Makalah Pa

41
BAB I ISI Kanker otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh abnormal, di luar kendali. Sebagian besar kanker otak dapat menyebar melalui jaringan otak, tetapi jarang menyebar ke area lain dari tubuh. Namun pada kasus tumor otak jinak, saat mereka tumbuh, mereka dapat menghancurkan dan menekan jaringan otak yang normal lainnya, yang dapat berakibat pada kelumpuhan ataupun fatal. Karena itu, dokter lebih suka menggunakan istilah "tumor otak" daripada "kanker otak." Yang menjadi concern utama pada pasien kanker otak maupun tumor otak ini adalah seberapa cepat mereka menyebar melalui bagian otak/ syaraf tulang belakang lainnya dan apakah mereka bisa diangkat dan tidak kambuh lagi. Kanker Otak dan syaraf tulang belakang pada orang dewasa berbeda dengan pada anak-anak. Mereka sering terbentuk di daerah yang berbeda, berkembang dari tipe sel yang berbeda, dan mungkin pendekatan pengobatannya juga berbeda. 1

Transcript of Makalah Pa

Page 1: Makalah Pa

BAB I

ISI

Kanker otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh abnormal, di luar kendali.

Sebagian besar kanker otak dapat menyebar melalui jaringan otak, tetapi jarang menyebar

ke area lain dari tubuh.

Namun pada kasus tumor otak jinak, saat mereka tumbuh, mereka dapat menghancurkan

dan menekan jaringan otak yang normal lainnya, yang dapat berakibat pada kelumpuhan

ataupun fatal. Karena itu, dokter lebih suka menggunakan istilah "tumor otak" daripada

"kanker otak." Yang menjadi concern utama pada pasien kanker otak maupun tumor otak

ini adalah seberapa cepat mereka menyebar melalui bagian otak/ syaraf tulang belakang

lainnya dan apakah mereka bisa diangkat dan tidak kambuh lagi.

Kanker Otak dan syaraf tulang belakang pada orang dewasa berbeda dengan pada anak-

anak. Mereka sering terbentuk di daerah yang berbeda, berkembang dari tipe sel yang

berbeda, dan mungkin pendekatan pengobatannya juga berbeda.

1. SCHWANNOMA

1.1 Definisi

Schwannoma adalah neoplasma jinak dengan kapsul yang secara struktural identik

dengan sinsisium sel Schwann.

Pertumbuhan ini dapat berasal dari saraf perifer atau simpatis.

Disebut juga Neuroma Akustik

Schwannoma dapat dilihat menggunakan mielografi, tetapi MRI adalah kriteria

standar. Schwannoma bersifat isointense pada image T1, hyperintense pada image

T2, dan enhanced dengan kontras gadolinium.

1

Page 2: Makalah Pa

Schwannoma merupakan tumor yang berasal dari bagian sel saraf. Pada dasarnya

merupakan tumor jinak, tumor ini seringkali memiliki pertumbuhan yang lambat dan baru

terdeteksi ketika ukurannya telah menimbulkan gejala seperti penurunan pendengaran,

tinitus dan kehilangan keseimbangan. Nama lain nya adalah Neuroma Akustik.

Identifikasi Schwannoma utamanya adalah tumor jinak. Pada kasus-kasus yang sangat

jarang terjadi, tumor ini bisa berbahaya. Tumor tersebut bisa tumbuh ke mana saja

sepanjang sistem syaraf. Area yang biasa ditumbuhi tumor schwannoma adalah bagian

otak, trunk dan sel lain yang tidak berhubungan dengan syaraf. Pengobatan tumor

Schwannoma akan dilakukan berdasarkan pada lokasi dan apakah tumor itu jinak atau

ganas.

Tipe neuroma yang sering diterapi dengan Gamma Knife adalah neuroma akustik, dengan

angka kejadian 8 untuk setiap 100 kasus tumor otak primer. Tumor ini mengalami

peningkatan jumlah kejadian seiring dengan peningkatan usia dan seringkali ditemukan

pada wanita. Beberapa kelainan genetik seperti Neurofibromatosis tipe 2 dapat pula

meningkatkan risiko neuroma akustik. Tumor ini berasal dari sel schwann yang melapisi sel

saraf pendengaran dan keseimbangan, karenanya kadang-kadang tumor ini disebut juga

‘Schwannoma Akustik’, ‘Schwannoma Vestibular’ atau ‘Neuroma Vestibular’.

1.2 Pengobatan Tumor Schwannoma

Tumor schwannoma merupakan tumor yang tumbuh secara lambat di bagian dalam

jaringan urat syaraf. Tidak seperti tumor syaraf yang tumbuh dari lapisan urat syaraf,

schwannoma membentuk dari sel-sel pada setiap serat urat syaraf. Pengobatan tumor jenis

ini bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor, gejala tumor yang disebabkan dan

kondisi kesehatan pasien.Jika Schwannoma berukuran cukup besar, pembedah bisa

memilih metode Gamma Knife atau pengobatan dengan radiasi yang difokuskan pada

tumor. Metode ini bisa menjadi pengobatan tumor tunggal ataupun menjadi pendahulu

sebelum pembedahan. Tumor yang lebih kecil lebih mudah diangkat dan risikonya tidak

2

Page 3: Makalah Pa

terlalu tinggi.

Pengobatan tumor dengan pembedahan

Solusi bedah adalah pengobatan tumor Schwannoma yang biasa diambil. Karena

Schwannoma mengenai syaraf, dibutuhkan ahli syaraf berpengalaman untuk terlibat dalam

pembedahan. Saat berhadapan dengan Schwannoma, serat syaraf turut terlibat, yang artinya

akan menjadi masalah seumur hidup apabila serat itu terpotong atau rusak. Setelah

pembedahan, pasien biasanya akan mengalami disfungsi syaraf seperti merasa kebas dan

terasa ditusuk-tusuk.

