Referat Tinnitus dan Hiperbarik

34
BAB I PENDAHULUAN Tinnitus berasal dari bahasa latin ‘tinnire’ yang berarti dering atau membunyikan. Tinnitus adalah salahsatu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat beruba sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Tinitus sendiri dapat dirasakan terus-terusan ataupun hilang timbul. Berdasarkan data epidemiologi, didapati prevalensi tinitus pada orang dewasa secara konstan yakni sebesar 10 sampai 15 persen dari populasi dunia. Namun, ditemukan peningkatan menjadi 29.6−30.3% pada orang tua. Prevalensi tinitus meningkat mencapai 70%-80% pada orang yang mengalami gangguan pendengaran. Studi epidemiologi mengatakan tinnitus dapat dialami baik perempuan maupun laki-laki dan pada semua ras. Tinitus memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas hidup penderita. Tinitus dapat disertai dengan depresi, kecemasan, insomnia, dan sakit kepala Beberapa penderita juga menjadi mudah tersinggung. Prevalensi tinitus dengan ganguan tidur terjadi antara 25% dan 60%. Menurut Hallam et al. (2004) mengamati bahwa pasien tinitus melaporkan terdapat peningkatan kegagalan dalam melakukan tugas sehari- 1

description

Referat, tinitus, tinnitus, hiperbarik, tht, oksigen

Transcript of Referat Tinnitus dan Hiperbarik

BAB IPENDAHULUANTinnitus berasal dari bahasa latin tinnire yang berarti dering atau membunyikan. Tinnitus adalah salahsatu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat beruba sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Tinitus sendiri dapat dirasakan terus-terusan ataupun hilang timbul.Berdasarkan data epidemiologi, didapati prevalensi tinitus pada orang dewasa secara konstan yakni sebesar 10 sampai 15 persen dari populasi dunia. Namun, ditemukan peningkatan menjadi 29.630.3% pada orang tua. Prevalensi tinitus meningkat mencapai 70%-80% pada orang yang mengalami gangguan pendengaran. Studi epidemiologi mengatakan tinnitus dapat dialami baik perempuan maupun laki-laki dan pada semua ras.Tinitus memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas hidup penderita. Tinitus dapat disertai dengan depresi, kecemasan, insomnia, dan sakit kepala Beberapa penderita juga menjadi mudah tersinggung. Prevalensi tinitus dengan ganguan tidur terjadi antara 25% dan 60%. Menurut Hallam et al. (2004) mengamati bahwa pasien tinitus melaporkan terdapat peningkatan kegagalan dalam melakukan tugas sehari-hari dan menjadi melamban dalam mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan kognisi Terapi oksigen hiperbarik bertujuan untuk meningkatkan jumlah molekul oksigen yang masuk ke dalam tubuh melaui pernafasan maupun pori-pori atau luar tubuh. Dengan meningkatnya oksigen yang dihirup, maka jumlah oksigen yang terlarut di dalam darah semakin meningkat. Oksigen diangkut oleh darah ke seluruh sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh. Selama gangguan pendengaran, terjadi penurunan pasokan oksigen secara besar-besaran dalam koklea. Hiperbarik Oksigen Terapi (HBOT) meningkatkan tekanan oksigen di dalam telinga bagian dalam. Selama paparan HBOT oksigenasi di koklea meningkat hingga 460% dan masih 60% di atas normal satu jam setelah penghentian terapi.

Peningkatan tekanan oksigen di koklea mempengaruhi sel-sel sensorik dari telinga bagian dalam dan dapat mengkompensasi kekurangan oksigen yang disebabkan oleh trauma dan menimbulkan mekanisme biologis yang terlibat dalam pemulihan fungsional.Sel-sel rambut di telinga dalam, bereaksi dengan cara yang seragam terhadap kerusakan, baik yang disebabkan oleh kebisingan, virus, zat ototoxic (mereka yang beracun bagi telinga) atau hipoksia (kekurangan oksigen).Dengan demikian, kebanyakan studi menunjukkan bahwa HBOT adalah yang paling efektif dalam mengurangi kehilangan pendengaran dan tinnitus pada tiga bulan pertama setelah kehilangan pendengaran atau trauma akustik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. TINNITUSa. DefinisiTinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat sangat mengganggu kegiatan sehari-harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.1Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar oleh penderita.

b. KlasifikasiTinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher. Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus subjektif.

a. Tinitus ObjektifTinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.2,3

b. Tinitus SubjektifTinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran. Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.

a. Tinitus Pulsatil Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop.

b. Tinitus NonpulsatilTinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya. Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.

c. EtiologiTinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.2 a. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahanga. Trauma kepala dan LeherPasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.3b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.b. Tinitus akibat kerusakan n. VestibulokoklearisTinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.c. Tinitus karena kelainan vascularTinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:a. Atherosklerosis Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.b. HipertensiTekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah koklea terminal.c. Malformasi kapilerSebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus. d. Tumor pembuluh darahTumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.d. Tinitus karena kelainan metabolikKelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil.Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.e. Tinitus akibat kelainan neurologisYang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.f. Tinitus akibat kelainan psikogenikKeadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.g. Tinitus akibat obat-obatanObat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnyab. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin, minosiklin.c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine, methotrexate, vinkristind. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemidee. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timahh. Tinitus akibat gangguan mekanikGangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.i. Tinitus akibat gangguan konduksiGangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.j. Tinitus akibat sebab lainnya a. Tuli akibat bisingDisebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.b. PresbikusisTuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki disbanding perempuan. c. Sindrom MenierePenyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin1d. PatofisiologiGelombang suara yang dari liang telinga diterukan ke telinga tengah dan telinga dalam, sel rambut yang merupakan bagian dari koklea akan membantu mentransfomasikan gelombang suara menjadi signal listrik ke korteks auditori melalui nervus auditoris. Tetapi apabila sel rambut rusak akibat suara keras, obat ototoksik, maka sirkuit dariotak tidak menerima signal yang diharpkan sehingga menstimulasi aktivitas normal dari neuron yang menghasilkan ilusi dari suara atau tinnitus.Pada tinnitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti gemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinnitus pulsati). Tinnitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen, tuba kotor, otitis media, tumor, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting apda tumor glomus jugulare. Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. 1,2Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembalid. Diagnosisa. AnamnesisAnamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya: Kualitas dan kuantitas tinitus Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan bunyi lainnya Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan neurologik lainnya. Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama 5 menit, serangan ini bias dianggap patologik. Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik Riwayat infeksi telinga dan operasi telingaUmur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan neurologi. Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus)b. Pemeriksaan fisik dan penunjangTINITUS

ANAMNESIS Keluhan tinitus berdiri sendiri atau serangan bersama keluhan lain seperti: Dizziness, vertigo Penurunan pendengaran Telinga terasa penuh/tertutup PEMERIKSAAN FISIK THT rutin Tekanan darah Artikulasio temporomandibular

PEMERIKSAAN NEUROTOLOGIK Audiometri nada murni Timpanometri Reflek akustik Tes fungsti tuba BERA Tes vestibular

Cari karakteristik tinitus Unilateral/bilateral Onset : lama keluhan Faktor pencetus Apakah ada hubungan dengan perubahan posisi tubuh

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb Lipid darah Gula darah Kekentalan darahCari faktor etiologik Otologik/infeksi Metabolik Hematologik Neurologik Obat ototoksik

