Makalah Pbl Blok 14 Loli

24
Ruptur Ligamen Crusiatum Anterior Theresia Lolita S 102012355 D1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Cedera saat berolahraga (sport injury) merupakan trauma yang umumnya berdampak pada sistem musculoskeletal yang meliputi otot, tulang, kartilago, sendi, dan jaringan yang terkait, seperti ligamen dan tendon. Sport injury umumnya diklasifikasikan menjadi cedera akut dan cedera kronik, dimana cedera akut mengarah pada trauma yang terjadi spontan, seperti patah tulang, regangan otot dan tendon, ligamen keseleo dan sebagainya. Cedera kronis mengacu pada trauma yang terjadi dalam jangka waktu tertentu dan terkadang dikatakan cedera berlebihan (overuse injuries), seperti tendinitis, bursitis, dan lain-lain. Sama halnya dengan cedera akut, cedera ini juga menyebabkan nyeri, oedeme, lemah dan tidak mampu menggunakan area yang mengalami trauma. Oleh karena trauma musculoskeletal sering terjadi maka pengetahuan terkait sport injuries penting untuk dipelajari. 1

description

bb

Transcript of Makalah Pbl Blok 14 Loli

Page 1: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Ruptur Ligamen Crusiatum Anterior

Theresia Lolita S

102012355

D1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Cedera saat berolahraga (sport injury) merupakan trauma yang umumnya berdampak

pada sistem musculoskeletal yang meliputi otot, tulang, kartilago, sendi, dan jaringan yang

terkait, seperti ligamen dan tendon. Sport injury umumnya diklasifikasikan menjadi cedera

akut dan cedera kronik, dimana cedera akut mengarah pada trauma yang terjadi spontan,

seperti patah tulang, regangan otot dan tendon, ligamen keseleo dan sebagainya. Cedera

kronis mengacu pada trauma yang terjadi dalam jangka waktu tertentu dan terkadang

dikatakan cedera berlebihan (overuse injuries), seperti tendinitis, bursitis, dan lain-lain. Sama

halnya dengan cedera akut, cedera ini juga menyebabkan nyeri, oedeme, lemah dan tidak

mampu menggunakan area yang mengalami trauma. Oleh karena trauma musculoskeletal

sering terjadi maka pengetahuan terkait sport injuries penting untuk dipelajari.1

Anamnesis

1. Identitas Pasien

Dokter menanyakan identitas pasien seperti nama lengkap, usia, jenis pekerjaan

pasien, dan sebagainya guna untuk membantu menegakkan diagnosa.

2. Keluhan Utama

Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke poliklinik dan sejak kapan

mulai merasakan keluhan tersebut.

Page 2: Makalah Pbl Blok 14 Loli

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Menanyakan hal-hal lain terkait keluhan pasien seperti faktor pencetus yang

menyebabkan keluhan utama, letak keluhan utama, keluhan tersebut mengganggu

aktivitas atau tidak, rasa nyeri yang dirasakan seperti apa, apakah rasa nyeri tersebut

hilang timbul atau tidak, apakah lutut langsung membengkak atau setelah beberapa

saat

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami hal serupa seperti yang

dikeluhkannya atau pernah mengalami fraktur sebelumnya.

5. Riwayat Trauma

Menanyakan tentang kejadian yang dialami pasien, bagaimana posisi lutut saat

cedera, kemampuan untuk menanggung berat badannya. Di sini dokter menanyakan

apakah pasien mengalami hambatan seperti gejala ketidakstabilan pada persendian

lutut setelah cedera sehingga tidak mampu untuk melanjutkan aktivitasnya.

6. Riwayat Sosial

Dokter menanyakan tingkat aktivitasnya dan kegiatan kerjanya, dimana informasi

tersebut akan membantu dalam pengambilan keputusan.2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dimulai saat pasien mulai memasuki ruangan dengan melihat cara

berjalan, posisi lutut saat berjalan (bagian lutut harus dapat dilihat).3

Inspeksi

Posisi lutut saat berjalan, berdiri, dan berbaring

Warna kulit dan gambaran vascularisasi

Pembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial

Luka/fistule/ulkus

Page 3: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Palpasi

Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas

Meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah

Meraba posisi patela di lutut

Perhatikan adanya nyeri tekan di persendian

The bulge sign

Move

Menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi ekstensi dan menyatakannya

dalam derajat. Normal 0-120o.

