MAKALAH PAK julkarnaen.doc
Transcript of MAKALAH PAK julkarnaen.doc
PAPER MATA KULIAH ETIKA DAN MORAL LINGKUNGAN
DOSEN : Prof. Dr. Ir. Zulkarnain, Mhort, Sc
ETIKA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN
Ahmad Syarthibi, SKM
P2F 113016
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah penduduk
yang mendiami negeri tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan perkebunan pun
semakin sempait, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang
mulai tercemar dengan limbah dan tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di
dalam tanah kita. Banyak sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa
dikatakan vegetasi yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan
gundul. Ini semua tidak lepas dari tindakan manusia itu sendiri yang kurang
bertanggung jawab.
Penebangan liar (illegal logging) sepertinya sampai kapanpun tak akan pernah
bisa tertuntaskan. Permasalahan ini menjadi ‘keabadian’yang menghantui hutan
Indonesia, termasuk Jambi. Prediksi Bank Dunia kalau 2005 hutan dataran rendah
Indonesia akan habis dan kepulauan Indonesia tenggelam, bisa saja terwujud. Taman
nasional yang mendominasi Jambi yang terdiri dari TNKS seluas 1,4 juta hektar
(590.000 hektarnya masuk Jambi), TNBT seluas 130.000 hektar (33.000 hektar di
jambi), serta TNBD 60.500 hektar dan TNB 162.700 hektar, terdengar terus
berkurang. Segala solusi sepertinya selalu menemui jalan buntu. Data terakhir dari
Dinas Kehutanan Jambi terhadap persoalan ini juga kian membuat perasaan miris,
terutama jumlah sawmill yang tak mengantongi izin semakin membengkak. Dari 343
sawmill yang didirikan hanya 153 yang dinyatakan resmi beroperasi, sementara 290
sawmill lainnya liar.
1
Dari hal tersebut, banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara
langsung maupun tidak. Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman
penduduk, hal ini karena mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal dan juga
kekurangan makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian kita.
Jika kita sadar, manusia sering dirugikan karena akibat ulahnya sendiri. Tidak hanya
hewan yang dirugikan, namun di sini yang paling dirugikan adalah alam semesta ini.
Sehingga jangan heran jika banyak sekali benca banjir, longsor, dll yang terjadi di
daerah sekitar kita ini.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia
berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-
norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma
ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa
menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa
bersalah.
Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Kiranya tidak salah jika manusia
dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakan lingkungan hidup
yang terjadi. Masalah lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana
mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi
manusia dalam hubungannya dengan alam. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan
persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui
sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan
2
perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan, perhatian kita pada isu
lingkungan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi
kita dengan generasi yang akan datang.
Kita juga diajak berpikir kedepan. Kita akan menyadari bahwa relasi kita
dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada
teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada
kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut
utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh
apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan
mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang
etika lingkungan dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.
1.2 Pokok Permasalahan
Apa dampak Illegal Logging?
Bagaimana kaitannya antara ilegal logging dengan etika lingkungan?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Sehubungan dengan adanya suatu hal yang melatarbelakangi masalah, maka ada
beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penyusunan paper ini, yakni:
Mengetahui dampak Illegal Logging di Kalimantan.
Mengetahui kaitan antara Illegal Logging dengan etika lingkungan.
3
BAB II
Landasan Teori
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu
atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah
dilakukan. Sedangkan Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya
yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
2.2 Etika Lingkungan
Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap
terjaga.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika
lingkungan sebagai berikut:
4
1) Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu
menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
2) Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga
terhadap pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.
3) Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energi.
4) Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk
hidup yang lain.
Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika
lingkungan hidup. Kalau sudah menyangkut kesejahteraan masyarakat, pemikiran etis
saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin
pelaksanaan dan menindak pelanggarnya. Untuk itu perlu diketahui berbagai teori yang
membangun pemikiran tentang etika lingkungan hidup.
Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Etika ekologi dalam
adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami
lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua
unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu
bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak
untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk
berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies
manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas
disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta
alam. Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan.
Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini
5
juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini
menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu
sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh
ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan
bersama. Terbagi dalam empat kategori besar, yaitu :
a. Etika lingkungan neo-utilitarisme
merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan
kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang
dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini
adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap
sebagai perbuatan tidak bermoral.
b. Etika lingkungan Zoosentrisme
adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga
disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich.
Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena
mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para
penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar
moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang
dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan
penuh belas kasih.
c. Etika lingkungan Biosentrisme
adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral.
Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa
senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau
menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup.
6
Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya
manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan.
Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan
dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti
bertumbuh dan bereproduksi.
d. Etika Lingkungan Ekosentrisme
adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan
anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu
dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah
semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan,
saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan
menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah
diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa
diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-
unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan.
Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :
Manusia adalah bagian dari alam,
Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia,
tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang,
Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan
sewenang-wenang,
Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk,
Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai,
Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati,
Menghargai dan memelihara tata alam,
7
Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem,
Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu
sistem mengambil sambil memelihara.
2. Etika ekologi dangkal.
Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang
menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang
bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat
rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti
dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki
pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, Etika ini
dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi
estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi
penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung
oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika
lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan
estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi
penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk
generasi penerus manusia.
Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup
manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :
Manusia terpisah dari alam,
Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung
jawab manusia,
Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya,
8
Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia,
Norma utama adalah untung rugi,
Mengutamakan rencana jangka pendek,
Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya
dinegara miskin,
Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.
Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan
pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan
semua mahluk.
2.3 Fungsi Hutan
1. Sebagai penampung karbondioksida;
dalam proses fotosintesis tumbuhan mengambil Karbondioksida (Co2) dari atmosfer
dikombinasi dengan air dan dibantu dengan energi cahaya memproduksi materi
organik.
2. Habitat Hewan;
Hewan-hewan penghuni hutan seperti orang utan, harimau, singa, ular, babi hutan,
gajah, dan lainnya merupakan penghuni asli hutan. Habitat mereka di hutan sehingga
ketika hutan menjadi gundul hewan-hewan tersebut akan keluar dari hutan dan
mendatangi pemukiman penduduk desa, serta memangsa hewan dan penduduk. Hal ini
disebabkan karena rantai makan mereka terputus dan menyebabkan hewan-hewan buas
tersebut mencari makan di luar hutan.
3. Modulator arus hidrologika
9
Hutan sebagai penyeimbang arus hidrologika, sebagai tempat penyerapan air, penahan
air sehingga menghindari erosi tanah.
4. Pelestari tanah
Tanah-tanah yang dibiarkan gundul maka akan kehilangan fungsinya sebagai tanah.
Tanah akan kurang berfungsi, sehingga tanah akan menjadi tanah yang tandus.
serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.
2.4 Penebangan Liar (Illegal Logging)
Pembalakan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu yang
tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Pembalakan liar dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan atau pribadi-pribadi yang membutuhkan. Pohon-pohon
ditebang dengan seenaknya untuk keperluan pribadi dan tanpa ijin, membuka hutan dan
menguras habis isinya, dan tanpa menanam kembali hutan untuk kelestarian
selanjutnya.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Illegal Logging
Pada dasarnya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi
menjadi hubungan manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang
menguntungkan atau dengan kata lain ada yang negatif dan positif. Ilegal logging atau
pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu contoh hubungan yang merusak
lingkungan atau alam.
Penebangan Hutan secara ilegal (illegal logging) adalah persoalan klasik bagi
masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan di sejumlah
kawasan hutan dengan diketahui petugas instansi berwenang, aparat dan masyarakat
setempat. Meskipun berkali-kali diberitakan bahwa penertiban terus diupayakan, namun
penebangan dan perusakan hutan semakin merajalela.