DIAGNOSIS TINITUS

PEMERIKSAAN PENUNJANG CT Scan MRI MRA

Skema 1. Alur diagnosis tinnitus

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.2,4Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam, di antaranya: Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya. Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis kronik. Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked Response Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular. Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.e. PenatalaksanaanPenatalaksaan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur.Perlu diketahuinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai penyebabnya, namun kadang-kadang penyebab itu sukar diketahui.Penatalaksanaan bertujuan untuk mengurangi keparahan akibat tinitus. Pada tinitus yang jelas diketahui penyebabnya baik lokal maupun sistemik, biasanya tinitus dapat dihilangkan bila penyebabnya dapat diobati. Pasien tinitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyebabnya, pemberian antidepresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi tinitus. Hal ini dikemukakan oleh Dobie RA, 1999. Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya Lorazepam atau klonazepam yang dipakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepine yang biasanya digunakan sebagai pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya adalah amitriptyline atau nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah golongan antidepresan trisiklik.4Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan system auditorik ke sistem limbik dan system saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara. TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.5 TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien. Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dibagi dalam 4 cara, yaitu:1. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikolgik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan2. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker3. Terapi medikamentosa sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya vasodilator untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.54. Tindakan bedah dilakukan pada tumor akustik neuromaTerapi oksigen hiperbarik dengan menempatkan pasien di ruang bertekanan oksigen murni, tujuannya adalah untuk meningkatkan aliran oksigen ke telingan dan otak. Hal ini dapat membantu seseorang dengan tinnitus.Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya: Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus. Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinitus. Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan2.2. OKSIGEN HIPERBARIKOksigen hiperbarik adalah pemberian oksigen dengan tekanan lebih dari 1 (satu) atmosfer, dilakukan dalam Ruangan Udara Bertekanan Tinggi (RUBT). Pada umumnya oksigen hiperbarik diberikan dengan tekanan 2-3 ATA tergantung dari jenis penyakitnya. Oksigen 100 % diberikan dengan menggunakan masker, sementara gas di sekitar tubuh merupakan udara normal yang terkompresi pada tekanan yang sama. Di dalam RUBT posisi penderita bisa duduk atau berbaring. 6Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli yang mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79 % dan Oksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan Henry.

Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan difusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal.Aspek fisiologis oksigen hiperbarik: Transport oksigen dalam darah: Pada keadaan nornal kira-kira 97% oksigen (19.4 vol%) diangkut oleh hemoglobin dari paru-paru ke jaringan, 3% sisanya diangkut dalam bentuk terlarut dalam plasma darah. Dengan demikian pada keadaan normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin Jumlah oksigen yang diangkut Hemoglobin: 1 (satu) gram Hb dapat mengikat 1.34 ml O2, konsentrasi normal Hb +/- 15 gram per 100 ml darah. Bila saturasi HB 100 %, maka 100 ml darah dapat mengangkut 20,1 ml O2 yang terikat pada Hb (20,1 vol %) Pengaruh hiperbarik terhadap kelarutan O2 dalam darah: Pada tekanan normal, oksigen yang larut dalam drah hanya sedikit (0.32 vol %). Tetapi dalam keadaan hiperbarik, misalnya pada tekanan 2,8 ATA dimana PO2 arterial mencapai +/- 2000 mmHg sehingga oksigen yang larut dalam plasma adalah sebesar +/- 6.4 vol % yang cukup untuk memberi hidup meskipun tidak ada hemoglobin (life without blood). Pada keadaan normal (istirahat) kebutuhan oksigen jaringan adalah 5 vol %.7,8 Dasar pemikiran pemakaian terapi dengan oksigen hiperbarik: Hiperoksigenasi akan memperbaiki daerah-daerah iskemik/hipoksia, mempertahankan dan memperbaiki fungsi sel-sel. Keadaan vasokonstriksi dapat mengurangi edema jaringan. Indikasi terapi hiperbarik oksigen penting pada kasus-kasus yang berkaitan dengan insufisiensi vaskuler.6,7