Pemeriksaan Penunjang

Radiografi

AP dan pandangan lateral lutut harus diperoleh.3

MRI

Mungkin berguna dalam menilai jaringan lunak dan cedera ligamen, juga

memungkinkan visualisasi dari sistem vaskular.3

CT Scan

a. Menilai kondisi pembuluh darah, misalnya pada penyakit jantung koroner,

emboli paru, aneurisma, dan berbaga kelainan pembuluh darah yang lainnya.

b. Menilai tumor atau kanker misalnya persebaran kanker, letak kanker dan jenis

kanker.

c. Kasus trauma atau cedera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan

trauma lainnya pada kecelakaan.

d. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke atau gangguan pencernaan.

e. Membantu proses biopsi jaringan atau proses drainase yang menumpuk dalam

tubuh.3

Arthroscopi

Arthroscopi juga dapat dilakukan. Selama arthroscopi, alat bedah akan dimasukkan

melalui satu atau lebih potongan kecil (sayatan) pada lutut untuk melihat bagian

dalam lutut. Ini merupakan prosedur yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam

sendi dengan memasukkan tabung tipis (arthroscope) yang berisi kamera dan cahaya

melalui sayatan kecil di dekat sendi.3

Page 4: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Diagnosis Kerja

Morfologi Articulatio Genu (Sendi Lutut)

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini

terletak pada ekstremitas inferior yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya

sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan

lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan facies

patellaris femoris.4

Tulang- tulang pembentuk articulatio genu adalah:

1. Os Femur

2. Os Tibia3. Os Patella

Otot-otot pada Lutut

1. Kuadriseps Femoris

2. Vastus Medialis

3. Vastus Lateralis

4. Vastus Intermedius

5. Rectus Femoris

6. Tendon Patella

Ligamentum pada Sendi Lutut

1. Ligamentum Extracapsularis

a. Ligamentum Patellae

Ligamentum patella melekat pada pinggir bawah patella dan dibawah pada

tuberositas tibiae. Sebenarnya ligamentum ini merupakan lanjutan dari bagian

utama tendo bersama m.quadriceps femoris.4

b. Ligamentum Collaterale Laterale (Collaterale Fibulae)

Berbentuk seperti tali dan melekat di atas pada condylus lateralis femoris dan

dibawah pada caput fibulae tendo m.popliteus berjalan diantara ligamentum dan

meniscus lateralis. Fungsi ligamen ini adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi

dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini

melindungi sisi lateral lutut.4

Page 5: Makalah Pbl Blok 14 Loli

c. Ligamentum Collaterale Mediale (Collaterale Tibiae)

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat di bagian

atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo

infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding kapsul sendi dan

sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo

infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendo m.semimembranosus dan

a.inferior medialis genus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan fungsinya

untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar. 4

d. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,

letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari

ligamentum ini berjalan menurun pada dinding kapsul dan fascia m.popliteus dan

sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendo m.semimembranosus. Ligamen

ini juga berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut.4

e. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari

jaringan conective, kadang-kadang ligamentum ini tertinggal dalam

perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.

Selain itu terdapat tractus illiotibial yang berfungsi seperti ligamen yang

menghubungkan crista illiaca dengan condylus lateral femur dan tuberculum

lateral tibia. Pada sendi lutut tractus illiotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen

antara condylus lateral femur dengan tibia.4

2. Ligamentum Intra Capsular

a. Ligamentum Cruciata

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat,

saling menyilang di dalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian

yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum

ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae..4

Ligamentum Cruciatum Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berjalan kearah atas, ke belakang dan lateral untuk melekat pada

bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris.

Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang

bila lutut diluruskan sempurna.

Page 6: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur

bergeser ke posterior terhadap tibiae, menahan eksorotasi tibia pada

saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut. Bila sendi lutut berada

dalam keadaan flexi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah

tibiae tertarik ke posterior.4

Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris

posterior tibiae dan berjalan ke arah atas, depan dan medial, untuk

dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis

femoris. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah

femur ke anterior terhadap tibiae, mencegah hiperekstensi lutut dan

memelihara stabilitas sendi lutut. Bila sendi lutut dalam keadaan flexi,

ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke

posterior.4

Meniscus (Cartilago Semilunaris)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan

melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas

dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan

langsung dengan condylus femoris.4

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk

menerima condylus femoris yang cekung.4

1. Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian

depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang

disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris

posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum

collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.4

2. Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada

area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.

