MAKALAH KESLING

30
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, sekaligus sebagai manifestasi awal demi perkembangan tradisi ilmiah. Salawat dan taslim kami sanjungkan ke hadirat junjungan kita Nabiullah Muhammad Saw. Keluarga beserta sahabat-sahabatnya. Penyusunan makalah ini mengangkat tentang gambaran kesehatan masyarakat yang hidup di bantaran sungai. Penyusun melandaskan makalah ilmiah ini atas beberapa referensi yang cukup membantu. Penyusun menyadari kehadiran makalah ini masih perlu pemantapan secara konstruktif pada beberapa bagian. Olehnya itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyusunan makalah berikutnya yang lebih baik.

Transcript of MAKALAH KESLING

Page 1: MAKALAH KESLING

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,

sekaligus sebagai manifestasi awal demi perkembangan tradisi ilmiah. Salawat

dan taslim kami sanjungkan ke hadirat junjungan kita Nabiullah Muhammad Saw.

Keluarga beserta sahabat-sahabatnya.

Penyusunan makalah ini mengangkat tentang gambaran kesehatan

masyarakat yang hidup di bantaran sungai. Penyusun melandaskan makalah

ilmiah ini atas beberapa referensi yang cukup membantu.

Penyusun menyadari kehadiran makalah ini masih perlu pemantapan

secara konstruktif pada beberapa bagian. Olehnya itu, penyusun mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyusunan makalah

berikutnya yang lebih baik.

Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi

baik kepada pembaca maupun pihak-pihak yang ingin menyusun makalah terkait

hal serupa.

Makassar, 2012

Penyusun

Page 2: MAKALAH KESLING

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dalam kehidupannya memiliki 7 kebutuhan dasar yang

akan dipenuhi. Menurut Maslow, kebutuhan yang paling dasar ialah

kebutuhan fisiologis. Ada 3 hal yang harus dipenuhi dalam kebutuhan

fisiologis yaitu kebutuhan sandang, pangan dan papan. Salah satu

komponen yang termasuk dalam 3 kebutuhan tersebut ialah kebutuhan

akan air. Air diperlukan dalam berbagai hal, seperti irigasi, mandi, minum,

mencuci dan memasak. Manusia mendapatkan air dari berbagai sumber

salah satunya ialah melalui sungai. Air sungai banyak digunakan dalam

kehidupan masyarakat, baik yang berada di kota maupun masyarakat di

pedesaan.

Pentingnya sungai bagi kehidupan sehari-hari sayangnya tidak

membuat manusia turut menjaga kelestarian sungai. Sampah-sampah

dibuang ke sungai dengan seenaknya tanpa memperdulikan kehidupan

biota yang ada di dalamnya. Selain sampah, manusia juga membuang

limbah ke dalam sungai. Limbah tersebut biasanya berasal dari pabrik

yang berada dekat dengan sungai. Dengan masuknya sampah dan limbah

ke dalam sungai, kualitas air di sungai pun menjadi buruk dan tak layak

konsumsi. Kerugian pun tentunya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal

Page 3: MAKALAH KESLING

di dekat sungai. Merekalah yang dengan langsung memanfaatkan sungai

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

Permukiman secara fisik tidak sekedar sebagai tempat tinggal saja

tetapi merupakan hubungan yang terbentuk dari kegiatan manusia melalui

pola - pola yang mengatur dan menjaga keseimbangan alam. Kehidupan

manusia yang berkembang akan senantiasa melakukan penyesuaian-

penyesuaian terhadap lingkungan permukimannya. Pada proses

penyesuaian itulah akan muncul permasalahan pemanfaatan lahan

permukimannya berkaitan dengan perubahan pola perilaku pemukim atau

fisik sarana yang dibutuhkan, baik secara pribadi maupun bersama-sama.

Meningkatnya kebutuhan tempat bermukim mendorong

berkembangnya permukiman masyarakat berpenghasilan rendah yang

bersifat murah dan dekat dengan tempat usaha. Begitu pula permukiman di

sekitar sungai pada kawasan pusat kota Palu yang telah menempati dan

memanfaatkan lahan bantaran (sekitar) sungai. Posisi strategis sungai

cenderung tidak diperhatikan dan permukiman disekitarnya berkembang

menjadi lahan kumuh oleh permukiman masyarakat berpenghasilan

rendah.

Page 4: MAKALAH KESLING

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian dan deskripsi latar belakang di atas, rumusan masalah makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan pemukiman?

2. Bagaimana struktur ruang lingkungan pemukiman dibantaran

sungai?

