Makalah Pankreatitis Kronis

44
TUGAS KULIAH FARMAKOTERAPI TERAPAN PANKREATITIS KRONIK Oleh : Kelompok 4 Multi Sri Megawati N21112056 Asniar Taiman N21112059 Hj.Carnina Bonita N21112126 Nurhikma A. N21112683 Sufyan Tsauri N21112687 Patrizia Maina Karola N21112697 PROGRAM STUDI APOTEKER

description

pankreatitis

Transcript of Makalah Pankreatitis Kronis

Page 1: Makalah Pankreatitis Kronis

TUGAS KULIAHFARMAKOTERAPI TERAPAN

PANKREATITIS KRONIK

Oleh :

Kelompok 4

Multi Sri Megawati N21112056

Asniar Taiman N21112059

Hj.Carnina Bonita N21112126

Nurhikma A. N21112683

Sufyan Tsauri N21112687

Patrizia Maina Karola N21112697

PROGRAM STUDI APOTEKER

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Makalah Pankreatitis Kronis

BAB I

PENDAHULUAN

Insidens pankreatitis kronik di negara maju/industri kira-kira 4-6 per

100.000 penduduk pertahun dan makin tahun insidens ini cenderung

meningkat.Prevalensi penyakit ini diantara 25-30 per 100.000 penduduk

dewasa.rasio laki-laki :wanita 7:1 dan usia rata-rata 36-55 tahun.

Kelenjar pankreas merupakan organ pensekresi yang didalamnya

tersebar sekelompok sel berbentuk pulau, yang disebut sel-sel pulau

Langerhans yang mensekresi ke dalam. Bagian eksokrin pankreas

mampu mensekresi enzim pencernaan.

Pankreatitis kronik merupakan peradangan pankreas menahun

yangbiasanya menyebabkan kerusakan strukturdan fungsi pankreas.

Pada kebanyakan pasien bersifat irreversible.Terjadi kerusakan permanen

sehingga menyebabkan gangguan fungsi eksokrin dan endokrin.

Tujuan dari pengobatan pankreatitis kronik adalah dengan

mengurangi resiko keparahan penyakit serta memperbaiki kualitas hidup

pasien dengan memberikan terapi aman serta efek samping lebih kecil

dari efek terapi yang diharapkan.

Page 3: Makalah Pankreatitis Kronis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kelenjar pankreas merupakan organ pensekresi yang didalamnya

tersebar sekelompok sel berbentuk pulau, yang disebut sel-sel pulau

Langerhans yang mensekresi ke dalam. Bagian eksokrin pankreas

mampu mensekresi enzim pencernaan. Organ yang beratnya sekitar 70

sampai 90 gram ini terdapat pada perut bagian atas di belakang lambung.

Organ ini terbagi menjadi 3 kepala bagian, bagian kepala pankreas yang

terdapat pada bagian cekung duodenum, badan pankreas dan ekor

pankreas. (1)

Pankreatitis didefinisikan sebagai suatu peradangan akut atau

kronis pankreas dengan variabel keterlibatan jaringan peripancreatic dan

remote organs. Pankreatitis kronis (CP) yang ditandai dengan kerusakan

permanen struktur pankreas dan fungsi karena peradangan yang terus

menerus dan yang tidak sembuh-sembuh, yang semakin parah dari

waktu ke waktu. Pada awal tahapan penyakit, eksaserbasi berulang gejala

akut menyerupai serangan AP dan mungkin tidak dibedakan. kebanyakan

pasien dengan CP memiliki periode nyeri perut keras atas, yang fitur

dominan. Eksokrin pankreas progresif dan endokrin insufisiensi mengarah

ke pencernaan dan diabetes mellitus. pasien CP berada pada

peningkatanrisiko mengembangkan pankreas cancer. Pasien dengan AP

dan CP menderita banyak komplikasi yang sama. (3)

Page 4: Makalah Pankreatitis Kronis

Pankreatitis kronis ditandai oleh destruksi progresif kelenjar disertai

penggantian jaringan fibrosis yang menyebabkan terbentuknya struktur

dan kalsifikasi. Faktor etiologinya sama dengan etiologi pankreatitis akut,

walaupun sekitar 75 % pasien dewasa dengan pankreatitits kronik di

Amerika serikat merupakan peminum alkohol; fibrosis kistis merupakan

penyebab tersering pada anak. Perjalanan klinis dapat berupa serangan

nyeri akut berualang, masa pankreas fungsional yang makin berkurang,

atau berkembang secara perlahan. Steatorea, malapsorpsi, penurunan

berat badan, dan diabetes merupakan manifestasi dekstruksi lanjut.

Pankreatitis kronis dapat terjadi setelah pankreatitis akut, tetapi pada

beberapa pasien timbul secara perlahan. (5)

Pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi pankatitis

kronis adalah penentuan kadar bikarbonat dan keluaran dalam duodenum

setelah dirangsang dengan sekretin. Tindakan diagnostik lain yang

bermanfaat adalah tindakan untuk menentukan lemak feses, kadar

glukosa darah puasa untuk menentukan kerusakan pulau Langerhans dan

pemeriksaan arteriografi serta radiografi untuk mengetahui adanya fibrosis

dan kalsifikasi. Sayangnya, karsinoma pankreas yang invasif dapat

menimbulkan gambaran patofisisologi yang sama seperti pada

Page 5: Makalah Pankreatitis Kronis

pankreatitis kronis, sehingga sangat menyulitkan dokter dalam

menentukan diagnosis banding. (5).

