Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan otot-otot. Pengkajian pada system ini rumit, karena bagian-bagian ini bertanggung jawab untuk pergerakan , penunjang, dan stabilisasi tubuh dan fungsinya sangat terintegrasi dengan sistem kulit dan neurologis.Pengkajian pada sistem ini rumit karena : 1. Bagian-bagian ini bertanggungjawab untuk pergerakan penunjang dan sistem stabilitas tubuh. 2. Fungsinya sangat terintegrasi dengan sistem intergumen dan neurologi. Oleh karenanya sebelum melakukan pemeriksaan fisik seorang perawat terlebih dahulu harus mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi dan intergumen.Adapun tehnik-tehnik utama yang di gunakan dalam pemeriksaan sistem muskuloskeletal adalah inspeksi dan palpasi. Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik 1.2 RUMUSAN MASALAH PENGKAJIAN SISTEM MUSKOLOSKELETAL 1

description

makalah pengkajian sistem muskuloskeletal

Transcript of Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

Page 1: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan

otot-otot. Pengkajian pada system ini rumit, karena bagian-bagian ini bertanggung jawab

untuk pergerakan , penunjang, dan stabilisasi tubuh dan fungsinya sangat terintegrasi

dengan sistem kulit dan neurologis.Pengkajian pada sistem ini rumit karena :

1. Bagian-bagian ini bertanggungjawab untuk pergerakan penunjang dan sistem stabilitas

tubuh.

2. Fungsinya sangat terintegrasi dengan sistem intergumen dan neurologi.

Oleh karenanya sebelum melakukan pemeriksaan fisik seorang perawat terlebih dahulu

harus mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya

dengan sistem neurologi dan intergumen.Adapun tehnik-tehnik utama yang di gunakan

dalam pemeriksaan sistem muskuloskeletal adalah inspeksi dan palpasi.

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang

dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang bisa kita bahas antara lain :

a. Bagaimana pengkajian umum muskukoskeletal ?

b. Bagaimana anamnesis musculoskeletal ?

c. Bagaimana sistem pengkajian fisik musculoskeletal ?

1.3 TUJUAN UMUM

1. Untuk memperoleh data dasar tentang otot,tulang dan persendian.

2. Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya ganguan pada bagian

tertentu

1

Page 2: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

1.4 MANFAAT

Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai

pengkajian system musculoskeletal. Secara praktis makalah ini berguna bagi:

1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan keilmuan di bidang keperawatan

khususnya tentang pengkajian system muskuloskeletal beserta dengan procedural

pengengkajiannya.

2. Pembaca / dosen, sebagai media informasi dalam pembuatan makalah.

2

Page 3: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGKAJIAN UMUM SISTEM MUSKULOSKELETAL

Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh

data tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan

dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial

pasien. Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola

ambulasi, alat bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika

ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang

dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

2.2 ANAMNESIS MUSKULOSKELETAL

1. Data subjektif

a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis

transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.

b. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada

neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.

c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang

terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status

kesehatannya dapat dipengaruhi.

d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk

menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang

merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,

osteomielitis, dll)

3

Page 4: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini

dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya

instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan

kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu

makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang

merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.

f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.

Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot

dan trauma lainnya. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi

apakah nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat,

walker)

g. Riwayat kesehatan masa lalu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak

langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang

rawan, riwayat artritis, dan osteomielitis.

h. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat

trauma. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk pertama kalinya

atau berulang. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri

atau mengunjungi fasilitas kesehatan. Keluhan utama pasien dengan gangguan

muskuloskeletal meliputi : 

i. Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah,

sendi, fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk

atau berdenyut.Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit

berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau

infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/gerakan.

Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul

menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada

lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin

meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi

atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya

dapat diatasi dengan obat tertentu.

4

Page 5: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

1) Kekuatan sendi. Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya

kekuan tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari.

Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada

pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas).

2) Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai

nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit

degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi

muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.

3) Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau

bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk

dengan aktivitas, apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk, tongkat, dll)

4) Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh

tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri.

Penekanan pada saraf dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur

dapak menyebabkan menurunnya sensasi.

2. Data obyektif

a. Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot

b. Bandingakan dengan sisi lainnya.

c. Pengukuran kekuatan otot (0-5)

d. Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.

e. Kyposis, scoliosis, lordosis.

2.3 KELUHAN UTAMA DALAM SISTEM MUSKULOSKELETAL

Berbagai macam keluhan yang menyebabkan pasien datang bertemu dengan

pengkaji di klinik. Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien dengan gangguan

muskoloskeletal adalah sebagai berikut :

1. Nyeri

Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan muskoloskeletal

sehingga perlu diketahui secara lengkap tentang sifat-sifat dari nyeri. Kebanyakan

pasien dengan penyakit atau kondisi traumatic, baik yang terjadi pada otot, tulang, dan

5

Page 6: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

sendi biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai

nyeri dalam dan tumpul yang bersifat menusuk, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai

adanya rasa pegal. Nyeri fraktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan dengan

imobilisasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot

atau penekanan pada saraf sensoris.

Kebanyakan nyeri muskoloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Nyeri yang

bertambah karena aktivitas menunjukan memar sendi atau otot. Sementara nyeri pada

satu titik yang terus bertambah merupakan proses infeksi (Osteomielitis), tumor ganas,

atau komplikasi vascular. Nyeri menyebar terdapat pada keadaan yang mengakibatkan

tekanan pada serabut saraf.

Rasa nyeri berbeda dari satu individu ke individu yang lain berdasarkan atas ambang

nyeri dan toleransi nyeri masing-masing pasien. Pada setiap orang pengajian Maupun

penanganannya harus dibedakan pula untuk masing-masing pasien. Agar lebih

komprehensifnya pengkajian nyeri, ada suatu pendekatan yan memudahkan peserta

didik untuk melakukan pengkajian, yaitu pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.

Pengkajian Deskripsi Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan Implikasi Klinis

Provoking Incident

Pengkajian untuk menentukan factor atau peristiwa yang encetuskan keluhan nyeri.

Pada kondisi nyeri otot, tulang dan sendi biasanya disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan saraf akibat suatu trauma atau merupakan respon dari peradangan local.

Quality of pain Pengkajian sifat keluhan (karakter), seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien.

Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada pasien apa maksud dari keluhan-keluhannya. Apakah keluhan nyeri bersifat menusuk, tajam, atau tumpul menusuk.Ingat : Bahwa kebanyakan deskripsi sifat dari nyeri sulit ditafsirkan oleh karena itu pengkaji harus bisa menerangkan dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti

6

Page 7: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

oleh pasien sehingga pasien akan lebih mudah mendeskripsikan ras nyeri tersebut.

Region, refered Pengkajian untuk menentukan area atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri menjalar ke area lain.

Region merupakan pengkajian lokasi nyeri dan harus ditunjukan dengan tepat oleh pasien. Pada kondisi klinik, lokasi nyeri pada system muskoloskeletal dapat menjadi petunjuk area yang mengalami gangguan, misalnya nyeri lokasi lutut pada astritis rematik, atau pada nyeri akibat fraktur yang bersifat lunak pada area local yang mengalami fraktur.Refered atau penjalaran nyeri yang disebut juga nyeri kiriman adalah suatu keluhan nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain. Sebagai contoh : nyeri radikular pada penyempitan atau suatu herniasi diskus, akan dirasakan nyeri pada sepanjang ekstremitas bawah.

Severity (scale) of pain

Pengkajian seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien.