Taktik pelegitimasian yang kian resmi hingga kini dalam illegal logging adalah
menggunakan lembaga yang mengatasnamakan masyarakat alias koperasi. Seperti yang
dilancarkan koperasi Empat Sekato yang menguasai areal 1.000 hektar (sekarang
tinggal 200 hektar dengan 1.000 batang kayu) sebagai HPHKm berdasarkan izin yang
diberikan Dinas Kehutanan Batanghari. Empat desa yang dilibatkan dalam koperasi ini,
yaitu Desa Muara Jangga, Mata Goal, Paku Aji, dan Hajran, mengusik masyarakat Desa
Jelutih karena hutan dalam wilayah desa itu ikut digerogoti. Hal tersebut dilakukan
demi memenuhi permintaan kayu PT. Wana Jaya (PT WJ). Dari hasil pantauan Warsi
keanggotaan koperasi ini tak jelas, begitu juga jenis kegiatannya, seperti kegiatan
simpan-pinjam atau jenis lainnya.
11
Sementara untuk persoalan dengan Desa Jelutih Warsi juga telah memfasilitasi
pembicaraan antara Aparat Desa, pemuka mayarakat serta para pebalok dari Desa
Jelutih. Dalam pembicaraan terungkap antara lain Desa Jelutih menentang pebalokan
oleh PT.WJ. Namun hal itu juga berindikasi pemerintah Desa Jelutih ingin dilibatkan
dalam pebalokan namun tak terpenuhi hingga desa itu pun tak mendapatkan fee dari
kayu yang diambil di wilayah mereka. Sementara kayu hasil bebalok yang dijual ke
PT.WJ pun hanya dihargai sebesar Rp.13.000 perkubik, sedangkan para pebalok
menginginkan dibeli seharga Rp.40.000 perkubik.
Selain PT.WJ, berjejer perusahaan kayu lainnya yang pernah disorot, ada PT.
Tanjung Johor (PT.TJ), PT. Dua Sekawan (PT.DS), dan lainnya perusahaan yang juga
belakangan sangat dikecam banyak pihak sebagai penyebab rusaknya hutan Jambi. PT.
Mitra Alam Indonesia (PT.MAI). Perusahaan yang bahkan telah mendapatkan lima izin
IPHH (Izin Pemanfaatan Hasil Hutan) dari pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung
Timur ini melakukan illegal logging tak hanya di areal HTI perusahaan kayu
tandingannya, PT.Wira Karya Sakti (PT.WKS), tapi juga meluas ke wilayah
Muarojambi. Setiap SK IPHH bernomor 212, 213, 214, 215, dan 216 tertanggal 21
November 2001 itu telah memberikan izin pengambilan kayu di areal seluas 100
hektar. Total 500 hektar izin penguasaannya bertarget rata-rata 2.400-2.500 meter
kubik, yang berarti keseluruhannya bertarget 12.458 meter kubik dengan jenis
kayunya; indah, meranti, dan rimba campuran. Kapolres Tanjung Jabung Timur pernah
menahan alat berat dan 4.000 batang lebih kayu log
3.2 Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan
Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat
merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara umum,
dampak penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah pemanasan global; kedua,
12
masalah degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati
di dalamnya.
1) Masalah pemanasan global
Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat
meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa
akibat yang akan muncul akibat pemanasan global ini, antara lain terjadinya
perubahan iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga berpengaruh
pada curah hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya banjir dan
erosi di daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang terjadi di Pontianak ( Kalimantan
Barat ) dan Nias ( Sumatra Utara ) yang menelan korban materi dan nyawa yang
sangat besar. Musim kering yang berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah
yang areal hutannya digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran
hutan Kalimantan Barat. Resiko yang timbul kemudian adalah banyaknya lahan
yang dibiarkan kosong.
2) Masalah degradasi tanah
Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan degradasi tanah
dan berkurangnya kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan
bahwa lahan produktif yang telah diolah di Indonesia sebanyak 17.665.000 hektar.
Sebesar 70 % dari lahan itu adalah lahan kering. Sisanya adalah lahan basah. Akibat
penebangan liar yang terjadi banyak lahan kering yang tidak digarap. Akibatnya
erosi menjadi mudah terjadi dan tanah berkurang kesuburannya.
