MAKALAH PAK julkarnaen.doc

29
PAPER MATA KULIAH ETIKA DAN MORAL LINGKUNGAN DOSEN : Prof. Dr. Ir. Zulkarnain, Mhort, Sc ETIKA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN Ahmad Syarthibi, SKM P2F 113016 PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Transcript of MAKALAH PAK julkarnaen.doc

PAPER MATA KULIAH ETIKA DAN MORAL LINGKUNGAN

DOSEN : Prof. Dr. Ir. Zulkarnain, Mhort, Sc

ETIKA LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN

Ahmad Syarthibi, SKM

P2F 113016

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS JAMBI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah penduduk

yang mendiami negeri tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan perkebunan pun

semakin sempait, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk memenuhi

kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang

mulai tercemar dengan limbah dan tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di

dalam tanah kita. Banyak sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa

dikatakan vegetasi yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan

gundul. Ini semua tidak lepas dari tindakan manusia itu sendiri yang kurang

bertanggung jawab.

Penebangan liar (illegal logging) sepertinya sampai kapanpun tak akan pernah

bisa tertuntaskan. Permasalahan ini menjadi ‘keabadian’yang menghantui hutan

Indonesia, termasuk Jambi. Prediksi Bank Dunia kalau 2005 hutan dataran rendah

Indonesia akan habis dan  kepulauan Indonesia tenggelam, bisa saja terwujud. Taman

nasional yang mendominasi Jambi yang terdiri dari TNKS seluas 1,4 juta hektar

(590.000 hektarnya  masuk Jambi), TNBT seluas 130.000 hektar (33.000 hektar di

jambi), serta TNBD  60.500 hektar dan TNB 162.700 hektar, terdengar  terus

berkurang. Segala solusi sepertinya selalu menemui jalan buntu. Data terakhir dari

Dinas Kehutanan Jambi terhadap persoalan ini juga kian  membuat perasaan miris,

terutama jumlah sawmill yang tak mengantongi izin semakin membengkak. Dari 343

sawmill  yang didirikan hanya 153 yang dinyatakan resmi beroperasi,  sementara 290

sawmill lainnya liar.

1

Dari hal tersebut, banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara

langsung maupun tidak. Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman

penduduk, hal ini karena mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal dan juga

kekurangan makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian kita.

Jika kita sadar, manusia sering dirugikan karena akibat ulahnya sendiri. Tidak hanya

hewan yang dirugikan, namun di sini yang paling dirugikan adalah alam semesta ini.

Sehingga jangan heran jika banyak sekali benca banjir, longsor, dll yang terjadi di

daerah sekitar kita ini.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat

langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia

melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia

berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-

norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma

ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa

menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa

bersalah.

Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang

mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Kiranya tidak salah jika manusia

dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakan lingkungan hidup

yang terjadi. Masalah lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana

mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi

manusia dalam hubungannya dengan alam. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan

persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui

sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan

2

perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan, perhatian kita pada isu

lingkungan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi

kita dengan generasi yang akan datang.

Kita juga diajak berpikir kedepan. Kita akan menyadari bahwa relasi kita

dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada

teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada

kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut

utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh

apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan

mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang

etika lingkungan dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.

1.2 Pokok Permasalahan

Apa dampak Illegal Logging?

Bagaimana kaitannya antara ilegal logging dengan etika lingkungan?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Sehubungan dengan adanya suatu hal yang melatarbelakangi masalah, maka ada

beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penyusunan paper ini, yakni:

Mengetahui dampak Illegal Logging di Kalimantan.

Mengetahui kaitan antara Illegal Logging dengan etika lingkungan.

3

BAB II

Landasan Teori

2.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak

kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu

atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah

dilakukan. Sedangkan Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya

yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika

memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian

tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan

bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu

kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan

yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek

atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa

bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

2.2 Etika Lingkungan

Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan

lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut

lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap

terjaga.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika

lingkungan sebagai berikut:

4

1) Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu

menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.

2) Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga

terhadap pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.

3) Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energi.

4) Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk

hidup yang lain.

Masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika

lingkungan hidup. Kalau sudah menyangkut kesejahteraan masyarakat, pemikiran etis

saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin

pelaksanaan dan menindak pelanggarnya. Untuk itu perlu diketahui berbagai teori yang

membangun pemikiran tentang etika lingkungan hidup.

