BAB 1-V Hiperbarik (pengaruh Terapi HBOT dlm penyembuhan luka kaki daibetik)
makalah hiperbarik
description
Transcript of makalah hiperbarik
MAKALAH FIELD STUDY MATRA LAUT
“Indikasi Penyakit-Penyakit Klinis dan Kontraindikasi dari Terapi Oksigen Hiperbarik”
Disusun oleh:
Via Arsita Dewi (111 0211 048)Dias Amardeka (111 0211 104)Uchi Erian F (111 0211 149)Yuni Rachmawati (111 0211 055)Nesty Vavirya (111 0211 052)Oktavia C Dewi (101 0211 191)Candrika Faza (111 0211 091)Arry Tri Anugrah (111 0211 116)Moh. Ali Hardityan (111 0211 136)Pandu Wicaksono (111 0211 122)
BLOK MATRAFAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
Tahun Ajaran 2014/2015
1
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………............1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….2
KATA PENGANTAR………………...…………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN………...…………………………………………………….
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...... 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………....... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………5
BAB 2 PEMBAHASAN……………...…………………………………………………..
2.1 Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik………………………………………….6
2.2 Indikasi TOHB untuk Penyakit Penyelaman Dekompresi………………….
2.2.1 Umum………………………………………………………………………..6
2.2.2 Aturan Pemakaian Tabel Pengobtan………………………………………..7
2.2.3 Tabel US Navy 5,6,6A untuk rekompresi………………………………….9
2.3 Dasar-dasar terapi oksigen hiperbarik untuk penyakit klinis………………..
2.3.1 Pengaruh TOHB untuk mikroorganisme pathogen………………………...13
2.3.2 Pengaruh TOHB terhadap sel tubuh………………………………………...13
2.3.3. Kesimpulan Dasar Pengaruh TOHB terhadap penyakit klinis……………14
2.4 Kontraindikasi TOHB
2.4.1 Kontraindikasi absolut……………………………………………………….15
2.4.2 Kontraindikasi relative……………………………………………………….15
2.5 Kategorisasi Penyakit…………………………………………………………...17
BAB 3 KESIMPULAN………………………………………………………………………23
Daftar Pustaka…..………………………………………………………………………........24
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan izinNya,
kami dapat menyelesaikan makalah tutorial tentang Terapi Oksigen Hiperbarik dengan baik.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makalah ini mengenai kasus Penyakit-penyakit klinis
yang berhubungan dengan terapi oksigen hiperbarik dan kontraindikasi nya.
Pertama-tama, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Pihak RSAL Mintohardjo
beserta para dokter nya yang telah memberikan pengetahuan kepada kami saat field study
mengenai terapi oksigen hiperbarik beserta para dokter pembimbing kami ketika kami
melakukan kunjungan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas seputar indikasi maupun
kontraindikasi yang berkaitan dengan penyakit klinis yang dapat diterapi dengan terapi oksigen
hiperbarik berdasarkan ilmu yang telah kami dapatkan pada studi lapangan dan juga pada saat
perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna baik dalam proses
pengerjaannya maupun penyelesaiannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk penulis, pembaca
maupun orang lain.
Jakarta, 4 Desember 2014
Penulis B4
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan terapi yang menggunakan oksigen murni 100%
dan dilakukan pada tekanan udara yang lebih tinggi dari yang biasa kita dapatkan pada
kehidupan sehari-sehari. Dimana terapi ini menggunakan tekanan yang menyerupai tekanan pada
kedalaman tertentu di bawah permukaan laut. Terapi Oksigen Hiperbarik memiliki banyak sekali
manfaat nya, biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit yang biasa didapatkan pada saat
penyelaman, atau biasa kita kenal dengan sebutan penyakit dekompresi. Selain untuk penyakit
dekompresi, terapi oksigen hiperbarik ini juga memiliki fungsi yang luas secara klinis ,dan
terbukti dapat mengobati atau mempercepat penyembuhan daripada beberapa penyakit klinis.
Untuk itu kami membuat makalah ini untuk membahas Indikasi-indikasi penyakit klinis yang
dapat diterapi dengan terapi oksigen hiperbarik ini beserta kontra indikasi nya juga, karena selain
dapat membawa banyak manfaat, terapi oksigen hiperbarik ini juga memiliki efek samping pada
beberapa pasien yang sudah memiliki suatu kondisi penyakit tertentu dan tidak disertai pula
dengan pengetahuan yang memadai tentang penyakit-penyakit yang dapat meningkatkan
keparahan / cedera lebih lanjut yang dapat terjadi jika diterapi dengan jenis terapi ini.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa Indikasi-indikasi penyakit klinis yang dapat diobati dengan terapi oksigen
hiperbarik ?