Bedah Gamma Knife untuk neuroma akustik telah dikenal dan sangat berguna dalam

pengobatan neuroma unilateral ataupun bilateral. Mekskipun bedah Gamma Knife terbatas

pada neuroma dengan ukuran kurang dari 4 cm, metode ini dapat direncanakan untuk

menyelamatkan fungsi pendengaran di sisi yang terkena.

Pasien diterapi dalam satu sesi dan dapat pulang setelah menginap satu malam untuk

diobservasi. Gamma Knife tidak memerlukan pencukuran rambut sebelum prosedur

dilakukan.

Prosedur terapi terdiri dari 5 langkah :

1. Persiapan

2. Proses pencitraan : CT, MRI, DSA

3. Perencanaan terapi

4. Terapi

5. Pasca terapi

Pengawasan setelah pengobatan tumor

Pengawasan ketat oleh dokter merupakan solusi terbaik setelah proses pengobatan tumor.

Jika tumor tidak menyebabkan gejala-gejala apapun, tidak ada tanda-tanda menjadi ganas

dan si pasien dan dokternya merasa nyaman dengan hasil yang dirasakan, tumor tetaplah

harus diawasi secara berkala untuk memastikan tidak ada efek samping yang

3

Page 4: Makalah Pa

membahayakan bagi si pasien.

Meski demikian, penderita tumor Schwannoma yang memiliki kondisi kesehatan yang

memprihatinkan tidak disarankan untuk menempuh pengobatan tumor dengan pembedahan.

Dalam kasus ini, radiasi bisa dilakukan untuk menyingkirkan tumor dan menekan gejala-

gejala terkait penyakit ini. Dan tentu saja harus selalu di bawah pengawasan dokter

2. MENINGIOMA

2.1 Definisi

Meningioma adalah adalah salah satu jenis ‘tumor otak’ yang paling umum, dengan angka

kejadian hampir 1 untuk setiap 5 tumor primer otak. Biasanya tumor ini terjadi pada pasien

usia paruh baya atau usia tua, dan lebih banyak pada wanita.Tumor ini berasal dari

meningens yang merupakan selaput penutup jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Di

antara sel-sel meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi

terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Tumbuhnva meningioma

kebanvakan di temnat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang dilakukan

Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep bahwa sel yang

membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka menyebutnya arachnoid fibroblast

atau meningeal Fibroblastoma. Meningioma berasal dari leptomening yang biasanya

berkembang jinak. Cushing, 1922 menamakannya meningioma karena tumor ini yang

berdekatan dengan meningen. Meningioma dapat terjadi di semua bagian otak dan sumsum

tulang belakang, tetapi terutama di hemisfer otak. Meskipun tumor ini termasuk tumor yang

lambat pertumbuhannya dan jinak, tumor ini dapat menimbulkan gejala klinis yang

signifikan karena efek penekanan dan pergeseran jaringan otak di tempat tumor ini tumbuh,

yang dapat menyebabkan kelumpuhan, masalah bicara maupun koordinasi motorik dan

penyesuaian.

4

Page 5: Makalah Pa

Ahli patologi pada umumnya lcbih menyukai label histologi dari pada label anatomi untuk

suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan Cushing (1922) ternyata dapat

diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy (1931). 0ville Bailey (1940) mengemukakan

bahwa sel-sel arachnoid berasal dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells;

pendapat ini didukung Harstadius (1950), bermula dari unsur ectoderm. Zuich tetap

menggolongkan meningioma ke dalam tumor mesodermal.

2.2 Isidensi

Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak dijumpai pada usia

pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua tumor primer di

regio ini. Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan frekuensinya

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di regio ini.

Di intracranial, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1),

sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih

banyak pada pria.Meningioma intrakranial merupakan tumor kedua yang tersering

disamping Glioma, merupakan 13–20% dari tumor susunan saraf pusat. Meningioma dapat

terjadi pada semua usia namun jarang didapatkan pada bayi dan anak-anak. Angka tertinggi

penderita meningioma adalah pada usia 50-60 tahun. Meskipun demikian dilaporkan juga

dua kasus meningioma kongenital pada bayi. KOOS dan MULLER menyatakan mulai usia

12 tahun insidens meningioma meningkat secara progressif. Meningioma ini lebih banyak

didapatkan pada wanita dari pada laki-laki. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah

3 : 2, sedangkan JACOBSON dkk mendapatkan perbandingan wanita dan laki-laki adalah 7

: 4.

2.3 Etiologi

Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan

virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma. Pada

5

Page 6: Makalah Pa

beberapa kasus ada hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat

timbulnya tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah

trauma. Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya

hubungan antara meningioma dengan trauma.Dilaporkan juga bahwa meningioma ini

sering timbul pada akhir kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya

hidrasi otak yang meningkat pada saat itu.

Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai penyebabnya. Pada penyelidikan

dengan light microscope ditemukan virus like inclusion bodies dalam nuclei dari

meningioma. Tetapi  penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron

misroscope inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran

inti.

2.4 Prognosis

Pada umnmnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang

sempurna akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya

relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah

75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor

dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%

meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.

Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya mndah dapat

diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:

invasi dan kerusakan tulang

tumor tidak berkapsul pada saat operasi

invasi pada jaringan otak.

6

Page 7: Makalah Pa

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan

kemajuan tehnik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post

operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–

1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-

laporan yang terdahulu yaitn perdarahan dan oedema otak

2.5 Patogenesis

Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid

diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.

ari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah supratentorial. Insidens ini

meningkat terutama ada daerah yang mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi

terbanyak pada daerah parasagital dan yang paling sedikit pada fossa posterior.

