Makalah Poliomyelitis blok

19
Poliomyelitis Chatrine wijanarko 102012158 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510 Pendahuluan Poliomyelitis adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus poo. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan total. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang paling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, nyeri pada kaki ataupun tangan. Virus polio termasuk golongan RNA virus, enterococcus, famili picorna virus, dan terdiri dari 3 tipe yaitu tipe 1 ( brunhilde ), tipe 2 ( lansing ) dan tipe 3 ( leon ). Penyebaran virus polio dari tinja dan percikan ludah. Polio dapat dicegah secara efektif dengan vaksin polio oral. Polio tidak dapat diobati, penyakit ini hanya bisa dicegah melalui imunisasi. Imunasasi OPV dan IPV, oleh sebab itu pada anamnesis perlu ditanyakan faktor imunisasi nya. Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terkena polio adalah belum mendapatkan imunisasai polio, berpergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio, usia sangat lanjut dan sangat muda, luka di mulut/ hidung/ tenggorokan ( misalnya baru menjalani

description

makalah

Transcript of Makalah Poliomyelitis blok

Page 1: Makalah Poliomyelitis blok

Poliomyelitis

Chatrine wijanarko

102012158

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510

Pendahuluan

Poliomyelitis adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus poo.

Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan total. Penyakit ini

dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang paling rentan adalah kelompok

umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, nyeri pada

kaki ataupun tangan. Virus polio termasuk golongan RNA virus, enterococcus, famili picorna

virus, dan terdiri dari 3 tipe yaitu tipe 1 ( brunhilde ), tipe 2 ( lansing ) dan tipe 3 ( leon ).

Penyebaran virus polio dari tinja dan percikan ludah. Polio dapat dicegah secara efektif

dengan vaksin polio oral. Polio tidak dapat diobati, penyakit ini hanya bisa dicegah melalui

imunisasi. Imunasasi OPV dan IPV, oleh sebab itu pada anamnesis perlu ditanyakan faktor

imunisasi nya. Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terkena polio adalah belum

mendapatkan imunisasai polio, berpergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio, usia

sangat lanjut dan sangat muda, luka di mulut/ hidung/ tenggorokan ( misalnya baru menjalani

pengangkatan amandel atau pencabutan gigi ), stress atau kelelehan fisik yang luar biasa

( karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh ), gangguan sistem

kekebalan tubuh misalnya penderita HIV. Untuk lebih meyakinkan lagi bahwa pasien

menderita perlu dilakukan pemeriksaan penunjang contohnya kultur feses, kultur

tenggrokkan. Pada poliomielitis ini pengobatanya tidak spesifik.

Page 2: Makalah Poliomyelitis blok

Skenario 12

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ibunya kepuskesmas karena kaki kanannya

tidak dapat degerakan sejak 2 hari yang lalu.

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan

tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan

dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar

pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang

dikeluhkan oleh pasien.

Tujuan melakukan anamnesis adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah

medis pasien dan membuat diagnosis banding. Walaupun telah banyak kemajuan dalam

pemeriksaan diagnostik modern, namun anamnesis klinis masih sangat dipelukan untuk

mendapatkan diagnosis yang akurat. Akan tetapi, proses ini juga memungkinkan dokter untuk

mengenal pasiennya serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar

belakang sosial pasien.

Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:

1. Nama, usia, tinggi, berat badan.

2. Masalah atau keluhan utama pasien dan riwayatnya.

3. Riwayat kesehatan pada masa lalu (seperti penyakit berat, operasi/pembedahan, atau

penyakit yang tengah diderita oleh pasien)

4. Kelainan pada organ.

5. Riwayat keluarga.

6. Riwayat penyakit pada masa kanak-kanak.

7. Status social-ekonomi, pekerjaan, penggunaan obat, tembakau, alokohol.

8. Penggunaan obat rutin.

Pada kasus yang kita peroleh, kita dapat menentukan anamnesis sebagai berikut :

Page 3: Makalah Poliomyelitis blok

1. Keadaan Umum

2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa kepuskesmas dengan keluhan kaki kanannya

tidak dapat digerakkan sejak 2 hari yang lalu

3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :

Apakah dulunya pernah mengalami sakit yang sama atau berbeda dan pernah dirawat di

rumah sakit.