Pengkajian nyeri dengan menilai skala nyeri merupakan pengkajian yang paling penting dari pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST. Pengkajian ini juga menjadi parameter penting dalam menentukan keberhasilan suatu intervensi.Sebagia contoh : pasien yang mengalami fraktur sebelum dilakukan intervensu imobilisasi mempunyai derajat skala nyeri 3 (0-4) atau nyeri berat, maka setelah mendapat intervensi apakah skala nyeri mengalami penurunan, misalnya 1(0-4) atau nyeri ringan. Berat ringannya suatu keluhan

7

Page 8: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

nyeri bersifat subjektif oleh karena itu pada pengkajian tersebut estimasi harus ditentukan oleh pasien sendiri.Teknik pengkajian dilakukan dengan cara; Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan.0 = tidak nyeri1 = nyeri ringan2 = nyeri sedang3 = nyeri berat4 = nyeri berat sekali

Time Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan, atau seketika itu juga. Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus menerus atau hilang timbul (Intermiten). Tanyakan apa yang sedang dilakukan pasien saat gejala timbul.Lama timbulnya (durasi). Tanyakan kapan gejala tersebut pertama kali timbul dan usahakan menghitung tanggalnya seteliti mungkin.

2. Deformitas

Deformitas atau kelainan bentuk merupakan suatu keluhan yang menyebabkan pasien

meminta pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama

keluhan dirasakan, kemana pasien pernah meminta pertolongan sebelum ke rumah

sakit, apakah pernah ke dukun urut atau patah tulang karena ada beberapa kasus

deformitas setelah pasien meminta pertolongan pada dukun patah, atau apakah tanpa

ada tindakan apa-apa setelah mengalami suatu trauma. Perlu diarahkan pada pasien

apakah keadaan/masalah kelainan bentuk pada dirinya menyebabkan perubahan pada

citra diri pasien.

8

Page 9: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

3. Kekakuan/instabilitas pada sendi.

Kekakuan atau ketidakstabilan pada sendi merupakan suatu keluhan yang dirasakan

pasien mengganggu aktivitas pasien sehari-hari dan menyebabkan pasien meminta

pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama keluhan

dirasakan serta sejauh mana keluhan menyebabkan gangguan pada aktivitas pasien.

Kelainan ini bisa bersifat umum misalnya pada atritis rematoid, ankilosing spondilitis,

atau bersifat local pada sendi-sendi tertentu. Locking merupakan suatu kekakuan sendi

oleh tulang rawan atau meniscus. Perlu diketahui apakah kelainan yang ada

menyebabkan ketidakstabilan sendi dan ditelusuri pula penyebabnya apakah karena

kelemahan otot atau kelemahan/robekan ada ligament dan selaput sendi.

4. Pembengkakan/benjolan.

Keluhan karena adanya pembengkakan pada ekstremitas merupakan suatu tanda adanya

bekas trauma yang terjadi pada pasien. Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan

lunak, sendi atau tulang. Hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi spesifik

pembengkakan, sudah berapa lama proses terjadinya trauma, apakah sudah meminta

tolong untuk mengatasi keluhan, dan apakah yang terjadi secara perlahan-lahan,

misalnya pada hematoma progresif dalam beberapa waktu. Pembengkakan juga bisa

disebabkan oleh infeksi, tumor jinak atau ganas.

5. Kelemahan otot.

Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum misalnya pada penyakit

distrofi muscular atau bersifat local karena gangguan neurologis pada otot, misalnya

pada lobus Hansen, adanya perineal paralisis, atau pada penyakit poliomyelitis.

6. Gangguan atau hilangnya fungsi.

Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi dari organ muskoloskeletal ini merupakan

gejala yang sering menjadi keluhan utama pada masalah gangguan system

muskoloskeletal. Gangguan atau hilangnya fungsi pada sendi dan anggota gerak dapat

disebabkan oleh berbagai hal, seperti gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi setelah

trauma, adanya kekakuan sendi, atau kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan

pengkaji untuk menggali keluhan utama dari pasien adalah berapa lama keluhan

muncul, lokasi, atau organ yang mengalami gangguan atau hilangnya fungsi dan apakah

ada keluhan lain yang menyertai.

