Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

download Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

of 25

Transcript of Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    1/25

    1

    HUBUNGAN PEMBERIAN TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN

    DENGAN PERBAIKAN KLINIS PASIEN DECOMPRESSION

    SICKNESS TIPE I DI RSAL DR.F.X SUHARDJO PERIODE

    JANUARI 2011 - FEBRUARI 2016

    Makalah dibuat

    sebagai persyaratan untuk

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Oleh :

    Sitti Nurjanna Usemahu, S.Ked (2009-83-012)

    Pembimbing:

    LetkolLaut (K) Dr. Hisnindarsyah, SE.,M.Kes

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

    AMBON

    2016

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    2/25

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Maluku merupakan salah satu Provinsi di Indonesia dengan luas

    wilayah terbesar adalah laut. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak

    dari penduduk di daerah ini memanfaatkan laut sebagai sarana mata

    pencaharian dan sarana olahraga. Dalam hal ini mata pencaharian dan

    olahraga yaitu menyelam. Banyak sekali penyelaman yang dilakukan

    dimana diantara mereka ada yang merupakan penyelam professional,

    penyelam dengan kompressor konvensional (penyelam mutiara, nelayan

    penyelam ikan), penyelam militer dan penyelam tahan nafas (breath Hold

    Diving).1

    Penyelam pada umumnya merupakan penyelam tradisional yang

    tidak dibekali pengetahuan tentang penyelaman dan akibat-akibatnya

    sehingga bila terjadi penyakit dekompresi baik yang ringan maupun yang

    berat dianggap suatu kecelakaan biasa dan tidak tahu bahwa harus

    dirujuk ke fasilitas Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) untuk

    dilakukan terapi OHB.2

    Penyakit Dekompresi (DCS) adalah suatu penyakit yang

    disebabkan oleh pelepasan dan mengembangnya gelembung gas dari

    fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan

    disekitarnya. Penyakit Dekompresi bukan penyakit akibat kerja yang

    umum. Namun, dapat terjadi pada penyelam rekreasi scuba, penyelam

    komersial, dan pekerja lain yang menggunakan udara terkompresi. Angka

    kejadian penyakit dekompresi di Amerika Serikat untuk tipe II (berat) yaitu

    2,28 kasus per 10,000 penyelaman. Sementara kasus tipe I (ringan) tidak

    diketahui karena banyak penyelam yang tidak mencari pengobatan. 3,4

    Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.F.X Suhardjo merupakan

    rumah sakit TNI-AL di Provinsi Maluku yang merupakan satu-satunya

    rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas Ruang Udara Bertekanan

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    3/25

    3

    Tinggi (RUBT) untuk terapi oksigen Hiperbarik. Dengan adanya fasilitas ini

    sudah banyak sekali kasus yang diterapi dengan Hiperbarik oksigen

    termasuk penyakit akibat menyelam yaitu penyakit dekompresi. Namun

    sampai saat ini masih banyak penduduk yang belum mengetahui akan

    peran dari HBOT ini.

    Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga penulis tertarik untuk

    mengkaji apakah ada hubungan penggunaan terapi oksigen Hiperbarik

    pada perbaikan klinis pasien dekompresi Tipe I ?

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

    melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui “adakah hubungan

    pemberian terapi oksigen hiperbarik pada perbaikan klinis pasien

    Decompression Sicknness  (DCS) tipe I di Rumah Sakit Angkatan Laut

    (RSAL) Dr. F.X. Suhardjo Halong Ambon Periode Januari 2011-Februari

    2016 ?

    1.3. Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah

    hubungan pemberian terapi oksigen hiperbarik pada perbaikan klinis

    pasien Decompression Sickness tipe I.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    4/25