Page 7: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang

eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu

posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis

femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh

tendo m.popliteus, sebagian kecil dari tendo melekat pada cartilago ini. Akibat

susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada

tempatnya bila dibandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.4

Ruptur Ligamen Lutut dan Meniskus

Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan ruptur atau distorsi ligamen

kolateral atau krusiatum. Pada distorsi terdapat ruptur serat ligamen tetapi tidak putus

seluruhnya. Kadang ruptur total tidak jelas karena sering nyerinya jauh lebih ringan

dibanding dengan keadaan distorsinya sehingga penderita dapat berjalan dan menggerakan

lututnya. Pada ruptur total, darah dapat masuk ke dalam jaringan di sekitar sendi lutut

sehingga hemartrosis tidak begitu menonjol. 5

Untuk mendiagnosis ruptur ligamen lutut kadang diperlukan pembiusan. Distorsi

ligamen akan sembuh tanpa operasi dalam beberapa minggu dengan jaringan fibrosa yang

sekuat ligamen semula. Terapinya cukup dengan bidai untuk mencegah ruptur total selama

masa penyembuhan.5

Ruptur merupakan cedera berat yang menyebabkan kedua ujung yang putus tersebut

harus ditautkan supaya dapat sembuh. Umumnya pertautan dicapai dengan jahitan,

selanjutnya pasien diberikan bidai/diimobilisasi penguat selama masa penyembuhan.5

Pemeriksaan lutut yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya ruptur meniskus adalah

dengan menggerakan lutut fleksi ekstensi dengan tungkai bawah dalam posisi ekso dan

endorotasi, kadang terasa dan terdengar bunyi klik jika kaki diekstensi dalam keadaan ekso

atau endorotasi.5

Pada pemeriksaan klinis didapati riwayat trauma lutut yang diikuti pembengkakan

lutut akibat hemartoris maupun pembengkakan periartikuler. Pada aspirasi cairan sendi lutut,

diperoleh darah atau cairan yang berdarah. Pada keadaan akut, lutut sering sukar diperika

secara seksama sehingga pemeriksaan lutut dapat ditunda beberapa hari sampai nyerinya

berkurang, atau bila perlu dilakukan pemeriksaan dengan anastesi.5

Page 8: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Pemeriksaan lutut yang dilakukan adalah melakukan gerakan varus dan valgus dengan

lutut dalam keadaan sedikit fleksi. Untuk melihat ada tidaknya instabilitas lateral atau medial

akibat ruptur ligamen kolateral. Fleksi lutut dimaksudkan untuk merelaksasi ligamen

krusiatum anterior karena dalam keadaan ekstensi ligamen krusiatum anterior tegang dan

akan menutupi instabilitas lateral medial. Bila dalam keadaan ekstensi lutut didapati

instabilitas lateral medial, berarti ada robekan ligamen kolateral bersama robekan ligamen

krusiatum. Pemeriksaan robekan ligamen krusiatum saja dilakukan dengan melakukan

gerakan anteroposterior pada lutut yang berada dalam posisi flexi 90o.5

Untuk mendiagnosis adanya kerusakan meniskus, anamnesis yang saksama sangat

penting. Anamnesis meliputi mekanisme trauma, adanya riwayat sering merasa sakit tiba-tiba

di dalam lutut pada waktu berolahraga, waktu jalan, waktu menuruni tangga, atau adanya

riwayat lutut yang tiba-tiba terkunci. Pada inspeksi, didapati lutut tidak dapat ekstensi

maksimal. Setelah beberapa hari, sudah terjadi pengecilan otot kuadriceps akibat inaktivitas

karena rasa nyeri jika bergerak.5

Pemeriksaan lutut untuk mendiagnosis adanya ruptur meniskus dilakukan dengan cara

menggerakan lutut fleksi ekstensi dengan tungkai bawah dalam posisi endo dan eksorotasi.