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 PENGARUH HIPERBARIK OKSIGEN PADA TINNITUSTinnitus adalah salah satu gejala umum dari sistem pendengaran. Pasien-pasien ini mungkin menderita tekanan berat seperti masalah tidur, kesulitan konsentrasi, kecemasan dan depresi mempengaruhi tidak hanya kehidupan pribadi, tetapi juga profesi yang mengarah ke ketidakmampuan kerja dan bahkan bunuh diri. Strategi terapi meliputi pengobatan hemorheologic intravena, tinnitus retraining therapy (TRT), perangkat masking, atau laser daya rendah.8Perawatan medis untuk tinnitus didokumentasikan dengan baik dan mungkin tidak ada penyakit lain yang seperti ini dengan berbagai perawatan telah diusulkan. Namun, sampai hari ini, banyak regimen pengobatan yang berbeda sedang disebarkan. Vasodilator, vitamin, steroid, antikoagulan, heparin, histamin, obat penenang, diuretik, prostasiklin, dan carbogen. Namun baik diterapkan secara terpisah atau bersama-sama, semua telah menunjukkan efektivitas yang terbatas.Sejak akhir tahun 1960-an, terapi oksigen hiperbarik (HBO2) telah digunakan secara eksperimental untuk penyakit akut dan kronis tertentu dari telinga bagian dalam. Peran HBO2 dalam pengobatan tinnitus yang diselidiki di masa lalu: Pilgrim et al. pada tahun 1985, pertama, dan Schumann et al. pada tahun 1990, kedua, melaporkan tentang kegunaan HBO2 dalam pengobatan tinnitus, melaporkan peningkatan dari 62,2% pada tinnitus, 557 pasien setelah menerima 10 aplikasi dari terapi HBO2. Para dokter di Jerman dan Jepang terus mengenali aplikasi klinis pada penyakit telinga bagian dalam dan telah menunjukkan hasil yang lebih baik dalam perlakuan trauma akut akustik, NIHL, dan tinnitus menggunakan terapi HBO2. Alasan untuk terapi ini didasarkan pada mekanisme transportasi oksigen.9Karena kekurangan oksigen tampaknya penting dalam patogenesis tinnitus, oksigenasi hiperbarik (HBO2) tampaknya menjanjikan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen (PO2). Pernapasan 100% oksigen pada tekanan ambien tinggi menyebabkan oksigen larut dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan PO2 sesuai dengan Hukum Henry. Jumlah setiap gas yang akan larut dalam cairan pada suhu tertentu adalah fungsi dari tekanan parsial gas dalam kontak dengan cairan dan koefisien kelarutan gas dalam cairan tertentu.Kekuatan pendorong untuk difusi oksigen dari kapiler ke jaringan dapat diperkirakan melalui perbedaan antara tekanan parsial oksigen di arteri dan vena kapiler. Perbedaan tekanan parsial oksigen dari arteri ke vena dari sistem kapiler adalah sekitar 37 kali lebih besar saat bernapas 100% oksigen pada 3,0 ATA dari udara pada 1,0 ATA. 11Koklea merupakan salah satu organ dengan kebutuhan oksigen tertinggi. Oleh karena itu, peningkatan PO2 di koklea dan terutama dalam cairan perilymphatic dan endolymphatic harus memiliki pengaruh yang kuat pada kondisi gangguan metabolik dari sel-sel sensorik telinga bagian dalam (14). Sel-sel ini kurang memiliki suplai darah langsung dan suplai oksigen benar-benar tergantung pada difusi (8) yang meningkat secara paralel dengan PO2 dalam plasma.Terapi HBO2 dapat mendukung jaringan dengan perfusi buruk dan hipoksia. Di bawah tekanan yang tinggi ini, jumlah oksigen yang cukup, bahkan tanpa adanya hemoglobin, untuk memasok jaringan tubuh dengan oksigen melalui difusi. Dengan peningkatan tekanan oxygen di telinga bagian dalam, adalah mungkin untuk mempengaruhi sel-sel pendengaran sensorik (sel-sel rambut dalam dan luar) dan serabut saraf auditoriperifer. Sel-sel ini tidak memiliki pasokan vaskular langsung dan sepenuhnya bergantung pada oksigen yang disediakan oleh difusi. Selama paparan HBO2, oksigenasi dalam koklea meningkat 460- 600% dan masih 60% di atas normal satu jam setelah penghentian therapy. Peningkatan tekanan oksigen dapat mengkompensasi kekurangan oksigen dan menimbulkan mekanisme biologis yang dapat memfasilitasi perbaikan jaringan dan vaskular Selain itu, terapi HBO2 telah terbukti meningkatkan hemorheology dengan menyebabkan penurunan hematokrit, penurunan agregasi platelet, dan peningkatan fleksibilitas eritrosit. Hiperoksia juga telah terbukti mengurangi edema dengan mengurangi permeabilitas pembuluh darah dan menyebabkan vasokonstriksi cepat dan signifikan. 7,8Menariknya, pasien dengan tinnitus bernada rendah mendapatkan manfaat yang lebih besar dari terapi HBO2 daripada mereka yang menderita tinnitus bernada tinggi. Perbedaannya mencapai tingkat signifikansi. Sama signifikannya pada tingkat keseluruhan perbaikan pada pasien yang pernah mengalami mengalami tinnitus yang mendadak dibandingkan dengan onset bertahap. Ini dapat terjadi mungkin karena dalam kasus dengan onset mendadak memang memiliki proporsi yang lebih tinggi dengan patologi yang jelas terkait dengan hipoksia di telinga bagian dalam, yang dapat diobati dengan HBO2. Selain itu, pasien yang menderita tinnitus tiba-tiba lebih mungkin untuk berkonsultasi dengan dokter lebih segera dan memperpendek waktu interval antara onset penyakit dan pengobatan HBO2, dibandingkan dengan pasien yang menderita tinnitus onset bertahap. Dalam sebuah studi dikatakan dapat dicapai remisi lengkap sebesar 3,3% yang ditemukan pada mereka yang memulai pengobatan dalam waktu 14 hari setelah onset penyakit. Meskipun asosiasi remisi lengkap dengan faktor ini bermakna secara statistik, itu menyoroti kemungkinan bahwa ini adalah remisi spontan. Pada interval pre-treatment lebih lama dari 14 hari, respons lengkap ditemukan hanya pada 2 pasien, sedangkan 46,1% dari yang lain memiliki beberapa "perbaikan" yang tidak ada dampak signifikan dari lamanya waktu berlalu sebelum HBO2. 10Selain itu, faktor psikologis memainkan peran utama dalam pengobatan tinnitus dilihat dari perhitungan untuk tingkat keberhasilan yang tinggi dalam pengobatan plasebo. Tingginya angka perbaikan tinnitus dengan pengobatan plasebo diduga karena adanya fakta bahwa paisen-pasien dengan tinnitus sering memiliki gangguan neuropsikiatrik seperti ansietas, depresi, dan insomnia. 10Banyak laporan menunjukkan efektivitas terapi HBO2 untuk tinnitus, namun mayoritas dari mereka adalah retrospektif dan banyak yang menyarankan menggunakan HBO2 sebagai adjuvant untuk perawatan medis standar. Meskipun demikian, hasil membenarkan bahwa pasien dengan tinnitus, yang telah dirawat secara konvensional, mungkin masih memiliki kesempatan perbaikan kondisi mereka ketika mereka dapat diberikan terapi HBO2 dalam waktu tiga sampai enam bulan. Penelitian-penelitian ini telah menunjukkan bahwa pengobatan hiperbarik oksigenasi dapat menekan tinnitus akut dan bahkan tinnitus yang sudah lebih lama ada. Tampaknya bahwa selama enam bulan pertama, terapi HBO2 memiliki efek positif dan menjanjikan di tinnitus. Namun, perbaikan signifikan pada tinnitus adalah penting ketika terapi HBO2 diberikan dalam tiga bulan pertama pada tekanan antara 2,0 dan 2,5 ATA. 11,12