4. Riwayat pribadi :

Kebiasaan makan, kebiasaan merokok, alkohol, penggunaan narkoba, dan riwayat trauma.

5. Riwayat Vaksinasi

6. Riwayat sosial :

Lingkungan tempat tinggal, hygiene, sosial-ekonomi, pekerjaan.

7. Riwayat kesehatan keluarga dan riwayat penyakit menahun keluarga

Dalam proses wawancara atau anamnesis, dokter akan bertanya mengenai keluhan apa yang

mendorong pasien datang berobat. Dalam kasus yang kita dapatkan, kita ketahui bahwa

pasien adalah seorang anak yang masih berusia 8 tahun oleh karena itu sebaiknya kita

melakukan alloanamnesis dimana kita melakukan wawancara dengan keluarga pasien. Jika

kasus yang kita hadapi adalah poliomyelitis perlu ditanyakan pula 2 hari sebelumnya apakah

ada demam, pilek, batuk, diare, muntah, sakit kepala, malaise, nyeri otot, faringitis,

anoreksia, sakit pinggang dan kesulitan menekuk leher serta punggung. Gejala tersebut

merupakan gejala yang tidak khas, tetapi gejala tersebut merupakan gejala prodromal yang

muncul sebelum timbulnya kelumpuhan 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21

hari.1,2

Dari anamnesis didapatkan anak usia 8 tahun dengan keluhan demam ringan 38°C, disertai

batuk pilek, sakit kepala dan nyeri otot. Awalnya kaki kanan berasa lemas dan nyeri namun

masih bisa berjalan dengan bantuan. Sejak 2 hari yang lalu pasien merasakan kaki kanannya

tidak bisa digerakkan sama sekali dan kadang-kadang masih berasa nyeri. Riwayat imunisasi

lengkap kecuali polio hanya mendapatkan 2 x suntikan usia 2 bulan dan 4 bulan.

Pemeriksaan Fisik

Page 4: Makalah Poliomyelitis blok

Dalam pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan pengukuran tanda-tanda vital (TTV)

meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh. Kemudian dilanjutkan

dengan pemeriksaan khusus pada penyakit terkait. Pada kasus yang terkait dengan neurologis

dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti kesadaran, tanda rangsang meningeal, saraf cranial,

motorik, sensorik, koordinasi, status mental/kognitif. Tetapi, semua itu tidak dilakukan

karena memakan banyak waktu. Kita nilai keadaan umum terlebih dahulu, disini dikatakan

pasien tampak sakit sedang dan dinding faring hiperemis. Kesadaran pasien compos mentis.

Lalu diperiksa tanda rangsang meningeal didapatkan kaku kuduk (+), dan brudzinski (+).

Lalu didapatkan pasien sulit angkat kepala dan kaki saat supine, refleks tendon (-), kekuatan

motorik (-), sensorik (+).1,3,4

Kaku kuduk dilakukan dengan tangan pemeriksa diletakkan dibawah kepala pasien

yang sedang berbaring. Kemudian kepala pasien ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar

dagu mencapai dada. Jika terdapat suatu tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada berarti

kaku kuduk (+). Tanda brudzinski 1 dilakukan sama dengan ingin melakukan kaku kuduk

tetapi tangan pemeriksa yang satu ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya

badan. Bila tanda brudzinski (+), maka tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua tungkai.