Kadang terasa dan terdengar bunyi klik jika kaki diekstensi dalam keadaan ekso atau

endorotasi. Ekso atau endorotasi hanya dapat dilakukan pada flexi 90osendi lutut. Bila

terdapat rasa nyeri, kemungkinan adanya ruptur meniskus patut dipikirkan.5

Ruptur Ligamentum Crusiatum Anterior

Salah satu masalah yang paling umum yang melibatkan sendi lutut adalah anterior

cruciate ligament injury atau cedera ACL – ruptur ACL, yang merupakan robekan di salah

satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas (femur) dengan tulang kaki bagian

bawah. ACL ini berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera ACL ini dapat terjadi

dalam berbagai cara. Namun, yang paling sering terjadi adalah cedera ACL noncontact

dimana mekanisme cedera ini biasanya terjadi saat berlari, memotong, atau aktifitas

melompat – deceleration and rotational injury. Cedera karena kontak dengan para pemain

juga umum terjadi, hiperekstensi dan atau valgus forces pada lutut karena pukulan langsung.6

Dislokasi (Pergeseran Tulang)

Page 9: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Dislokasi atau pergeseran tulang adalah suatu keadaan persendian tidak dalam

keadaan anatomis (bergeser), dalam hal ini karena terjadi robekan yang mengakibatkan

pergeseran tulang dari tempatnya. Gejala dislokasi antara lain dapat dilihat dengan ciri-ciri

sebagai berikut: pembengkakan terjadi dengan cepat, terasa nyeri yang sedang sampai berat,

terdapat perbedaan yang jelas pada bagian tubuh yang terluka.7

Pada pemain sepak bola dislokasi sering terjadi pada organ pergelangan kaki, jari-jari

tangan, siku, lutut, bahu, atau punggung.7

Dislokasi sendi sering terjadi pada olahragawan yaitu terpelesetnya bonggol sendi dari

tempatnya. Apabila sebuah sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi

tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi kembali (dislokasi

habitualis). Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah segera

menarik persendian tersebut dengan arah sumbu memanjang.7

Klasifikasi Dislokasi

1. Dislokasi Congenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi Patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,

atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi Traumatic

Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari

jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf,

dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa..7

Tanda dan Gejala Dislokasi

1. Deformitas pada persendiaan

Kalau sebuah tulang diraba akan terdapat suatu celah.

2. Gangguan gerakan

Otot – otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.

3. Pembengkakan

Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.

Page 10: Makalah Pbl Blok 14 Loli

4. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi.7

Trauma Pada Lutut

Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial dibandingkan pada sisi lateral.

Ligamentum collaterale laterale (fibulare) lebih kuat mengikat sendi dari pada ligamentum

collaterale medial (tibiae). Kerusakan pada ligamentum collaterale terjadi sebagai akibat dari

pukulan pada lutut pada sisi yang berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut,

yang mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale fibulare, adalah

jarang terjadi bila dibandingkan dengan pukulan pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis

melekat kuat pada ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih sering

terjadi dibandingkan dengan meniscus lateralis.7

Meniscus yang robek dapat menimbulkan bunyi “ click “ selama extensi dari kaki,

bila kerusakan lebih berat potongan sobekan dari cartilago dapat bergerak di antara

permukaan persendian tibia dan femur. Hal ini menyebabkan lutut menjadi terkunci pada

posisi sedikit flexi.7

Bila lutut digerakkan ke anterior dengan berlebihan ataupun bila lutut hiper-extensi,

ligamentum cruciatum anterior dapat robek sehingga menyebabkab sendi lutut menjadi tidak

stabil. Dan bila lutut di gerakkan ke posterior dengan berlebihan maka ligamentum cruciatum

posterior dapat robek. Tindakan bedah pada ligamentum cruciatum melalui transplantasi

ataupun artificial ligamentum di gunakan untuk memperbaiki kerusakan.7

Dislokasi Lutut

Penyebabnya biasanya adalah ruda paksa pada lutut, misalnya akibat kecelakaan lalu

lintas, dapat merobek 4 ligamen utama:

Kedua ligamen kolateral

Kedua ligamen krusiatum

Reposisi harus segera dilakukan untuk mencegah cedera arteri atau saraf. Sesudah itu

dikerjakan dengan tindakan bedah untuk memperbaiki ligamen yang rusak. Bila tidak ada

penyulit, tulang dimobilisasi dalam gips selama 3-4 minggu.5

Diagnosis Banding

Fraktur (Patah Tulang)

