Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan
-
Upload
irvi-firqotul-aini -
Category
Documents
-
view
830 -
download
6
description
Transcript of Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan
Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan
Rumpun Ilmu Kesehatan
Komunikasi Kesehatan
Disusun oleh:
KK11-HG3
Hafshah Samrotul Mahabbah (NPM 1206256610)
Irvi Firqotul Aini (NPM 1206237630)
Nurul Isti Amirtah (NPM 1206210906)
Rozanna (NPM 1206207842)
Semester Genap2012/2013
1
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Isi.................................................................................................................................. 1
Kata Pengantar........................................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan.................................................................................................................. 3
Bab II Pembahasan................................................................................................................. 5
Prinsip dasar Komunikasi.......................................................................................................... 5
Jenis dan Hambatan Komunikasi............................................................................................ 17
Komunikasi Interpersonal Antarprofesi................................................................................. 29
Komunikasi dalam Situasi Khusus.......................................................................................... 37
Bab III Kesimpulan............................................................................................................... 45
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 46
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pengerjaan tugas kelompok ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada Dra. Azizahwati, MS selaku fasilitator.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca yang lain. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan dan dosen yang membaca
makalah ini. Dengan demikian, makalah ini dapat disempurnakan lagi.
Jakarta, 12 Maret 2013
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan mampu hidup sendiri. Dengan demikian
dibutuhkan suatu metode untuk menyampaikan gagasan atau ide dari seseorang ke orang
yang lain, proses inilah yang disebut sebagai komunikasi. Komunikasi yang baik akan
memberikan persepsi yang sama bagi pengirim maupun penerima pesan, sehingga informasi
dapat diteima dan dipahami dengan baik.
Di dalam komunikasi tersebut, tentunya tidak akan lepas dari berbagai hal yang dapat
menjadi hambatan dalam penyampaian pesan. Hambatan tersebut harud ditanggulangi guna
menciptakan suasana yang dapat mendukung terjadinya komunikasi efektif.
Pengetahuan mengenai prinsip komunikasi interpersonal antarprofesi juga merupakan
suatu hal penting bagi anggota tim medis. Tanpa adanya komunikasi yang baik maka risiko
terjadinya kesalahan medis akan menjadi lebih besar. Selain itu, ahli medis juga harus
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam berkomunikasi dengan pasien yang
memiliki kebutuhan khusus.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar komunikasi
2. Mengetahui jenis dan jenis hambatan komunikasi
3. Mengetahui komunikasi interpersonal antarprofesi
4. Mengetahui cara berkomunikasi dalam situasi khusus
1.3 Metode Penelitian
Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka dan literatur dari sumber rujukan
yang disediakan pengelola modul serta sumber-sumber tambahan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Prinsip-prinsip dasar komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Berdasarkan etimologi, komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin
“communicatio” yang terbentuk dari dua akar kata ―com‖ berarti ―dengan‖ atau
―bersama dengan‖ ; dan ―unio‖ berarti ―bersatu dengan‖. Komunikasi dapat didefinisikan
sebagai Komunikasi ialah proses penyampaian dan penciptaan pesan antara dua orang
atau lebih untuk menghasilkan makna.
2. Tujuan Komunikasi
Komunikasi mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
a. Perubahan Sikap ( attitude change )
Dalam berbagai situasi komunikator berusaha memengaruhi sikap orang lain dan
berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan komunikator.
1. Perubahan Pendapat ( opinion change )
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemampuan
memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah
memahami apa yang dimaksud komunikator , maka akan tercipta pendapat yang
berbeda-beda dari komunikan.
2. Perubahan Perilaku ( behaviour change )
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan sesorang dari
perilaku yang destruktif ( tidak mencerminkan perilaku hidup sehat ) menuju perilaku
hidup sehat.
3. Perubahan Sosial ( social change )
5
Dalam proses komunikasi yang efektif, akan meningkatkan kadar hubungan interpersonal
yang dapat membangun serta memelihara ikatan hubungan dengan orang lain yang lebih
baik.
3. Karakteristik Komunikasi
Secara umum, komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Komunikasi Merupakan Proses Simbolis
Komunikasi menggunakan simbol-simbol verbal maupun non verbal dalam
menyampaikan pesan.