Pengobatan pankreatitis kronik ditujukan langsung pada pemulihan

dua masalah utama: nyeri dan malabsorpsi. Penyembuhan nyeri

membutuhkan pengobatan meperidin (Demerol) dalam dosis yang besar

dan sering. Reseksi lokal kelenjar pankreas terkadang dapat

menyembuhkan nyeri. Enzim-emzim pankreas juga telah digunakan

secara efektif pada pasien-pasien tertentu. Untuk menurunkan nyeri

abdomen pada pankreatitis kronis. Steatorea dirawat dengan diet rendah

lemak dan pemberian vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Diabetes

membutuhkan pengendalian dengan obat hipoglikemik oral maupun

insulin. Minum alkohol meruapakna kontra indikasi. (5)

1. Epidemiologi

Insidens pankreatitis kronik di negara maju/industri kira-kira 4-6 per

100.000 penduduk pertahun.Dan makin tahun insidens ini cenderung

meningkat.Prevalensi penyakit ini diantara 25-30 per 100.000 penduduk

dewasa.(2)

2. Etiologi

Etiologi antara lain:

a. Pankreatitis kronik karena alkohol (75%),

b. Pankreatitis tropikal kronik (terbanyak ditemukan di negara-negara

berkembang terutama negara tropis).Penyebabnya karena asupan

protein dan mineral yang kurang dan buruk ditambah adanya toksin,

Page 6: Makalah Pankreatitis Kronis

c. Idiopatik (25%), 4).herediter (1%).

3. Patogenesis

Terjadinya pakreatitis kronik karena:

a. Defisiensi lithostatin :Protein lithostatin disekresi oleh

pankreas,berguna untuk mempertahankan kalsium dalam cairan

pankreas sehingga tetap cair.Defisiensi lithostatin ini dibuktikan

sebagai penyebab pembentukan presipitant protein,

b. Penyebab nyeri pada pankreatitis kronik tidak jelas.Peningkatan

tekanan pada sistem saluran pankreas tergantung kapsul dan

inflamasi perineural berperan pada nyeri tersebut,

c. Alkohol :komsumsi alkohol yang kronis dapat langsung

menimbulkan kerusakan sel asinar pankreas atau terlabih dahulu

menimbulkan presipitasi protein dan kalsifikasi intraduktal pankreas

lalu menimbulkan kerusakan sel asinar pankreas dan

stagnasi/hambatan sekresi serta inflamasi/fibrosis pankreas

menimbulkan dilatasi duktus pankreatikus.Inflamasi/fibrosis

pankreas menimbulkan insufisiensi endokrin pankreas.kerusakan

sel acinar pankreas menimbulkan langsung insufiensi eksokrin

pankreas atau melalui nekrosis fokal baru menimbulkan insufisiensi

eksokrin.Setelah nekrosis fokal pankreas selain menimbulkan

insufiensi eksokrin pankreas juga dapat menimbulkan pembentukan

pembentukan pseudokista.

Page 7: Makalah Pankreatitis Kronis

d. Komplikasi pankreatitis kronik yaitu :

Pseudokista merupakan komplikasi ini merupakan berupa rongga

intrapankreatik atau parapankreatik tanpa dinding epitel pembatas

yng dapat berhubungan dengan sistem duktus

pankreatikus.Pseudokista ditemukan pada 30-50% pasien dengan

pankretitis kronik.Biasanya pseudokista dengan pankreatitis

kronik.Biasanya pseudokista dengan diameter >5 cm cenderung

timbul komplikasi lain.Pseudokista dapat juga secara spontan

mengecil atau menghilang seluruhnya,

Tukak duodenum:komplikasi ini timbul lebih sering pada

pankreatitis kronik.Hal tersebut disebabkan oleh hipersekresi

relatif dari asam lambung karena berkurangnya sekresi bikarbonat

dari pankreas,

Keganasan/kanker pankreas: Pankreatitis kronik merupakan suatu

keadaan prekanker karena risiko kanker pankreas dan ekstra

pankreas sedikit meningkat/lebih banyak. (2)

Page 8: Makalah Pankreatitis Kronis

4. Gambaran Klinis

Yang banyak dikeluhkan oleh pasien yaitu:

Nyeri/Sakit perut epigastrium : Perjalanan nyeri/sakit perut tak dapat

diramalkan.Penurunan nyeri dan perjalanan insufiensi eksokrin dan

endokrin tidak berjalan secara paralel. Nyeri perut biasa turun naik

dan timbul intermiten dan dapat mengganggu kualitas hidup

pasien.Nyeri perut lokalisasinya berada di abdomen tengah dan kiri

atas,seringkali menjalar ke punggung.Episode nyeri dapat dipicu

oleh komsumsi alkohol dan/atau makanan berlemak yang

banyak.Hanya 5-10% kasus pankreatitis kronik tak mengalami nyeri

perut.