Etiologi tumor ini diduga berhubungan dengan genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi

virus dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material

genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2

merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma

sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat

berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping

itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.

Terapi radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma. Bagaimana

peranan radiasi dalam menimbulkan meningioma masih belum jelas. Pasien yang

mendapatkan terapi radiasi dosis rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi

meningioma multipel di tempat yang terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi

kranial dosis tinggi dapat menginduksi terjadinya meningioma setelah periode laten yang

pendek.

7

Page 8: Makalah Pa

Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor etiologi

lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih menjadi

perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone. Tidak

hanya progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk  estrogen,

androgen, dopamine, dan reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor

hormon sex diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang

spesifik dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam

konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari

meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.

Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada

meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan

yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara

bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya

melaporkan  hubungan karsinoma mammae dengan meningioma.

Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi

otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam

pertumbuhan meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode

peningkatan hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.

Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum

didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab meningioma. Philips

et al melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus meningioma setelah trauma kepala pada

populasi western Washington state.

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosa banding tergantung dari bentuk gejala sebenarnya dan usia penderita. Telah

dibuat sejumlah diagnosa banding pada beberapa penyelidikan.Kira-kira separo dari kasus-

8

Page 9: Makalah Pa

kasus dengan insuffisiensia serebral sepintas lalu dan berulang-ulang pada penderita yang

tua menyerupai infark otak atau insuffiensia serebro vaskuler. Seringkali juga menyerupai

chronic subdural hematoma, perdarahan subarachnoid dan meningitis serosa.

2.7 Klasifikasi

Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam klasifikasi diusulkan,

namun Orville Bailey (1940) menganggap klasifikasi meningioma tidak diperlukan.

Pandangan ini didasarkan secara biologis karma variasi-variasi histologis tersebut tidak

banyak kaitannya dengan perangai biologi kelompok tumor ini.

Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu Meningioma meningotheliomatosa

(syncytial, endothclimatous), Meningioma fibroblastic dan Meningioma angioblastik. Yang

terakhir ada yang menggolongkan sebagai haemangioperisitoma. Tipe transisional atau tipe

campuran digolongkan ke dalam kelompok meningioma meningotheliomatosa.

Meningioma meningotheliomatosa

Terdiri atas sel-sel uniform, berinti bulat atau oval, mengandung satu atau dua nukleoli

yang nyata, sedangkan membran sel tidak jelas, sebagian dari kelompok-kelompok sel

tersebut tersusun dalam lobulus-lobulus membentuk massa yang solid. Jaringan ikat pada

batas-batas lobulus. Whorls dan psammoma bodies juga merupakan gambaran khas tumor

ini. Meningioma ftbroblastik Terdiri alas sel-sel pipih yang membentuk berkas-berkas yang

sating beranyaman, kadang-kadang dengan bagian-bagian menyerupai struktur palisade.

Sel-sel tersebut mirip dengan fibroblast, namun inti sel identik dengan inti sel meningioma

meningiomatosa. Adanya serabut retikulin yang berlebihan dan serabut kolagen yang

menjadi pemisah antara sel pada meningioma tipe ini, merupakan tanda yang khas.

Meningioma angioblastik

9

Page 10: Makalah Pa

Terdiri alas sel-sel tersusun padat, batas-batas sitoplasma tidak jelas, inti sel tersusun rapat.

Sel-sel tersebut umumnya menempel pada dinding kapiler, namun kapiler-kapiler tersebut

sebagian mengalami dilatasi, sebagian lagi kompresi, sehingga sukar untuk diidentifikasi.

Bailey dkk. (1928) beranggapan bahwa sel-sel tumor ini berasal dari elemen dinding

pembuluh darah. Beberapa penulis melaporkan bahwa meningioma angioblastik lebih

sering kambuh.3

2.8 Gambaran Histopatologis

Meningioma intrakranial banyak ditemukan di regio parasagital, selanjutnya di daerah

permukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis spinalis meningioma lcbih sering

menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini mengakibatkan tekanan hebat pada

jaringan sekitamya, namun jarang menyebuk ke jaringan otak. Kadang-kadang ditemukan

fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil yang berasal dari psammoma bodies, bahkan dapat

ditemukan pembentukan jaringan tulang baru.

Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas.

Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan homogen serta

dapat seperti berpasir. Dikatakan atipikal jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per

lapangan pandang elektron atau terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan

nukleus sitoplasma yang tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan

pada anaplastik akan ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear pleomorphism,

abnormalitas pola pertumbuhan meningioma dan infiltrasi serebral.  Imunohistokimia dapat

membantu diagnosis meningioma. Pada pasien dengan meningioma, 80% menunjukkan

adanya epithelial membrane antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7

antibodi (positif pada Schwannomas) dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).2

2.9 Manifestasi Klinik

10

Page 11: Makalah Pa

Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-gejala dalam waktu

yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk meningioma tetapi tidak

pathognomonis. Diperkirakan meningioma intrakranial yang merupakan 1,44% dari seluruh

otopsi sebagian besar tidak menunjukkan gejala-gejala dan didapatkan secara kebetulan.

Dari permulaan sampai timbulnya gejala-gejala rata-rata ± 26 bulan, dilaporkan juga gejala-

gejala yang lama timbulnya yaitu antara 20 — 30 tahun. Walaupun demikian gejala-gejala

yang cepat tidak menyingkir kan adanya meningoma.

Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain misalnya sakit kepala,

muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal seperti kejang-kejang,

kelumpuhan, atau hemiplegia. Gejala umum ini sering sudah ada sejak lama bahkan ada

yang bertahun-tahun sebelum penderita mendapat perawatan dan sebelum diagnosa

ditegakkan.

Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala klinis lain yang

paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :

kejang-kejang (±48%)

gangguan visus (± 29%)

gangguan mental (± 13%)

gangguan fokal (± 10%)

Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor dan

tingginya tekanan intrakranial. Tanda-tanda fokal sangat tergantung dari letak tumor,

gejala-gejala  bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan otak yang ditekan atau

dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut LEAVEN gangguan fungsi otak ini

penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini timbul akibat hemodynamic steal dalam satu

hemisfer otak, antara hemisfer atau dari otak kedalam tumor.

2.9 Prosedur Diagnostik

11

Page 12: Makalah Pa

Diagnosa meningioma dapat ditentukan atas beberapa pemeriksaan sebagai berikut :

Elektroensefalografi (E.E.G.).

X ray foto tengkorak.

Angiografi

Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.

Brain Scan.

Computerized Tomography Scan (CT scan).

Histopatologik.

Tissue Culture1

Elektroensefalografi (EEG) : Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75–85% dari

kasus dan 15 — 25% dari penderita dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal.

Tumor otak sendiri tidak memberi aktivitas listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang

membuat ini pada daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa sehingga

hypersynchronisasi dari pelepasan-pelepasan listrik dari beribu-ribu atau berjuta-juta sel

saraf membentuk gelombang lambat atau gelombang runcing pada EEG. Mungkin tumor

ini memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron didekatnya, mungkin dengan tekanan

langsung, oedema atau mengacau (merusak) innervasi daerahnya. Meningoma

menunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G. Pada kasus-kasus didapatkan 53% dengan

focus abnormal. Pada meningioma intraventriculer enam dari delapan kasus menunjukkan

EEG yang abnormal.

Foto Tengkorak : Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perubahan dari X foto

tengkorak pada meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan radiologis

tersebut adalah:

Hyperostosis : 25% – 44,1%

Pembesaran dari canalis yang dilalui oleh arteri meningiamedia (foramen

Spinosum) : 25%

12

Page 13: Makalah Pa

Perkapuran dari tumor : 3% — 20%

Kerusakan dari tulang : 1,5% – 16,1%

Pembuatan specule : 4,3%  adalah pembuatan tulang-tulang baru sebagai tiang yang

ramping tegak lurus pada permukaan tulang yang normal.

Penebalan tulang yang difus

Hyperostosis dan kalsifikasi tumor terutama Psammomatous merupakan tanda yang paling

penting untuk diagnosa meningioma disamping peningkatan Vascularisasi dan kerusakan

tulang.

Angiografi : Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah adanya

pembuluh darah yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang arteri sistim

karotis eksterna. Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang memberi darah ke tumor

yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali neningioma. Meningioma menunjukkan

ciri-ciri paling khas sebagai berikut:: (i) Mendapat darah dari sistim karotis eksterna. (ii)

Homogenous akan tetapi sharphy sircumscribed cloud, ya itu adanya tumor cloud yang

homogen dari cairan kontras pada seluruh tumor. Batas vaskuler intrinsik dari meningioma

sering jelas sekali dan konfigurasinya berbentuk bulat-bulatan (lobulated). Dan (iii). Tetap

adanya cairan kontras dalam tumor.

Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi : Pneumografi dapat menunjukkan paling

jelas tumor intraventrikuler dan tumor yang letaknya dalam, dekat pada ventrikel atau

mengadakan invasi pada struktur di garis tengah (invading midline structures).

Brain Scan : Brainscan biasanya kurang cermat untuk diagnosa dari tumor yang tumbuh

lambat dan berasal dari glia. Mungkin tak lebih dari separo menunjukkan Brainscan yang

positip. Keterbatasan atau kejelekan dari radionucleide brainscan ini ialah tak dapat

memberi petunjuk yang dapat dipercaya mengenai jenis atau macam nature dari lesi. Ia

hanya menunjukkan suatu daerah dengan uptake yang abnormal dalam kepala, yang dapat

sebagai neoplasma, vaskuler, radang atau trauma. Ia tak memberi informasi mengenai

13

Page 14: Makalah Pa

status dari otak dan derajad dari deformitas atau adanya edema otak, dilatasi ventrikel atau

tekanan intrakranial yang tinggi. Dalam hal ini, C.T. scan dari otak lebih superior

dibandingkan dengan isotop brainscan.

Computerized Tomography scan (CT scan) : Meningioma biasanya lebih padat

dibandingkan dengan otak oleh karena adanya Calcium dalam tumor. Nilai absorpsi

mungkin antara 20 – 300 Um, dan lesi-lesi itu dengan densitas sedang, bertambah jelas

dengan penyuntikan, kontras walau dengan jumlah yang sedikit (20 – 40 cc). Bila

meningioma dengan densitas sangat mendekati otak,maka kita dapat salah menerka edema

sebagai tumor dan dapat mendiagnosis salah sebagai glioma. Sesuai dengan laporan

BECKER dkk (1) bila meningioma mengandung banyak calcium, ia sangat padat dan

diagnosisnya jelas. CT. Scan dapat menunjukkan ventrikel dan ruangan subarachnoid, juga

massa tumor, sering dapat memberi informasi tentang lokalisasi secara terperinci.

Histopatologik. Histopatologi dari meningioma menunjukkan gambaran yang beraneka

ragam. Beberapa sarjana membagi menjadi gambaran yang sederhana didasarkan jenis

yang paling sering didapatkan.

Pembiakan jaringan (Tissue Culture) : Sejak tahun 1928 pembiakan jaringan

meningioma telah dilakukan, tetapi tidak didapatkan bentuk-bentuk pertumbuhan, sampai

COSTERO dkk pada th 1955 mendapatkan pertumbuhan meningioma whorls yang khusus.

Bentuk whorls tidak selalu didapatkan pada semua pembiakan jaringan meningioma, tetapi

whorls ini merupakan tanda khas adanya meningioma dan tidak pernah didapatkan pada

tumor-tumor yang lain baik intra maupun ekstraserebral.