2. Komunikasi Merupakan Proses Sosial
Komunikasi merupakan proses sosial karena dalam komunikasi terdapat proses
sosialisasi dalam relasi sosial.
3. Komunikasi Merupakan Proses Satu Arah atau dua Arah
Komunikasi dapat berlangsung secara satu atau dua arah. Komunikasi satu arah
terjadi apabila tidak ada kesempatan bagi komunikan untuk memberikan respon
terhadap komunikator, sedangkan komunikasi dua arah terjadi apabila ada proses
dialog antara pengirim dan penerima pesan.
4. Komunikasi Bersifat Koorientasi
Komunikasi manusia bersifat koorientasi karena dua atau lebih pihak terlibat dalam
komunikasi yang mempunyai tujuan yang sama.
5. Komunikasi Bersifat Purposif dan Persuasif
Komunikasi bersifat purposif karena komunikasi merupakan aktivitas pertukaran
pesan-pesan dengan tujuan yang sudah ditentukan. Komunikasi juga bersifat persuasif
karena komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi perubahan sikap seseorang.
6. Komunikasi Mendorong Interpretasi Individu
6
Komunikasi mendorong interpretasi individu karena sebagai pengirim pesan maupun
penerima pesan harus menginterpretasikan pesan sesuai dengan maksud pengirim.
7. Komunikasi Merupakan Aktivitas Pertukaran Makna
Komunikasi yang berlangsung antarmanusia tidak dapat dipahami hanya melalui kata-
kata yang diucapkan atau yang ditulis. Komunikasi hanya dapat dipahami jika pesan-
pesan komunikasi dipahami dalam dua makna, yakni makna denotatif ( arti kata
berdasarkan kamus ) atau makna konotatif ( arti kata berdasarkan konteks tertentu ) dari
situasi yang berada di balik kata-kata tersebut.
8. Komunikasi Terjadi dalam Konteks
Komunikasi terjadi dalam konteks karena aktivitas komunikasi yang dilakukan manusia
selalu berada dalam sebuah ruang dan waktu, atau disesuaikan dalam konteks ruang dan
waktu. Komunikasi dapat dilakukan dalam konteks :
a. Lingkungan fisik, , misalnya di PUSKESMAS, di depan kantor pos, dan lain-lain.
b. Antarbudaya, komunikasi yang melibatkan komunikator dan komunikan yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
c. Psikologis, artinya aktivitas psikologis memperhatikan beragam faktor psikologis
seperti persepsi, sikap, motivasi, kebutuhan, keinginan dari pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi.
d. Personal, artinya aktivitas komunikasi memperhitungkan situasi hubungan antar
pribadi.
e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi memperhatikan sifat dan karakteristik
kelompok, daya tarik kelompok, dinamika kelompok dan lain-lain.
f. Organisasi, artinya aktivitas komunikasi memperhatikan tujuan organisasi, sifat
dan karakteristik organisasi, dinamika organisasi dan lain-lain.
g. Massa, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat-sifat massa,
kategori massa dan lain-lain
7
4. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi menurut William I. Golden ada empat, yaitu
a. komunikasi sosial, bermanfaat untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan terhindar dari ketegangan dan
rasa tertekan,
b. komunikasi ekspresif, bertujuan untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)
melalui pesan nonverbal,
c. komunikasi ritual, diwujudkan dalam bentuk kegiatan ritual dengan perasaan senasib
sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat, diakui, dan
diterima oleh kelompok, serta bersifat abadi.
d. komunikasi instrumental, bertujuan untuk menginformasikan, mengajar, mendorong,
mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku, dan menghibur.
5. Konteks Komunikasi
Ada delapan konteks komunikasi yang didapat dari berbagai sumber, yaitu komunikasi
intrapersonal,komunikasi antarpribadi/interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi, komunikasi publik, komunikasi massa, komunikasi melalui komputer, dan
komunikasi transpersonal.
a. Komunikasi intrapersonal merupakan bentuk komunikasi di dalam diri individu.