Diare, steatorea:berkurangnya sekresi enzim pankreas menimbulkan

gangguan pencernaan yang kemudian menimbulkan diare osmotik

dan bila kandungan lemak dalam tinja tinggi disebut stetorea.

Distensi dan kembung: Kandungan diet yang mencapai kolon

dimetabolisme oleh bakteri hingga terbentuk gas pada pankreatitis

kronik terjadi distensi dan kembung karena banyaknya gas yang

terbentuk sebelum diare.

Penurunan Berat Badan:hal ini terjadi karena insufisiensi eksokrin

pankreas atau berkurangnya asupan makanan karena takut dan

nyeri perut.

Page 9: Makalah Pankreatitis Kronis

Ikterus :Ikterus ini dapat timbul sebagai akibat dari stenosis saluran

bilier pada fase eksaserbasi akut pankreatitis kronik.Bila inflamasi

menghilang,ikhterus juga menghilang secara spontan.(2)

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien

pankreatitis kronik yaitu amilase-lipase serum yang biasanya

menunjukkan peningkatan tidak lebih dari 3 x batas normal. Kadar

amilase-lipase serum yang normal tidak menyingkirkan pankreatitis

kronik.

Untuk pemeriksaan fungsi pankreas diperlukan pemeriksaan tes

fungsi pankreas indirek, tes fungsi pankreas direk, analisis lemak tinja

dan tes toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance test = OGTT).

Tes fungsi pankreas indirek antara lain pemeriksaan enzim

chymotrypsin dan elastase-1 tinja, tes pancreolauryl dan tes NBT-PABA

biasanya dapat mendeteksi hanya gangguan fungsi pankreas sedang

sampai berat. Hasil positif palsu dapat terjadi dengan pemeriksaan ini

atau disebut insufisiensi pankreas sekunder antara lain disebabkan

keadaan pasca reseksi lambung atau pada penyakit-penyakit usus

halus, malabsorbsi usus. Konsentrasi enzim tinja dapat berkurang pada

semua tipe diare. Tes indirek pankreas tersebut perlu dilakukan pada

diare yang tidak jelas penyebabnya ata pada steatorea. Jika

pankreatitis kronik dicurigai dengan nyeri perut sebagai gejala klinis

utama, maka tes direk dari fungsi pankreas merupakan indikasi jika

Page 10: Makalah Pankreatitis Kronis

pemeriksaan pencitraan canggih negatif hasilnya. Tes-tes ini secara

khusus diperlukan untuk memonitor perjalanan pankreatitis kronik dan

setelah pankreatitis akut untuk memastikan diagnosis banding

(pankreatitis akut atau eksaserbasi akut dari pankreatitis kronik).

Tes fungsi pankreas direk: merupakan pemeriksaan yang sangat

sensitif dan spesifik, tetapi invasif dan membutuhkan banyak tenaga.

Pemeriksaan analisis lemak tinja: Setelah menyingkirkan penyebab

lain dari statorea, pemeriksaan kuntitatif ekskresi lemak tinja

merupakan pemeriksaan adanya insufisiensi eksokrin pankreas.

Pemeriksaan ini dapat memastikan apakah terapi suplementasi enzim

pasien pankreatitis kronik sudah adekuat atau belum.

Pemeriksaan metabolisme glukosa: pemeriksaan kadar gula darah

puasa dan postprandial cukup untuk mendiagnosis insufiensi endokrin

pankreas.

Pemeriksaan preoperatif fungsi pankreas: Pemeriksaan fungsi

eksokrin dan endokrin pankreas membantu dalam menentukan rencana

operasi antara reaksi dan drainase. Jika fungsi pankreas sangat

terganggu berat, tidak diperlukan untuk menyisakan jaringan pankreas.

Untuk memeriksa morfologi pankreas diperlukan pemeriksaan

ultrasonografi, Endoscopic retrograde cholangiopancreatography

(ERCP), Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP),

Computed tomography/Magnetic Resonance Imaging abdomen dan

foto polos abdomen.

Page 11: Makalah Pankreatitis Kronis

Kalsifikasi pada foto nabdomen polos biasanya memastikan

diagnosis pankreatitis kronik, akan tetapi pemeriksaan ini hanya

memiliki sensitivitas 30 % dalam mendeteksi pankreatitis kronik karena

tidak semua pankreatitis kronik disertai kalsifikasi. Pemeriksaan

canggih yang paling penting dalam menunjang diagnosis yaitu

Ultrasonografi pankreas dan abdomen atas, CT-scan abdomen atas,

ERCP dan MRCP.MRI 1,5 teslah abdomen atas sensitivitas dan

spesifisitasnya hampir sama dengan CT scan abdomen.

Pemeriksaan lain yang tidak begitu akurat kadang diperlukan

antara lain pemeriksaan kontras barium saluran cerna atas (jika

dicurigai stenosis duodenum sebelum bedah), angiografi (bila ketika

direncanakan operasi ada komplikasi vaskular).