3) Masalah kepunahan keranekaragaman hayati
Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian para
ahli, dikatakan bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung semakin
berkurang, khususnya di Kalimantan Barat. Akibat penebangan hutan yang
13
dilakukan terus menerus, banyak hewan yang menyingkir dan mencari habitat yang
baru. Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat tinggalnya
semakin sempit dan terus di babat. Bukan tidak mungkin bahwa tahun-tahun
mendatang spesies harimau akan punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada
tahun 2015 dengan penggundulan hutan tropis di Kalimantan akan menyebabkan
punahnya 4-8% spesies dan 17,35 % pada tahun 2040.
3.3 Kaitan antara Illegal Logging dengan Etika Lingkungan
Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang
baru. Jika dikaitkan dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis yang
dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan, bukan sebaliknya, menggerogoti
keserasian lingkungan.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan, dituduh
sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi
akhir-akhir ini, berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara pandang
dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin terasa jauh
terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embel-embel atau tempelan belaka
dalam program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan
menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar
telah berulang kali terjadi, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari
masyarakat.
Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan
fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan dan
pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh tangan-
tangan manusia itu sendiri.
14
Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan
pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang
baik dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan
sebagai kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat
manusia serta mahluk hidup lainnya.
Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan
bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan
malapetaka bagi kehidupan manusia, karena merusak etika lingkungan hidup adalah
pertimbangan filosofis dan biologis mengenai hubungan manusia dengan tempat
tinggalnya serta dengan semua mahluk non manusia. Dengan etika lingkungan hidup,
manusia dipaksa untuk me-review segala aktivitasnya yang berhubungan dengan
lingkungan hidup, mana yang benar, mana yang salah.
Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada
kepentingan yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini
menganggap alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia,
bukan karena bernilai pada dirinya sendiri. Kepedulian lingkungan yang dalam,
mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang.
Dalam hal ini kita tentu tidak tinggal diam saja, sebagai penonton dalam hal
kerusakan yang terjadi di bumi ini maka dari itu untuk menanggulangi terjadinya
pemanasan global yang mana banyak dampak yang terjadi jika kita hanya tinggal diam,
sebagai orang yang bijak khususnya mahasiswa kita harus kritis tentang masalah yang
terjadi ini maka perlu dibangun kesadaran yang tinggi tentang lingkungan dengan di
kenalkan kepada publik tentang etika lingkungan. Maka dari itu kita harus mengetahui
pengertian illegal logging, dampak yang dihasilkan, dan solusi apa yang harus
dilakukan.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam terjadi
karena ada faktor keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, karena
sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-eksploitasi
yang berlebihan yang nantinya berdampak pada kerusakan alam. Adapun dampak dari
pada kegiatan manusia yang merusak lingkungan utamanya hutan banyak sekali, seperti
banjir, longsor, adanya hewan-hewan liar yang menyerang pemukiman yaitu areal
pertanian karena sudah tidak ada lagi makanan yang tersisa di hutan akibat pembalakan
liar, dan masih banyak lagi lainnya. Dari situ manusia nantinya juga akan merasa
dirugikan oleh perbuatannya sendiri. Sesuatu yang dilakukan oleh manusia akan
kembali kepada manusia itu sendiri.
Etika lingkungan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi
individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam
menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai
kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta
mahluk hidup lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta:
DIKTI, 1997.
Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.
Haba, John. “Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya”. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.
Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan (IPPL), 1996.
http://blawgerpoet.blogdetik.com/2011/02/14/pembalakan-liar-hutan-indonesia/
http://kpshk.org/index.php/berita/read/2011/02/11/1404/pencegahan-dan-
pemberantasan-pembalakan-liar.kpshk
http://impasb.wordpress.com/2008/02/27/penyebab-dan-dampak-rusaknya-hutan-kita/
Warsi. http://www.warsi.or.id/news/2002/News_200209_Koperasi.php?year=2002&
file=News_200209_Koperasi.php&id=163
17