Menurut U.I.C.C. (Unio Internationalis Contra Cancrum) gambaran histopatologi sebagai

berikut:

Epitheloid

Meningotheliomatous

Endotheliomatous

14

Page 15: Makalah Pa

Fibroblastic / Fibromatous

Psammomatous

3. ASTROSITOMA

3.1 Definisi

Astrositoma adalah neoplasma yang berasal dari salah satu sel-sel penyokong di otak yaitu

sel-sel astrosit.Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat yang paling sering

dijumpai. Pada orang dewasa tumbuh di hcmisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa

muda di serebelum, dan pada umumnya kistik.

3.2 Insidensi

Astrositoma terjadi pada semua usia, tersering antara 40-60 tahun. Perbandingan kejadian

astrositoma antara pria dan wanita adalah 2 : 1. Tumor otak ini merupakan tipe tumor otak

yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang-orang yang berumur

antara 20 sampai 40 tahun. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor

jinak karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang calvarium.

Astrositoma anaplastik dapat ditemukan pada pasien berumur antara 30 sampai 50 tahun

dengan jumlah yang meningkat dan glioblastoma multiforme, bentuk astrositoma yang

paling ganas, diderita oleh pasien yang kebanyakan berumur 50 tahun keatas namun dapat

menyerang segala umur.

3.3 Etiologi

Penyebab Astrositoma hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah

banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

15

Page 16: Makalah Pa

1.Herediter : Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan

kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-

anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat

dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang

jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk

memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2.Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) : Bangunan-bangunan embrional

berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang

terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional

tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial

dan kordoma.

3.Radiasi : Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat

mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu

terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah

timbulnya suatu radiasi.

4.Substansi-substansi Karsinogenik : Penyelidikan tentang substansi karsinogen

sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang

karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan

yang dilakukan pada hewan.

3.4 Klasifikasi

Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World Health

Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:

1. Astrositoma Pilositik (Grade I)

16

Page 17: Makalah Pa

Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi pada

anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan memuaskan.

Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar dijangkau, masih

dapat mengancam hidup.

2. Astrositoma Difusa (Grade II)

Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke

tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.

3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke

jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang

normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.

4. Gliobastoma multiforme (Grade IV)

Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.

Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.

Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk..

Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi baik (Well differentiated

astrocytomas).

3.5 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang umumnya terjadi pada tumor astrositoma ialah hasil daripada

peningkatan tekanan intracranium. Gejala-gejala tersebut antara lain sakit kepala, muntah,

dan perubahan status mental. Gejala lainnya, seperti mengantuk, letargi, penurunan

konsentrasi, perubahan kepribadian, kelainan konduksi dan kemampuan mental yang

17

Page 18: Makalah Pa

melemah terlihat pada awal-awal timbulnya gejala. Biasanya terdapat pada satu dari empat

penderita tumor otak maligna.

Gejala-gejala daripada tumor astrositoma juga memiliki variasi yang tergantung pada

bagian mana dari otak yang terkena. Terkadang tipe dari kejang-kejangnya dapat membantu

untuk menentukkan lokasi mana tumor tersebut berada.

3.6. Prosedur Diagnostik.

a. Computed Tomography (CT)- scan

1. Astrositoma Gradasi Rendah : Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk

yang ireguler dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain ber bentuk bulat atau oval

dengan tepi yang tegas yang

dapat disertai dengan kista. Adanya tumor kistik akan lebih nyata bila ditemukan fluid level

di dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke dalam tumornya. Kalsifikasi tampak

pada 81% dan efek masa tampak pada 50%. Enhancement terlihat pada 50%, biasanya

merata dan tidak tajam.

2. Astrositoma Anaplastik : CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau densitas

campuran yang heterogen. Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat berupa

gambaran lesi yang homogen, noduler atau pola cincin yang kompleks.

3. Glioblastoma Multiforme: Gambaran CT bervariasi, hal ini merefleksikan gambaran

patologinya yang heterogen. Pola yang khas, lesi berdensitas campuran yang heterogen atau

hipodens, yang pada pemeriksaan paseakontras menunjukkan bentuk yang ireguler dengan

pola enhancement cincin yang ketebalannya bervariasi, dan biasanya ada efek masa.

Adanya penebalan dan pelebaran dari septum pelusidum yang tampak path enhanced sean

sangat spesifik untuk neoplasma intraaksial. Hal ini tampak pada glioma dan metastasis

tetapi tidak tampak pada meningioma atau adenoma hipofisis

18

Page 19: Makalah Pa

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI Scan dengan penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan

pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat

dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang teratur dapat dilakukan sebagai follow

up pasca penatalaksanaan. Dengan CT Scan, Astrositoma biasanya terlihat sebagai daerah

dengan peningkatan densitas dan menunjukkan peningkatan setelah penginfusan dari bahan

kontras. Pergeseran struktur-struktur garis tengah dan penipisan daripada dinding ventrikel

lateralis di sisi tumor dapat terlihat.

3.7.Diagnosis Diferensial

Tanda khas glioma berupa lesi yang bentuknya ireguler, berdensitas heterogen dengan

enhancement cincin yang tebalnya bervariasi biasanya dapat dibedakan dari suatu

meningioma yang bentuknya lebih reguler dan densitasnya lebih homogen (pada

pemeriksaan dengan media kontras). Bila lesinya tunggal, tidak selalu dapat dibedakan

antara glioma dari metastasis, limfoma atau sarkoma.Pada beberapa kasus, pola CT dari

infark serebri dapat menyerupai suatu glioma. Bila di ferensiasinya tidak dapat dibuat pada

CT polos, ulangan CT dapat dilakukan 7- 10 hari kemudian.

