Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik...

17
1 MAKALAH REVITALISASI POSISI PEREMPUAN DALAM PEMBENTUKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK MELALUI PARTISIPASI POLITIK PEREMPUANDISUSUN OLEH : ROZANA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG MALANG 2013

description

Ada banyak alasan kenapa begitu pentingnya pemberdayaan perempuan dalam negara yang berkembang. Keberhasilan pemberdayaan di negara berkembang adalah identik dengan keberhasilan usaha membangun bangsa. Kalau ada rekapitulasi dalam bidang per-bank-kan, mestinya ada rekapitulasi dalam upaya untuk pemberdayaan perempuan.

Transcript of Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik...

Page 1: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

1

MAKALAH

“REVITALISASI POSISI PEREMPUAN

DALAM PEMBENTUKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK

MELALUI PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN”

DISUSUN OLEH :

ROZANA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(HMI)

CABANG MALANG

2013

Page 2: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

PENDAHULUAN .....................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

D. Manfaat ........................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

A. Gambaran Umum Tata Pemerintahan di Indonesia ....................... 4

B. Partisipasi Politik Perempuan ......................................................... 6

1. Kedudukan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan ........... 8

2. Perwakilan Perempuan di Tata Pemerintahan ........................... 9

3. Tantangan Terbesar dalam Perwakilan Perempuan ................... 10

C. Strategi Pemecahan Hambatan Perwakilan Perempuan ................. 10

1. Langkah Publik .......................................................................... 10

2. Langkah Organisasi Perempuan ................................................ 10

3. Pembentukan Aliansi ................................................................. 11

4. Pembagian Peran ....................................................................... 11

5. Merangkul Generasi Muda ........................................................ 11

KESIMPULAN ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

Page 3: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah ini yang berjudul “Revitalisasi Posisi Perempuan dalam Pembentukan

Tata Pemerintahan yang Baik melalui Partisipasi Politik Perempuan

Makalah ini berisikan tentang informasi bahwa perempuan dan politik

adalah salah satu isu utama dalam wacana politik di Indonesia, dibuat sebagai

syarat pendaftaran peserta Latihan Kader II (LK II) HMI Cabang Depok.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua dan

dapat diterima sebagai makalah yang lolos seleksi pendaftaran LK II.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang, 20 Januari 2013

Penyusun

Rozana

i

ii

Page 4: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Good governance telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya

penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, tata pemerintahan yang baik,

pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggunjawab, dan ada juga yang

mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih (clean government).

Governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan

kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai masalah yang dihadapi

masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung unsur

demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatif dan kemitraan. Lebih

lengkapnya adalah proses dimana berbagai unsur dalam masyarakat menggalang

kekuatan dan otoritas, dan mempengaruhi dan mengesahkan kebijakan dan

keputusan tentang kehidupan publik, serta pembangunan ekonomi dan sosial

(Batubara, Alwi Hasyim, 2006).

UNDP mendefinisikan tata pemerintahan adalah pelaksanaan wewenang

di bidang ekonomi, politik dan administratif dalam kerangka mengelola urusan

suatu negara di semua tingkatan. Hal itu terdiri dari mekanisme, proses dan

institusi yang warga negaranya dapat mengartikulasikan kepentingannya,

menggunakan hak – haknya, melaksanakan kewajiban, dan menengahi perbedaan

– perbedaan diantara mereka (undp, 2003).

UNDP memberikan sembilan (9) karakteristik pelaksanaan tata

pemeritahan yang baik, dua (2) diantaranya adalah: a) Partisipasi (keterlibatan

masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung, maupun tidak

langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.

Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta

berpartisipasi secara konstruktif) , dan b) Equity (setiap masyarakat memiliki

kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan) (undp,

2003).

Page 5: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

2

Salah satu aspek mendasar dari pembangunan manusia adalah partisipasi

politik. Dunia saat ini masih dipenuhi ketidakadilan terhadap perempuan.

Penghasilan yang diterima perempuan, misalnya hanya 75% yang diterima laki –

laki. Sekitar 46% dari orang dewasa yang buta huruf adalah perempuan.

Persentase perempuan yang menduduki kursi diparlemen di dunia rata – rata haya

14% dari total anggota parlemen (untuk Indonesia angka ini 8%) (undp, 2003).