3. Bagaimana pengaruh air terhadap kesehatan?

4. Bagaimana pengaruh sampah terhadap kesehatan?

5. Bagaimana prilaku masyarakat yang tinggal di bantaran sungai?

Page 5: MAKALAH KESLING

BAB I I

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PEMUKIMAN

Suatu permukiman atau ‘settlement’ pada dasarnya merupakan suatu

bagian wilayah atau tempat dimana penduduk (pemukim) tinggal, berkiprah

dalam kegiatan kerja dan usaha, berhubungan dengan sesama pemukim sebagai

suatu masyarakat untuk memenuhi berbagai kegiatan kehidupannya (Sujarto,

1993). Lingkungan permukiman adalah tempat tinggal dan tempat melakukan

kegiatan untuk mendukung kehidupan pemukim, sebagai wahana berlangsungnya

hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta manusia

dengan pencipta-Nya.

Hubungan yang terbentuk dari kegiatan manusia pada permukimannya

tercermin melalui pola-pola yang mengatur dan menjaga keseimbangan alam.

Rumah dalam proses bermukim manusia menjadi wadah tempat mencapai tujuan

dan kesempurnaan hidup. Permukiman sebagai wujud tingkatan adaptasi manusia

dengan lingkungan akan memperlihatkan keragaman dari sistem kemasyarakatan

tertentu dengan kaidah-kaidah normatif didalamnya (Mulyati, 1997).

Page 6: MAKALAH KESLING

B. STRUKTUR LINGKUNGAN PEMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI

Lingkungan permukiman yang menempati lahan sekitar sungai merupakan

kumpulan rumah tinggal yang dihubungkan oleh jalan lingkungan utama, jalan

lingkungan dan jalan-jalan kecil atau ‘gang’. Lingkungan permukiman yang

terbentuk umumnya berada dibelakang bangunan pertokoan sehingga lahannya

dibatasi jalan utama dan area bantaran sungai. Orientasi rumah tinggal umumnya

menghadap jaringan jalan yang ada dan sungai menjadi bagian belakang

lingkungan permukimannya.

Kelompok rumah tinggal dihubungkan oleh open space yang berfungsi

sebagai ruang pengikat dan sebagai sarana sirkulasi. Pada ruang terbuka yang

berukuran lebih luas digunakan untuk kegiatan olah raga dan sekaligus sebagai

tempat menggembala ternak dan pembuangan sampah. Adapun fasilitas umum

lingkungan lain umumnya dikelompokkan pada area ruang terbuka dan atau ruang

sisa yang berukuran besar. Juga terdapat ‘ruang-ruang bersama’ dengan

memanfaatkan tempat mandi dan cuci serta fasilitas MCK umum.

Unit - unit hunian sangat dipengaruhi faktor eksternal maupun internal,

yang dapat dikategorikan sebagai ‘kampung yang kumuh’ dengan pola bentuk

tidak terencana. Kondisi lingkungan tampak padat dengan jalan-jalan penghubung

yang terbentuk umumnya sempit dan berkelok-kelok. Jalan kolektor atau jalan-

jalan rukun, sebagai akses dan pusat kegiatan sosialisasi, nampak ramai pada jam-

jam tertentu sebagai tempat berjualan makanan. Pada kegiatan perkawinan atau

kematian, jalan utama dan jalan rukun berfungsi sebagai tempat menerima tamu.

Page 7: MAKALAH KESLING

C. PENGARUH AIR TERHADAP KESEHATAN

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa

penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menukar umumnya

disebabkan oleh makhluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya

bukan disebabkan oleh makhluk hidup.

Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat

disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi karena air

merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Menurut

Slamet (2002) beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia

diantaranya :

a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini

disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae. Masa tunasnya berkisar beberapa

jam sampai beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi

dan kolaps. Gejala khususnya adalah tinja yang menyerupai air cucian

beras.

b. Typhus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus

dan penyebabnya adalah Salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas

yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3

minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi.

Page 8: MAKALAH KESLING

c. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. gejala utama adalah demam

akut, dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan sclera

mata menjadi kuning oleh Karena itu orang awam menyebut Hepatitis ini

sebagai penyakit kuning.

d. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba

hystolytica. Gejala utamanya tinja yang tercampur lender dan darah.

Air juga dapat berperan sebagai serang insekta yang

membawa/menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta demikian disebut

sebagai vector penyakit.

Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air,

kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air

adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen

yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya di dalam air. Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan

pengukuran atau pengujian kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-

parameter tertentu dan metode tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah No. 82

tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui pengujian parameter fisika, kimia,

mikrobiologi, dan radioaktivitas. Pengujian parameter fisika meliputi

pengukuran temperature air, pengukuran kadar residu dalam air dan kadar

residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia dilakukan melalui

pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organic dalam air.