Pada pemeriksaan ultrasonografi abdomen, biasa ditemukan

dilatasi duktus pankreatikus, pseudokista, kalsifikasi dan kelaiana

pankreas yang terisolasi tau difus. Sebagai tambahan, komplikasi

ekstra pankreas seperti pelebaran duktus bilier, dilatasi vena porta

atau lienalis dan asites dapat ditemukan. Tahap dini pankreatitits

kronok biasanya tidak dapat didiagnosis dengan ultrasonografi ini.

Pada pemeriksaan CT-scan abdomen ditemukan kelainan-kelainan

seperti pada ultrasonografi. Ct-scan tidak lebih superior daripada

ultrasonografi.

Pada pemeriksaan ERCP, dapat ditemukan gambaran iregularitas

dari duktus pankreatikus, batu, stenosis, abnormalitas duktus

Page 12: Makalah Pankreatitis Kronis

pankreatikus dan bilier, dan kadangkala pseudokista pankreas bila

berhubungan dengan sistem duktus pankreatikus. Pemeriksaan ini

merupakan teknik pencitraan yang paling snsitif dan spesifik.

Nilai tes yang menunjukkan adanya pankreatitis kronis:

• Nilai hitung sel darah putih / white blood cell count (WBC), cairan,

dan elektrolit akan menunjukkan nilai normal kecuali jika pasien

muntah dan diare.

• Kadar amylase, dan lipase serum biasanya normal kecuali duktus

pankreas tersumbat atau terdapat pseudokista.

• Intoleransi glukosa biasanya akan terdeteksi karena penghancuran

yang kronik fungsi endokrin pada pankreas.

• Kadar serum bilirubin atau alkalin forfatase akan tinggi disebabkan

inflamasi dekat kandung empedu. (2)

6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisis dan

pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan canggih.(2)

7. Penalaksanaan

Tujuan terapi pankreatitis kronik yaitu mengurangi nyeri perut dan

mencegah atau mengobati insufiensi eksokrin dan endokrin pankreas

yang terjadi.

Penatalaksanaan terdiri dari non farmakologik, farmakologik,

endoskopi operatif dan pembedahan.

Penatalaksanaan non farmakologik terdiri dari :

Page 13: Makalah Pankreatitis Kronis

a. Perbaiki keadaan umum, bila lemah dirawat.

b. Hentikan konsumsi alkohol bila penyebabnya alkoholisme, sekalian

untuk mengurangi nyeri perutnya

c. Diet untuk insufisiensi eksokrin pankreas dan insufisiensi endokrin

pankreas. Dietnya rendah lemak, diet kecil tapi sering, hindari

makanan yang secara individu tidak dapat ditoleransi. Pada

steatorea, berikan makanan yang mengandung medium-chain

tryglicerides (MCT). Bila gula darah tinggi (diabetes) diberikan diet

diabetes dengan jumlah kalori dihitung seperti pasien diabetes

melitus 25-30 kal / KgBB / Hari

d. Penerangan/ edukasi penyakitnya yang kronis dan mengganggu

kualitas hidup.

Penatalaksanaan farmakologi terdiri dari :

a. Terapi nyeri perut : Berikan obat analgetik, enzim pankreas misal

pankreoflat, creon trypanzyme, dll. Nyeri perut ringan : diberikan

analgetik yang bekerja perifer antara lain asam asetil salisilat

sampai 4 x 0,5-1,0 g , metamizole sampai 4 x 0,5-1,0 g dapat juga

diberikan spasmolitik antara lain N-Butyl schopolamin suppositoria

sampai 5 x 10 mg. Nyeri perut sedang : diberikan kombinasi

analgetik yang bekerja perifer (asam asetil salisilat/ metamizole)

dengan analgetik yang bekerja sentral (tramadol oral atau

suppositoria sampai 400mg perhari). Nyeri perut berat : diberikan

kombinasi analgetiik yang bekerja perifer dengan analgetik yang

Page 14: Makalah Pankreatitis Kronis

bekerja sentral, dapat diberikan antidepresan antara lain

buprenorphine oral sampai 4 x 2 tablet atau sublingual 4 x 0,2 mg.

b. Terapi insufisiensi eksokrin pankreas : bila ada penurunan berat

badan, steatorea dan gas usus berlebihan merupakan indikasi

diberikan suplementasi enzim pankreas. Enzim pankreas yang

dipilih yaitu mengandung lipase tinggi, dilindungi terhadap sekresi

asam lambung (enterik coated), berukuran partikel kecil,

merupakan enzim yang cepat dilepas pada usus halus atas dan

tidak dicampur / ditambahkan dengan asam empedu. Selain itu

dapat diberikan suplementasi vitamin antara lain vitamin yang larut

lemak (ADEK) , pada steatorea berat dan vitamin B pada kasus

defesiensi pada alkohol kronik.

c. Terapi insufisiensi endokrin pankreas : berikan insulin, dan obat

oral antidiabetik yang hanya efektif sementara (transien).

Penatalaksanaan endoskopi operatif : diperlukan untuk drainase,

ekstraksi batu pankreas, dan adanya struktur duktus pankreatikus.

Pembedahan : setengah pasien kronik membutuhkan pembedahan

dengan tujuan menghilangkan nyeri perut dan komplikasinya. Yang

dilakukan pada pembedahan antara lain ; reseksi pankreas , drainase.