Perempuan yang jumlahnya hampir separuh atau 49,9% dari penduduk

Indonesia saat ini, merupakan subyek, potensi dan aset pembangunan bangsa.

Kalau tidak ada perempuan – perempuan Indonesia dengan keahlian yang

bermacam – macam, pembangunan kita tidak bervariasi seperti sekarang. Oleh

karena itu, perempuan harus diberdayakan karena sangatlah strategis dalam

membangun budaya dan karakter bagi generasi pene rus bangsa. Absennya suara

perempuan dalam tata pemerintahan yang sudah berlangsung lama dan sebag ian

besar disebabkan oleh rendahnya representasi dan partisipasi di struktur

kelembagaan, baik di pemerintah, partai politik, organisasi nonpemerintah,

maupun perusahaan swasta. Namun peningkatan partisipasi politik perlu

diarahkan lebih jauh lagi pada hubungan yang kompleks antara kekuasaan,

kemiskinan dan partisipasi. Perempuan ingin dan butuh terlibat dalam putusan –

putusan yang mempengaruhi pribadinya, keluarga, komunitas dan negara (Idris,

Kartini Fahmi, 2008).

Peran perempuan dalam memajukan bangsa Indonesia mirip seperti

sayap burung yang tidak mungkin bisa terbang dengan satu sayap, tetapi harus

dengan dua sayap. Jika laki – laki berperan sebagai sayap, maka perempuan

adalah sayap yang lain. Agar masyarakat Indonesia berdiri diatas bangunan yang

benar, maka UUD 1945 telah memberikan beban kepada masing – masing laki –

laki dan perempuan. Sehingga untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik

diperlukan perumusan perangkat hukum dan pembentukan struktur – struktur

kelembagaan baru yang dapat melindungi hak – hak politik, ekonomi, sosial dan

budaya perempuan (Qarquti, Hanan, 2008).

Ada banyak alasan kenapa begitu pentingnya pemberdayaan perempuan

dalam negara yang berkembang. Keberhasilan pemberdayaan di negara

berkembang adalah identik dengan keberhasilan usaha membangun bangsa. Kalau

Page 6: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

3

ada rekapitulasi dalam bidang per-bank-kan, mestinya ada rekapitulasi dalam

upaya pemberdayaan manusia yaitu dengan melipatgandakan program dan ilmu

untuk pemberdayaan perempuan (Suyono, Haryono, 2003).

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis akan mengangkat judul

Revitalisasi Posisi Perempuan dalam Pembentukan Tata Pemerintahan yang

Baik melalui Partisipasi Politik Perempuan. Makalah ini akan menunjukkan

bahwa perempuan dan politik adalah salah satu isu utama dalam wacana politik di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum tata pemerintahan di Indonesia?

2. Bagaimana partisipasi politik perempuan di Indonesia saat ini?

3. Apa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan perwakilan

perempuan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui gambaran umum tata pemeritahan yang baik.

2. Untuk mengetahui sejauh mana partisipasi politik perempuan di Indonesia

saat ini.

3. Untuk mengetahui langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan

perwakilan perempuan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat

dijadikan salah satu bahan rujukan dan diskusi dalam memperjuangkan posisi

perempuan dalam kesetaraan politik demi terwujudnya tata pemerintahan yang

baik.

Page 7: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

4

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tata Pemerintahan di Indonesia

Ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam

melaksanakan good governance, yakni: pemerintah (the state), civil society

(masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil), dan pasar atau dunia

usaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab baru

tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan administrasi ketiga

unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan sinergis. Interaksi

dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur bila ada

kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti.

Good governance yang sehat juga akan berkembang sehat dibawah

kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas (Effendi, Sofyan,

2005).

Berbagai assessment yang diadakan oleh lembaga-lembaga internasional

selama ini menyimpulkan bahwa Indonesia sampai saat ini belum pernah mampu

mengambangkan good governance. Mungkin karena alasan itulah Gerakan

Reformasi yang digulirkan oleh para mahasiswa dari berbagai kampus telah

menjadikan good governance, walaupun masih terbatas pada Pemberantasan

Praktek KKN (Clean Governance). Namun, hingga saat ini salah satu tuntutan

pokok dari Amanat Reformasi itupun belum terlaksana. Kebijakan yang tidak

jelas, penempatan personil yang tidak kredibel, enforcement menggunakan, serta

kehidupan politik yang kurang berorientasi pada kepentingnan bangsa telah

menyebabkan dunia bertanya apakah Indonesia memang serius melaksanakan

good governance.