Refleks tendon menurun atau tidak ada sama sekali. Atrofi otot bagian yang lumpuh biasanya

terlihat 3-5 minggu dan menetap dalam 12-15 minggu. Gangguan saraf cranial (poliomyelitis

bulbar) dapat mengenai saraf cranial IX dan X atau III. Bila mengenai formasio retikularis di

batang otak maka terdapat gangguan bernapas, menelan, dan system kardiovaskular.

Kemudian didapatkan tanda tripod, yaitu bila dari sikap berbaring ia hendak duduk maka

kedua lutut akan fleksi sedang kedua lengan dalam sikap ekstensi pada sendi siku untuk

dipakai menunjang ke belakang pada tempat tidur. Tanda ini timbul karena adanya spasme

pada otot-otot paravertebral, erector trunsi sehingga anak tidak dapat melakukan gerak

antefleksi kolumna vertebralis waktu hendak melakukan gerak dari berbaring ke sikap duduk.

Di samping tanda tripod dapat pula dijumpai tanda kepala terkulai (head drop) yaitu bila

penderita yang dalam sikap berbaring hendak kita tegakkan dengan cara menarik kedua

ketiak/lengannya maka kepala penderita akan terkulai ke belakang (retrofleksi).1,3,4

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, compos mentis, dinding

faring hiperemis. Pemeriksaan neurologis : kaku kuduk +, lumpuh flaccid +, sulit

mengangkat kepala dan kaki pada posisi supine, refleks tendon -, kekuatan motorik -,

sensorik +.

Page 5: Makalah Poliomyelitis blok

Pemeriksaan Penunjang

Virus polio dapat diisolasi dan dibiakkan dalam jaringan, dari hapusan tenggorok (swab

tenggorok), darah, LCS, feces, darah tepi, dan serologi antibody virus polio.

Darah tepi perifer : tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk diagnosis poliomyelitis

pada gejala awal, sama seperti virus lainnya. Pemeriksaan darah perifer mungkin

dalam batas normal atau terjadi leukositosis pada fase akut yaitu 10.000-30.000/ml

dengan predominan PMN.

Cairan LCS : adanya pleositosis yaitu peningkatan jumlah sel 20-300 sel/ml, terjadi

dominasi PMN, selanjutnya dominasi limfosit. Kadar protein sedikit meninggi dan

kadar glukosa menurun serta elektrolit normal, sedang tekanan tidak meninggi. Kadar

protein berkisar antara 30-120 mg/100 ml pada minggu pertama tapi jarang > 150

mg /100 ml, kadar protein yang meninggi ini akan bertahan selama 3-4 minggu.

Isolasi virus : penderita mulai mengeluarkan virus ke dalam tinja saat sebelum fase

paralitik terjadi. Pada isolasi feses yang diambil 10 hari dari awitan gejala neurologic,

80-90% psitif untuk virus polio, oleh karena ekskresi terjadi intermiten maka yang

sebaiknya diambil 2 atau lebih specimen dalam beberapa hari. Ekskresi dari faring

dan LCS jarang menghasilkan virus. Hasil biakan juga penting untuk menentukan

jenis serotype virus dan mempengaruhi cara vaksinasi.

Serologi : diagnosis poliomyelitis ditegakkan berdasarkan peninggian titer antibody

4x atau lebih antara fase akut dan konvalesens, yaitu dengan cara pemeriksaan uji

netralisasi dan uji fiksasi komplemen. Karena complement fixing antibody

mempunyai waktu lebih pendek dibandingkan dengan titer netralisasi, dan lebih kuat

maka dapat ditentukan adanya infeksi polio baru bila terdapat peninggian tes fiksasi

komplemen. Sangat membantu bila wabah disebabkan oleh tipe tertentu atau oleh

NPE yang lain.4,5

Working Diagnosis

Poliomielitis adalah infeksi virus yang sangat menular dan kadang berakibat fatal.