9

Page 10: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

7. Gangguan sensibilitas.

Keluhan adanya gangguan sensibilitas terjadi apabila melibatkan kerusakan saraf pada

upper/lower motor neuron, baik bersifat local maupun menyeluruh. Gangguan

sensibilitas dapat pula terjadi apabila terdapat trauma atau penekanan pada saraf.

Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskoloskeletal. Pasien

mungkin menyatakan mengalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan

kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun

gangguan peredaran darah.

Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat

mengganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf

dan peredaran darah yang terletak sepanjang system muskoloskeletal. Status

neurovascular didaerah musculoskeletal yang terkena harus dikaji untuk memperoleh

informasi untuk perencanaan intervensi. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah

pasien mengalami perasaan yang tak normal atau kebas; apakah gangguan ini

bertambah berat atau malah makin berkurang setelah permulaan keluhan mucul sampai

pada saat wawancara; apakah ada keluhan lain yang pasien rasakan seperti mengalami

nyeri dan bengkak (edema); apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah

yang terkena seperti pucat dan sianosis.

2.4 PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.

Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi

dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot,

cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

1. Pengkajian Skeletal Tubuh

Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan

tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.Pemendekan ekstremitas,

amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.

Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi

menunjukkan patahan tulang. Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik

10

Page 11: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah

cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002) 

Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan

tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema

atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.

2. Pengkajian Tulang Belakang

Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada

sepanjang leher dan pinggang.

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura

lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian

dada), lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang

berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.

Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat

kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada

penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat

gaya beratnya. 

Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan

kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara

berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka.

Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang

belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke depan (fleksi).

Skoliosis ditandai dengan  abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak

sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol, akan

lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi

badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

3. Pengkajian Persendian

Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan

benjolan.Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi

dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi

besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer

(busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu

11

Page 12: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan

terbatas.Yang disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur

otot dan tendo disekitarnya.

Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi

dapat berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.Inspeksi

persendian dan bandingkan secara bilateral.Harusnya didapat kesimetrisan tanpa

kemerahan, pembengkakan, pembesaran / deformitas.Palpasi sendi dan tulang untuk

mengetahui edema dan tenderness.Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui

adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut  saat bergerak dan tidak ada nodul.

Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),

subluksasi (lepasnya sebagian  permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi,

dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga

sendi dapat menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga

memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya brace). 

Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),

pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat

mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya

samar. Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada

rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral

dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah.

Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi

lateral dan medial pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung

lutut.

4. Pengkajian Sistem Otot

Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot

dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan otot

menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis,

poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan

secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi

otot dan ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot.

12

Page 13: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

Kaji kekuatan otot

Catatan : Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan dalam

pengkajian rentang gerak. Teknik – teknik untuk tes skrining kekuatan otot adalah

sebagai berikut :

1) Teknik uskulatur okuler

2) Teknik muskulatur wajah

3) Teknik muskulatur leher

4) Teknik muskulatur bahu

5) Teknik muskulatur deltoid

6) Teknik bisepsi

7) Teknik triseps

8) Teknik muskulatur pergerakan tangan dan jari

9) Teknik muskulatur panggul, telentang

10) Teknik quadriseps, duduk

11) Teknik urat-urat lutut, duduk

12) Teknik muskulatur pergelangan dan telapak kaki

Penilaian Kekuatan Otot

( Priguna S, 1980 )

NO Tingkat fungsional Skala lovet DERAJAT %

1 Tidak ada bukti kontraktiliitas Nol 0 0 %

2 Bukti sedikit kontaktilitas Kecil 1 10 %

3Rentang gerak lengkap dengan

pembatasan gravitasiBuruk 2 25 %

4Rentang gerak lengkap dengan

garavitasiSedang 3 50 %

5Rentang gerak lengkap terhadap

gravitasi dengan beberapa tahananBaik 4 75 %

6Rentang gerak lengkap terhadap

gravitasi dengan tahanan penuhnormal 5 100 %

13

Page 14: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

a. Kepala & Leher

Inspeksi & Palpasi adanya luka, bengkak, asimetris

b. Mandibular

Sendi Temporomandibular kaku / kejang

R.O.M buka mulut (normal 2-5 cm )