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Penyakit Dekompresi

    2.1.1. Defenisi

    Penyakit Dekompresi (DCS) adalah suatu penyakit yang

    disebabkan oleh pelepasan dan mengembangnya gelmbung gas dari

    fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan

    disekitarnya.3,5,6,7

    2.1.2. Sejarah

    Penyakit Dekompresi pertama kali ditemukan oleh Triger di

    Perancis tahun 1843 yaitu pada pekerja tambang batu bara. Tahun

    1854, Pol dan Watelle memperhatikan bahwa gejala penyakit tersebut

    akan hilang bila dikembalikan pada lingkungan semula. Tahun 1872,

    Friedburg menyatakan bahwa gejala tersebut adalah akibat adanya

    gelembung gas dalam jaringan.3

    Tahun 1878, Paulbert menemukan bahwa gelembung gas dalam

     jaringan tubuh tadi adalah Nitrogen. Tahun 1908, Boycot dan Damant

    menyatakan bahwa binatang yang gemuk lebih mudah karena penyakit

    Caisson dari pada binatang yang kurus, karena lemak merupakan

     jaringan yang bersifar reservoir untuk nitrogen dan nitrogen sendiri 5

    kali lebih mudah larut dalam minyak dari pada dalam air.3

    Tahun 1937, Swindle  dan End menemukan bahwa ada

    perubahan-perubahan biokimia yang tidak dikenal pada trauma akibat

    pengembangan gelembung-gelembung gas yang menyebabkan

    agregasi trombosit dan aglutinasi.3

    2.1.3. Patogenesis

    Sesuai dengan Hukum Henry  yang menyatakan bahwa pada suhu

    tertentu, jumlah gas terlarut dalam suatu cairan berbanding lurus

    dengan tekanan parsial gas tersebut diatas cairan, maka pada saat

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    5/25

    5

    seseorang menyelam, tekanan parsial nitrogen yang dihirupnya akan

    bertambah dan akan lebih banyak gas yang terlarut dalam darah

    maupun jaringan.5

    Oleh karena darah yang kelebihan nitrogen ini akan di

    distribusikan kejaringan-jaringan sesuai dengan kecepatan aliran darah

    ke jaringan tersebut dan daya gabung jaringan terhadap nitrogen.

    Dalam hal ini lemak mempunyai daya gabung nitrogen yang tinggi dan

    melarutkannya lima kali lebih banyak daripada air.3

    Tingkat saturasi nitrogen dalam berbagai jaringan berbeda-beda

    tergantung percepatan pertukaran nitrogen. Sebagai contoh darah

    supersaturasinya cepat (jaringan cepat), sedangkan sumsum tulang

    dan sendi supersaturasinya lambat (jaringan lambat).3

     Adapun faktor yang menentukan pengambilan dan pembuangan

    gas adalah kecepatan difusi gas darah ke jaringan, fungsi ambilan gas

     jaringan secara perfusi, waktu penuh jaringan dan keadaan saturasi.

    Hal ini perlu untuk mengetahui bentuk klinis dan penyakit dekompresi

    yang mungkin timbul.3

    Kondisi supersaturasi gas dalam darah dan jaringan sampai batas

    tertentu masih memungkinkan gas untuk berdifusi keluar dari jaringan

    dan larut dalam darah, kemudian menuju ke alveoli keluar melalui

    pernafasan.3

    Setelah melewati suatu batas kritis tertentu, kondisi supersaturasi

    akan menyebabkan gas terlepas lebih cepat dari jaringan atau darah

    dalam bentuk tidak larut, yaitu berupa gelembung gas. 3

    Pada saat penyelam mulai naik, tekanan gas mulai turun, terjadi

    proses desaturasi yang merupakan kebalikan proses saturasi. Saat itu

    terjadi juga pelepasan gas inert dari darah kembali kedalam paru,

    karena tekanan parsial gas inert dalam paru-paru lebih rendah daripada

    darah.3

    Proses ini berlangsung beberapa menit sampai 24 jam atau lebih

    tergantung tingkat supersaturasi masing-masing jaringan. Jika tekanan

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    6/25

    6

    parsial gas dalam jaringan tubuh yang mengalami dekompresi dibiarkan

    melebihi tekanan sekitarnya akan timbul gelembung gas inert dalam

     jaringan.3

    Pembentukan gelembung ini dipercepat dengan adanya exercise.

    Sekali gelembung terbentuk akan makin membesar karena bertambah

    banyaknya gas inert yang masuk dari jaringan sekitarnya. Hal ini sesuai

    dengan Hukum Boyle yang menyatakan hubungan antara tekanan dan

    volume dari kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan tekanan

    absolut.3,5.6

    Teori inti gelembung menyatakan bahwa penurunan tekanan akan

    diikuti pembesaran jari-jari lingkaran gelembung. Gelembung gas yang

    besar mempunyai tegangan permukaan yang kecil karena makin besar

     jari-jari gelembung gas makin kecil tegangan permukaannya.3,6

    Cara menyelam mempengaruhi tempat pembentukan gelembung

    gas inert dan timbulnya penyakit dekompresi. Menyelam dalam waktu

    singkat dan dalam akan menghasilkan beban gas inert yang tinggi pada

     jaringan cepat, tetapi tidak cukup waktu untuk jaringan lambat.