2. Kontraindikasi apa saja baik kontraindikasi mutlak maupun relative yang tidak dapat
diterapi dengan oksigen hiperbarik ?
I.3 Tujuan
4
1. Mengetahui indikasi-indikasi penyakit klinis yang dapat diterapi dengan oksigen
hiperbarik dan bagaimana terapi ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
2. Mengetahui kontraindikasi dari terapi oksigen hiperbarik
5
Bab II
Pembahasan
II.1. Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) adalah sebuah metode pengobatan di dunia
kedokteran. Hiperbarik adalah suatu keadaan yang berada dalam lingkungan bertekanan tinggi ,
melebihi tekanan di atas permukaan laut ,atau lebih dari 1 ATA. Kemudian dalam lingkungan
hiperbarik ini diberikan oksigen murni (100%) sebagai media napas, yang merupakan salah satu
unsur terapi. Oksigen murni artinya semua unsur gas yang ada di dalamnya hanya mengandung
oksigen kira-kira 99,9% ,sedangkan sisanya adalah beberapa unsur gas lain nya.
Lingkungan Hiperbarik di dunia kedokteran biasa dikenal dengan istilah ruang
hiperbarik. Ruang ini telah di desain sedemikian rupa agar pasien dapat menggunakan oksigen
murni sebagai media nafas. Pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik harus masuk ke
dalam ruang hiperbarik sambil menghisap oksigen murni.Tindakan ini merupakan sebuah
tindakan medis kedokteran yang aman, dapat di iikuti oleh siapa saja, tidak bergantung pada
usia, selama tidak memiliki kontraindikasi terhadap tindakan oksigen hiperbarik.
Tekanan tinggi di dalam ruang hiperbarik yang biasa diberikan tergantung kepada dua hal
yaitu jenis terapi yang akan diberikan dan bergantung pada umur. Untuk kasus penyakit
klinis ,biasanya tekanan udara yang diberikan berkisar antara 1,3 ATA sampai dengan 2,8 ATA.
Tetapi dalam kasus penyakit akibat penyelaman volume tekanan udara dapat mencapai 6 ATA.
II.2.1.Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik pada Penyakit Penyelaman
Pada penyelaman , saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman terjadi
saturasi jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju ke permukaan terjadi
desaturasi.
6
Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas nitrogen / gas lembam lainya diatur menurut
prosedur dekompresi. Jika terjadi kesalahan prosedur dekompresi atau prosedur berenang naik
menuju ke permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau dipermukaan dapat terjadi
keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas Nitrogen. Helium maupun gas
lembam lainnya tergantung jenis gas pernafasan yang dipakai.
Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan partial gas
nitrogen yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu, maka sesuai hukum Henry
sebagian larutan gas nitrogen akan berubah menjadi gas kembali sehingga terbentuklah
gelembung gas lembab.
Gelembung gas lembam yang terjadi dapat menyebabkan penyakit dekompresi maupun
emboli pada penyelam. Jika diberikan tekanan tinggi pada tubuh kita maka gelembung tadi akan
mengecil volume dan diameter nya ,selain itu gelembung nitrogen akan kembali menjadi larutan.
Jika pada penderita penyakit dekompresi dan emboli diberikan oksigen tekanan tinggi
maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat dan efektif ,dibandingkan jika
penderita diberikan udara tekanan tinggi.
Untuk efektivititashasil terapi OHB maka OHB harus dilaksanakan sebelum 5-6 jam
sejak munculnya gejala, maksimum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi OHB hasilnya
semakin baik karena belum terjadi komplikasi mekanis dan biokimaiwi yang ditimbulkan oleh
bubble sehingga belum ada kerusakan jaringan yang permanen. Kesalahan prosedur dekompresi
sering menimbulkan “ Silent bubble “ (glembung gas yang tidak menimbulkan gejala) yang tidak
diketahui oleh penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus omitted decompression perlu
dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di dalam RUBT maupun di air, atau
dengan Tabel Pengobatan. Dalam hal ini di kalangan penyelam yang paling sering digunakan
adalah tabel rekompresi dari US Navy.