Page 9: MAKALAH KESLING

D. PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek

yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah

efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut.

Misalnya: sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang

karsinogenik, teratogenik, dan lain-lainnya. Selain itu ada pula sampah yang

mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit.

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses

pembusukkan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah

biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik

apabila oxygen telah habis, dekomposisi anaerobik akan menghasilkan cairan

yang disebut leachate beserta gas. Efek tidak langsungnya berupa penyakit

bawaan vektor yang berkembangbiak didalam sampah.

Menurut buku Kesehatan Lingkungan, 2004: 156. penyakit sampah sangat

luas dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular, dapat juga berupa akibat

kebakaran, keracunan, dan lain-lain. Dapat terlihat dalam tabel dibawah ini :

Page 10: MAKALAH KESLING

E. PERILAKU MASYARAKAT YANG TINGGAL DI BANTARAN SUNGAI

Perilaku sosial dan interaksi sosial keduanya merupakan aspek penting

yang dapat mempengaruhi perubahan ruang menjadi fungsi lain sesuai kebutuhan.

Perilaku pemukim dalam pengembangan fisik rumah adalah bagian dari konsep

perilaku manusia karena faktor kebutuhan dan motivasi. Perilaku dan kebutuhan

adalah faktor penentu perencanaan berkaitan dengan perilaku pemukim dan

pemanfaatan ruang.

Page 11: MAKALAH KESLING

Studi mengenai environmental behaviour mencakup unsur-unsur

karakteristik pemukim dikaitkan dengan perilakunya, dampak dari lingkungan

fisik terhadap pemukim dan mekanisme hubungan antar pemukim dan antara

pemukim dengan lingkungannya (Suwarno, 1991). Tapak permukiman cenderung

berpengaruh terhadap pola interaksi sosial pemukim, dimana jaringan jalan atau

ruang terbuka cenderung paling berpengaruh (Bhatt, 1990). Ruang-ruang terbuka

yang merupakan ruang multi fungsi selain fungsinya sebagai wadah kegiatan

interaksi sosial sekaligus wadah kegiatan perekonomian (Mulyati, 1997).

Kecenderungan pola interaksi pemukim adalah memanfaatkan tempat

yang dapat memberikan kenyamanan, atau memanfaatkan lahan sisa tapak

rumahnya, di kolong rumah atau di pohon yang ada di lingkungannya. Pemukim

melakukan interaksi sambil bekerja karena ikatan bertetangga tampak lebih

penting daripada ikatan kerabat. Kondisi sebuah rumah yang berbatasan dengan

rumah lain menciptakan suatu ruang antara yang berfungsi sebagai ‘gang’ atau

jalan rukun dan sebagai ‘ruang tamu bersama’ yang panjang dan sempit

(Jellineck, 1994).

Page 12: MAKALAH KESLING

BAB III

PEMBAHASAN

A. POLA HUNIAN MASYRAKAT DI KAWASAN BANTARAN SUNGAI

Pada umumnya masyarakat memandang sungai sebagai tempat buangan.

Masyarakat menjadikan sungai sebagai tempat buangan barang-barang yang tidak

berguna, tempat berak, termasuk membuang bangkai binatang. Karena itulah

maka rumah-rumah penduduk pada umumnya letaknya membelakangi sungai.

(Hadi dalamYuwono , dkk (ed),2003:76).

Berdasarkan kajian Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman,

Departemen Pekerjaan Umum bahwa sebagian kota-kota besar di Indonesia

tumbuh dan berkembang berawal dari bantaran sungai, seperti Jakarta, Surabaya

dan Palembang. Seperti juga permukiman di perkotaan, pertumbuhan penduduk

yang cepat di kawasan bantaran sungai sedangkan kapasitas ruang yang terbatas

akan menimbulkan permasalahan, seperti (Syafri, 2007:57):

1. Pertumbuhan penduduk yang cepat sedangkan ketersediaan ruang terbatas

membuat kepadatan perumahan menjadi tinggi sehingga akan menciptakan

kekumuhan pada kawasan tersebut.

2. Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai dan sempadan sungi sebagai tempat

hunian disamping melanggar aturan perundangan juga akan mengurangi

debit air sungai sehingga potensi banjir semakin besar.

3. Ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan hunian

dan menyediakan prasarana yang memadai.

Page 13: MAKALAH KESLING

4. Perumahan penduduk yang tidak tertata dan menjadikan sungai sebagai

tempat pembuangan sampah dan kotoran akan menyebabkan menurunnya

kualitas air dan terbentuknya sedimentasi dengan cepat pada sungai.