Penatalaksanaan endoskopi operatif dan pembedahan lebih

ditunjukkan untuk mengatasi komplikasi pankreatitis kronik. Endoskopi

operatif untuk pankreatitis kronik yaitu antara lain pemasangan stent

pada stenosis duktus pankreas dan / atau duktus bilier per endoskopi,

Page 15: Makalah Pankreatitis Kronis

penghancuran/ fragmentasi batu duktus pankreatikus dengan

extracorporeal shock waves (ESWL) diikuti dengan pengangkatan

hancuran/ fragmen batu per endoskopi, dan drainase per endoskopi

dari pseudokista merupakan tindakan yang dapat dilakukan akhir akhir

ini. Pada trombosis vena lienalis dan varises fundus yang berdarah,

dapat dilakukan tindakan penyuntikan histoacril, spenektomi. Pada

efusi pleura, asistes terjadi pada eksaserbasi akut pankreatitis kronik,

bila membaik regresi terjadi spontan. Bila menetap dapat timbul fistula

dan perlu pembedahan setelah ERCP/ MRCP. (2)

8. Prognosis

Sangat sedikit pasien yang meninggal karena pankreatitisnya

sendiri. Penyebab utama dari kematian adalah penyakit kardiovaskular

dan kanker. (2)

Cystic fibrosis (CF)

Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit genetik yang mempengaruhi

paru, hati, usus, dan pankreas. Dimana kelenjar sekretorik dalam tubuh

tidak berfungsi dengan normal. Penyebab utamanya dalah faktor genetika

atau keturunan.

Cystic fibrosis disebabkan oleh mutasi pada gen pengkodean

transmembran cystic fibrosis konduktansi regulator (CFTR) gen, yang

terletak pada lengan panjang kromosom 7 penhkodean untuk saluran

Page 16: Makalah Pankreatitis Kronis

klorida. Gen CFTR sangat berfungsi untuk pengaturan gerakan garam dan

air diseluruh membran sel.

Cystic fibrosis dapat menyebabkan pankretitis kronik karena terjadi

penyumbatan pada saluran pankreas dan pengambatan enzim

pencernaan mencapai saluran usus dimana biasanya enzim ini digunakan

untuk metabolisme lemak. Tanpa enzim pencernaan maka lemak tidak

dapat dimetabolisme yang menyebabkan tinja berminyak. Sehingga

pengobatan sering diberikan enzim pankreas sebagai suplemen untuk

menggantikan fungsi enzim pencernaan yang tersumbat.

Tujuan pengobatan CF adalah :

1. Mencegah dan mengendalikan infeksi paru-paru

2. Mencegah atau mengobati sumbatan di usus

3. Mengurangi peradangan dan pembengkakan pankreas

4. Menyediakan gizi yang cukup

5. Mencegah dehidrasi

Pengobatan yang signifikan pada penyakit ini adalah terapi gen dimana ini

melibatkan transfer gen terapeutik salinan atau bekerja kedalam sel

spesifik dari seorang individu dalam rangka untuk memperbaiki salinan

gen yang rusak.

Page 17: Makalah Pankreatitis Kronis

BAB III

STUDI KASUS

Tujuan dari farmakoterapi kasus pancreatitis kronis ini adalah:

1. Menentukan datasubyektif dan data objektif pankreatitiskronik.

2. Mengevaluas idata pasien-spesifik dan mengembangkan daftar

3. Masalah pasien dengan eksaserbasi akut pankreatitis kronis

4. Menentukan alasan mengapa pankreas harus istirahat dalam

penanganan nyeri dan gejala eksaserbasi akut pankreatitis kronis

5. Mendiskusikan alternatif terapi dan garis rencana pasien-spesifik

untuk manajemen nyeri selama eksaserbasi akut pankreatitis kronis

6. Merekomendasikan pankreas terapi penggantian enzimyang sesuai

untuk pankreatitis kronis

• Keluhan utama

“Saya telah buang air besar sebanyak 3-5 kali setiap hari selama

beberapa hari terakhir dengan feses yang berbau busuk, cair, dan

berwarna hijau”.

• HPI (History of Present Illness)

Macintyre Jones adalah seorang pria 33 tahun yang datang ke PCP

(Primary Care Partnership) mengeluhkan peningkatan pelepasan dengan

feses yang berbau busuk dan telah diamati kandungan lemak dan

konsistensi fesesnya. Telah terjadi peningkatan frekuensi feses, yang

Page 18: Makalah Pankreatitis Kronis

sebagian secara kebetulan terjadi saat ia kembali ke sekolah malamnya,

karena ia kurang berhati-hati dengan diet/pola makannya. Gejala ini telah

ada selama seminggu terakhir.Bapak Jones juga telah beberapa kali mual

disertai muntah dan rasa tidak nyaman pada perut dalam seminggu

terakhir.Bapak Jones muntah sebanyak dua kali di ruang tunggu dan

mengungkapkan rasa sakit yang berlebihan dan membuatnya lemah saat

di ruang periksa.