II.2.2 Aturan pemakaian tabel pengobatan
a. Selalu
1. Menepati tabel pengobatan dengan akurat
7
2. Di dalam RUBT harus ada perawat kesehatan penyelaman yang trampil untuk mendampingi
penderita
3. Kecepatan turun (descent/kompresi) dan kecepatan naik (ascent/dekompresi) harus tepat.
4. Periksa pasien dengan teliti pada kedalaman dimana gejala hilang dan pada kedalaman
pengobatan
5. Obati penyelam yang tidak sadar sebagai penderita emboli atau penyakit dekompresi, kecuali
diagnose tersebut dapat disingkirkan.
6. Gunakan tabel pengobatan dengan udara hanya jika system oksigen tidak dapat dipakai
7. Hati-hati terdapat kemungkinan keracunan oksigen.
8. Jika penderita kejang-kejang karena keracunan oksigen, segera lepas masker oksigen, lindungi
penderita agar tidak cedera (kepala terbentur, lidah tergigit).
9. Awasi pemakaian oksigen dengan ketat sesuai batas waktu dan batas kedalaman pada tabel.
10. Periksa kondisi pasien sebelum dan saat tiba pada stasiun dekompresi dan selama dekompresi
11. Setelah pengobatan selesai, awasi penderita selama 6 jam untuk menajaga kemungkinan
terjadinya kekambuhan
12. Pelihara ketepatan waktu dan catat semua kejadian saat pengobatan.
13. Pelihara dan siapkan alat P3K untuk siap pakai setiap saat diperlukan.
b.Tidak Boleh
1. Melakukan pemendekan atau tabel pengobatan kecuali atas perintah dokter ahli kesehatan
penyelaman
2. Membiarkan penderita tidur pada saat perubahan kedalaman atau tidur lebih dari satu jam
pada kedalaman tertentu
3. Menunggu alat resusitasi, jika terjadi kegagalan pernafasan lakukan pernafasan buatan mulut
ke mulut.
8
4. Menghentikan terapi selama resusitasi.
5. Memakai oksigen pada kedalaman lebih dari 60 fsw.
6. Menunda melaporkan gejala-gejala yang dialami penyelam
7. Menunda mengobati kasus-kasus yang meragukan
8. Membiarkan penderita di dalam chamber dalam posisi meringkuk karena dapat mengganggu
sirkulasi darah
II.2.3 Tabel 5, 6, dan 6A US Navy untuk Rekompresi menggunakan TOHB
Tabel 5 -> digunakan untuk DCS Tipe 1
9
Tabel 6
Digunakan untuk DCS Tipe 1 yang gejala nya tidak hilang dengan tabel 5 pada kedalaman 60
fsw selama 10 menit atau untuk DCS Tipe 2.
10
II.3 Dasar-Dasar Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Penyakit Klinis
II.3.1 Pengaruh Oksigen Hiperbarik terhadap Mikroorganisme
Timbulnya organisme yang kebal terhadap antibiotic menyebabkan makin bertambahnya
keinginan untuk mendapatkan vaksin antibiotika baru maupun cara-cara yang dapat meninggikan
kemampuan zat antimikroba. Tujuan dari terapi adalah merusak jasad renik tanpa merugikan
tuan rumah (host). Sebab itu tujuan dari pemakaian HBO adalah untuk mencapai tingkat tekanan
parsial oksigen dalam jaringan yang dapat merusak jasad renik, bukan malah membantu
pertumbuhan nya, tanpa adanya efek negative terhadap tuan rumah.
Sebagai zat anti mikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya oksigen
menghambat bakteri gram positif maupun negative dengan kekuatan yang sama. Jadi dengan
demikian oksigen dapat dianggap obat antimikroba yang bersifat bakterisid sedangkan terhadap
kuman aerob bersifat bakteriostatik.
Pada penelitian-penelitian ditemukan bahwa oksigen hiperbarik mempunyai efek
mencegah pertumbuhan fungi, alga ,dan protozoa, namun efek HBO terhadap virus hasilnya
masih saling bertentangan. Ada yang dihambat, ada pula yang di rangsang sehingga disimpulkan
infeksi oleh virus termasuk salah satu kontraindikasi relative terhadap pemakaian HBO.