BAB IVPENUTUP

DAFTAR PUSTAKA1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 20082. Mller AR, Langguth B, DeRidder D, Kleinjung T. Textbook of tinnitus: Springer Science & Business Media; 20103. Hain TC. Tinnitus. http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm. Diakses pada Juli 30 20094. Levine RA, editor Diagnostic issues in tinnitus: a neuro-otological perspective. Seminars in Hearing; 2001: Citeseer.5. Seidman MD, Babu S. Alternative medications and other treatments for tinnitus: facts from fiction. Otolaryngologic Clinics of North America. 2003;36(2):359-816. Gill AL, Bell CNA. Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of action and outcomes. Qjm. 2004;97(7):385-95.7. Sadasivan S., et al. Hyperbaric oxygen therapy. Available at: http://www.moh.gov.my/attachments/6369.pdf. Accesed on April 4th, 20148. Ustad F, Ali FM, Ustad T, Aher V, Suryavanshi H. hyperbaric oxygen therapy, HBO, uses of HBO. Uses of hyperbaric oxygen therapy: a review. 2012(293).9. Jain KK. Textbook of hyperbaric medicine: Hogrefe Publishing; 2009.10. Bennett MH, Kertesz T, Perleth M, Yeung P. Hyperbaric oxygen for idiopathic sudden sensorineural hearing loss and tinnitus. The Cochrane Library. 200711. Baldwin TM. Tinnitus, a military epidemic: is hyperbaric oxygen therapy the answer? Journal of special operations medicine: a peer reviewed journal for SOF medical professionals. 2008;9(3):33-43.12. Stiegler P, Matzi V, Lipp C, Kontaxis A, Klemen H, Walch C, et al. Hyperbaric oxygen (HBO2) in tinnitus: influence of psychological factors on treatment results? 2006.

1