Page 11: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Patah tulang (fraktur) adalah suatu keadaan tulang yang mengalami keretakan, pecah,

atau patah. Patah tulang dibagi menjadi dua macam yaitu: fraktur sederhana (simple fracture)

dan fraktur kompleks (compound fracture).7

Patah tulang (fraktur) adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang

biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak berdasarkan

hubungan antara ujung tulang yang mengalami fraktur dengan jaringan-jaringan di

sekitarnya.7

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik

pada tulang maupun tulang rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang

dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Patah tulang komplek; tulang terputus sama sekali.2. Patah tulang stress; tulang retak, tetapi tidak terpisah.

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, patah tulang

dibagi menjadi:

1. Patah tulang terbuka; fragmen (pecahan) tulang melukai kulit di atasnya dan

tulang

2. Patah tulang tertutup; fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan

kulit.7

Fraktur Patella

Patella merupakan tulang sesamoid besar yang melekat kuat pada otot kuadriceps,

cedera biasanya dikarenakan trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung biasanya

menyebabkan frakturyang kominutif, trauma tidak langsung biasanyahanya menimbulkan

garis fraktur.5

Secara klinis, pasien tidak mampu melakukan ekstensi lutut secara aktif, disertai

hemartrosis karena fraktur patella merupakan kerusakan intraartikuler.5

Ruptur Ligamentum Crusiatum Posterior

Posterior cruciate ligament (PCL) digambarkan sebagai stabilizer utama dari lutut.

Cedera PCL kurang umum terjadi daripada cedera ACL. PCL lebih luas dan lebih kuat dari

Page 12: Makalah Pbl Blok 14 Loli

ACL dan memiliki kekuatan menarik 2000N. Cedera paling sering terjadi ketika ada paksaan

pada aspek anterior di tibia proksimal ketika lutut tertekuk. Hiperekstensi dan mekanisme

rotasi atau stres varus/valgus mungkin juga berperan dalam ruptur PCL. Cedera dapat

diisolasi atau dikombinasikan dengan cedera ligamen lainnya.6

Fungsi utama PCL adalah untuk mencegah translasi posterior dari tibia pada tulang

femur. PCL juga berperan sebagai kontrol poros tengah dan menanamkan stabilitas rotasi

lutut. Gangguan pada PCL dapat terjadi saat adanya paksaan hiperekstensi sementara kaki

sedang dorsofleksi.6

Ruptur Ligamentum Collateral Lateral

Cedera LCL merupakan hasil dari paksaan varus di lutut. Cedera kontak, seperti

pukulan langsung ke sisi medial lutut atau cedera noncontact, seperti stress hiperekstensi,

dapat mengakibatkan paksaan varus di lutut melukai LCL. Rasa nyeri dan kekakuan

terlokalisir pada lutut lateral.6

Ruptur Ligamentum Collateral Medial

Cedera medial collateral ligament (MCL) merupakan cedera lutut yang umum terjadi,

yang berhubungan dengan olahraga. MCL adalah ligamen lutut yang paling sering terluka.

Cedera MCL terjadi hampir pada semua olahraga dan pada semua kelompok umur. Cedera

MCL terutama dikarenakan valgus stress pada knee joint.7

Pada cedera MCL, pasien biasanya baru mendapat paksaan valgus saat lutut ditekuk

sebagian. Nyeri dan kekakuan terlokalisir pada lutut medial.6

Patofisiologi

Ligament crusiatum anterior berfungsi sebagai penahan utama terhadap translasi tibia

anterior dan memadu mekanisme perputaran yang berhubungan dengan perluasan lutut.

Selain sebagai penahan utama, ligamentum crusiatum anterior juga bertindak untuk

mencegah varus dan valgus, terutama sekali pada keadaan ekstensi knee.8

Tidak banyak pasien yang mengalami kondisi ligament crusiatum anterior kronis,

tetapi biasanya pasien yang datang akan mengeluh dan merasakan sakit pada daerah lutut.