Pengembangan good governance harus menjadi tanggungjawab kita

semua. Dalam kondisi seperti sekarang, pemerintah, yang selama ini mendapat

tempat yang dominan dalam penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi dan

administrasi, sukar diharapkan secara sadar dan sukarela, akan berubah dan

menjelma menjadi bagian yang efektif dari good governance Indonesia. Karena

itu pembangunan good governance dalam menuju Indonesia masa depan harus

dilakukan melalui tekanan eksternal dari luar birokrasi atau pemerintah, yakni

Page 8: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

5

melalui pemberdayaan civil society untuk memperbesar partisipasi berbagai

warganegara dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Aksi – aksi terorisme, penyebaran penyakit, bertahannya tingkat

kemiskinan, serta merebaknya peranan perang sipil bukanlah hal ikhwal yang

berdiri sendiri. Peristiwa – peristiwa itu merupakan gejala politik dimana negara

sebagai institusi terpenting dalam masyarakat gagal menjalankan perannya.

Menurutnya, gejala kegagalan semacam itulah yang menjadi ancaman terbesar

bagi umat manusia pada awal abad ke – 21 (Fukuyama, 2005).

Peran negara harus dipahami dalam dua dimensi, yaitu cakupan (scope)

maupun kekuatan atau kapasitas (strenght). Kedua hal ini merupakan alat analisis

untuk membedah apa yang sesungguhnya dimaksud dengan peran negara, serta

peran seperti apa yang kita anggap idel untuk dilakukannya.

Suatu negara yang kuat ditandai oleh kemampuannya manjamin bahwa

hukum dan kebijakan yang dilahirkannya ditaati oleh masyarakat, tanpa harus

menebarkan ancaman, paksaan, dan kecemasan yang berlebuhan. Elemen dasar

yang ada pada negara yang kuat adalah otoritas yang efektif dan terlembaga. Jika

terjadi pelanggaran atau penentangan terhadap otoritas ini, ia mampu

mengatasinya, kalau perlu dengan alat – alat pemaksa yang secara sah

dikuasainya. Hanya dengan kekuatan semacam inilah negara mampu menjaga

keamanan, ketertiban, kebebasan, serta – jika bersifat intervensionis – mampu

mewujudkan kesejahteraan dan keadilan ekonomi. Jika negara tidak mampu

menjaga otoritas semacam ini, ia disebut sebagai negara lemah (Fukuyama, 2005).

Baik negara yang kuat maupun yang lemah memiliki cakupan peranan

yang berbeda, dan tidak otomatis berhubungan. Cakupan itu ditentukan dari

seberapa jauh negara tersebut melakukan atau tidak melakukan kegiatan publik

tertentu, seperti pembentukan sistem pertahanan dan peradilan, memungut pajak,

melakukan intervensi dan regulasi ekonomi, dan membangun infrastruktur, dan

semacamnya.

Pembangunan negara adalah penciptaan lembaga – lembaga

pemerintahan baru dan penguatan lembaga – lembaga yang telah ada.

Pembangunan negara merupakan satu persoalan paling penting bagi komunitas

dunia karena negara – negara lemah atau gagal adalah sumber dari persoalan

Page 9: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

6

dunia yang paling serius, mulai dari kemiskinan, AIDS, obat bius, hingga

terorisme.

B. Partisipasi Politik Perempuan

Pada saat ini, beberapa dekade setelah terbukanya kesempatan secara

luas bagi perempuan untuk memasuki sekolah – sekolah yang dikehendaki,

keadaan masih menunjukkan kecenderungan umum, yakni semakin tinggi jenjang

sekolah, semakin sedikit jumlah perempuannya dibanding pria. Gambaran yang

sama juga ditemui dalam jenjang kepangkatan maupun posisi di birokrsi

pemerintahan. Semakin tinggi kepangkatan ataupun posisi, semakin kecil jumlah

perempuan yang mencapainya. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut,

pemerintah bersama – sama dengan LSM memberi perhatian khusus terhadap

pemberdayaan perempuan dibidang – bidang sebagai berikut: perbaikan kualitas

hidup perempuan, perbaikan perlindungan hukum terhadap buruh perempuan,

peningkatan perempuan di masyarakat dan penciptaan serta pengkondisian iklim

sosial bagi pengembangan jati diri perempuan (Mudzhar, Atho dkk, 2001).