    Sedangkan menyelam dalam dan waktu lama ditempat yang dangkal

    akan memberikan beban gas inert pada jaringan lambat.3

    Jumlah yang sama akan terjadi pada jaringan cepat, namun

    karena perbedaan tekanan antara kedalaman dan permukaan air tidak

    begitu besar, darah mungkin akan mentolerir kelebihan nitrogen

    tersebut sampai dapat dikeluarkan melalui paru-paru.3

    2.1.4. Gambaran Klinis

    Penyakit ini dibagi berdasarkan waktu timbulnya gejala dan tipe

    gejalanya.3

    1. Berdasarkan waktu timbulnya, DCS dapat timbul secara :

    a. Akut : Adanya kelainan neurologis (68 %), Adanya kelainan

    osteoartikuler (29 %), Adanya kelainan pernapasan (3 %)

    b. Kronis yaitu Dysbaric Osteonecrosis ( Aseptic osteonecrosis)

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    7/25

    7

    2. Berdasarkan Tipe gejala, DCS dibagi dalam 2 tipe yaitu : 3,7,8,9 

    a. Tipe I (Pain Only Bend s)  

    Gejala utamanya adalah nyeri, terutama di daerah

    persendian dan otot disekitarnya, dapat timbul mendadak

    setelah penyelaman atau perlahan-lahan. Selain itu dapat

    timbul kemerahan di kulit, gatal serta pembengkakan di

    sekitar sendi. Paling sering terkena adalah sendi bahu,

    kemudian sebagian pada persendian siku, pergelangan

    tangan, sendi lutut dan pergelangan kaki. Nyeri biasanya

    menyerang dua sendi atau lebih tetapi jarang simetris.3,7,8.9

    b. Tipe II (Serious Decompression Sickness)

    Merupakan penyakit dekompresi yang serius menyerang

    sistem saraf pusat dan kardiopulmoner.

    Gejala-gejala klinis antara lain :

    - Gejala-gejala neurologis : Gejala ini muncul sangat

    tergantung pada bagian otak mana yang tekena.

    Gejalanya dapat berupa :, Kesulitan bicara, tremor,

    vertigo, tinnitus, dan lain-lain.

    - Gejala paru dan jantung : sesak nafas, nyeri dada, batuk-

    batuk non produktif

    - Gejala Gastrointestinal : Mual, muntah, kejang usus dan

    diare

    - Gejala di kulit : bercak kebiruan, gatal-gatal pada Tipe I.

    - Bends Shock

    2.1.5. Penatalaksanaan 3 

    Tujuan pengobatan penyakit dekompresi adalah melawan efek

    hipoksia pada jaringan. Pada prinsipnya merupakan gabungan tiga

    tingkatan yaitu :

    1. Pengobatan kedaruratan di tempat kejadian

    a. Anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan teliti dan cepat

    untuk menentukan diagnosa.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    8/25

    8

    b. Pemberian oksigen 100 %

    c. Bila jauh dari fasilitas RUBT sementara dapat dilakukan

    rekompresi dalam air sedalam 9 meter dengan pemberian

    oksigen 100 % lewat full face mask   selama 30 menit, jika

    ada perbaikan dapat diteruskan sampai 90 menit. Kecepatan

    naik 1 meter setiap 12 menit. Apabila cara ini tidak berhasil

    penderita segera dirujuk ke pusat RUBT terdekat.

    2. Pengobatan kedaruratan pada waktu evakuasi

    a. Inhalasi oksigen 100 %

    b. Pemberian obat-obatan suportif dan rehidrasi

    c. Segera menghubungi fasilitas RUBT terdekat

    d. Transportasi sebaiknya lewat darat, tetapi bila jarak terlalu

     jauh maka di evakuasi dengan helikopter ketinggian yang

    ditempuh 240-300 meter di atas permukaan air.

    3. Pengobatan di fasilitas RUBT

    a. Rekompresi dan terapi OHB yang bertujuan :

    - Mengurangi petumbuhan gelembung gas inert

    - Memudahkan pembersihan/pembuangan gas inert

    - Mengatasi iskemik dan hipoksia pada jaringan yang

    terkena.