Hal-hal penting dalam diagnosis diferensial suatu infark adalah : bentuknya reguler dibatasi

vaskuler, efek masa kurang dibanding dengan glioma. Pada umumnya menyebabkan gyral

enhancement dan jarang menunjukkan enhancement noduler atau cincin tipis di bagian

perifernya.

3.8. Penatalaksanaan.

Tumor pilositik hemisfer harus dieksisi sebisa mungkin, karena hampir seratus persen

pasien dapat bertahan hidup sepuluh tahun setelah dioperasi. Garis tengah astrositoma harus

dieksisi sebisa mungkin, tetapi tumor-tumor yang anaplasia cenderung untuk menyebar

19

Page 20: Makalah Pa

didalam neuraxis, dan direkomendasikan penatalaksanaan lanjutan berupa radiasi lokal

sampai radiasi craniospinal ditambah dengan kemoterapi. Semua model utama pengobatan

kanker,yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi, dipakai untuk menatalaksana astrositoma

maligna. Pendekatan ini identik baik untuk astrositoma anaplastik maupun glioblastoma,

namun memiliki prognosis yang berbeda. Dengan penatalaksanaan yang identik, median

lamanya bertahan untuk pasien dengan astrositoma anaplastik ialah 3 tahun, dengan

beberapa pasien yang masih bisa bertahan sampai satu dekade atau lebih. Namun demikian,

angka bertahan hidup secara keseluruhan untuk pasien glioblastoma ialah hanya sekitar 1

tahun, dan jarang sekali yang dapat bertahan sampai 3 tahun.

Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka bertahan hidup pasien. Dewasa

muda secara signifikan dapat bertahan hidup lebih lama daripada pasien yang tua,

walaupun memakai metode terapi yang identik Dapat dikatakan, pasien berumur 65 tahun

memiliki prognosis yang buruk. Keadaan umum juga menunjukkan suatu pengaruh yang

kuat. Pasien dengan keadaan umum baik dapat bertahan hidup lebih lama daripada yang

kurang baik. Pasien dengan riwayat gejala-gejala yang banyak, seperti kejang-kejang, dapat

bertahan hidup lebih lama daripada yang gejalanya minimal.

Operasi, radioterapi, kemoterapi dapat membantu mengontrol penyakit dalam satu waktu,

tapi tumor timbul kembali pada kebanyakan pasien, terutama pada tempat yang

sebelumnya.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada astrositoma maligna:

· Operasi : Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang mengganggu

ialah tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan pasien, eksisi total secara umum

meningkatkan fungsi neurologis, mengurangi oedema didaerah sekitar dan

memperpanjang ketahanan hidup. Walau ketika tumor melibatkan area yang penting

di otak, evaluasi pre-operasi dengan fungsional MRI (fMRI) dan pemetaan intra-

operatif terkadang dapat memudahkan ahli bedah saraf yang terampil untuk

20

Page 21: Makalah Pa

mengeksisi lesi-lesi ini secara keseluruhan. Eksisi total juga memudahkan ahli

Patologi Anatomi untuk menegakkan diagnosis yang akurat. Batas reseksi harus

diukur dengan post-operatif MRI, dilakukan 72 jam post-operatif, karena

pengangkatan tumor intra-operatif terkadang tidak akurat. Tumor yang bersifat

multifokal, bilateral, atau yang melibatkan struktur yang peka seperti thalamus, tidak

boleh diangkat pada operasi. Pada pasien-pasien tersebut dilakukan biopsy

stereotaktis pada jaringan tumor.

· Radioterapi: Merupakan penatalaksanaan non operatif yang paling penting untuk

glioma grade tinggi.

· Kemoterapi: Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% dari pasien yang

memakai kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka ketahanan hidup yang lebih

panjang. Namun banyak dokter sekarang ini memakai temozolomide. Temozolomide

ialah obat yang bersifat alkylating agent, diberikan per oral. Secara empiris sangat

baik pengaruhnya untuk perawatan pasien yang menderita glioma ganas yang kambuh

kembali dan telah menjadi standard pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu.

3.9. Prognosis

Pasien dengan Astrositoma grade rendah dapat bertahan hidup sampai lima tahun. Rentang

kemampuan untuk bertahan hidup bervariasi, dimana beberapa pasien hanya dapat bertahan

selama satu tahun, tetapi ada yang sanggup untuk bertahan hidup hingga sepuluh tahun ke

depan. Sebagian besar pasien meninggal karena tumor yang telah berkembang ke grade

yang lebih tinggi.

Pasien yang menderita glioblastoma multiform sebagian besar hanya dapat bertahan sampai

satu tahun, sedangkan pada anaplastic astrocytoma rata-rata dapat bertahan hidup sampai

tiga tahun. Tumor sering kali muncul kembali lokal dan secepatnya harus diterapi kembali.

Namun, sebagian pasien dapat hidup sampai sepuluh tahun tanpa adanya tumor rekuren.

21

Page 22: Makalah Pa

4. GLIOBLASTOMA MULTIFORMIS

4.4 Definisi

Glioblastoma multiforme (GBM) adalah glioma yang sangat agresif dan paling banyak

ditemukan pada manusia, secara klinis termasuk sebagai tumor grade 4. Salah satu sebab

mengapa glioma tidak dapat disembuhkan dengan cara pembedahan ialah secara topografik

tumor ini terdapat secara difus. Bahkan dengan beberapa kali tindakan bedah untuk

penyakit yang kambuh (recurrence), pasien meninggal karena tumor telah menjalar ke

berbagai bagian vital pada otak. Sel glioma tersebut dapat bermigrasi ke parenkim normal,

ke subpial, di sekitar neuron dan pembuluh darah (perineuron dan perivaskular) dan ke

daerah substansia alba.