Dari fakta – fakta sejarah kita peroleh gambaran yang menarik perhatian

yang berhubungan dengan kedudukan dan peranan perempuan di Indonesia.

Perempuan Indonesia ternyata bisa memperoleh kedudukan, wewenang dan

kekuasaan tertinggi sebagai kepala negara. Di samping itu, mereka juga telah

berkiprah diberbagai bidang yang sering dianggap sebagai duniaan laki – laki. Hal

ini bertentangan sekali dengan gambaran umum yang ada tentang Indonesia

dimana kaum perempuan yang dibedakan dari kaum laki – laki mempunyai

kedudukan yang rendah dan hidup terkekang. Mereka seolah – olah tidak

mempunyai peluang untuk berkembang.

Dalam kenyataannya, terdapat banyak bukti bahwa di masa lalu kaum

perempuan Indonesia pernah memegang jabatan pimpinan sebagai kepala negara

dan juga berperan aktif dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial dan

budaya, bahkan militer. Misalnya Kerajaan Majapahit di Jawa Timur juga pernah

diperintah oleh seorang raja putri selama 22 tahun. Ketika Raja Jayanegara

meninggal pada tahun 1328 tidak meninggalkan putra mahkota. Maka adiknya

seorang putri diangkat untuk menggantikannya dengan gelar Ratu

Page 10: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

7

Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Perempuan seperti Ratu

Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani ini bisa dikategorikan sebagai

pimpinan tradisional karena pada umumnya mereka nerkuasa berdasarkan jenjang

keturunan dari keluarga elit tradisonal. Keadaan berubah ketika pendidikan Barat

yang bersifat modern mulai diperkenalkan dan mendorong munculnya kelompok

baru yang disebut kaum elit modern. Mereka memiliki wawasan dan cakrawala

pandang yang lebih luas dan memahami dimensi permasalahan dengan lebih

mendalam. Ide – ide luar yang mereka pelajari, seperti liberalisme, nasionalisme,

dan hak asasi manusia menambah kemampuan mereka memahami persoalan yang

dihadapi oleh bangsanya pada masa itu yang hidup dalam alam penjajahan

(Mudzhar, Atho dkk, 2001).

Kiprah kepemimpinan perempuan dalam masyarakat Indonesia semakin

berkembang walaupun secara proporsional jumlahnya belum seimbang dengan

jumlah penduduk secara keseluruhan. Demikian juga dalam hal kualitasnya masih

belum dapat mengimbangi kualitas kaum laki – laki.

Pada jabatan birokrasi atau pemerintahan, dalam eselon I sampai III pada

tahun 1984 hanya terdapat 5,5% dan tahun 1989 naik menjadi 6,5%. Dalam

kabinet Presiden tahun 2001 hanya ada satu menteri yang menjabat pimpinan

departemen yang secara tradisional dianggap cocok untuk perempuan, yaitu

Departemen Sosial dan seorang Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Dalam

Kabinet Pembangunan VII jumlah menteri perempuan bertambah satu menjadi

tiga orang. Bila kita tinjau dari angka – angka statistik untuk anggota DPR maka

gambaran umum bahwa perempuan masih terbelakang semakin jelas (Mudzhar,

Atho dkk, 2001).

Dari fakta sejarah yang telah dikemukakan di atas, terdapat bukti bahwa

perempuan Indonesia sebenarnya pernah berkiprah menjadi pemimpin dalam

segala bidang kemasyarakatan; bahkan menjadi kepala negara dan pemerintahan.

Namun dalam kenyataannya masa kini, nampaklah bahwa peluang untuk tampil

menghadapi banyak hambatan. Padahal kita tahu bahwa peluang untuk itu

semakin banyak tersedia. Kesempatan memperoleh pendidikan pun semakin

beragam dan terbuka lebar.