    2.2. Terapi Hiperbarik Oksigen

    2.2.1. Defenisi6

    Hiperbarik berasal dari kata hyper   berarti tinggi, bar   berarti

    tekanan. Dengan kata lain terapi hiperbarik adalah terapi dengan

    menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya, terapi hiperbarik

    hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu

    penyakit yang disebabkan oleh penurunan tekanan lingkungan secara

    mendadak sehingga menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam

    cairan tubuh baik di dalam sel maupun di luar sel, dan hal ini dapat

    menimbulkan kerusakan di setiap organ di dalam tubuh, dari derajat

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    9/25

    9

    ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung

    yang terbentuk. Seiring dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik

    berkembang fungsinya untuk terapi macam-macam penyakit, beberapa

    diantaranya seperti stroke, multipel sclerosis, edema cerebral, keracunan

    karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertututp, gas gangren,

    neuropati perifer, osteomielitis, sindroma kompartemen, diabetik

    neuropati, migran, infark miokard dan lain-lain. Hiperbarik oksigen adalah

    suatu cara terapi dimana penderita harus berada dalam suatu ruangan

    bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100% pada suasana tekanan

    ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (atmosfer absolut). Tidak terdapat

    definisi yang pasti akan tekanan dan durasi yang digunakan untuk sesi

    terapi oksigen hiperbarik. Umumnya tekanan minimal yang digunakan

    adalah sebesar 2,4 atm selama 90 menit. Banyaknya sesi terapi

    bergantung pada kondisi pasien dengan rentang 1 sesi untuk keracunan

    ringan karbon monoksida hingga 60 sesi atau lebih untuk lesi diabetik

    pada kaki.6,10

    Mekanisme TOHB melalui dua mekanisme yang berbeda. Pertama,

    bernafas dengan oksigen murni dalam ruang udara bertekanan tinggi

    (hyperbaric chamber ) yang tekanannya lebih tinggi dibandingkan

    tekanan atmosfer, tekanan tersebut dapat menekan saturasi hemoglobin,

    yang merupakan bagian dari sel darah merah yang berfungsi

    mentransport oksigen yang secara kimiawi dilepaskan dari paru ke

     jaringan. Bernafas dengan oksigen 100% pada atmosfer yang normal

    tidak efek pada saturasi hemoglobin.6,10

    Kedua, dibawah tekanan atmosfer, lebih banyak oksigen gas

    terlarut dalam plasma. Meskipun dalam kondisi normal transport oksigen

    terlarut dalam plasma jauh lebih signifikan daripada transport oleh

    hemoglobin, dengan TOHB kontribusi transportasi plasma untuk jaringan

    oksigenasi sangat meningkat. Sebenarnya, menghirup oksigen murni

    pada tiga kali yang normal atmosfer.3

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    10/25

    10

    Hasil tekanan dalam peningkatan 15 kali lipat dalam konsentrasi

    oksigen terlarut dalam plasma. Itu adalah konsentrasi yang cukup untuk

    memasok kebutuhan tubuh saat istirahat bahkan dalam total tidak

    adanya hemoglobin.1,11,12

    Sistem kerja TOHB, pasien dimasukkan dalam ruangan dengan

    tekanan lebih dari 1 atm, setelah mencapai kedalaman tertentu

    disalurkan oksigen murni (100%) kedalam ruang tersebut. Ketika kita

    bernapas dalam keadaan normal, udara yang kita hirup komposisinya

    terdiri dari hanya sekitar 20% adalah oksigen dan 80% nya adalah

    nitrogen. Pada TOHB, tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali

    keadaan nomal dan pasien bernapas dengan oksigen 100%. Pemberian

    oksigen 100% dalam tekanan tinggi, menyebabkan tekanan yang akan

    melarutkan oksigen ke dalam darah serta jaringan dan cairan tubuh

    lainnya hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dari

    normal.6

    Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami jaringan,

    hal ini merupakan anti inflamasi kuat yang merangsang perkembangan

    pembuluh darah baru, dapat membunuh bakteri dan mengurangi

    pembengkakan.3,6

    2.2.2. Indikasi 6

    Hiperbarik dapat memiliki beberapa manfaat untuk mengobati

    penyakit-penyakit akibat penyelaman dan kegiatan kelautan:

    - Penyakit Dekompresi

    - Emboli udara

    - Luka bakar

    - Crush Injury

    - Keracunan gas karbon monoksida (CO)

    Terdapat beberapa pengobatan tambahan, yaitu:

    - Gas gangren

    - Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)

    - Eritema nodosum

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    11/25

    11

    - Osteomyelitis

    - Buerger’ s diseases 

    - Morbus Hansen

    - Psoriasis vulgaris

    - Edema serebral

    - Scleroderma

    - Lupus eritematosus (SLE)

    - Rheumatoid artritis

    Terdapat pula pengobatan pilihan, yaitu:

    - Pelayanan kesehatan dan kebugaran

    - Pelayanan kesehatan olahraga

    - Pasien lanjut usia (geriatri)

    - Dermatologi dan kecantikan

    2.2.3. Kontraindikasi 6

    Kontraindikasi TOHB terdiri dari kontraindikasi absolut dan relatif.