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya

dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Etika ekologi dalam

adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami

lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua

unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu

bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak

untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk

berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies

manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas

disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta

alam. Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan.

Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini

5

juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini

menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu

sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh

ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan

bersama. Terbagi dalam empat kategori besar, yaitu :

a. Etika lingkungan neo-utilitarisme

merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan

kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang

dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini

adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap

sebagai perbuatan tidak bermoral.

b. Etika lingkungan Zoosentrisme

adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga

disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich.

Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena

mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para

penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar

moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang

dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan

penuh belas kasih.

c. Etika lingkungan Biosentrisme

adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral.

Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa

senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau

menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup.

6

Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya

manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan.

Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan

dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti

bertumbuh dan bereproduksi.

d. Etika Lingkungan Ekosentrisme

adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan

anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu

dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah

semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan,

saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan

menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah

diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa

diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-

unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

Manusia adalah bagian dari alam,

Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia,

tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang,

Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan

sewenang-wenang,

Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk,

Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai,

Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati,

Menghargai dan memelihara tata alam,

7

Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem,

Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu

sistem mengambil sambil memelihara.

2. Etika ekologi dangkal.

Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang

menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang

bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat

rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti

dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki

pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, Etika ini

dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi

estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi

penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung

oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika

lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan

estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi

penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk

generasi penerus manusia.

  Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup

manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :

Manusia terpisah dari alam,

Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung

jawab manusia,

Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya,

8

Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia,

Norma utama adalah untung rugi,

Mengutamakan rencana jangka pendek,

Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya

dinegara miskin,

Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika

pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan

pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan

dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan

semua mahluk.

2.3 Fungsi Hutan

1. Sebagai penampung karbondioksida;

dalam proses fotosintesis tumbuhan mengambil Karbondioksida (Co2) dari atmosfer

dikombinasi dengan air  dan dibantu dengan energi cahaya memproduksi materi

organik.

2. Habitat Hewan;

Hewan-hewan penghuni hutan seperti orang utan, harimau, singa, ular, babi hutan,

gajah, dan lainnya merupakan penghuni asli hutan. Habitat mereka di hutan sehingga

ketika hutan menjadi gundul hewan-hewan tersebut akan keluar dari hutan dan

mendatangi pemukiman penduduk desa, serta memangsa hewan dan penduduk. Hal ini

disebabkan karena rantai makan mereka terputus dan menyebabkan hewan-hewan buas

tersebut mencari makan di luar hutan.

3. Modulator arus hidrologika

9

Hutan sebagai penyeimbang arus hidrologika, sebagai tempat penyerapan air, penahan

air sehingga menghindari erosi tanah.

4. Pelestari tanah

Tanah-tanah yang dibiarkan gundul maka akan kehilangan fungsinya sebagai tanah.

Tanah akan kurang berfungsi, sehingga tanah akan menjadi tanah yang tandus.

serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.

2.4 Penebangan Liar (Illegal Logging)

Pembalakan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu yang

tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Pembalakan liar dilakukan

oleh perusahaan-perusahaan atau pribadi-pribadi yang membutuhkan. Pohon-pohon

ditebang dengan seenaknya untuk keperluan pribadi dan tanpa ijin, membuka hutan dan

menguras habis isinya, dan tanpa menanam kembali hutan untuk kelestarian

selanjutnya.

10

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Illegal Logging

Pada dasarnya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi

menjadi hubungan manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang

menguntungkan atau dengan kata lain ada yang negatif dan positif. Ilegal logging atau

pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu contoh hubungan yang merusak

lingkungan atau alam.

Penebangan Hutan secara ilegal (illegal logging) adalah persoalan klasik bagi

masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan di sejumlah

kawasan hutan dengan diketahui petugas instansi berwenang, aparat dan masyarakat

setempat. Meskipun berkali-kali diberitakan bahwa penertiban terus diupayakan, namun

penebangan dan perusakan hutan semakin merajalela.