Secara umum, karakteristik masyarakat yang tinggal dikawasan bantaran

sungai khususnya di daerah perkotaan adalah:

1. Perumahannya tidak tertata dengan baik

2. Ketersediaan sarana dan prasarana yang tidak memadai.

3. Sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor informal.

4. Tingkat pendapatan rendah

5. Tingkat pendidikan rendah.

B. PENGARUH LINGKUNGAN HUNIAN

Lingkungan hunian memberikan pengaruh yang besar terhadap penghuni.

Kualitas lingkungan hunian yang kurang baik berpengaruh terhadap status

kesehatan penghuninya. Disamping itu akan membuat masyarakat yang tinggal

tidak merasa nyaman. Untuk itu perlu ada perbaikan terhadap lingkungan yang

kurang baik sehingga akan membuat nyaman masyarakat yang tinggal dikawasan

itu.

Pengaruh Rendahnya Kualitas Lingkungan

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan

pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

Lingkungan perumahan yang tidak sehat akan mempengaruhi kesehatan

masyarakat yang tinggal disekitarnya.

Page 14: MAKALAH KESLING

Rendahnya kualitas lingkungan tersebut dapat disebabkan oleh sistem

sanitasi yang kurang baik, tidak adanya tempat buangan sampah sehingga

masyarakat membuang sampah sembarangan, ataupun kepadatan hunian yang

cukup tinggi. Permasalahan lingkungan yang buruk biasanya terjadi di daerah

yang tingkat urbanisasi dan industrialisasinya tinggi serta adanya eksplorasi

sumber daya alam.

Secara umum adanya ketergantungn ekonomi dan teknologi dari negara

maju dalam memacu industrialisasi, ditambah dengan tujuan pembangunan pada

pertumbuhan, merupakan pendorong utama terjadinya kerusakan lingkungan di

Indonesia. (UNDP, 1992).

Kebijakan penanganan permukiman kumuh sesuai Surat Edaran Menpera

No. 04/SE/M/I/93 tahun 1993, dinyatakan bahwa perumahan dan permukiman

kumuh adalah lingkungan hunian dan usaha yang tidak layak huni yang

keadaannya tidak memenuhi persyaratan teknis, sosial, kesehatan, keselamatan

dan kenyamanan serta tidak memenuhi persyaratan ekologis dan legal

administratif yang penanganannya dilaksanakan melalui pola

perbaikan/pemugaran, peremajaan maupun relokasi sesuai dengan tingkat/kondisi

permasalahan yang ada.

Perumahan dilingkungan kumuh cenderung tidak layak huni dan terkadang

tidak manusiawi dan belum memenuhi standar yang baik ditinjau dari berbagai

aspek. Kekumuhan tersebut bisa terjadi karena adanya urbanisasi, bisa karena

adanya invasi

Page 15: MAKALAH KESLING

masyarakat pada tanah negara atau tanah yang dianggap tidak bertuan.

Permukiman kumuh mempunyai kepadatan yang relatif tinggi, tidak mempunyai

jaringan struktur pelayanan yang teratur, serta prasarana permukiman minim.

Rendahnya kualitas kehidupan di lingkungan permukiman kumuh ini pada

gilirannya juga menghambat potensi produktivitas dan kewirausahaan para

penghuninya. Pada umumnya mereka kemudian hanya mampu mengakses

perekonomian informal kota, yang utamanya dicirikan oleh status hukum yang

lemah dan tingkat penghasilannya yang rendah (Salim, 1993).

Lingkungan hidup mempunyai daya dukung tertentu terhadap eksploitasi

dan mengakomodasi kegiatan manusia yang merubah lingkungan hidup. Jika

pembangunan yang dilakukan melampaui daya dukung lingkungannya maka akan

terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup, kemiskinan dan menghambat

pembangunan selanjutnya.

Pasal 163

1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan

lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.

2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup

lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan

fasilitas umum.

3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-

unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain : limbah cair,

limbah padat, limbah gas;sampah yang tidak diproses sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat

Page 16: MAKALAH KESLING

kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi

sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang tercemar,

dan makanan yang terkontaminasi.

C. LINGKUNGAN

Masalah lingkungan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan faktor

manusia. Baik tidaknya lingkungan hidup bergantung pada tingkat kesadaran

manusia. Manusia merupakan bagian dari ekosistem yang paling berpengaruh

dalam menentukan mutu lingkungan.