Infeksi virus ini mempengaruhi saraf dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang menetap,

kelumpuhan dan gejala-gejala lainnya. Penyebabnya adalah virus polio. Virus polio termasuk

Page 6: Makalah Poliomyelitis blok

virus RNA , enterovirus ( sehingga bisa berpengaruh terhadap saluran nafas ), famili picorna

virus. Virus tersebut meyerang sel kornu anterior medulla spinalis yang berfungsi dalam

system motorik sehingga penderita mengalami kelumpuhan, kelumpuhan yang terjadi bersifat

asimetris Virus ini menular akibat menelan bahan terkontaminasi virus. Penularan virus

terjadi melalui beberapa cara : percikan ludah penderita saat batuk atau bersin, kontak dengan

tinja penderita atau barang-barang yang terkena tiinja penderita. Virus ini masuk melalui

mulut hidung, dan berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu

diserap dan disebabkan melaui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Beberapa faktor berikut bisa meningkatkan resiko terkena polio antara lain adalah

belum mendapatkan imunisasi polio, berpergian ke daerah yang masih sering ditemukan

polio, usia sangat lanjut atau sangat muda, luka di mulut/hidung/tenggorokan ( misalnya baru

menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi ), stress atau kelelahan fisik yang luar

biasa ( karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh ), gangguan

sistem kekebalan tubuh misalnya penderita HIV.

Different Diagnosis

A. Miastenia Gravis

Miastenia gravis adalah gangguan sistem saraf perifer yang ditandai dengan

pembentukan autoantibodi terhadap reseptor asetilkolin yang terdapat di daerah motor

end-plate otot rangka. Autoantibodi igG secara kompetitif berkaitan dengan reseptor

asetilkolin , mencegah pengikatan asetilkolin ke reseptor sehingga mencegah

kontraksi otot. Akhirnya, reseptor di taut neuromuskular rusak.

Miastenia gravis pada awalnya dapat menyebabkan kelemahan otot yang mengontrol

gerakan mata atau dapat memengaruhi seluruh tubuh. Perkembangan penyakit

bervariasi dan dapat berkembang lambat, dengan atau tanpa remisi atau berkembang

cepat, yang menyebabkan kematian akibat paralisis pernapasan dan gagal napas.

Penyebab miastenia gravis tidak diketahui, namun tampak berkaitan dengan

kecenderungan keluarga untuk mengalami penyakit otoimun, kelenjar timus sering

mengalami hiperlplasia dan tampak berfungsi seperti fungsi kelenjar tersebut pada

masa kanak kanak awal, yang menunjukkan bahwa kelenjar timus dapat mencetuskan

atau melanjutkan respons imun.

Gambaran klinis : kelemahan otot mata yang menyebabkan ptosis ( turunnya kelopak

mata ), kelemahan otot wajah, leher dan tenggorokan yang menyebabkan kesulitan

makan dan menelan, penyebaran kelemahan otot yang berkelanjutan. Pada awalnya

Page 7: Makalah Poliomyelitis blok

terjadi keletihan ringan dengan pemulihan kekuatan setelah beristirahat. Akhirnya

kekuatan tidak pulih setelah beristirahat. 6

B. Sindrom Guillaine Barre

Merupakan suatu neuropati perifer autoimun pascainfeksi yang sering terjadi setelah

infeksi respiratorik atau gastrointestinal. Dalam bentuk klasik, sindrom guilaine barre

(SGB) merupakan inflamasi demielinisasi polineuropati akut yang ditandai oleh

kelemahan mototrik, paralisis, dan hiporefleksi simetris, asendens dan progresif dari

ujung ekstremitas tangan dan kaki kemudian menjalar ke atas/proksimal tubuh dengan

atau tanpa disertai gejala sensorik atau otonom. Gejala yang khas meliputi arefleksia,

flaksiditas, dan kelemahan yang relative simetris dimulai dari kaki dan naik hingga

melibatkan lengan, tubuh, tenggorokan, dan wajah. Progresivitas dapat terjadi dengan

cepat dalam beberapa jam atau hari atau lebih lambat, dalam beberapa minggu.