II.3.2 Pengaruh Oksigen Hiperbarik Terhadap Sel Jaringan Tubuh
Berdasarkan penelitian tahun 1960-an, penelitian dan kenyataan klinis menyatakan
bahwa pada luka selalu terdapat hipoksia, dan bahwa adanya oksigen merupakan factor yang
menentukan dalam proses penyembuhan luka dan factor penting dalam pertahanan terhadap
infeksi.
13
Pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast merupakan dasar dari proses penyembuhan
jaringan, karena kolagen adalah protein penghubung (connective protein) yang mengikat
jaringan-jaringan yang terpisah menjadi satu.
Apabila sel dibiarkan anoksik, maka suatu polipeptida precursor kolagen menumpuk di
dalam sel, namun tak ada kolagen yang dilepaskan. Bilamana oksigen diberikan lagi, maka
kolagen dibentuk dalam kecepatan tinggi.
Selain itu jika suplai oksigen meningkat rasio RNA / DNA dalam jaringan meningkat
menunjukkan adanya penambahan pembentukan “rough endoplasmic reticulum” dari sel-sel luka
dan differensiasi sel makin tinggi tingkatnya.
Namun, peningkatan tekanan oksigen local dalam waktu yang lama melebihi batas
optimum menghambat penyembuhan yang kemungkinan disebabkan efek toksik oksigen maka
dari itu diberikan tekanan oksigen yang tidak melebihi 3 ATA.
II.3.3. Kesimpulan Dasar pemikiran Perlunya Terapi Oksigen Hiperbarik
1. Daerah-daerah atau tempat-tempat yang iskemik atau hipoksik akan menerima oksigen secara
maksimal
2. Di daerah yang iskemik, oksigen hiperbarik mendorong / merasangsang pembentukan
pembuluh darah kapiler baru
3. Di daerah yang iskemik, oksigen hioperbarik mendorong / merasangsang pembentukan
pembuluh darah kapiler baru
4. Pertumbuhan kuman-kuman baik gram positif / negative mengalami penekanan dengan
pemberian HBO
5. Oksigen hiperbarik mendorong pembentukan fibroblast dan meningkatkan efek fagositosis
(bakterisidal) dari leukosit.
14
II. 4 Kontraindikasi Penggunaan HBO
II. 4. 1. Kontraindikasi absolut
Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila sebelum
pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorax
tersebut.
Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati atau
keganasan metastatic akan menjadi lebih buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk
pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada keadaan-keadaan luar biasa.
Namun penelitian-penelitian yang dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sel-sel
ganas tidak tumbuh lebih cepat dalam suasana oksigen hiperbarik. Penderita keganasan yang
diobati dengan oksigen hperbarik biasanya secara bersama-sama juga menerima terapi radiasi
dan kemoterapi.
Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang tinggi
berhubungan dengan penutupan “patent ductus arteriosus” sehingga pada bayi premature secara
teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun, penelitian yang kemudian dikerjakan
menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi.
II.4 2. Kontraindikasi relative
Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian, tetapi bukan merupakan kontraindikasi absolut
pemakian oksigen hiperbarik adalah sebagai berikut:
a. Infeksi saluran napas bagian atas, yang menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi.
Dapat ditolong dengan menggunakan dekongestan dan miringotomi bilateral.
15
b. Sinusitis kornis, menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi, dapat diberikan
dekongestan dan miringitomi bilateral
c. Penyakit kejang, yang menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen.
Namun bilamana diperlukan, penderita sebelumnya dapat diberi anti konvulsan.
d. Emfisema yang disertai retensi CO2. Pada keadan ini ada kemungkinan bahwa penambahan
oksigen lebih dari normal, akan menyebabkan penderita secara spontan berhenti bernafas akibat
hilangnya rangsangan hipoksik. Pada penderita-penderita dengan penyakit paru disertai retensi
CO2, terapi oksigen hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita di intubasi dan memakai
ventilator.
e. Panas tinggi yang tidak terkontrol, dapat merupakan predisposisi terjadinya konvulsi oksigen.