Meds (Medication History)

• Albuterol 0,083% untuk inhalasi nebulizasi setiap 6 jam

• Ipratropium bromide 0,02% untuk inhalasi nebulizasi 4x sehari

• Pankrealipase (Ultrase MT 20) 1 kapsul per oral bersama makanan

• Tobramycin 300 mg dihirup 2x sehari

Allergy

• Sulfamethoxazole/trimethoprim → gatal-gatal

ROS (Review of Systems)

• Tidak ada hematemesis (muntah darah) atau keluhan lain selain

yang disebutkan di atas.

Physical Examination (Pemeriksaan Fisik)

General

Page 19: Makalah Pankreatitis Kronis

• Kurus, muncul rasa sakit dan cemas.

VS (Vital Signs)/Tanda-Tanda Vital

• BP (Blood Presure/Tekanan Darah) 92/60, P (Pulse/Denyut Nadi)

105, RR (Respiratory Rate/tingkat pernapasan) 28, T

(Temperature/Suhu) 37,6oC; Wt (Weight/Berat Badan) 45 kg, Ht

(Height/Tinggi Badan) 5’10” = ±177 cm.

Skin

• Turgor (elastisitas) kulit normal

HEENT (Head, Eyes, Ears, Nose, Throat)

• PERRLA (Pupils Equal, Round, and Reactive to Light and

Accomodation); pemeriksaan mata normal dilihat dari ukuran pupil

yang sama,dan bereaksi terhadap cahaya), EOMI (Extra Ocular

Movements Intact); gerakan extraocular utuh, orofaring (pertemuan

rongga mulut dengan faring/pangkal lidah) bersih, selaput lendir

lembab.

Neck/Lymph Nodes

• Tambahan; (-) JVD (Jugular Vein Distension/Peningkatan tekanan

vena jugularis (vena tenggorokan)), tiromegali (pembesaran tiroid),

limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), atau bruits

(bising).

Page 20: Makalah Pankreatitis Kronis

Lung/Thorax (Paru-Paru/Dada)

• Hiperventilasi/ditandai dengan hiperresonansi pada perkusi,

terdengar suara napas dalam semua bidang paru-paru.

CV

• Irama dan denyut jantung biasa, tanpa gallop (kelainan irama) atau

murmur (bunyi auskultasi).

Abd (Abdomen)/Perut

• Terdengar suara dari dalam perut

Genit/Rect (Genital/Rektum)

• Tidak ada massa rectal, (-) guaiac

MS (Musculoskeletal)/Ext (Extremities)

• (+) Clubbing (proliferasi jaringan lunak di sekitar ujung jari), sianosis

kuku proksimal, (-) edema.

Neuro

• A & O ×3, CN II–XII intact

Labs (Pemeriksaan Laboratorium)

• Na 133 mEq/L; Hgb 14.2 g/dL; WBC 10.1 ×103/mm3; T. bili 0.4

mg/dL, K 4.4 mEq/L; Hct 43%; Neutros 73%; Alk Phos; 113 IU/L; Cl

93 mEq/L; RBC 4.8 ×106/mm3; Bands 0% Alb 2.6 g/dL; CO2 32

Page 21: Makalah Pankreatitis Kronis

mEq/L; Plt 387 ×103/mm3; Eos 1%; Pre alb 19 mg/dL; BUN 9

mg/dL; MCV 89.6 μm3; Lymphs 11%; Lipase 130 IU/L; SCr 0.7

mg/dL; MCHC 33 g/dL; Monos 15%; Amylase 358 IU/L; Glu 94

mg/dL

Hasil Laboratorium Nilai Normal

Na 133 mEq/L 135-150 mEq/L

K 4,4 mEq/L 3,5-5,0 mEq/L

Cl 93 mEq/L 100-106 mEq/L

CO2 32 mmHg 35-45 mmHg

Nitrogen Urea Darah (BUN) 9 mg/L 8-25 mg/dL

Serum kreatine (SCr) 0,7 mg/dL 0,7-1,5 mg/dL

Glukosa 94 mg/dL 70-110 mg/dL

Hemoglobin 14,2 g/dL 14-18 g/dL

Hematokrit (Hct) 43 % 42-52%

RBC 4,8 x 106/mm3 4,6-6,2 x 106/mm3

Trombosit (Plt) 387 x 103/mm3 150-390 x 103/mm3

MCV 89,6 µm3 82-92 µm3

MCHC 33 g/dL 31,5-35,0 g/dL

WBC 10,1 x 103/mm3 4,1-11,0 x 103

Neutros 73 % 50-70 %

Bands 0 % 0-10 %

Eos 1 % 1-3 %

Lymphs 11 % 20-40 %

Page 22: Makalah Pankreatitis Kronis

Monos 15 % 2-6 %

T.bili 0,4 mg/dL 1,0 mg/dL

Alk Phos 113 IU/L 15-69 IU/L

Albumin 2,3 g/dL 3,5-5,0 g/dL

Pre Albumin 19 mg/dL 16-35 mg/dL

Lipase 130 IU/L 7-58 IU/L

Amylase 358 IU/L 35-118 IU/L

ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancretography)

• Konsisten menunjukkan pada pancreatitis kronik, adanya gumpalan

pada saluran intra pankreas.