    Kontraindikasi absolut yaitu penyakit pneumothorax yang belum

    ditangani. Kontraindikasi relatif meliputi keadaan umum lemah, tekanan

    darah sistolik lebih dari 170 mmHg atau kurang dari 90 mmHg, diastole

    lebih dari 110 mmHg atau kurang dari 60 mmHg, demam tinggi lebih dari

    38oC, ISPA, sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup),

    penyakit asma, emfisema dan retensi C O2, infeksi virus, infeksi kuman

    aerob seperti TBC, lepra, riwayat kejang, riwayat neuritis optik, riwayat

    operasi thorax dan telinga, wanita hamil, penderita sedang kemoterapi

    seperti terapi adriamycin, bleomycin.

    2.2.4. Persiapan6

    Persiapan terapi oksigen hiperbarik antara lain:

    - Pasien diminta untuk menghentikan kebiasaan merokoknya 2

    minggu sebelum proses terapi dimulai. Tobacco mempunyai efek

    vasokonstriksi sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke

     jaringan.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    12/25

    12

    - Beberapa medikasi dihentikan 8 jam sebelum memulai terapi

    oksigen hiperbarik antara lain vitamin C, morfin dan alkohol.

    - Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan

    tidak memakai perhiasan, alat bantu dengar, lotion yang terbuat

    dari bahan dasar petroleum, kosmetik, bahan yang mengandung

    plastik, dan alat elektronik.

    - Pasien tidak boleh menggunakan semua zat yang mengandung

    minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik, hairspray , cat kuku, deodoran,

    lotion, cologne, parfum, salep) dilarang karena berpotensi memicu

    bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik.

    - Pasien harus melepaskan semua perhiasan, cincin, jam tangan,

    kalung, sisir rambut, dan lain-lain sebelum memasuki ruang untuk

    mencegah goresan akrilik silinder di ruang hiperbarik.

    - Lensa kontak harus dilepas sebelum masuk ke ruangan karena

    pembentukan potensi gelembung antara lensa dan kornea.

    - Pasien juga tidak boleh membawa koran, majalah, atau buku untuk

    menghindari percikan api karena tekanan oksigen yang tinggi

    berisiko menimbulkan kebakaran.

    - Sebelum pasien mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien

    dievaluasi terlebih dahulu oleh seorang dokter yang menguasai

    bidang hiperbarik. E valuasi mencakup penyakit yang diderita oleh

    pasien, apakah ada kontraindikasi terhadap terapi oksigen

    hiperbarik pada kondisi pasien.

    - Sesi perawatan hiperbarik tergantung pada kondisi penyakit pasien.

    - Pasien umumnya berada pada tekanan 2,4 atm selama 90 menit.

    Tiap 30 menit terapi pasien diberikan waktu istirahat selama 5

    menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari keracunan oksigen pada

    pasien.

    - Terapi oksigen hiperbarik memerlukan kerjasama multidisiplin

    sehingga satu pasien dapat ditangani oleh berbagai bidang ilmu

    kedokteran.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    13/25

    13

    - Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil terapi

    dan melihat apakah terjadi komplikasi hiperbarik pada pasien.

    - Untuk mencegah barotruma GI, ajarkan pasien benapas secara

    normal (jangan menelan udara) dan menghindari makan besar atau

    makanan yang memproduksi gas atau minum sebelum perawatan.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    14/25

    14

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Chamber Hiperbarik Oksigen Rumah

    Sakit Angkatan Laut (RSAL) F.X. Suhardjo pada bulan Maret 2016.

    3.2. Desain Penelitian 

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Analitik.

    Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder. Yaitu

    berupa catatan rekam medis pasien DCS Tipe I yang mengggunakan

    terapi hipebarik di RSAL F.X. Suhardjo Ambon pada Januari 2011-

    Februari 2016.

    3.3. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah seluruh pasien yang menjalani terapi oksigen

    hiperbarik pada januari 2011-Februari 2016. Teknik pengambilan sampel

    yaitu total sampling yaitu semua pasien DCS Tipe I yang menjalani terapi

    HBO pada januari 2011-Februari 2016 yaitu sebanyak 30 pasien.

    3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien DCS tipe I yang

    menjalani dengan berbagai sesi terapi hiperbarik Oksigen periode januari

    2011-Februari 2016. Kriteria Eksklusi adalah pasien yang menjalani

    Terapi OHB namun bukan pasien DCS Tipe I.