Kekuatan otot dengan tahanan mandibular

c. Leher

Simetris, benjolan, kaku, nodul

R.O.M:

Fleksi – fleksi lateral

Ekstensi-hiperekstensi

Rotasi

Kekuatan otot tahan tiap gerakan 2X

d. Bahu

Bandingkan kanan-kiri dari simetris, atrofi, deformitas

Adakah nyeri tekan pada sendi sternoklavikuler dan sendi akromioklavikuler.

e. Klavikula

Simetris Tonjolan tuberositas Humerus

Lekukan otot Humerus salah letak

f. Skapula

Tinggi sama ?

Jarak dengan spinal columna sama ?

Palpasi dengan jari untuk melihat batas tulang, krepitasi ?kelembutan otot ?

Simetri ?

g. Siku

Fleksi dan ekstensi kedua siku ( bandingkan kanan-kiri )

Ekstensi, periksa sendi dari kemerahan dan pembengkakan, perubahan bentuk

sendi & otot

Palpasi siku adanya cairan, pembesaran kelenjar Supra Condylar , nodulus

rematoid.

R.O.M fleksi ( normal 150 derajat )

14

Page 15: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

Ekstensi ( normal 5-15 derajat )

Supinasi& pronasi

h. Pergelangan Tangan

Simetris, bentuk.

Lakukan fleksi tahan selam 1 menit, bila timbul rasa kebas / kesemutan /

paraesthesia permukaan tangan terutama 3 jari pertama dan separoh dari jari ke 4

(tanda Phalen) merupakan tanda

i. Punggung & Dada

Inspeksi bentuk Spinal Columna dari belakang dan samping ( Skoliosis, Lordosis)

Membungkuk sejauh mungkin untuk melihat otot samping kanan-kiri Spina

( normal :sama )

j. Pinggul

Thomas test ( peluk lutut kiri ke dada )

Bila panggul kanan fleksi kemungkinan adanya kelainan fleksi panggul

Bila sakit kemungkinan adanyafraktur ?

Angkat tungkai bawah sampai terasa sakit kemudian dorsofleksi telapak kaki

(normal 50 derajat, tidak ada nyeri)

k. Paha

Simetris dan bentuk

Lingkar paha bandingkan secara bilateral ( normal kaki dominant > 1cm )

l. Lutut

Inspeksi posisi dan bentuk

Periksa kekakuan, pembengkakan, pembesaran tulang sekitar sendi lutut

R.O.M ekstensi ( normal 10 derajat ) fleksi ( normal 135 derajat )

Periksa kekuatan otot dengan tekan lutut, klien berusaha untuk mengangkat

m. Pergelangan & Telapak Kaki

Inspeksi terhadap edema, kemerahan, kelainan bentuk

Inversi 35 derajat, eversi 15 derajat

Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi jari-jari

Bila perlu meloncat dengan satu kaki ( bila sukses fungsi motorik kaki dan

cerebellum serta position sense baik )

15

Page 16: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

n. Postur Tubuh & Gaya Berjalan

Klien jalan 20 langkah bolak-balik

Amati postur, cara menelapakan kaki, keseimbangan ( jalan lurus satu garis ),

ayunan lengan, irama langkah, jarak langkah ( n=37,5 cm )

Bila berputar muka & kepala berputar terlebih dahulu dari bagian lain

5. Inspeksi dan palpasi

a. Inspeksi

1) Kesemetrisan seluruh tubuh

Simetris pada bagian – bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin bukan

patologis yang berarti.

2) Kesejajaran ekstremitas

Ekstremitas sejajar dengan kontur, simetris dan sudut yang sama secara

bilateral, ekstremitas tampak panjang karena ukuran batang tubuh telah

membatasi.

