiliki kekhasannya tersendiri. Di sini guru
mengembangkan sikap menghargai keberadaan setiap individu siswa
bersama kelebihan dan kekurangannya.
d. Memiliki Stabilitas emosi yang stabil
Seorang guru harus bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan
peserta didik. Hal ini penting untuk mendukung terciptanya proses belajar –
Guru Profesional Berkarakter
38
mengajar yang menyenangkan. Raut muka ramah, tutur kata yang bersahabat
dapat menciptakan suasana belajar nyaman tanpa tekanan.
Tak ada untungnya bagi seorang guru bermuka masam, berkata kasar dan
arogan karena hal ini dapat menimbulkan ketidaksukaan peserta didik
bahkan kerap menimbulkan kebencian kepada guru yang berujung pula siswa
tidak menyukai mata pelajaran yang dibawakan guru.
Guru pun juga harus menghindari penghukuman yang tidak mendidik
dan berlebihan , baik itu penghukuman yang menyakiti secara fisik maupun
nonfisik. Ingatlah, banyak peristiwa siswa berlaku tidak sopan dan kurang
ajar karena meniru pola tingkah laku yang dilakukan guru.
e. Memiliki daya motivasi
Guru yang berkarakter akan mampu meyakinkan para siswanya bahwa
mereka memiliki potensi untuk berubah ke arah yang lebih baik, dapat
beranjak dari kemiskinan dan kebodohan, dan dapat hidup lebih baik
sehingga memiliki kehidupan yang sukses di masa mendatang.
Motivasi kepada peserta didik harus terus menerus ditanamkan
sehingga tumbuh kepercayaan diri dalam diri mereka bahwa mereka dapat
menjadi orang yang mandiri , cerdas dan bermasa depan cerah.
f. Mencintai profesi guru
Guru yang mencintai profesinya akan mencurahkan seluruh perhatian,
keahlian, dan intelektualitasnya untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Ia
akan berusaha semaksimal mungkin berbuat yang terbaik untuk siswa-
siswinya dengan tekun dan teguh hati. Guru harus memiliki loyalitas,
tanggung jawab yang tinggi terhadap profesinya dan bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
g. Tidak berhenti belajar
Dalam artian ini, guru akan selalu mengikuti perkembangan jaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga guru menjadi sosok yang
berilmu, cerdas dan berwawasan luas.
Satu hal yang tak kalah penting adalah mengajarlah dengan sepenuh
hati maka peserta didik pun akan belajar dengan senang hati dan Anda adalah
guru yang hebat untuk mereka.
Guru Profesional Berkarakter
39
2.5.4 Guru Berkarakter dan Murid Berkarakter
Menurut UUGD No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal
28 ayat 3, menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru
sebagai figur sentral proses pendidikan dan peningkatan kecerdasan sebuah
bangsa. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional (akademik), kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Guru
dianggap memenuhi kemampuan pedagogik bila menunjukkan
kemampuannya dalam mengajar dan mendidik. Guru dianggap mempunyai
kemampuan profesional bila dia menguasai materi pelajaran yang menjadi
bidang keahliannya. Kompetensi kepribadian ditunjukkan dengan sikap dan
perilaku guru yang baik di hadapan murid dan lingkungannya, sedangkan
kompetensi sosial diperlihatkan melalui keterlibatan guru dalam kegiatan
sosial di masyarakat. Artinya dia bukan seorang yang penyendiri dan
mengabaikan lingkungannya.
Empat kompetensi tersebut adalah syarat yang harus dimiliki seorang
guru. Setidaknya guru akan terus terpacu untuk meningkatkan kompetensinya
setiap saat. Hanya dengan upaya seperti itu kita akan mempunyai guru-guru
profesional yang berkarakter yang akan melahirkan pula murid-murid yang
berkarakter.
Masih mengacu pada PP Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Butir 4, dikatakan bahwa Standar
Kompetensi Lulusan (peserta didik, pen.) adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Artinya,
kelulusan siswa dari sebuah jenjang pendidikan sesungguhnya ditentukan
juga oleh sikap (attitude), kepribadian, dan perilaku atau akhlak bukan hanya
sekadar mencapai angka tertentu yang dijadikan standar.