Menurut Balzer Riley (2004) bahwa komunikasi ini disebut juga sebagai berbicara
dengan diri sendiri (self-talk), verbalisasi diri, dan pikiran dalam hati (dalam Potter &
Perry, 2009). Contoh dari komunikasi intrapersonal yaitu bermimpi, melakukan
instrospeksi diri, menafsirkan peta, teks, tanda, dan simbol, berbicara keras untuk
menghapal sesuatu, dan sebagainya.
b. Komunikasi antarpribadi/interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi dengan
melibatkan minimal dua orang atau 4—20 orang dalam kelompok kecil dan 20—50
orang dalam kelompok besar. Orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut
saling tergantung satu sama lain dan menuntut keterampilan berbicara dan
mendengar, sehingga umpan balik pesan berlangsung cepat. Komunikasi
8
interpersonal yang berarti akan menghasilkan pertukaran ide, pemecahan masalah,
ekspresi perasaan, pengambilan keputusan, pencapaian tujuan, pementukan tim, dan
pengembangan pribadi (Potter & Perry, 2009).
c. Komunikasi kelompok mengacu pada sifat dari komunikasi yang terjadi dan biasanya
diarahkan oleh tujuan dan membutuhkan pemahaman tentang dinamika kelompok.
Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi ini tidak jauh berbeda dengan
komunikasi antarpribadi karena komunikasi kelompok merupakan bagian dari
komunikasi antarpribadi, yang membedakan hanyalah sifat dan tujuan dari
komunikasinya.
d. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Sebagai contoh, organisasi kesehatan dilakukan untuk mendapatkan beragam
informasi tentang kesehatan yang nantinya dapat disebarluaskan kepada individu,
komunitas atau kelompok-kelompok sasaran.
e. Komunikasi publik adalah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna
dalam situasi di mana satu sumber mengirimkan pesan ke banyak penerima, yang
disertai komunikasi nonverbal, yang kadang-kadang dengan mengajukan pertanyaan
dan jawaban atau umpan balik (Singgih dkk, 2012).Contoh dari komunikasi publik
ialah seminar, ceramah, dan kampanye.
f. Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan untuk menghasilkan
makna yang dilakukan melalui perantara media, seperti televisi, radio, dan koran.
Namun, media komputer dibedakan secara khusus oleh Pearson, Nelson, Titsworth,
dan Harter (2011) menjadi komunikasi melalui komputer. Hal ini terjadi karena
komunikasi melalui komputer membutuhkan keaksaraan digital, yaitu kemampuan
untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia. Pesan
e-mail, tulisan diskusi kelompok, catatan newsgroup, pesaninstan, pesanteks, dan
twitters berfungsi sebagai pesan manusia yang secara terus menerus melayani sebagai
sumber atau penerimadari pesan-pesan (Singgih dkk, 2012).
g. Komunikasi transpersonal yang terjadi pada wilayah spiritual seseorang. Kebanyakan
orang menggunakan doa, meditasi, refleksi diri, ritual keagamaan, atau cara lainnya
untuk berkomunikasi dengan ―kekuatan yang lebih tinggi‖.
9
6. Model-Model Komunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang membutuh sebuah model agar dapat lebih mudah
memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi. Dengan memahami model-model
komunikasi, seseorang juga akan dapat dengan mudah mengetahui unsur-unsur apa saja yang
dibutuhkan untuk melakukan komunikasi. Sehingga, pesan yang dimaksud dalam aktivitas
komunikasi dapat dipahami dengan mudah.
Model-model komunikasi akan menggambarkan bagaimana bentuk, alur, atau cara
berkomunikasi mulai dari awal hingga akhir. Selain itu, model-model komunikasi juga akan
mempermudah seseorang untuk memahami seperti apa proses komunikasi berlangsung
karena ada gambaran atau peraga teoritisnya. Secara umum model-model komunikasi dapat
menunjukkan aktivitas komunikasi yang satu arah (linier), dua arah (timbal balik), model
interaksi baik yang bersifat human relationships atau yang menggunakan simbol linguistik,
serta model transaksional.
a. Model Linier
Salah satu model linier yang terkenal adalah Model Laswell yang tertuang dalam definisi
komunikasi; komunikasi adalah sebuah jawaban terhadap pertanyaan who says what to
whom through which channel and with what effect. Model ini dikembangkan
berdasarkan pemikiran psikologis di mana proses komunikasi berarah linier dari source,
message, receiver.