Page 11: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

8

1. Kedudukan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan

Perempuan berkeinginan mempengaruhi keputusan – keputusan yang

menyangkut kehidupan dan keluarga mereka, perekonomian dan nasib

masyarakat, negara, serta struktur hubungan internasional. Partisipasi politik dan

representasi perempuan merupakan esensi dari perjuangan tersebut. Hal itu juga

memungkinkan perempuan dan laki – laki dari segala ras dan usia untuk

menikmati hak – hak asasinya. Hal itu sekaligus merupakan jalan untuk

mempengaruhi alokasi sumber daya pembangunan yang merata dan yang

menentukan kehidupan baik bagi perempuan dan laki – laki di segala usia (undp,

2003).

Sebenarnya dasar hukum kesetaraan hak dan kesempatan bagi

perempuan cukup kuat. Namun, sekalipun dalam kerangka hukum formal yang

sudah progresif, banyak kendala masih menghambat partisipasi perempuan dalam

pengambilan keputusan di semua tingkat. Masih banyak kalangan perempuan

yang tidak memahami hak – hak mereka karena kurangnya kesadaran mereka dan

informasi yang kurang memadai. Begitu juga, sebagian besar kaum pria belum

menyadari betapa pentingnya kesetaraan perempuan dalam pengambilan

keputusan. Lingkungan sosial budaya yang ada tidak kondusif bagi partisipasi

penuh perempuan dalam dunia politik atau pengambilan keputusan skala nasional,

sementara banyak kendala institusional masih menghambat akses kaum

perempuan kepada kekuasaan (Gardiner, Mayling Oey, 1996).

Karena itu, walaupun ada wakil rakyat perempuan dan Menteri Urusan

Peranan Wanita dalam politik Indonesia, hanya sedikit sekali kaum perempuan

terlibat dalam pembuatan kebijakan, perencanaan pembangunan, atau menduduki

posisi penentu kebijakan yang mampu menentukan program dan proyek

pembangunan.

Setelah menyadari bahwa partisipasi ekonomi dan partisipasi politik

tidak dapat dipisahkan, maka transformasi kelembagaan diperlukan untuk

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan ekonomi dan politik

perempuan. Pemahaman yang lebih mendalam atas hambatan di pasar tenaga

kerja dan upah kerja juga penting sebagai prasyarat bagi transformasi tersebut.

Hal itu penting terutama karena kemandirian ekonomi perempuan merupakan

Page 12: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

9

faktor kritis bagi upaya mempengaruhi keputusan yang menyangkut kehidupan

perempuan dan keluarganya.

2. Perwakilan Perempuan di Tata Pemerintahan

Kesetaraan gender, bearti perempuan dan laki – laki menikmati status

dan memiliki kondisi yang sama untuk menggunakan hak – haknya dan

kemampuannya secara penuh dalam memberikan kontribusinya kepada

pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan demikian, kesetaraan

gender merupakan penilaian yang sama yang diberikan masyarakat atas kesamaan

dan perbedaan antara perempuan dan laki – laki (Hubeis, Aida Vitayala, 2010).

Alasan perempuan perlu berpolitik adalah :

a. Trend global peran perempuan yang semakin mengemuka di semua lini

kehidupan.

b. Komitmen politik untuk sekurang – kurangnya 30% keterwakilan

perempuan dalam legislatif.

c. Peluang era demokrasi – reformasi dan pemilihan langsung/basis

kompetensi untuk posisi – posisi strategis di publik.

d. Trend keadilan dan kesetaraan gender (KKG); di tingkat nasional dan

internasional yang semakin bergemuruh (tapi, tetap masih diperlukan

untuk diperjuangkan dan direbut).

Indikator mengenai perwakilan perempuan yang digunakan sekarang

beragam, dari peningkatan kesadaran terhadap isu – isu perempuan hingga

perubahan proses dan struktur kelembagaan dan upaya mempengaruhi wacana

pemerintahan itu sendiri. Meskipun ada harapan bahwa politisi perempuan, dalam

posisinya, dapat mengajukan agenda gender, hal itu bukanlah merupakan suatu

kebutuhan dan memang biasanya mereka tidak mampu melakukannya. Pada

banyak kasus, jumlah mereka belum mencapai masa kritis yang diperlukan.

Bahkan jika masa kritis masih harus dibentuk dan diperkuat.