Lalu dari mana attitude itu didapatkan siswa? Kita mencari jawab masih
di PP RI Nomor 19 Tahun 2005. Bab III (Standar Isi), Bagian Kedua
(Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum) Pasal 6, Butir 1 menyatakan,
(1) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
Guru Profesional Berkarakter
40
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
Dari pernyataan di atas, jelas bahwa attitude, akhlak mulia dan
kepribadian adalah hak murid-murid untuk diajarkan di sekolah. Mereka
wajib mendapatkan hak itu melalui “mata pelajaran” agama dan
kewarganegaraan. Ini artinya negara berkewajiban memberikan pendidikan
karakter kepada warganya. Warga negara yang berkarakter kuat adalah warga
yang berkualitas, berkepribadian unggul, memiliki integritas, kapabel, sesuai
kata dengan perbuatan, dan bertanggung jawab. Hampir seluruh tanggung
jawab untuk membentuk warga negara yang berkarakter kuat itu berada di
pundak guru profesional. Kalau murid jujur, berarti gurunya mengajarkan
kejujuran. Kalau murid tidak jujur, maka profesionalisme guru cacat dan
ternoda. Kalau murid liar dan tidak terkendali dalam perilaku, maka para guru
patut introspeksi diri, apa gerangan yang salah? Dirinyakah atau sistem
pendidikannya?
Kendati pun demikian, guru bukanlah makhluk super yang bisa hidup
sendiri dan melakukan apa saja yang dia inginkan. Dia juga tidak mungkin
menanggung beban tanggung jawab mengurus persoalan pendidikan dan
pengajaran sendirian. Yang jelas, dia memang harus memperbaiki
karakternya, sikap dan akhlaknya. Oleh karena guru tidak bekerja di tempat
yang terisolasi, dia harus berhubungan baik dengan murid, orang tua murid,
rekan kerja, masyarakat, organisasi profesi lain, pemerintah dan sebagainya,
dalam rangka melaksanakan tugas kesehariannya mendidik, mengajar,
membimbing, melatih dan menilai, atau mengevaluasi hasil pembelajaran.
Relasi guru dengan semua komponen yang saya sebutkan di atas dapat kita
anggap sebagai Kode Etik Guru.
Jadi, tidak bisa tidak, guru harus menjadikan dirinya orang yang
berkarakter kuat lebih dahulu, sebelum dia melahirkan murid-murid
yangberkarakter kuat melalui contoh dan keteladanan.
2.6 Guru Profesional Berkarakter
Guru Profesional Berkarakter
41
Guru yang profesional dan berkarakter adalah guru yang mampu dan mau
menjalankan tugasnya secara baik dan menginternalisasikan nilai-nilai positif
kepada siswanya. Menjadi guru berkarakter adalah orang yang siap untuk terus
menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi guru
sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru berkarakter senantiasa
berusaha dan berjuang mengembangkan aneka potensi kecerdasan yang
dimilikinya. Karena karakter adalah fondasi. Apapun kompetensi, apapun potensi
yang dibangun di atas fondasi ini akan berdiri tegak dengan baik dan benar.
2.7 Tantangan Organisasi Profesi Guru di Era Globalisasi
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-
satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan
pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat
raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di
tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola
penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional.
Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua
maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Di samping itu, guru masa depan harus paham dan terus melakukan teaching
by research dan mempublikasikan hasil penelitiannya guna mendukung terhadap
efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil
penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi
mereka sudah efektif, namun kenyataannya justru mematikan kreativitas para
siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir
memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke
Guru Profesional Berkarakter
42
tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berlangsung.