    3.5. Teknik Pemberian Terapi

    Sistem kerja TOHB, pasien akan dimasukkan dalam ruangan dengan

    tekanan lebih dari 1 atm, setelah mencapai kedalaman tertentu disalurkan

    oksigen murni (100 %) kedalam ruang tersebut. Pada TOHB tekanan

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    15/25

    15

    udara meningkat sampai dengan 2 kali keadaan normal dan pasien

    bernapas dengaan oksigen 100 %. Hal-hal yang perlu diperhatikan

    sebelum menjalani terapi oksigen hiperbarik adalah :6,7 

    -  Sebelum menjalani terapi, pasien akan dievalulasi untuk

    memastikan tidak adanya kontraindikasi dilakukannya terapi

    oksigen hiperbarik.

    -  Pasien harus memberitahu obat-obatan yang sedang mereka

    kosnsumsi , mengingat terdapat obat-obatan tertentu , misalnya

    obat-obatan jenis steroid dan obat kemoterapi.

    -  Pasien akan dimasukkan kedalam ruangan kapal selam yang

    berukuran kecil selama 2 jam, sehingga penting sekali untuk

    memastikan pasien tidak memiliki fotofobia.

    -  Saat merasa tidak kuat, pasien dapat memberitahukan kepada

    petugas yang ikut masuk kedalam chamber hieperbarik.

    3.6. Analisis Data

    Teknik analisa data yang digunakan yaitu secara komputerisasi

    dengan Software Packages For Social Sciences ( SPSS ) for windows

    SPSS versi 20.0. Analisa yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. Analisa Univariat

     Analisa Data secara Univariat digunakan untuk menggambarkan

    karakteristik dari variabel independen dan variabel dependen. Hasil

    dari analisis variabel kategorik adalah jumlah dan persen.

    Penyajian data hasil analisis univariat dalam bentuk tabel disertai

    deskriptif.

    b. Analisis Bivariat

     Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas

    (Pemberian terapi HBO) dengan variabel terikat (Perbaikan Klinis).

     Analisis ini menggunakan uji Chi-Square  dengan tingkat

    kemaknaan = 0,05.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    16/25

    16

    Gambar 1. Rumus Chi-Square

    Keterangan :

    X2  : Nilai Chi-kuadrat

    fe : Frekuensi yang diharapkan

    f0 : Frekuensi yang diperoleh/diamati

    Interpretasi nilai p yaitu hasil uji statistik menunjukan p < 0,05 maka

    hipotesis diterima sehingga ada hubungan yang bermakna antara variabel

    bebas dan variabel terikat dan bila nilai p > 0,05 maka hipotesis ditolak

    sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan

    variabel terikat.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    17/25

    17

    BAB IV

    DISKUSI

    4.1. Hasil

    4.1.1. Distribusi Pasien yang Menjalani Terapi HBO Berdasarkan

    Indikasi Kasus

    Berdasarkan kajian data diperoleh hasil yakni jumlah pasien yang

    menjalani terapi Hiperbarik oksigen adalah sebanyak 91 pasien dimana

    Indikasi Kebugaran merupakan kasus terbanyak yang di terapi dengan

    HBO yaitu sekitar 43,82% atau 39 orang pasien kemudian diiikuti

    dengan kasus DCS Tipe I yaitu sebanyak 30 orang (33,71%), Kasus

    Stroke (6 orang) 6.59%, Diabetes Melitus 5 orang (5.49%), Cephalgia

    dan DCS Tipe II masing-masing 3 orang (3.30%), Kasus Ulkus DM dan

    Barotrauma masing-masing sebanyak 2 orang yaitu sekitar 2.20% dan

    Vertigo yaitu hanya 1 orang (1.10%) dari total seluruh pasien.

    Tabel 1. Distribusi Pasien yang menjalani Terapi HBO Berdasarkan

    Indikasi Kasus

    INDIKASI TERAPI JUMLAH PASIEN PERSENTASE (%)

    Kebugaran 39 42.86

    Stroke 6 6.59

    Diabetes Mellitus 5 5.49

    Ulkus DM 2 2.20

    Vertigo 1 1.10

    Cephalgia 3 3.30

    DCS Tipe I 30 32.97

    DCS tipe II 3 3.30

    Barotrauma 2 2.20

    TOTAL 91 100.00

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    18/25

    18

    Grafik 1.Distribusi Pasien yang menjalani Terapi HBO

    Berdasarkan Indikasi Kasus

    4.1.2. Distribusi Keluhan Awal Sebelum Terapi Hiperbarik Oksigen

    pasien DCS Tipe I

    Tabel 2. Distribusi Keluhan Awal Sebelum Terapi HBO pasien DCS

    Tipe I

    Keluhan Awal sebelum HBOT Jumlah (n) Persentase (%)