Dalam UNDP (2003), disebutkan bahwa partisipasi perempuan dalam

politik tidak dapat dipisahkan dari status sosial ekonomi mereka, terutama pada

faktor – faktor sebagai berikut:

Page 13: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

10

a. Perempuan biasanya tidak memiliki akses yang sama ke sarana partisipasi

dibanding dengan laki – laki, misalnya dalam hal keterampilan yang

diperoleh dari pendidikan dan pelatihan atau akses ke media informasi,

termasuk teknologi komunikasi terbaru.

b. Perempuan juga seringkali tidak mempunyai kekuasaan untuk keputusan

dalam rumah tangga. Di banyak negara berkembang, hak milik

perempuan, termasuk tanah dan jaminan lain, secara hukum menjadi milik

suami, ayah, atau anak laki – laki mereka. Oleh karena itu mereka tidak

bisa menghindari bias gender dan penghalang lain ke akses pembuatan

keputusan politik.

3. Tantangan Terbesar dalam Perwakilan Perempuan

Disamping sejumlah kemajuan yang mengesankan tersebut, abad 21 juga

memperlihatkan berkurangnya 100 juta perempuan dari jumlah penduduk dunia.

Kita tidak mengetahui berapa jumlah janin yang telah digugurkan sebelumlahir ke

dunia, akibat dari kemajuan teknologi di bidang kedokteran yang memungkinkan

kita mengetahui jenis kelamin yang sedang dikandung. Kemajuan itu dapat

memperbesar kecenderungan untuk memilih bayi laki – laki yang selama itu

mendominasi sejarah manusia (UNDP, 2003).

C. Strategi Pemecahan Hambatan Perwakilan Perempuan

1. Langkah Publik

Perlu dirumuskan kerangka waktu bagi pencapaian kesetaraan gender

dalam representasi politik di tahun 2013. Tujuan yang tidak dibatasi akan

membuat pemerintah, partai politik, para pelobi, kelompok perempuan kehilangan

akuntabilitas.

a. Affirmative Action di Badan Legislatif

Penundaan keadilan merupakan pengingkaran terhadap keadilan.

Ironisnya, pepatah Amerika itu telah lama diterapkan kepada individu

yang dikenai tuduhan kriminal, tetapi tidak bagi perempuan yang

berjumlah separo dari jumlah penduduk. Affirmative action didunia politik

adalah langkah sementara yang diperlukan untuk memperoleh keadilan

Page 14: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

11

dalam jangkan panjang bagi perempuan secara sosial dan ekonomi,

didunia privat maupun publik. Target minimum 30 – 33,3% tidaklah lebih

dari masa kritis. Hal itu masih jauh dari kesetaraan. Sebagai suatu

kesetaraan pun masih diragukan.

b. Partai Politik dan Reformasi Sistem Pemilu

Selama targetnya adalah di tingkat distrik ke atas, sistem partai telah lama

menjadi kendala bagi kepemimpinan perempuan. Selain affirmative action

di tingkat legislatif, partai politik harus memiliki komitmen terhadap

kesetaraan dan menjamin bahwa jumlah perempuan mencapai 50% dari

keanggotaan partai, pemimpin, pejabat komite, dan calon legislatif.

2. Langkah Organisasi Perempuan

a. Pelatihan Teknologi Informasi

Sudah banyak studi, yang menekankan pentingnya akses ke teknologi

informaasi untuk mengatasi kesenjangan gender. Organisasi perempuan

memainkan peran cukup penting dalam memanfaatkan teknologi baru.

Organisasi – organisasi masyarakat sipil yang dulu terabaikan, melalui

teknologi yang tidak mengenal batas wilayah itu, kini memperoleh suara

yang cukup dari pemerintahan.

Beberapa strategi pelatihan yang dikembangkan untuk peningkatan

partisipasi perempuan adalah sebagai berikut:

- Advokasi kesadaran gender dalam politik

- Pengembangan kapasitas melalui jaringan

- Kemampuan negosiasi

- Manajemen

- Pengembangan konstituen

- Analisis anggaran

- Kemampuan mengarus-utamakan gender

- Penggunaan media massa

- Pendidikan politik dan pendidikan pemilih

- Mobilisasi massa

- Strategi jangka panjang untuk merangkul generasi muda

Page 15: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

12

3. Pembentukan Aliansi

Proses membangun aliansi itu membutuhkan mitra untuk bekerjasama

dalam berbagai isu di semua aspek pemerintahan. Peran negara adalah

memperbaiki kebijakan untuk mencapai kesetaraan gender di struktur

pemerintahan. Kekuatan masyarakat sipil terletak pada langkah – langkah yang

akan meningkatkan kualitas partisipasi politik perempuan, seperti pelatihan, lobi

dan kerja lapangan. Keduanya mempengaruhi sektor swata.