Guru Profesional Berkarakter
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
a. Yang dimaksud dengan konsep dasar profesi di sini yaitu meliputi
pengertian antara profesi, profesional, profesionalisme, dan
profesionalisme.
b. Profesi guru meliputi sosok guru yang merupakan pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal
yang tentunya memilikikarakteristik profesi berdasarkan prinsip
profesionalitas seperti yang tercantum dalam UUGD No.14/2005 Pasal
7.
c. Kode etik menjadi seorang guru di Indonesia berdasarkan dorongan
jiwa dari Pancasila dan UUD 1945 serta terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, dan dalam pasal
6 Dokumen Kode Etik Guru Indonesia (2010), yang dalam
pelaksanaannya mempunyai tujuan, penerapan, maupun sanksi untuk
pelanggaran kode etik.
d. Seseorang dapat menjadi guru profesional apabila mampu memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sehingga memiliki
kemampuan untuk menjalankan profesinya.
e. Seseorang dapat menjadi guru berkarakter apabila mampu siap untuk
terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan
profesi guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup sehingga
dapat bertujuan tidak hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
namun juga memanusiakan manusia.
f. Seseorang dapat menjadi guru profesional berakarakter apabila ia sudah
mampu memenuhi standar guru profesional dan juga memiliki
kesadaran untuk mendidik dengan teladannya.
g. Tantangan organisasi profesi guru di era globalisasi adalah guru harus
mampu menguasai IT, selalu mengikuti perkembangan dunia
pendidikan di mana guru bukan satu-satunya sumber informasi, dan
Guru Profesional Berkarakter
44
terus melakukan teaching by research guna tercapainya pembelajaran
yang efektif bagi siswa.
3.2 Saran
Menjadi guru profesional merupakan tuntutan pada zaman yang semakin
maju ini, akan tetapi banyak yang lupa bahwa menjadi guru berkarakter juga
merupakan fondasi paling utama sebagai tenaga pendidik. Apalagi, menyikapi
perkembangan IT yang semakin cepat membuat individu lupa dengan keadaan
sosialnya. Dengan adanya-dijadikannya seseorang menjadi guru profesional
berkarakter diharapkan mampu tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa
maupun dalam memanusiakan manusia (pendidikan karakter). Karena dari
fungsinya, manusia bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga makhluk
sosial.
Guru Profesional Berkarakter
45
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari dkk. 2008. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung:Alfabeta
Anonim. 2008. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-dan-
peran-kepala-sekolah-2/ (Diakses tanggal 17 Oktober 2015)
Anonim. 2009. Kompetensi dan Profesionalisme Guru.
http://ventidanokarsa.blogspot.co.id/2009/05/kompetensi-dan-
profesionalisme-guru.html (Diakses tanggal 22 Oktober 2015)
Anonim. 2011. Ciri-ciri Guru Profesional.
https://fzil.wordpress.com/2011/10/25/ciri-ciri-guru-profesional/ (Diakses
tanggal 22 Oktober 2015)
Anonim. 2012.Makalah Pendidikan Kode Etik Guru.
http://muhamadroip.blogspot.co.id/2010/12/makalah-pendidikan-kode-etik-
guru.html (Diakses tanggal 22 Oktober 2015)
Anonim. 2015. Guru Berkarakter Guru Hebat Guru Dicinta.
http://www.kompasiana.com/gadis/guru-berkarakter-guru-hebat-guru-
dicinta_54f6de49a333116d5a8b4a86 (Diakses tanggal 22 Oktober 2015)
Anonim. 2015. Guru yang Berkarakter.
https://unismapgsdh.wordpress.com/2015/04/23/guru-yang-berkarakter-
arnis/( Diakses tanggal 22 Oktober 2015)
Anonim.2015. Hakikat Kompetensi Guru.
https://bachul29.wordpress.com/hakikat-kompetensi-guru/ (Diakses tanggal
17 Oktober 2015)
Anonim. 2015. Hakikat Kompetensi Guru.