    Keram-Keram 4 13.33

    Nyeri 4 13.33

    Kemerehan pada kulit 2 6.67

    Terasa Kaku 5 16.67

    Mati Rasa 2 6.67

    Gatal-gatal 7 23.33

    > 1 Gejala 6 20

    TOTAL 30 100.00

    Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh data bahwa keluhan

    awal yang banyak dikeluhkan pasien DCS Tipe I sebelum

    dilakukan terapi HBO adalah Gatal-gatal yaitu sebanyak 7 orang

    (23.33%), diikuti dengan pasien yang menunjukkan >1 Gejala (6

    orang) 20%, Terasa kaku 5 orang (16.67%), Nyeri dan Keram-

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    19/25

    19

    keram masing-masing 4 orang (13.33%), kemerahan pada kulit (2

    orang) 6.67% dan keluhan mati rasa 2 orang (6.67%).

    Grafik 2. DIstribusi Keluhan Awal Sebelum Terapi HBO pasien DCS Tipe I

    4.1.3. Distribusi Perbaikan Klinis Penderita DCS tipe I Sesudah

    terapi dengan Hiperbarik Oksigen

    Setelah dilakukan terapi dengan Hiperbarik didapatkan bahwa

    sebanyak 21 pasien DCS Tipe I merasakan keluhan berkurang

    (70%) dan 9 orang (30%) merasakan tidak ada keluhan (Lihat Tabel

    dan Grafik 3 dibawah ini).

    Tabel 3. Distribusi Perbaikan Klinis Penderita DCS Tipe I Setelah

    terapi HBO.

    Hasil Setelah Terapi HBO Jumlah (n) Persentase(%)

    Keluhan Berkurang 21 70.00

    Tidak Ada Keluhan 9 30.00

    TOTAL 30 100.00

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    20/25

    20

    Grafik 3. Distribusi Perbaikan Klinis PenderitaDCS Tipe I Setelah Terapi HBO

    4.1.4. Hubungan Pemberian Terapi HBO Pada Perbaikan Klinis

    Pasien DCS Tipe I

    Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah pasien

    Dekompresi Tipe I yang menjalani terapi Hiperbarik Oksigen adalah

    sebanyak 30 pasien dimana setelah dilakukan terapi ditemukan adanya

    21 orang yang mengaku keluhannya berkurang dan 9 orang yang

    tersisa mengaku tidak ada keluhan. Dengan menggunakan uji Chi-

    square didapatkan P-value = 0,014 (P 

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    21/25

    21

    terlambat mendapatkan terapi sedangkan pasien yang mendapatkan

    terapi lebih cepat memiliki hasil yakni 78% sembuh sempurna (complete

    recovery ),15.6%  partial recovery dan 6.2% tidak mengalami

    penyembuhan.10  Hasil ini menunjukkan bahwa sekalipun pasien

    decompressi sickness terlambat atau lebih cepat mendapatkan terapi

    rekompresi dengan TOHB memiliki hasil yang sama baiknya.4 

    Menurut teori TOHB merupakan terapi utama pada pasien-pasien

    dekompresi baik tipe I maupun tipe II.3 Teori dasar di balik terapi Oksigen

    Hiperbarik pada penderita DCS ini adalah, pertama, untuk repressurize

    pasien untuk mengembalikan kedalaman di mana gelembung dari

    nitrogen atau udara yang dilarutkan ke dalam jaringan dan cairan tubuh.

    Pasien akan menghirup oksigen konsentrasi tinggi secara intermiten,

    diharapkan dapat terbentuk gradien difusi yang lebih besar. Kemudian,

    pasien akan dibawa kembali menuju permukaan secara perlahan-lahan.