Gangguan muncul pada kedua sisi tubuh, kelemahan otot terjadi dalam beberapa hari

atau minggu, bahkan berbulan-bulan. Kelemahan pada awalnya muncul di tungkai

yang kemudian menjalar ke atas hingga dapat mengenai otot pernapasan dan otot-otot

lengan. Ditemukan riwayat infeksi saluran napas atau pencernaan sebelum awitan.

Adanya factor pencetus seperti riwayat vaksinasi, kehamilan, operasi sebelumnya dll.

Refleks tendon menghilang akibat terlambatnya penyampaian impuls saraf karena

kerusakan myelin. Biasanya gejala dimulai dengan mati rasa atau parastesi pada

tangan dan kaki, kemudian rasa lemah dan berat pada kaki, diikuti ketidakmampuan

naik tangga atau berjalan. Refleks tendon dalam negative walaupun kekuatan otot

terpelihara. Disfungsi saraf autonom dapat menyebabkan hipertensi, hipotensi,

hipotensi ortostatik, takikardia, dan aritmia lain, retensi atau inkontinensia urin,

retensi feses, atau berkeringat yang abnormal, flushing, atau vasokonstriksi perifer.

Terpeliharanya fungsi defekasi dan miksi, hilangnya refleks pada lengan, tidak adanya

suatu batas sensorik yang tegas, dan tidak adanya nyeri disekitar tulang punggung

mengarah kepada sindrom guillaine barre.3,7

Manifestasi Klinis

Minor illness, gejala ini terjadi sebagai akibat proses inflamasi akibat berbiaknya

virus polio. Gejala sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Keluhan biasanya nyeri tenggorok

Page 8: Makalah Poliomyelitis blok

dan perasaan tak enak di perut, gangguan GIT, demam ringan, malaise, dan nyeri kepala

ringan. Gejala ini terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang. Gejala ini merupakan fase

enteric. Masa inkubasi 1-3 hari dan jarang lebih dari 6 hari. Selama waktu itu virus

bereplikasi pada nasofaring dan saluran cerna bawah. Gejala tidak khas ini terdapat pada 90-

95% kasus polio.5

Major illness merupakan gejala klinik akibat penyebaran dan replikasi virus di tempat

lain serta kerusakan yang ditimbulkannya. Gejala klinis dimulai dengan demam, kelemahan

cepat dalam beberapa jam, nyeri kepala dan muntah. Dalam waktu 24 jam terlihat kekakuan

pada leher dan punggung. Penderita terlihat mengantuk, iritabel, dan cemas. Bila terjadi

paralisis biasanya dimulai dalam beberapa detik sampai 5 hari sesudah keluhan nyeri kepala.

Pada anak, stadium pre-paralisis lebih singkat dan kelemahan otot terjadi pada waktu

penurunan suhu, pada saat penderita merasa lebih baik. Pada dewasa, stadium pre-paralisis

berlangsung lebih lama dan hebat, penderita terlihat sakit berat, tremor, agitasi, kemerahan di

daerah muka, otot menjadi sensitive dan kaku, pada otot ekstensor ditemukan refleks tendon

meninggi dan fasikulasi. Secara umum proporsi bentuk klinik poliomyelitis :

Asimtomatik, tanpa gejala klinik, merupakan proporsi kasus terbanyak (72%)

Poliomyelitis abortif, terdapat 3 gambaran klinis utama, yaitu infeksi saluran napas

atas, gangguan GIT, dan gejala seperti influenza. Gejala tersebut mereda 2-3 hari.

Poliomyelitis aseptic nonparalitik, terdapat tanda poliomyelitis abortif, namun nyeri

kepala, mual dan muntah lebih berat, otot-otot leher posterior dan punggung kaku

serta nyeri, sulit BAK dan konstipasi. Pada PF ditemukan kaku kuduk. Refleks

profundus (tendon) biasanya terganggu 8-24 jam setelah refleks superficial

menghilang, menandakan akan terjadi paresis ekstremitas.