Namun kemungkinan ini dapat diperkecil dengan pemberian aspirin dan selimut hipotermia. Juga
sebagai pencegahan dapat diberikan anti konvulsan.
f. Riwayat pneumothorax spontan. Penderia yang mengalami pneumothorak spontan dalam
RUBT kamar tunggal akan menimbulkan masalah tetapi di dalam RUBT kamar ganda dapat
dilakukan pertolongan-pertolongan yang memadai. Sebab itu bagi penderita yang mempunyai
riwayat pneumothorax spontan, harus dilakukan persiapan-prsiapan untuk mengatasi hal
tersebut.
g. Riwayat Operasi dada. Operasi dada dapat menyebabkan terjadinya lukadengan “arr trapping”
yang menimbulkan terjadinya waktu dekompresi. Namun setiap operasi dada harus diteliti kasus
demi kasus untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Tetapi jelas proses
dekompresi harus dilakukan sangat lambat.
h. Riwayat Operasi telinga. Penderita yang mengalami operasi pada telinga dengan penempatan
kawat atau topangan plastic di dalam telinga setela stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi
pemakian oksigen hiperbarik, sebab perubahan tekanan dapat mengganggu impian tersebut.
Konsultasi dengan ahli THT dalam hal ini diperlukan.
i. Kerusakan paru asimotmatik yang ditemukan pada pnerangan atau pemotretan dengan sinar –
x ,memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu dekompresi
antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.
16
j. Infeksi irus. Pada perocobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus menjadi lebih hebat bila
binatang tersebut diberi terapi oksigen hiperbarik. Dengan alas an ini dialnjutkan agar penderita
yang terkena salesma (Cold) menunda pengobatan dengan okisgen hiperbarik sampai gejala akut
menghilang, apabila penderita tidak memerlukan pengobatan segera dengan oksigen hiperbari.
k. Sferosistosis kongentai. Pada keadaan ini butir-butir darah merah sangat fragil dan pemberian
oksigen hiperbarik dapat diikuti dengan hemolysis yang berat. Bila memang pengobatan dengan
oksigen hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi penghalang antara lain harus
dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.
l. Riwayat neuritis optic. Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik, terjadinya
kebutaan diubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik. Namun, kasus yang terjadi sangat
sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optic, diperkirakan mengalami
gangguan penglihatan yang berhubungan retina bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen
hiperbarik harus segera dihentikan dan perlu konsultasi dengan ahli mata.
II. 5. Kategorisasi Penyakit
Kelainan atau penyakit di klasifikasikasikan menurut kategorisasi yang dibuat oleh “The
Commite on Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric Medical Society” yang
telah mengalami revisi pada tahun 1986 dan 1988.
Dalam revisi ini UMHS tidak lagi memasukkan golongan penyakit untuk penelitian,
namun hanya memakai “Accepted Categorization” saja, Adapun penyakit-penyakit yang
termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut:
1. Aktinomikosia
2. Emboli udara
3. Anemia karena banyak kehilangan darah
4. Insufisiensi arteri perifer akut
5. Infeksi bakteri
6. Keracunan Karbon monoksida
17
7. “Crush Injury and Reimplanted Appendages”
8. Keracunan Sianida
9. Penyakit dekompresi
10. Gas gangrene
11. Cangkokan (graft) kulit
12. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob
13. Osteo-radinekrosis
14. Radionekrosis jaringan lunak
15.Sistitits akibat radiasi
16. Ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi.
17. Kanidiobolus koronotus
18. Mukomikosis
19. Osteomielitis
20. Ujung amputasi yang tidak sembuh
21. Ulkus diabetic
22. Ulkus statis refraktori
23. Tromboangitis obliterans
24. Luka yang tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama
25. Inhalasi asap
26. Luka Bakar
27. Ulkus yang terkait dengan vaskulitis.
18
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi oksigen
hiperbarik memilki manfaat yang sangat luas, terutama nya digunakan untuk kasus emergensi
dekompresi akibat penyelaman dan dapat menyembuhkan / mempercepat penyembuhan banyak
penyakit klinis, mulai dari infeksi mikroorganisme hingga ke penyembuhan perbaikan jaringan
yang mengalami luka.
Namun dalam pelaksanaan terapi oksigen hiperbarik haruslah sesuai dengan protokoler
dan prosedur yang ada, untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek samping yang dapat
terjadi seperti keracunan oksigen, barotrauma dan lain sebagai nya. Selain itu haruslah
diperiksan dan digali kondisi pasien untuk menentukan apakah ada kontraindikasi untuk
dilaksanakan terapi oksigen hiperbarik atau tidak, baik yang bersifat kontraindikasi absolut
maupun berbagai kondisi kontraindikasi relative yang harus melihat antara manfaat dan kerugian
mana yang lebih besar serta untuk meminimalisir efek samping / kerugian yang mungkin terjadi
dari dilakukan nya terapi oksigen hiperbarik ini.
23