Hampir semua negara dibutuhkan penciptaan hubungan yang positif

antara politisi dan masyarakat sipil dan saling berbagi antara perempuan

diberbagai bidang untuk membentuk strategi pelengkap. Disamping itu

keterlibatan dengan pemimpin agama, terutama bila menyangkut interpretasi ayat

suci yang menghambat partisipasi perempuan.

Secara keseluruhan, membangun aliansi menjadi mekanisme yang efektif

untuk:

a. Pertukaran informasi mengenai pengalaman perempuan dalam

mengidentifikasi syarat – syarat yang diperlukan untuk menciptakan

hubungan yang berkelanjutan diantara berbagai aktor pemerintahan

b. Dialog antar semua aktor untuk meningkatkan dampak dari partisipasi

politik perempuan.

c. Membangun akuntabilitas perempuan di antara berbagai konstituen.

4. Pembagian Peran

Usaha membangun aliansi dan kerjasama khusus diperlukan untuk

mengubah persepsi yang menyangkut kepemimpinan perempuan, terutama

dengan menyebarkan informasi kepemimpinan perempuan yang kredibel, efektif,

dan lebih baik daripada laki – laki diberbagai bidang dan di seluruh lapisan

masyarakat.

5. Merangkul Generasi Muda

Bila pendidikan politik dan peranan perempuan diberikan setelah mereka

di rancukan oleh peran perempuan yang lain dan kegiatan ekonomi, transformasi

sistem politik akan tetap berjalan lambat, mungkin baru tercapai seabad atau satu

milenium kemudian.

Page 16: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

13

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka beberapa hal yang dapat

disimpulkan adalah :

1. Dalam pelaksanaan tata pemerintahan di Indonesia, perangkat hukum dan

pembentukan struktur – struktur kelambagaan baru yang dapat melindungi

hak – hak politik, ekonomi, sosial dan budaya perempuan dirasakan masih

sangat minim.

2. Partisipasi politik perempuan di Indonesia masih jauh ketinggalan dari

persentase rata – rata perempuan yang menduduki kursi parlemen di dunia

yaitu Indonesia hanya mampu 8% sedangkan rata – rata dunia 14%.

3. Hambatan yang dialami dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di

parleman dapat di selesaikan a) langkah publik salah satunya dengan

affirmative action, b) Langkah – langkah Organisasi perempuan dengan

pelaksanaan pelatihan, c) pembentukan aliansi, d) Pembagian peran,

e)merangkul generasi muda.

Page 17: Makalah Lk II Depok - Revitalisasi Posisi Perempuan Dalam Pembentukan Tata Pemerintahan Yang Baik Melalui Partisipasi Politik Perempuan

14

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Alwi Hasyim. 2006. Konsep Good Governance dalam Konsep

Otonomi Daerah. USU Press. Medan

Effendi, Sofian. 2005. Membangun Good Governance: Tugas Kita Bersama.

UGM Press. Yogyakarta

Fukuyama, Francis. 2005. Memperkuat Negara : Tata Pemerintahan dan Tata

Dunia Abad 21. Freedom Institute dan PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Gardiner, Mayling Oey, et al. 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini.

PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hubies, Aida Vitayala. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa.

IPB Press, Bogor.

Idris, Kartini Fahmi. 2008. Jati Diri Perempuan Muslim : Perspektif Islam

Terhadap Kesetaraan Gender. UI Press, Jakarta

Mudzhar, Atho, et al. 2001. Wanita dalam Masyarakat Indonesia : Akses,

Pemberdayaan dan Kesempatan. Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta

Qarquti, Hanan. 2008. Kisah Sang Wanita : Menyelami Sejarah Kaum Wanita

di Segala Zaman hingga Zaman Cahaya Islam. Mirqat Publishing,

Jakarta.

Subadio, Maria Ulfah. 1978. Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia :

Bunga Rampai Tulisan – Tulisan. UI Press. Jakarta.

UNDP. 2003. Partisipasi Politik Perempuan dan Tata Pemerintahan yang

Baik: Tantangan Abad 21 terjemahan Pusat Telaah dan Informasi

Regional (PATTIRO). Jakarta