http://www.kompasiana.com/simanjuntakwanti/hakikat-kompetensi-
guru_550aaba0813311fa13b1e213 (Diakses tanggal 17 Oktober 2015)
Anonim. 2015. Makalah Pendidikan Kode Etik Guru. File:///D:/prosfen/Makalah
%20Pendidikan%20Kode%20Etik%20Guru%20_%20Kumpulan
%20Makalah%20Pendidikan%20Matematika.html (Diakses tanggal 17
Oktober 2015)
Guru Profesional Berkarakter
46
Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru: dari Pra-Jabatan,
Induksi, ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana
Daryanto. 2008. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan sukses dalam sertifikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Stronge, James H. 2013. Kompetensi Guru-Guru Efektif. Jakarta: PT Indeks
Sudewo, Erie. 2011. Best Practice CHARACTER BUILDING Menuju Indonesia
Lebih Baik. Jakarta: Republika Penerbit
Suprihatiningrum, Jamil. 2012. GURU PROFESIONAL: Pedoman Kinerja,
Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Guru Profesional Berkarakter
47
LAMPIRAN
DIARY PERKEMBANGAN PENGERJAAN MAKALAH PROFESI
PENDIDIKAN “ GURU PROFESIONAL BERKARAKTER”
OLEH : ALINA (ACC 114 008)
Berikut merupakan diary perencenaan, pelaksanaan , dan evaluasi si
penyusun saat mengerjakan makalah.
Perencanaan :
Pada saat diberikan tugas baik untuk individu maupun kelompok pada tanggal
Kamis, 10 September 2015, penyusun sudah mulai merencanakan untuk mulai
mengerjakan tugas kelompok terlebih dahulu karena tugas kelompok
dikumpulkan pada waktu yang lebih cepat dari tugas individu yaitu tanggal 08
0ktober, sedang tugas individu yaitu pada tanggal 12 November. Jadi, selama
bulan September, penyusun belum mengerjakan tugas makalah.
Untuk itu, penyusun menargetkan pengerjaan tugas individu pada bulan
Oktober, dan harus selesai sebelum memasuki bulan November.
Pelaksanaan :
Pada hari Sabtu tanggal 03 Oktober, penyusun mulai mencari judul dengan
mendatangi perpustakaan daerah. Karena judul yang telah dikonsultasikan pada
hari Senin, 28 September yaitu “Penerapan Pendidikan Berkarakter” dianggap
terlalu umum, dan tidak mencakup keprofesian. Pada hari Sabtu, 03 Oktober
2015, penyusun telah mendapatkan judul untuk makalahnya yaitu “Guru
Profesional Berkarakter”. Hari senin, 05 Oktober 2015, penyusun
mengkonsultasikan judul kembali, dan judul tersebut diperbolehkan.
Selanjutnya, pada hari Kamis tanggal 08 Oktober 2015, mulai mencari
referensi berupa buku pegangan yang terdapat di Perpustakaan Daerah. Setelah,
referensi didapatkan Penyusun mulai melaksanakan pengerjaan yaitu setiap waktu
luang yaitu setiap hari sabtu atau kamis di Perpustakaan Daerah, karena akses
internet lebih mudah juga jika ingin menambah dan mencari referensi tambahan
menjadi lebih dekat.
Pengerjaan selesai dilaksanakan pada hari Senin, 26 Oktober 2015. Diary
dibuat pada hari Rabu, 04 November 2015.
Guru Profesional Berkarakter
48
Evaluasi :
Pengerjaan makalah dapat diselesaikan tepat dengan target yang ingin dicapai.
Walaupun dalam pelaksanaannya mempunyai sedikit hambatan di mana Penyusun
agak kesulitan dalam menentukan rumusan masalah dan pembahasan. Akan tetapi,
pengerjaan tetap dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Dalam mengatur waktu,
Penyusun menyadari agak terlalu lambat dalam pengerjaan makalah dan harus
lebih pandai lagi memanfaatkan waktu luangnya. Akan tetapi, pengaturan waktu
dapat diatasi dengan lebih banyak mengerjakan beberapa hal yang ketinggalan
pada pengerjaan makalah di waktu berikutnya.
Demikian, diary perencanaan, pelaksanaan, dan evalusai penyusun saat
mengerjakan makalah. Semoga maklum.
Palangka Raya, 04 November 2015
Penyusun
Guru Profesional Berkarakter
49