Manusia dalam kehidupannya sering kali tidak memperdulikan

lingkungan. Contohnya saja, lingkungan pasar. Di tempat itu sampah

menumpuk tidak tidak teratur. Nah, seandainya sampah tersebut dibuang ke

sungai, maka air sungai akan tercemar. Hal itulah yang sering tidak disadari

oleh manusia. Sampah industri berupa plastik dan logam juga sering dibuang

di sembarang tempat. Pembuangan secara sembarangan inilah yang

menyebabkan polusi air, tanah, dan udara.

Pencemaran Lingkungan (Polusi)

Polusi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh masyarakat yang

padat penduduknya. Begitu pula masyarakat yang tinggal di daerah industri.

Polusi yang umumnya terjadi adalah polusi air. Polusi air dapat disebabkan

oleh limbah industri, limbah dari perumahan, pasar, dan dapat juga berasal

dari limbah pertanian. Ada beberapa tipe polutan yang mencemari perairan.

Page 17: MAKALAH KESLING

Tipe-tipe polutan tersebut adalah bahan-bahan yang mengandung bibit

penyakit, yang membutuhkan banyak oksigen untuk penguraiannya, kimia

anorganik dari industri, limbah pupuk pertanian yang tidak larut, endapan

yang mengandung radioaktif dan panas. Air yang tercemar akan tetap

tercemar dalam waktu yang cukup lama. Apalagi air yang tercemar itu telah

meresapke dalam tanah.

Oleh karena itu, upaya-upaya sebagai pencegahan agar air tidak tercemar

perlu dilakukan. Usaha yang dapat ditempuh untuk menjaga air tetap bersih

adalah setiap pabrik diharuskan mempunyai pengelolaan limbah agar bahan

pencemar tidak merembes ke dalam tanah atau mengalie ke sungai dan ke

laut. Biasakan diri kita untuk tidak membuang sampah atau limbah apapun

bentuknya ke aliran air.

D. KONDISI KESEHATAN WARGA PENGGUNA AIR SUNGAI

Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tentunya memanfaatkan sungai

dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik mencuci, memasak, mandi maupun

minum. Ketika mereka menggunakan air sungai yang telah tercemar, tentu akan

ada efek samping yang dirasakan. Efek samping utama yang diterima oleh

masyarakat ialah penyakit. Penyakit yang terjadi umumnya ialah penyakit diare.

Diare dapat terjadi akibat protozoa maupun bakteri. Umumnya diare disebabkan

oleh bakteri dalam air. Air yang kotor digunakan untuk mencuci sehingga bakteri

tertinggal di benda-benda yang kemudian digunakan oleh warga.

Page 18: MAKALAH KESLING

Selain diare, penyakit lain yang dapat menyerang warga ialah cacingan.

Cacingan terjadi akibat infeksi dari telur cacing yang masuk ke tubuh manusia.

Penyakit ini ditandai dengan perut buncit namun kondisi tubuh yang kurus.

Penyakit kulit juga merupakan penyakit yang umum diderita masyarakat

pengguna air tercemar. Biasanya gatal-gatal ialah ciri utama yang terjadi sebelum

penyakit kulit menjadi lebih parah. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan

mineral yang beracun untuk kulit.

Page 19: MAKALAH KESLING

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pencemaran sungai akibat masuknya benda-benda yang dapat mencemari

seperti sampah, limbah dan zat kimia berbahaya tentunya memberikan dampak

yang buruk bagi masyarakat pengguna air sungai, diharapkan dampak yang

ditimbulkan dari sungai yang tercemar dapat teratasi.

Penyelesaian permukiman yang menempati bantaran sungai adalah dengan

menghadirkan sentra kegiatan ekonomi dan rekreasi kota sebagai upaya untuk

meningkatkan kondisi ekonomi atau taraf hidup masyarakatnya. Peningkatan taraf hidup

dicapai dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui workshop dan

penyediaan lapangan kerja.

B. SARAN

Penggunaan air yang sudah tercemar memberikan dampak yang

merugikan bagi kesehatan manusia. Untuk itu diharapkan masyarakat turut

menjaga kebersihan sungai sehingga air sungai dapat dimanfaatkan dengan baik

tanpa menimbulkan kerugian bagi penggunanya.

Page 20: MAKALAH KESLING

DAFTAR PUSTAKA

Mahida. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : CV. Rajawali

Mulia, Ricki M. “Ilmu Kesehatan Lingkungan”. (KOTA): Graha Ilmu, 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. GBPP. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup . Jakarta: Proyek Peningkatan Pendidikan kependudukan

Kodoatie RJ, Sjarief R. 2010. Tata ruang air. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Sinulingga, Budi D, 1999, Pembangunan Kota: Tinjauan Regional dan Lokal, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.