Poliomyelitis paralitik : pada poliomyelitis paralitik spinal setelah nyeri kepala dan

demam, terjadi nyeri otot hebat. Dalam 1-2 hari timbul paresis atau paralisis flaksid

asimetris. Pada PF ditemukan kaku kuduk, nyeri otot, refleks tendon dalam hiperaktif

kemudian menghilang dan terjadi paralisis. Pasien merasa lebih baik setelah 2-5 hari.

Poliomyelitis bulbar, terdapat disfungsi saraf cranial dan medulla spinalis.

Manifestasi klinis berupa gangguan pernapasan (selain paralisis otot-otot

ekstraokular, wajah dan pengunyah). Saraf cranial yang terkena jarang mengalami

gangguan permanen. Poliensefalitis, kejang, koma, dan paralisis spastic disertai

Page 9: Makalah Poliomyelitis blok

peningkatan refleks fisiologis, iritabilitas, disorientasi, mengantukm dan tremor.

Dapat terjadi paralisis nervus kranialis atau perifer.3,5

Etiologi

Virus polio adalah virus RNA yang termasuk kelompok enterovirus dan family

pikorna virus. Virus ini juga termasuk salah satu virus yang terkecil jadi ia termasuk virus

yang filterable. Terdapat 3 tipe virus polio yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing), dan tipe

3 (Leon). Tipe 1 yang sering menyebabkan paralisis. Virus ini akan menimbulkan 3 macam

antibody, tetapi tidak terdapat kekebalan silang. Virus ini menular melalui percikan ludah dan

feses. Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak

ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan

dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian. Virus ini hanya dapat

dimusnahkan dengan cara pengeringan atau pemberian zat oksidator yang kuat seperti

peroksida, atau kalium permanganate.4

Epidemiologi

Goar (1955) dalam uraiannya tentang polio di negeri yang sedang berkembang

dengan sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa epidemic ditemukan 90% pada anak

dibawah usia 5 tahun (karena itu dulu disebut paralisis infantil) tapi bukan berarti

poliomyelitis tidak ditemukan pada orang dewasa. Penyakit polio jarang didapatkan pada usia

dibawah umur 6 bulan, mungkin karena imunitas pasif yang didapat dari ibu. Wabah

epidemic poliomyelitis yang terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 1955 di New England,

USA. Dengan ditemukan vaksin polio maka kini poliomyelitis hanya dijumpai sebagai kasus

yang sporadik saja.4

Patofiologi

Virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran ororfaring setelah ditularkan melalui

fekal-oral. Masa inkubasi biasanya antara 4-17 hari, tapi bisa sampai 5 minggu. Setelah

masuk ke dalam tubuh, virus akan berkembang biak (multiplikasi) di jaringan limfoid tonsil

atau pada plak peyeri kemudian ia akan menembus dinding usus melalui darah akan tersebar

ke seluruh tubuh. Viremia ini tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) atau hanya sakit

ringan saja. Diduga pada kasus-kasus yang menimbulkan paralisis, virus mencapai system

saraf secara langsung melalui darah atau secara retrograd melalui saraf tepi atau saraf

Page 10: Makalah Poliomyelitis blok

simpatetik atau ganglion sensorik pada tempat ia bermultiplikasi yaitu di saluran GIT atau

jaringan ekstraneural lain. Bila virus banyak didapat pada suatu daerah, maka timbulnya

penyakit polio dapat dicetuskan oleh tindakan operasi daerah tenggorok, dan mulut seperti

tonsilektomi dan ekstraksi gigi atau tindakan penyuntikan/vaksinasi DPT, kehamilan, kerja

fisik yang berat/kelelahan.4

Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan spesifik terhadap poliomielitis.