3) Adanya deformitas nyata dan postur

Penampilan menyeluruh adalah salah satu dari fleksi umum, kepala dan

leher mengarah kedepan, kifosis dorsalis, fleksi pada siku, pergerakan

lengan tangan, pinggul dan lutut berdiri pada dasar lebar.

Penympangan sangat asimetri atau deformitas: deformitas varus ( bowleg ),

deformitas valgus ( knock-knees ), lordosis dan skoliosis.

4) Otot – otot mengenai hipertrofi nyata atau atrofi

Kerusakan dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya, saluran di

dasar interkapal, penampilan ekstremitas keseluruhan adalah lonjong dengan

sisi datar pada posisi inferior dan posterior bila ekstremitas pada posisi

horizontal asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan : hipertrofi atau atrofi

nyata.

b. Palpasi

16

Page 17: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

1) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan

suhu lokal dan krepitasi.

2) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu

secara umum sama keseluruhan tidak ada krepitasi.

3) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.

4) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena

penebalan atau pembesaran.

2.5 INDIKASI PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Pengkajian fisik sistem muskuloskeletal adalah pemeriksaan tubuh klien secara

keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang

sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan

masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)

Keakuratan pemeriksaan fisik muskuloskeletal mempengaruhi pemilihan terapi yang

diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).

Pengkajian fisik pada gangguan muskoloskeletal terdiri atas pengkajian fisik umum

dan pengkajian lokalis muskoloskeletal. Pengkajian fisik ini dilakukan sebagaimana

pengkajian fisik lainnya dan bertujuan untuk mengklarifikasi hasil temuan dari anamnesis,

untuk mengevaluasi keadaan fisik pasien secara umum, serta melihat apakah ada indikasi

penyakit lainnya selain kelainan muskoloskeletal.

Dalam melakukan pengkajian fisik gangguan musculoskeletal, pengkaji

memerlukan pengetahuan tentang anatomi, fisiologi dan fatofisiologi dari system

muskoloskeletal. Pengalaman dan keterampilan diperlukan dalam pengkajian dasar,

kemampuan fungsional, sampai maneuver pengkajian fisik canggih yang dapat

menegakkan diagnosis kelainan khusus tulang, otot, sendi. Pengkajian fisik merupakan

eveluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas

tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pengkajian musculoskeletal biasanya

berhubungan erat dengan system saraf dan kardiovaskuler sehingga pengkajian ketiga

system tersebut sering dilakukan secara bersamaan.

17

Page 18: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

Dasar dari pengkajian fisik system musculoskeletal adalah perbandingan

kesimetrisan tubuh. Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan

riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang ditemukan pengkaji yang memerlukan

eksplorasi lebih jauh.

2.6 KONTRAINDIKASI PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Nyeri tekan: perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri setempat

atau nyeri menjalar yang berasal dari tempat lain (referred pain).

Peserta didik tidak boleh melakukan palpasi pada pasien awal fraktur tanpa

didampingi oleh pembimbing. Teknik penekanan dimulai dengan meletakkan jari-jari

tangan pada area tempat pengkajian agar pasien merasa terbiasa dengan adanya tangan di

tempat pengkajian. Dengan memperhatikan ekspresi wajah pasien, penekanan dilakukan

perlahan-lahan. Analisis pengkajian untuk menentukan apakah nyeri bersifat local

(tenderness) atau nyeri dari tempat lain

BAB III

PENUTUP

18

Page 19: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

3.1 KESIMPULAN

Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan

otot-otot.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang

dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.

Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi

dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot,

cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

3.2 SARAN

1. Saat melakukan pengkajian musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan terarah

2. Saat akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu harus mengetahui tentang

anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi

dan intergumen

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan

(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

http://repository.unand.ac.id/14267/2/MANUAL_SKILLS_LAB_ORTHO.pdf

Zairin Noor Helmi. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal. PT Salemba Medika. Jakarta.

20

Page 21: Makalah Muskuloskeletal - Sistem Pengkajian

LAMPIRAN

21