Kondisi kronik terjadi karena pasien tidak langsung memeriksakan diri ke dokter

setelah terjadi cidera, sehingga setelah melihat hasil diagnosa kondisi ligament crusiatum

anterior sudah menjadi kronis.8

Page 13: Makalah Pbl Blok 14 Loli

Kondisi ini terus meningkat sehingga menurunkan kestabilan, luka pada meniscus

sampai terjadi kelemahan otot. Kelemahan jelas nyata pada pengetesan extensi knee.

Kestabilan ligament crusiatum anterior kondisi kronis berhubungan dengan kestabilan

posterolateral, ketidakstabilan sendi putar dan simptomatik luka meniscus.8

Cidera ini mengakibatkan kinematika sendi knee menjadi abnormal, para penulis /

peneliti mengemukakan 15% cidera pada ligament crusiatum anterior akan mengalami total

replacement pada lutut. Tetapi timbulya hal ini sedikitnya tiga kali terjadi trauma pada

ligament crusiatum anterior..8

Etiologi

70% ligament crusiatum anterior mengalami cidera melalui mechanism noncontact

berdasarkan pengalaman pasien mengenai cidera ini ketika mencoba merubah arah gerakan.8

Hal ini melibatkan turunnya kecepatan, penggabungan dengan sebuah cutting

(perpotongan), pivoting (berputar) dan sidestepping maneuver tetapi pada kasus lain dapat

terjadi melalui kontak langsung dan sering dihubungkan dengan cidera pada ligament yang

lain.8

Epidemiologi

Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan cedera ACL juga

didapati ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut, meniskus lateralis lebih sering robek;

pada ACL kronis, meniskus medial lebih sering robek. Pada penelitian prevalensi mengenai

cedera ACL pada populasi umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3.500 orang,

memperkirakan 95.000 ruptur ACL per tahun.8

Komplikasi

Tingkat kegagalan saat rekonstruksi ACL adalah sekitar 8%. Tiga kategori utama

kegagalan dalam rekonstruksi ACL adalah arthrofibrosis yang dikarenakan peradangan pada

sinovium dan bantalan lemak, rasa sakit yang membatasi gerak, dan ketidakstabilan berulang.

Faktor-faktor ini mungkin berkaitan dengan prosedur pembedahan, misalnya os tibia

atau femoral tunnels mengalami malposisi, salah penempatan alat, notchplasty yang tidak

mencukupi). Penempatan tibial tunnel di anterior dapat menyebabkan gangguan pada

transplantasi. Jika sebuah tunnel diletakkan terlalu posterior pada sisi femoralis, korteks

posterior femur dapat terganggu. Transplantasi juga mungkin gagal karena kurangnya

Page 14: Makalah Pbl Blok 14 Loli

penggabungan, penolakan atau stress shielding. Trauma atau rehabilitasi yang agresif juga

dapat menyebabkan kegagalan transplantasi. Insiden transplantasi robek lagi adalah sekitar

2,5%.8

Komplikasi lainnya adalah patah tulang patella dan ruptur patella-tendon. Distrofi

refleks simpatik, infeksi pasca operasi, dan komplikasi neurovaskular jarang terjadi (insiden

kurang dari 1%). Tingkat terjadinya trombosis vena pasca operasi adalah sekitar 0,12%.8

Prognosis

Pasien yang melakukan bedah rekonstruksi ACL memiliki tingkat keberhasilan

jangka panjang sekitar 82-95%. Ketidakstabilan berulang dan kegagalan transplantasi terlihat

pada sekitar 8% dari pasien. Pasien dengan ruptur ACL, bahkan setelah rekonstruksi berhasil,

memiliki resiko untuk osteoarthritis. Tujuan pembedahan adalah untuk menstabilkan lutut,

mengurangi kemungkinan cedera meniscal di masa depan, dan menunda proses rematik.8

Farmakologi

Obat-obat yang digunakan pada cedera ACL terutama terdiri dari analgesik. Obat

yang mungkin diberikan praoperasi adalah cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor dan

analgesik opioid. Pascaoperasi, pasien merasa nyeri dapat memperoleh obat nonsteroidal anti-

inflammatory drugs (NSAID) dan analgesik opioid. OAINS telah terbukti menurunkan

pembentukan tulang pada fusi tulang belakang dan operasi rotator cuff. Meskipun hal ini

belum terlihat secara klinis dalam rekonstruksi ACL dengan transplantasi tulang-tendon

patella-tulang, adalah perlu dipertimbangkan bahwa hal ini mungkin dapat terjadi. Oleh

karena itu, penggunaan jangka panjang pasca operasi mungkin tidak menguntungkan.2