    Keadaan ini memungkinkan gas untuk berdifusi secara bertahap keluar

    dari paru-paru dan tubuh. Penambahan helium dengan oksigen telah

    terbukti menghasilkan keuntungan bila dibandingkan dengan oksigen saja

    bahkan dalam DCS neurologis berat atau refractory DCS.4,7,8

    Terapi yang dapat diberikan pada pasien dengaan dekompresi

    berpatokan pada tabel-tabel dibawah ini :8.10

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    22/25

    22

    Tabel. 4. Treatment Tabel 5 8,10

    Indikasi :8

    - Gejala Tipe I DCS (kecuali untuk Cutis marmorata) saat

    pemeriksaan neurologis lengkap tidak menunjukkan adanya

    kelainan. Setelah tiba di kedalaman 60 kaki pemeriksaan

    neurologis harus dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada

    neurologis gejala terbuka (misalnya, kelemahan, mati rasa,

    kehilangan koordinasi) yang hadir.- Asymptomatic omitted decompression

    - Pengbatan gejala-gejala yang ada diikuti dengan rekompresi dalam

    air

    - Follow-up trreatment untuk sisa-sisa gejala

    - Keracunan gas monoksida

    - Gas Gangren

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    23/25

    23

    Tabel 5. Treatment Tabel 68

    Indikasi :8

    - Arterial gas embolism

    - Gejala-gejala DCS Tipe 2

    - DCS Tipe 1 dimana gejala tidak dapat hilang dalam waktu 10

    menit pada kedalaman 60 kaki atau nyeri yang parah dan harus

    segera dilakukan rekompresi tanpa dilakukan pemeriksaan

    neurologis terlebih dahulu

    - Cutis marmorata

    - Keracunan gas CO berat, sianida dan inhalasi asap rokok

    - Asymptomatic omitted decompression

    - Symptomatic uncontrolled ascent

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    24/25

    24

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai

    berikut :

    1. Penyakit Dekompresi merupakan Suatu penyakit yang disebabkan

    oleh pelepasan dan mengembangnya gelmbung gas dari fase

    larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan

    disekitarnya.

    2. Penyakit Dekompresi diklasifikasikan menjadi DCS Tipe I dan

    DCS Tipe II.

    3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah pasien

    yang menjalani terapi oksigen hiperbarik selama periode Januari

    2011- Februari 2016 di RSAL Dr.F.X Suhardjo adalah sebanyak

    91 orang dengan total pasien DCS Tipe I yang menjalani terapi

    Hiperbarik Oksigen adalah sebanyak 30 orang yaitu sekitar

    33.71%.

    4. Dari Penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

    signifikan antara pemberian terapi oksigen hiperbarik dengan

    perbaikan klinis pasien DCS Tipe I.

    5.2. Saran

    - Mengingat manfaat Hiperbarik Oksigen, diharapkan pada tenaga

    kesehatan yang bekerja pada rumah sakit yang dilengkapi dengan

    fasilitas HBO agar dapat memberikan penjelasan kepada

    masyarakat terkait manfaat HBO dalam hal penanganan kasus-

    kasus yang diakibatkan oleh penyelaman.

    - Dengan Penelitian ini diharapkan agar dapat dilakukan penelitian

    lebih lanjut terkait ada tidaknya faktor yang berpengaruh terhadap

    kesembuhan pasien dekompresi.

  • 8/18/2019 Makalah Penelitian Hiperbarik Oksigen - Sitti n Usemahu

    25/25

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Amir, D P, Wahyu A, Wahyuni A. Faktor yang berhubungan dengan

    Penyakit Dekompresi pada Penyelam Tradisional di Pulau Lae-

    Lae.2010

    2. Gempp E, Blatteau J E. Risk Factor and treatment outcome in

    scuba divers with spinal cord decompression sickness. Journal of

    Critical Care. Journal of Critical care.2009

    3. Anonim. Simposium Hiperbarik Oksigen.2000

    4. Hadanny A, Fishlev G, Bechor Y, Bergan J et all. Research Article:

    Delayed Recompression for Decompression Sickness;

    Retrospective Analysis. 2015

    5. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku

    Kedpkteran. 2005

    6. Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap

    perfusi perifer luka gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr.

    Ramelan Surabaya. FK UI. 2010

    7. Sukmajaya, Ali. Faktor yang berhubungan dengan penyakit

    dekompresi pada penyelam professional dan penyelam tradisional

    di Gili Matra Kab. Lombok Utara Provinsi NTB.2010

    8. U.S. Navy Diving Manual. Diagnosis and treatment of

    Decompression Sickness and Arterial Gas Embolism. Chapter 20.

    9. Vann R D, Denoble P J, Howle L E, Weber P W et all. Resolution

    and Severity in Decompression Illness. Aviation, Space and

    Enviromental Medicine. Volume 80, No.5, Section I.2009

    10. Prasetyo A T, Soemantri J B, Lukmantya. Pengaruh kedalaman dan

    lama menyelam terhadap ambang-dengar penyelam tradisional

    dengan barotraumas telinga. ORLI Vol.42 No.2. 2012