Assessment (Diagnosa)

• Pankreatitis kronik

• Cystic Fibrosis

• Gangguan pola makan

PEMBAHASAN KASUS:

Cystic fibrosis dapat menyebabkan pankretitis kronik karena terjadi

penyumbatan pada saluran pankreas dan pengambatan enzim

pencernaan mencapai saluran usus dimana biasanya enzim ini digunakan

untuk metabolisme lemak. Tanpa enzim pencernaan maka lemak tidak

dapat dimetabolisme yang menyebabkan tinja berminyak. Sehingga

Page 23: Makalah Pankreatitis Kronis

pengobatan sering diberikan enzim pankreas sebagai suplemen untuk

menggantikan fungsi enzim pencernaan yang tersumbat.

Tanda, Gejala, Dan Hasil Pemeriksaan Yang Menandakan Adanya

Pankreatitis Kronis

Data subjektif menyangkut diagnosis pankreatitis kronik:

• Rasa tidak nyaman pada bagian perut

• Lemas

• Mual

• Data objektif menyangkut diagnosis pankreatitis kronis

• Feses berbau busuk, encer, berwarna hijau, dan berlemak

• Frekuensi BAB meningkat (diare)

• Penurunan berat badan

• Muntah

Gejala yang menunjukkan pankreatitis kronik :

1. Nyeri perut

2. Penurunan berat badan/kurus

3. Frekuensi tinja meningkat/diare

4. Konsistensi tinja yang berlemak

Hasil pemeriksaan penunjang pancreatitis kronis (data objektif) :

Page 24: Makalah Pankreatitis Kronis

• Kadar enzim pankreas (amylase) meningkat (358 IU/L) → nilai

rujukan 35-118 IU/L

• Kadar albumin menurun (2,6 g/dL) → nilai rujukan 3,5-5 g/dL

• Hipotensi 92/60

• Konsisten menunjukkan pada pancreatitis kronik, adanya gumpalan

pada saluran intrapankreas

Masalah-masalah pasien yang dapat diatasi dengan terapi obat

• Dapat diberikan analgetik asam mefenamat 500 mg 3 x sehari

untuk meredakan nyeri abdomen

• Penurunan berat badan dan gangguan pencernaan yaitu dengan

pemberian suplemen enzim pankreas.

• Enzim pankreas yang dipilih yaitu mengandung lipase tinggi,

dilindungi terhadap sekresi asam lambung (enterik coated),

berukuran partikel kecil, merupakan enzim yang cepat dilepas pada

usus halus atas dan tidak dicampur / ditambahkan dengan asam

empedu.

• Selain itu dapat diberikan suplementasi vitamin antara lain vitamin

yang larut lemak (ADEK)

Informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memastikan penilaian

terhadap pasien:

• Perlu dilakukan tes fungsi pankreas.

Page 25: Makalah Pankreatitis Kronis

• Pemeriksaan glukosa puasa dan sesaat untuk mengetahui adanya

resiko diabetes melitus

• Foto rontgen dan USG untuk menunjukkan adanya batu pada

pankreas

• CT scan untuk menunjukkan adanya perubahan ukuran, bentuk,

dan tekstur pankreas.

Hasil yang Diinginkan

Hasil yang diinginkan dari farmakoterapi pada kasus tersebut:

• Pertama adalah penghentian rasa sakit yang sering diderita oleh

pasien. Dapat dilakukan dengan cara memberikan analgesik non-

narkotik pada pasien seperti parasetamol, obat golongan NSAID’S,

ataupun tramadol.

• Kedua adalah membantu menangani masalah mal-digestive pasien

dengan memberikan enzim pencernaan dengan dosis yang sudah

ditambah, dengan anjuran agar enzim tersebut ditaburkan pada

makanan pasien saat makan.

Alternatif Terapi

Terapi nonfarmakologi yang dapat berguna bagi pasien:

• Diet ketat yang intensif dengan pembatasan makan 4-5 kali/hari

yang mengandung sedikit lemak, protein, dan karbohidrat.

Page 26: Makalah Pankreatitis Kronis

• Hindari minuman beralkohol, bersoda, dan berminyak.

Farmakoterapi yang layak untuk diberikan dalam mengatasi paparan

akut pada pankreatitis kronik pasien tersebut:

• Pemberian obat analgetika Asam Mefenamat dengan dosis 500mg

tiap 8 jam. Pemberian antioksidan juga perlu diberikan pada pasien

untuk memperingan kerja hati dan pankreas dari paparan senyawa

oksidatif hasil metabolisme.

• Menghindari semua makanan dan hanya menerima cairan melalui

infus untuk mengistirahatkan pankreas dan usus juga bisa

mengurangi rasa nyeri.

Penatalaksanaan Nyeri:

• Analgesik : Asam Mefenamat 500 mg 3 x sehari

• Enzim pencernaan : amilase dan lipase (pankreoflat) pada saat

makan.

Rencana pengobatan

Obat, jenis sediaan, dan durasi terapi yang terbaik untuk pasien:

• Dapat diberikan pereda nyeri asam mefenamat. Bila penderita terus

menerus merasakan nyeri dan tidak ada komplikasi, biasanya

disuntikkan penghambat nyeri ke saraf pankreas. sehingga

rangsangannya tidak sampai ke otak.