 

Sehubungan dengan keadaan tersebut para peneliti memusatkan perhatian pada proses yang

dapat menghambat pertumbuhan sel, baik dengan meningkatkan proses apoptosis

(programmed cell death) atau mencegah pembetukan pembuluh darah baru (angiogenesis).

 

Proses apoptosis serta berbagai faktor yang mempengaruhinya pada tumor sistem saraf

termasuk glioma, telah diungkapkan oleh sejumlah peneliti. Berbagai temuan hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengendalian proses apoptosis pada sel kanker

sistem saraf tidak semudah seperti yang dipikirkan semula. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi proses kematian sel terprogram (apoptosis) telah disajikan dalam tulisan

sebelumnya sehingga uraian berikut ini lebih mengungkap-kan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi angiogenesis pada glioma.

4.2 Apoptosis Pada Glioma

 

Kematian sel terprogram (apoptosis) ditentukan oleh seperangkat proteases yang semula

tidak aktif, yaitu caspase, yang dapat merombak berbagai substrat intrasel. Telah diketahui

22

Page 23: Makalah Pa

2 jalur utama untuk menggiatkan caspase, yaitu melalui jalur "reseptor kematian" (death

receptor) yang terdapat di membran sel serta melalui jalur kerusakan mitokondria.

 Tumor necrosis factor-related apoptosis-inducing ligand (TRAIL) terbukti dapat memicu

proses apoptosis. Hao dkk membuktikan bahwa TRAIL dapat membangkit-kan proses

apoptosis pada lebih dari 50% sel glioma. Proses tersebut terjadi melalui jalur DR (decoy

receptor). Jalur terbangkitnya apoptosis ini dapat membuka peluang untuk menerapkan

salah satu pendekatan dalam pengobatan glioma .  

Seperti halnya pada berbagai jenis tumor yang lain, pertumbuhan glioma melalui 3 fase

yaitu fase inisiasi, fase promotif dan fase progesif. Proses karsinogenesis perlu

dikendalikan melalui proses fisiologik maupun farmakologik pada tahap pre-neoplastik

sehingga pada fase promotif dapat ditahan dan dicegah proses pengembangan lebih lanjut.

Untuk pengendalian ini dapat dilakukan melalui langkah pencegahan yang termasuk

penghindaran dari berbagai agent yang dikenal dapat menimbulkan kanker, meningkatkan

daya tahan terhadap kanker, mengubah pola hidup dan penggunaan bahan prevensi-kemo

(chemoprevention)

Chemoprevention adalah bahan yang dapat memperlambat atau menghentikan proses

karsinogenesis sehingga menurunkan risiko proses invasi kanker. Dengan mempelajari

berbagai jalur terbangkitnya apoptosis, diharapkan dapat digunakan chemoprevention untuk

meningkatkan proses apoptosis.

 

Melihat pada pengobatan glioma yang tidak berhasil dengan baik, lebih lebih pada keadaan

telah bermetastasis, telah dilakukan penelitian dengan xenograft glioma manusia pada tikus

serta inokulasi neural stem cell (NSC)-sekresi TRAIL (tumor necrosis factor-related

apoptosis-inducing ligand). Hasil penelitian membuktikan bahwa NCS-TRAIL dapat

menginduksi proses apoptosis sel glioma. Bahkan pemberian NSC-TRAIL kontralateral,

dapat bermigrasi ke bagian otak yang terkena glioma dan sangat berpotensi untuk

membangkitkan proses apoptosis. Temuan ini memberikan harapan untuk menggunakan

NSC-TRAIL sebagai calon bahan untuk mengobati glioma serta metastasisnya.

 

23

Page 24: Makalah Pa

2.3 Angiogenesis Glioma dan Faktor yang Mempengaruhinya

Sel dapat hidup dan berkembang bergantung kepada pasokan oksigen dan nutrien yang

serasi. Oksigen dapat berdifusi dari kapiler ke sel dengan jarak tertentu yang bila jarak

tersebut lebih besar dapat berakibat kematian sel. Pertumbuhan jaringan tumor yang

melebihi jarak tersebut masih dapat berlangsung karena timbul pembuluh darah baru

(neovascularization) melalui proses angiogenesis.

 

Proses pembentukan pembuluh darah baru di dalam tubuh yang berasal dari pembuluh

darah yang lama disebut angiogenesis. Dalam proses tersebut terdapat degradasi matriks

ektrasel serta pencabangan baru (sprouting) dan migrasi sel endotel dari kapiler yang telah

ada. Agar tumor dapat berkembang dan bermetastasis diperlukan pembentukan pembuluh

darah melalui angiogenesis. Untuk proses angiogenesis tersebut antara lain diperlukan

vascular endothelial growth factor (VEGF) yang merupakan peptida angiogenik yang

sangat berpotensi dalam mengendali pengembangan hematopoietic stem cell dan

pengubahan matriks ekstrase. In vitro VEGF merangsang degradasi matriks ekstrasel dan

proliferasi, migrasi dan pembentukan rongga pembuluh pada sel endotel pembuluh darah.

In vivo mengatur permiabilitas dinding kapiler yang merupakan hal penting dalam proses

awal angiogenesis.

 

Sifat permiabilitas, serta pengendalian pertumbuhan pembuluh darah baru pada tumor

berbeda dengan pada jaringan normal. Dibandingkan dengan pembuluh darah di jaringan

normal, kapiler di tumor lebih besar permiabilitasnya sehingga lebih mudah 'bocor' disertai

arus darah yang lebih lamban.

Pertumbuhan dan metastasis tumor bergantung kepada keberlangsungan proses

angiogenesis.  Angiogenesis mulai berlangsung pada awal pertumbuhan tumor yang telah

memerlukan pasokan darah yang dipicu oleh VEGF.  Keadaan tersebut dapat berlangsung

sebagai respons sel tumor terhadap stres lokal antara lain berupa hipoksia dan pH yang

merendah.