Model Laswell ini dapat diterapkan sebagai model komunikasi persuasif sehingga
dibutuhkan saluran khusus agar dapat membangkitkan respons sasaran, dan pengaruh
persuasif itu akan makin besar manakala menggunakan media cetak atau elektronik.
Model ini juga menerangkan proses komunikasi massa yang menjelaskan bagaimana
sumber informasi mengirimkan pesan melalui suatu media massa, sehingga orang
berpengaruh bisa mengaksesnya dan kemudian diharapkan akan disebarluaskan kembali
pesan tersebut.
who what channel whom
(speaker) (message) (medium) (audience/listener) = effect
10
b. Model Interaksi
Model interaksi menurut Wilbur Schramm, merupakan gambaran dari usaha membangun
suatu commonness, jadi persoalannya terletak pada apa yang coba dibangun oleh sumber
sehingga penerima mendapatkan makna yang sama dengan apa yang dimaksud sumber.
Proses ini dimulai dari sumber yang melakukan encode terhadap pesan, jadi sumber
mengolah pesan ke dalam suatu bentuk yang dapat dipindahkan kepada penerima, dan
penerima akan melakukan decode atas pesan tersebut. Menurut Schramm, efektivitas
komunikasi terjadi karena penerima memahami makna yang sama dengan pesan yang
dimaksud oleh sumber. Hal pemahaman makna yang sama tergantung dari kesamaan latar
belakang (kebudayaan). Jadi, semakin besar perbedaan dalam latar belakang, makan semakin
sedikit pesan yang dapat diinterpretasikan secara baik dan benar. Hal semacam ini dijelaskan
dengan konsep field of experience misalnya makna yang diberikan seseorang terhadap pesan.
c. Model Transaksional
Model ini menjelaskan suatu aktivitas komunikasi dikatakan efektif jika terjadi transaksi
antara pengirim pesan dan penerima pesan.
Public
Source
Message
Mass media
Opinion leader
11
Model di atas menggambarkan.
1) Partisipan A merupakan sumber komunikasi yang melakukan encode atau menyusun
gagasan yang ingin disampaikan kepada partisipan B.
2) Hasil encode akan dikirimkan melalui media tertentu.
3) Partisipan B akan melakukan decode terhadap pesan yang diterima.
4) Pesan adalah sesuatu yang menjadi maksud atau isi gagasan yang diahlikan dari kedua
partisipan. Dalam komunikasi disebut common language.
5) Reaksi dari partisipan B akan dikirim lagi ke partisipan A, disini kedudukan B berubah
menjadi sumber komunikasi A menjadi penerima. Partisipan B akan melakukan proses
yang sama seperti pada nomor (1), (2), dan (3).
6) Partisipan A dan B masing-masing memiliki field of experience yang berbeda sehingga
mempengaruhi interpretasi atas pesan.
7) Dalam keseluruhan proses pengiriman dan penerimaan pesan terdapat gangguan
(noise) yang menghambat laju peralihan pesan.
7. Unsur-Unsur Komunikasi
Berdasarkan beberapa definisi dan model-model komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi merupakan aktivitas yang meliputi beberapa unsur:
12
No. Unsur Penjelasan
1. Pengirim (sender) atau
sumber (resource)
Individu, kelompok, atau organisasi berperan
untuk mengalihkan (transferring) pesan.
2. Encoding Pengalihan gagasan ke pesan.
3. Pesan (messages) Gagasan yang dinyatakan oleh pengirim
kepada orang lain.
4. Saluran (media) Tempat dimana sumber menyalurkan pesan
kepada penerima, misalnya melalui gelombang
suara, cahaya, atau halaman cetak, dan lain-
lain.
5. Decoding Pengalihan pesan ke dalam gagasan.
6. Penerima (receiver) Individu atau kelompok yang menerima pesan.
7. Umpan balik (feed back) Reaksi terhadap pesan.
8. Gangguan (noise) Efek internal atau eksternal akibat dari
peralihan pesan.