Taktik pelegitimasian yang kian resmi hingga kini dalam illegal logging adalah

menggunakan lembaga yang mengatasnamakan masyarakat alias koperasi. Seperti yang

dilancarkan koperasi Empat Sekato yang menguasai areal 1.000 hektar (sekarang

tinggal 200 hektar dengan 1.000 batang kayu) sebagai HPHKm berdasarkan izin yang

diberikan Dinas Kehutanan Batanghari. Empat desa yang dilibatkan dalam koperasi ini,

yaitu Desa Muara Jangga, Mata Goal, Paku Aji, dan Hajran, mengusik masyarakat Desa

Jelutih karena hutan dalam wilayah desa itu ikut digerogoti. Hal tersebut dilakukan

demi memenuhi permintaan kayu PT. Wana Jaya (PT WJ). Dari hasil pantauan Warsi 

keanggotaan koperasi ini tak jelas, begitu juga jenis kegiatannya, seperti kegiatan

simpan-pinjam atau jenis lainnya.   

11

Sementara untuk persoalan dengan Desa Jelutih Warsi juga telah memfasilitasi

pembicaraan antara  Aparat Desa, pemuka mayarakat serta para pebalok dari Desa

Jelutih. Dalam pembicaraan terungkap antara lain Desa Jelutih menentang pebalokan

oleh PT.WJ. Namun hal itu juga berindikasi pemerintah Desa Jelutih ingin dilibatkan

dalam pebalokan namun tak terpenuhi hingga desa itu pun tak mendapatkan fee dari

kayu yang diambil di wilayah mereka. Sementara kayu hasil bebalok yang dijual ke

PT.WJ pun hanya dihargai sebesar Rp.13.000 perkubik, sedangkan para pebalok

menginginkan dibeli seharga Rp.40.000 perkubik. 

Selain PT.WJ, berjejer perusahaan kayu lainnya yang pernah disorot, ada PT.

Tanjung Johor (PT.TJ), PT. Dua Sekawan (PT.DS), dan lainnya perusahaan yang juga

belakangan sangat dikecam banyak pihak sebagai penyebab rusaknya hutan Jambi. PT.

Mitra Alam Indonesia (PT.MAI). Perusahaan yang bahkan telah mendapatkan lima izin

IPHH (Izin Pemanfaatan Hasil Hutan) dari pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung

Timur ini melakukan illegal logging  tak hanya di areal HTI perusahaan kayu

tandingannya, PT.Wira Karya Sakti (PT.WKS), tapi juga meluas ke wilayah

Muarojambi. Setiap SK IPHH bernomor 212, 213, 214, 215, dan 216  tertanggal 21

November 2001 itu telah memberikan izin  pengambilan kayu di areal seluas 100

hektar. Total 500 hektar izin penguasaannya bertarget rata-rata 2.400-2.500 meter

kubik, yang berarti keseluruhannya bertarget 12.458 meter kubik dengan  jenis

kayunya; indah, meranti, dan rimba campuran. Kapolres Tanjung Jabung Timur pernah

menahan alat berat dan 4.000 batang lebih kayu log

3.2 Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan

Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang sangat

merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya. Secara umum,

dampak penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah pemanasan global; kedua,

12

masalah degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati

di dalamnya.

1) Masalah pemanasan global

Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat

meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa

akibat yang akan muncul akibat pemanasan global ini, antara lain terjadinya

perubahan iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga berpengaruh

pada curah hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya banjir dan

erosi di daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang terjadi di Pontianak ( Kalimantan

Barat ) dan Nias ( Sumatra Utara ) yang menelan korban materi dan nyawa yang

sangat besar. Musim kering yang berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah

yang areal hutannya digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran

hutan Kalimantan Barat. Resiko yang timbul kemudian adalah banyaknya lahan

yang dibiarkan kosong.

2) Masalah degradasi tanah

Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan degradasi tanah

dan berkurangnya kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan

bahwa lahan produktif yang telah diolah di Indonesia sebanyak 17.665.000 hektar.

Sebesar 70 % dari lahan itu adalah lahan kering. Sisanya adalah lahan basah. Akibat

penebangan liar yang terjadi banyak lahan kering yang tidak digarap. Akibatnya

erosi menjadi mudah terjadi dan tanah berkurang kesuburannya.