24

Page 25: Makalah Pa

Beberapa faktor yang turut berperan dalam proses angiogenesis telah ditemukan.

Auderomenemukan peran angiopoietin-1 (Ang1) yang dapat berinteraksi secara timbal-

balik (reciprocal) dengan sel endotel, tidak hanya dalam pemantapan pembentukan kapiler

tetapi juga pada tahap awal proses angiogenesis. Hal ini nampak dari hilangnya kaitan antar

sel, pergerakan sel endotel ke arah satu dengan lainnya sedemikian rupa sehingga

bergabung menjadi bentuk kapiler.

 

Selain banyak yang meneliti proses angiogenesis juga tidak sedikit yang melakukan riset

tentang faktor penghambat (inhibitor) angiogenesis. Abdolahi meneliti efek antitumor

dengan pemberian inhibitor angiogenesis langsung dan yang tak langsung (direct &

indirect angiogenesis inhibition). Inhibitor langsung misalnya endostatin yang sel

sasarannya ialah sel endotel pembuluh darah dengan mencegah timbulnya respons sel

endotel tersebut terhadap rangsang pro-angiogenesis. Inhibitor tak langsung bekerja dengan

cara 'mengganggu komunikasi' antara sel tumor dengan sel endotel pembuluh darah. Hasil

penelitiannya menunjukkan peningkatan proses anti-angiogenesis bila diberikan inhibitor

langsung dan tak langsung secara bersamaan.

 

Pengobatan dangan menggunakan cara menghambat VEGF sebagai pro-angio-genesis,

telah diterapkan pada manusia namun ternyata belum berhasil dengan memuaskan.

Nampaknya sel tumor dapat membuat beberapa jenis VEGF yang dapat berikatan dalam

pasangan yang beragam dengan reseptor VEGF (VEGFR) sehingga tumor dapat terus

tumbuh melalui mekanisme autokrin dan parakrin meskipun telah diberi penghambat

25

Page 26: Makalah Pa

BAB 2

KESIMPULAN

1. Schwannoma

Schwannoma merupakan tumor yang berasal dari bagian sel saraf. Pada dasarnya

merupakan tumor jinak, tumor ini seringkali memiliki pertumbuhan yang lambat dan baru

terdeteksi ketika ukurannya telah menimbulkan gejala seperti penurunan pendengaran,

tinitus dan kehilangan keseimbangan. Nama lain nya adalah Neuroma Akustik.

Identifikasi Schwannoma utamanya adalah tumor jinak. Pada kasus-kasus yang sangat

jarang terjadi, tumor ini bisa berbahaya. Tumor tersebut bisa tumbuh ke mana saja

sepanjang sistem syaraf. Area yang biasa ditumbuhi tumor schwannoma adalah bagian

otak, trunk dan sel lain yang tidak berhubungan dengan syaraf. Pengobatan tumor

Schwannoma akan dilakukan berdasarkan pada lokasi dan apakah tumor itu jinak atau

ganas.

2. Meningioma

Meningioma intrakranial merupakan tumor intrakranial kedua yang tersering disamping

glioma, perjalananya sangat lambat dan lebih sering didapatkan pada wanita pada usia 50 –

60 th. Diduga sebagai penyebabnya adalah trauma, kehamilan dan virus. Lokalisasi

tersering didaerah supra tentorial di para sagital. Permulaan sampai timbul gejala-gejala

rata-rata 26 bulan. Gejala-gejala umum seperti tumor intrakranial disertai gejala-gejala

fokal tergantung lokalisasi dari tumor. Diagnosa dibuat berdasarkan pemeriksaan tumor

intracranial pada umumnya, yaitu dibuat berdasarkan pemeriksaan klinik , E.E.G., x-foto

tengkorak, angiografi, PEG atau ventrikulografi. Diagnosa banding seringkali menyerupai

insuffisiensi serebral sementara dan berulang-ulang,infark otak, chronic  subdural

hematoma, perdarahan sub archnoid dan meningitis.serosa. Pengobatan dengan operasi,

drainage ventrikel, penutupan vaskuler, pembesaran lapangan operasi. Prognosa pada

26

Page 27: Makalah Pa

umumnya baik, survival rate lima tahun adalah 75%. Angka kematian : diperkirakan post

operasi selama lima tahun (1942 – 1946) adalah 7,9% dan (1957 – 1966) adalah 8,5%.

3. Astrositoma

Astrositoma terjadi pada semua usia, tersering antara 40-60 tahun. Perbandingan kejadian

astrositoma antara pria dan wanita adalah 2 : 1. Tumor otak ini merupakan tipe tumor otak

yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang-orang yang berumur

antara 20 sampai 40 tahun. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor

jinak karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang calvarium.

Astrositoma anaplastik dapat ditemukan pada pasien berumur antara 30 sampai 50 tahun

dengan jumlah yang meningkat dan glioblastoma multiforme, bentuk astrositoma yang

paling ganas, diderita oleh pasien yang kebanyakan berumur 50 tahun keatas namun dapat

menyerang segala umur

Etiologi nya bisa dari Herediter, Sisa embrional, Radiasi, Substansi-substansi Kaddiogenik

4. Glioblastoma Multiformis

Glioma sebagai "terminator" dengan  harapan hidup sekitar satu tahun, perlu mendapat

perhatian besar dalam menanggulanginya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

peningkatan proses apoptosis dan penghambatan angiogenesis diharapkan dapat  mencegah

pertumbuhan glioma. Dengan mengetahui lebih rinci jalur dan komponen yang berperan

dalam kedua proses tersebut pada tumor, khususnya glioma,  diharapkan dapat digunakan

untuk mengendali dan mencegah pertumbuhan..

27