9. Bidang pengalaman (field
of experience)
Bidang atau ruang yang menjadi latar belakang
informasi dari pengirim maupun penerima.
10. Pertukaran makana
(shared meaning)
Bidang atau ruang pertemuan (tumpang tindih)
yang tercipta karena kebersamaan.
11. Konteks (context) Situasi, suasana, atau lingkungan fisik, non-
fisik (sosiologis-antropilogis, psikologis,
politik, ekonomi, dan lain-lain).
13
8. Definisi komunikasi kesehatan
Ada beberapa definisi komunikasi kesehatan, yaitu:
1. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan startegi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan komunitas
agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan
kesehatan.
2. Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk
memengaruhi individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan
kondisi yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan
lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam aktivitas seoerti interaksi antara profesional
kesehatan dengan para pasien di klinik, self-help groups, mailings, hotlines, kampanye
media massa, dan penciptaan peristiwa.
9. Tujuan dan Manfaat Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan dirancang agar mempunyai tujuan, yaitu tujuan strategis dan tujuan
praktis. Tujuan strategis dikemas dalam bentuk program-program atau modul yang memiliki
fungsi untuk; (1) Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber
kepada pihak lain secara berangkai. (2) Enable informed decision making – memberikan
informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan. (3) Promote healthy
behaviors – informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup sehat. (4) Promote peer
information exchange and emotional support – mendukung pertukaran informasi pertama dan
mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan. (5) Promote self-care –
memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri. (6) Manage demand for health
services – memenuhi permintaan layanan kesehatan. Tujuan praktis ialah suatu usaha
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan agar dapat; (1)
Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, menjadi
komunikator yang memiliki etos dan kredibilitas, dan mengetahui serta mengelola konteks
komunikasi kesehatan. (2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi
efektif dalam berbicara, berpidato, bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan menjawab
pertanyaan. (3) Membentuk sikap dan prilaku berkomunikasi dengan menyenangkan,
kepercayaan diri, dan menciptakan keprcayaan dan pemberdayaan publik.
14
Setelah mengetahui pengertiannya, tujuannya, kemudian mengimplementasikannya maka
diperolehlah suatu manfaat. Manfaat dari komunikasi kesehatan itu semua kelompok dapat
membuat keputusan yang tepat terhadap usaha pemeliharaan kesehatan. Komunikasi yang
efektif dapat membantu kita untuk meningkatkan kesadaran tentang resiko dan solusi
terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga memberikan motivasi agar dapat
mengembangkan keterampilan untuk mengurangi resiko tersebut.
10. Perhatian Dunia Terhadap Masalah Kesehatan
1. Kesepakatan Mengenai Layanan Kesehatan Primer
Perhatian dunia terhadap kesehatan masyarakat telah digariskan dalam berbagai perjanjian
dan kesepakatan bertanggung jawab atas kesehatan dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1978
di Alma Alta, seluruh negara anggota WHO membuat kesepakatan mengenai pelayanan
kesehatan primer yang mencangkup beberapa kesehatan : Penyuluhan kesehatan , Gizi,
Sanitasi dasar dan air bersih, Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemic, Pengobatan
penyakit yang umum dijumpai , tersedianya obat esensial
2. Konferensi Ottawa
Konferensi yang sama dengan yang pernah dilakukan di Alma Alta itu kemudian berlangsung
pula di Ottawa, Canada . Dari konferensi ini menghasilkan sebuah keputusan yang bernama
Ottawa Charter for Health Promotion-Health Promotion ( 1986 ) yang menganjurkan
peluang bagi usaha peningkatan pengawasan dan pembaharuan kesehatan masyarakat melalui
membangun kemampuan personal, Menciptakan dukngan dari lingkungan , Reorientasi
layanan kesehata, Membangun mediasi dan advokasi , Memperkuat aksi dan peran
komunikasi
Peran masyarakat dunia terhadap kesehatan masyarakat itu masih diikuti oleh satu konferensi
besar yang diadakan oleh satu konferensi besar yang diadakan di Jakarta pada taun 1997 yang
menghasilkan Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21.
3. Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21
Latar Belakang
Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi Kesehatan yang berlangsung di Jakarta
bertemakan : New Players for a New Era : Leading Health Promotion into the 21st Century
15
berbicara kritis mengenai strategi internasional dalam pelayanan, khususnya promosi
kesehatan. Oleh karena itu, konferensi intenasional yang berlangsung di Jakarta yang diikuti
oleh anggota WHO terutama dari berbagai negara berkembang itu, membicarakan satu tema
baru, yakni ― promosi kesehatan‖
4. Promosi Kesehatan Harus Buat Sesuatu yang berbeda
Peserta konferensi Jakarta sepakat bahwa dari berbagai laporan peserta yang datang dari
seluruh dunia terbukti kalu perhatian kita masih rendah dalam promosi kesehatan. Strategi
promosi kesehatan yang relevan, melalui :
a. Pendekatan komprehensif terhadap pembangunan kesehatan yang efektif.
b. Diarahkan ke semua tempat
c. Membutuhkan Partisipasi banyak pihak
d. Berpatisipasi untuk memberikan informasi kesehatan yang bermanfaat
11. Masa Depan Komunikasi Kesehatan
Kemajuan teknologi saat ini sangat berpengaruh terhadap masa depan dunia kesehatan,
termasuk teknologi Health e Comunication dimana dunia tentang kesehatan dapat diakses
melalui WWW ( world web wide). Teknologi infrakstruktur pembagi informasi kesehatan,
seperti :
a. Melalui internet : health web sites
b. kelompok diskusi kesehatan : online chat groups
c. warnet : stand-alone kiosks
Media-media baru yang sama-sama digunakan diatas semuanya berpusat pada komputer dan
media informasi lainnya yang melibatkan peranan televise, radio, warung internet, video,
online services, video conferencing, CD-ROM?/DVD, video games, berbagai format layanan
lainnya.
Perkembangan komunikasi kesehatan ke depan meliputi layanan, seperti :
a. Telehealth, aplikasi telekomunikasi dan teknologi computer untuk meperluas
informasi mengenai kesehatan masyarakat dan obat-obatan.
b. .Interactive health communication, interaksi antara individu dengan konsumen,
pasien,pemberi layanan kesehatan.
16
c. Consumer health informatics,interaktif komunikasi kesehatan yang difokuskan pada
konsumen.
d. Telemedicine, aplikasi telekomunikasi dan teknologi computer yang secara khusus
melayani klinik.
12. Cakupan dalam komunikasi kesehatan
Secara histori, studi keilmuan komunikasi kesehatan terinspirasi oleh gerakan karantina,
gerakan kesehatan individu, gerakan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebersihan,
dan gerakan memperkenalkan konsep baru kesehatan masyarakat yang mendorng perubahan
kesadaran atas masalah kesehatan masyarakat.
1.2 Jenis dan hambatan komunikasi
TABEL TIPE-TIPE KOMUNIKASI
KOMUNIKASI VOKAL KOMUNIKASI
NONVOKAL
KOMUNIKASI
VERBAL
Bahasa Lisan (spoken words) Bahasa Tertulis (written
words)
KOMUNIKASI
NONVERNAL
Nada Suara (tone of voice),
Desah (sighs), Jeritan
(screams), Kualitas vokal
(vocal qualities)
Isyarat (gestures), gerakan
(movement), penampilan
(appereance), ekspresi wajah
(facial expression)
Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Menurut Don Stacks ada tiga macam perbedaan utama antara komunikasi verbal dan
nonverbal, yaitu:
1. Kesengajaan
Perbedaan utama dari komunikasi verbal dan nonverbal adalah niat atau kesengajaan.
Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal
adalah komunikasi jika pesan tersebut
- Dikirim oleh sumber dengan sengaja dan
- Diterima oleh penerima secara sengaja pula.
Sedangkan komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat atau kesengajaan.