Obat Anti Inflamasi Non Steroid

NSAID memiliki aktivitas analgesik dan anti-inflamasi. Mekanisme kerja mereka

belum diketahui, tetapi mungkin menghambat aktivitas siklooksigenase dan sintesis

prostaglandin. Mekanisme lain yang mungkin juga ada, seperti penghambatan pada sintesis

leukotriene, pelepasan enzim lisosomal, aktivitas lipoxygenase, neutrofil agregasi dan

berbagai fungsi membran sel.2

Ketorolac (Toradol) dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan mengurangi

aktivitas enzim cyclooxygenase, dimana hasilnya berupa penurunan pembentukan prekursor

prostaglandin. Digunakan untuk kontrol nyeri pasca operasi.2

Terapi dengan Pembedahan

Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh dijahit dan atau disambung kembali,

sehingga untuk perbaikan ACL agar dapat mengembalikan stabilitas lutut adalah dengan

Page 15: Makalah Pbl Blok 14 Loli

rekonstruksi dari ligamen tersebut. Ligamen tersebut kemudian akan diganti dengan

transplantasi jaringan ligamen.9

Keputusan untuk memulihkan robekan ACL dengan teknik pembedahan merupakan

individualized, dan tergantung atas keinginan pasien terkait usia, keinginan untuk

berkompetisi (dalam bidang olahraga), perubahan degeneratif, dan ketidakstabilan lutut

secara objektif dan subjektif.9

Terapi tanpa Pembedahan

ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi tanpa

operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan yang sederhana.

Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi. Bracing merupakan alat yang

dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bisa diteruskan dengan pemakaian

tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki. Apabila oedeme berkurang, rehabilitasi

dapat mulai dilakukan. Olahraga yang spesifik dapat mengembalikan fungsi lutut dan

menguatkan otot kaki.9

Rehabilitasi setelah cedera ACL terisolasi harus mencakup upaya untuk

mengembalikan gerakan lutut dan memperkuat otot-otot di sekitar lutut.9

Edukasi

Pasien yang menderita ruptur ACL harus beristirahat dan tidak boleh kembali ke

aktivitas semula selama beberapa saat, terutama para atlit. Setelah kekuatan quadriceps

mencapai 65% dari kaki yang berlawanan, kegiatan olahraga-spesifik dapat dilakukan, hal ini

biasanya terjadi dalam waktu 5-8 minggu pasca operasi. Hal ini dapat diuji dengan

menggunakan mesin Cybex. Atlet dapat kembali ke aktivitas ketika kekuatan quadriceps

telah mencapai 80%, yang biasanya setelah setidaknya 3-4 bulan menjalani terapi olahraga-

spesifik.2

Kesimpulan

Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan ruptur atau distorsi ligamen

kolateral atau krusiatum. Salah satu masalah yang paling umum yang melibatkan sendi lutut

adalah anterior cruciate ligament injury atau cedera ACL – ruptur ACL, yang merupakan

robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas (femur) dengan

tulang kaki bagian bawah. ACL ini berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera ACL ini

Page 16: Makalah Pbl Blok 14 Loli

dapat terjadi dalam berbagai cara. Pasien yang menderita ruptur ACL harus beristirahat dan

tidak boleh kembali ke aktivitas semula selama beberapa saat.

Daftar Pustaka

1. Walker B. The anatomy of sport injuries. California: Lotus Publishing; 2007.p.1-12.

2. Gammons M. Anterior cruciate ligament injury. 25 November 2013. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/89442-overview; 13 Maret 2014.

3. Sabiston. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2004.h.234-6.

4. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 2006.h.96-7.

5. Sjamsuhidajat R. De Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke- 2. Jakarta: EGC; 2003.h.1030-3.

6. Souryal TO. Rehabilitation for anterior cruciate ligament injury. 19 Maret 2012. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/307161-overview#showall; 15 Maret 2014.

7. Behrman. Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;

2007.h.2353-4.

8. Maguire J. Anterior Cruciate Ligament Pathology. 19 Maret 2012. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1252414-overview#a0199; 15 Maret 2014.

9. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

Lamumpatue; 2000.h.343-7.