3) Masalah kepunahan keranekaragaman hayati

Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar penelitian para

ahli, dikatakan bahwa jumlah spesies binatang atau spesies burung semakin

berkurang, khususnya di Kalimantan Barat. Akibat penebangan hutan yang

13

dilakukan terus menerus, banyak hewan yang menyingkir dan mencari habitat yang

baru. Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat tinggalnya

semakin sempit dan terus di babat. Bukan tidak mungkin bahwa tahun-tahun

mendatang spesies harimau akan punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada

tahun 2015 dengan penggundulan hutan tropis di Kalimantan akan menyebabkan

punahnya 4-8% spesies dan 17,35 % pada tahun 2040.

3.3 Kaitan antara Illegal Logging dengan Etika Lingkungan

Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang

baru. Jika dikaitkan dengan praktik bisnis, maka bisnis yang etis adalah bisnis yang

dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan, bukan sebaliknya, menggerogoti

keserasian lingkungan.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian lingkungan, dituduh

sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis lingkungan yang terjadi

akhir-akhir ini, berakar dari kesalahan perilaku manusia yang berasal dari cara pandang

dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah lingkungan semakin terasa jauh

terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan embel-embel atau tempelan belaka

dalam program pembangunan, kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan

menurun. Padahal, berbagai bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar

telah berulang kali terjadi, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari

masyarakat.

Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan

fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam pengrusakan dan

pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan lingkungan dikarenakan oleh tangan-

tangan manusia itu sendiri.

14

Etika lingkungan, dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan

pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang

baik dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan

sebagai kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat

manusia serta mahluk hidup lainnya.

Etika lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif dan

bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan menciptakan

malapetaka bagi kehidupan manusia, karena merusak etika lingkungan hidup adalah

pertimbangan filosofis dan biologis mengenai hubungan manusia dengan tempat

tinggalnya serta dengan semua mahluk non manusia. Dengan etika lingkungan hidup,

manusia dipaksa untuk me-review segala aktivitasnya yang berhubungan dengan

lingkungan hidup, mana yang benar, mana yang salah.

Kepedulian lingkungan yang dangkal menunjukkan perhatian kepada

kepentingan yang sering diabaikan dalam ekonomi tradisional. Pandangan ini

menganggap alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia,

bukan karena bernilai pada dirinya sendiri. Kepedulian lingkungan yang dalam,

mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang.

Dalam hal ini kita tentu tidak tinggal diam saja, sebagai penonton dalam hal

kerusakan yang terjadi di bumi ini maka dari itu untuk menanggulangi terjadinya

pemanasan global yang mana banyak dampak yang terjadi jika kita hanya tinggal diam,

sebagai  orang yang bijak khususnya mahasiswa kita harus kritis tentang masalah yang

terjadi ini maka perlu dibangun kesadaran yang tinggi tentang lingkungan dengan di

kenalkan kepada publik tentang etika lingkungan. Maka dari itu kita harus mengetahui

pengertian illegal logging, dampak yang dihasilkan, dan solusi apa yang harus

dilakukan.

15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam terjadi

karena ada faktor keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, karena

sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-eksploitasi

yang berlebihan yang nantinya berdampak pada kerusakan alam. Adapun dampak dari

pada kegiatan manusia yang merusak lingkungan utamanya hutan banyak sekali, seperti

banjir, longsor, adanya hewan-hewan liar yang menyerang pemukiman yaitu areal

pertanian karena sudah tidak ada lagi makanan yang tersisa di hutan akibat pembalakan

liar, dan masih banyak lagi lainnya. Dari situ manusia nantinya juga akan merasa

dirugikan oleh perbuatannya sendiri. Sesuatu yang dilakukan oleh manusia akan

kembali kepada manusia itu sendiri.

Etika lingkungan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi

individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam

menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai

kesatuan pendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta

mahluk hidup lainnya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta:

DIKTI, 1997.

Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.

Haba, John. “Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya”. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.

Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan

Pengembangan Lingkungan (IPPL), 1996.

http://blawgerpoet.blogdetik.com/2011/02/14/pembalakan-liar-hutan-indonesia/

http://kpshk.org/index.php/berita/read/2011/02/11/1404/pencegahan-dan-

pemberantasan-pembalakan-liar.kpshk

http://impasb.wordpress.com/2008/02/27/penyebab-dan-dampak-rusaknya-hutan-kita/

Warsi. http://www.warsi.or.id/news/2002/News_200209_Koperasi.php?year=2002&

file=News_200209_Koperasi.php&id=163

17