Infeksi abortif : istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal. Kalau perlu

dapat diberikan analgetik, sedatif. Jangan melakukan aktifitas selama 2 minggu. 2 bulan

kemudian dilakukan pemeriksaan neuro-mskuloskeletal untuk mengetahui adanya kelainan.

Non paralitik : sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik sangat efektip bila

diberikan bersamaan dengan pembalut hangat selama 15-30 menit setiap 2-4 jam dan kadang-

kadang mandi air panas juga dapat membantu. Sebaiknya diberikan foot board, papan

penahan pada telapak kaki yaitu agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.

Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul sebagai akibat denervasi sel kornu

anterior, tetapi dapat mengurangi deformitas yang terjadi

Paralitik : harus di rawat di rumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi paralisis

pernafasan dan untuk ini harus diberikan pernafasan mekanis3,4,5

Pencegahan

Ada dua jenis vaksin polio yaitu OPV ( Oral Polio Vaccine ) dan IPV ( Inactivated

Polio vaccine ).

OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan IPV deberikan melalui suntikan.

1. OPV . Diberikan dalam 3 dosis awal : saat usia 6 minggu atau biasanya usia 2 bulan,

usia 4 bulan, dan pada usia antara 6-18 bulan. Dosis keempat diberikan pada usia 4

tahun. Imunisasi polio ulangan diberikan saat masuk sekolah ( 5-6 tahun ) dan dosis

berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun.

2. IPV diindikasikan untuk penderita immunocompromised.3

Komplikasi

Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelupuhan terjadi

pada kurang dari 1 per 100 kasusm tetapi kelemahan satu atau beberapa otot sering

Page 11: Makalah Poliomyelitis blok

ditemukan. Kadang bagian otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio,

sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.

Prognosis

Prognosis polio bergantung pada derajat penyakitnya. Pada polio ringan dan sedang,

kebanyakan pasien sembuh sempurna dalam jangka waktu singkat. Penderita polio spinal

50% akan sembuh sempurna, 25% mengalami disabilitas ringan, 25% disabilitas serius dan

permanen. Sebanyak 1% penderita polio berat akan mengalami kematian.3

Kesimpulan

Poliomielitis disebabkan oleh virus polio , yang merupakan golongan RNA virus,

enterovirus dan termasuk famili picorna virus. Virus tersebut meyerang sel kornu anterior

medulla spinalis yang berfungsi dalam system motorik sehingga penderita mengalami

kelumpuhan, kelumpuhan yang terjadi bersifat asimetris. Gejala dari poliomielitis terbagi

menjadi 2 yaitu minor dan mayor , gejala minor terdiri dari nyeri tenggorok gangguan GIT,

demam ringan, malaise, nyeri kepala ringan, gejala mayor terdiri dari demam, kelemahan

cepat dalam beberapa jam, nyeri kepala dan muntah. Tidak ada pengobatan spesifik pada

poliomielitis, pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vasinasi. Dengan

ditemukannya vaksin polio kini penyakit tersebut hanya bersifat sporadic saja.

Daftar Pustaka

1. Lumbantobing SM, Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: FKUI;

2006

Page 12: Makalah Poliomyelitis blok

2. Thomas J, Monaghan T. Buku saku oxford pemeriksaan fisik & keterampilan praktis.

Jakarta: EGC; 2012

3. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis &

tatalaksana penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2009

4. Joesoef AA, Aliah A, Limoa A, Chandra B, Asnawi C, Gunawan D. Kapita selekta

neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press: 2009

5. Merdjani A, Syoeib AA, Tumbelaka AR, Chaerulfatah A, Kaspan F, Setiabudi D.

Buku ajar infeksi & pediatric tropis. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2002

6. Corwin E J. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC ; 2009

7. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Alpert JJ, Bishop WP.

Nelson ilmu kesehatan anak esensial. Edisi keenam. Singapura: Saunders Elsevier;

2011