Page 27: Makalah Pankreatitis Kronis

• Dengan meminum tablet atau kapsul yang mengandung ekstrak

enzim pankreas pada saat makan, dapat membuat tinja menjadi

kurang berlemak dan memperbaiki penyerapan makanan, tapi

masalah ini jarang dapat teratasi. Bila perlu, larutan antasid atau

penghambat H2 dapat diminum bersamaan dengan enzim

pankreas. Dengan pengobatan tersebut, berat badan penderita

biasanya akan meningkat, buang air besarnya menjadi lebih jarang,

tidak lagi terdapat tetesan minyak pada tinjanya dan secara umum

akan merasa lebih baik.

• Jika pengobatan diatas tidak efektif, penderita dapat mencoba

mengurangi asupan lemak. Mungkin juga dibutuhkan tambahan

vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K). 

Evaluasi Hasil Pengobatan

• Parameter klinis dan laboratorium yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi pencapaian hasil terapi yang diinginkan dan untuk

mendeteksi atau mencegah efek samping:

• Keefektifan suplemen enzim pankreatik diukur dengan perbaikan

pada berat badan dan konsistensi atau frekuensi defekasi. Uji feses

72 jam untuk lemak pada feses bisa digunakan untuk memastikan

perawatan telah diberikan dengan cukup. Selain itu, nyeri yang

dirasakan pasien berkurang/terkontrol dan tercukupinya kebutuhan

nutrisi pasien. Untuk hasil laboratorium, dapat dilihat dengan

Page 28: Makalah Pankreatitis Kronis

adanya peningkatan kadar albumin dan penurunan kadar enzim

pankreas.

Informasi yang diberikan kepada pasien :

BapakJones siap untuk dipulangkan dari rumah sakit. Informasi

yang harus disampaikan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap rejimen

pengobatan, memaksimalkan kemungkinan keberhasilan dan

meminimalkan efek sampingnya, yaitu:

• Memberikan informasi konseling obat dengan pasien/keluarga

pasien yang dilakukan secara sistematis untuk membantu

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga

pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan

kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar. Ini bertujuan

meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi,

meminimalkan resiko efek samping.

• Dengan memberikan informasi kepada pasien/ keluarga pasien

cara minum obat, waktu minum, jumlah obat yang harus diminum,

hal-hal yang berkaitan yang harus dihindari atau dilakukan saat

terapi obat jika pasien melakukan sesuai aturan pengobatan, berat

badan penderita biasanya akan meningkat, buang air besarnya

menjadi lebih jarang, tidak lagi terdapat tetesan minyak pada

tinjanya dan secara umum akan merasa lebih baik.

Page 29: Makalah Pankreatitis Kronis

• Jika terjadi keluhan berlajut maka disarankan segera kembali keunit

pelayanan kesehatan atau menghubungi dokter.

Page 30: Makalah Pankreatitis Kronis

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

1. Pankreatitis kronik merupakan peradangan pankreas menahun

yang biasanya menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi

pankreas. Pada kebanyakan pasien bersifat irreversible.Terjadi

kerusakan permanen sehingga menyebabkan gangguan fungsi

eksokrin dan endokrin.

2. Cystic fibrosis dapat menyebabkan pankretitis kronik karena terjadi

penyumbatan pada saluran pankreas dan pengambatan enzim

pencernaan mencapai saluran usus dimana biasanya enzim ini

digunakan untuk metabolisme lemak. Tanpa enzim pencernaan

maka lemak tidak dapat dimetabolisme yang menyebabkan tinja

berminyak. Sehingga pengobatan sering diberikan enzim pankreas

sebagai suplemen untuk menggantikan fungsi enzim pencernaan

yang tersumbat.

3. Tujuan dari pengobatan pankreatitis kronik adalah dengan

mengurangi resiko keparahan penyakit serta memperbaiki kualitas

hidup pasien dengan memberikan terapi aman serta efek samping

lebih kecil dari efek terapi yang diharapkan.

Page 31: Makalah Pankreatitis Kronis

DAFTAR PUSTAKA

1. Mutscheler, Ernst. 1997. Dinamika Obat. ITB : Bandung, hal.527-528

2. Sudoyo, Aru,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Interna

Publishing : Jakarta, hal. 598-600

3. Dipiro, dkk. 2005. Pharmacoterapy : A Pathophysiologic Approach, hal :

721.

4. Scwinghammer.T.L.Pharmacotherphy Case Book SeventEdition.

Clinical Pharmacist Family Medicine. 2008.

5. Price, Sylvia, dkk. Patofisiologi Edisi 6. EGC : Jakarta, hal.507

6. Tan,H.J dan Kirana. Obat-Obat Penting. Badan Pengawasaan Obat

dan Makanan. Elex Media.

7. Ikatan Sarjana FarmasiIndonesia. ISO Indonesia. PT.ISFI. Jakarta

8. Medicarestore. Pancreatitis Kronik. Medicarestore.com. Unduh

23/04/2013

Page 32: Makalah Pankreatitis Kronis