17
2. Perbedaan Simbolik
Terkadang pesan disampaikan tidak hanya disertai oleh niat saja tetapi dilengkapi
dengan simbolik., contohnya berpakaian berwarna hitam akan diberi makna sebagai
ungkapan ikut berduka cita pada saat pemakaman. Komunikasi verbal lebih spesifik
artinya ia dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara
yang berubah-ubah, sedangkan nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami
seperti perasaan atau emosi
3. Mekanisme Pemprosesan
Perbedaan ketiga berkaitan dengan bagaimana proses komunikasi berlangsung.
Komunikasi nonverbal kurang terstruktur, tidak bisa mengekspresikan peristiwa
komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Sedangkan komunikasi verbal
memperhatikan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis, serta lebih menciptakan
konteks.
1. Jenis-jenis komunikasi
1) Komunikasi verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi. Dalam komunikasi
verbal ini pesan yang disampaikan berupa kata-kata, dan bahasa. Bahasa dapat
diartikan sebagai alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan
alat ucap manusia.bahasa tersusun atas rangkaian kata-kata yang memiliki arti
tersendiri. Bahasa memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan, antara lain sebagai alat
komunikasi, penamaan atau labeling, dan juga sebagai alat untuk mengungkapkan
perasaan atau ekspresi.
Komunikasi verbal dapat disampaikan secara lisan atau vokal dan secara tulisan.
Penyampaian secara lisan dapat dengan berbicara, dan mendengarkan. Sedangkan
penyampaian pesan secara tulisan dapat dengan menulis, dan membaca.
a. Berbicara dan menulis: Orang cenderung lebih memilih berkomunikasi dengan
cara berbicara daripada menulis, karena lebih praktis. Akan tetapi jika pesan
yang akan disampaikan terlalu rumit/kompleks maka akan lebih baik jika
disampaikan melalui tulisan.
18
b. Mendengarkan dan membaca: Mendengarkan dan membaca merupakan dua
hal yang berbeda. Akan tetapi memiliki pendekatan yang sama, yaitu mencatat
informasi yang disampaikan dan menafsirkan dan menilai informasi yang
disampaikan.
Agar dapat berkomunikasi secara verbal dengan efektif harus memperhatikan
beberapa aspek dari informasi yang akan disampaikan, yaitu:
1. Informasi yang disampaikan harus jelas dan ringkas
2. Perbendaharaan kata yang digunakan dapat dimengerti oleh penerima pesan serta
tidak memiliki makna ganda (ambigu).
3. Kecepatan dan tempo bicara yang tidak terlalu cepat juga dapat membantu
berkomunikasi dengan efektif.
4. Penyampaian informasi juga harus pada waktu yang tepat. Jika penyampaian
informasi/pesan pada waktu yang tidak tepat, dapat menghalangi penerimaan
pesan secara tepat.
Teori-teori Komunikasi Verbal
1. Nature Approach (Pendekatan Natural)
Pada nature approach, Noam Chomsky mengemukakan teori yang disebut deep
structure yang mengasumsikan suatu bahasa atau struktur bawaan yang pada diri
manusia sejak lahir, merupakan landasan bagi semua bahasa. Dengan demikian,
Chomsky beranggapan bahwa manusia dialhiran dengan membawa kemampuan
alamiah untuk berbahasa. Chomsky mengidentifikasi tiga strukytur dalam
bahasa. Pertama adalah adanya hubungan antara subjek-predikat dan sebaliknya.
Kedua adalah hubungan antara kata kerja dengan objek yang megekspresikan
hubungan logis sebab-akibat. Dan yang terakhir adalah modifikasi yang
menandakan pertautan kelas.
Berbeda dengan Chomsky, I. Slobin mengemukan bahwa daripada terlahir
dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram, anak sebenarnya
memiliki suatu linguistik yang diperoleh dari lingkungan anak tersebut.Slobin
mengidentifikasikan empat prinsip yang bekerja pada semua bahasa, yaitu:
memperhatikan susunan kata, menghindari pengecualian, menghindari interupsi
19
atau penataan kembali unit-unit bahasa, dan memperhatikan kata yang ada pada
bagian terakhir kalimat.
Meskipun ada perbedaan antara teori yang diungkapkan Chomsky dan Slobin,
namun namun keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang
beranggapan bahwa bahwa bahasa diperoleh secara natural.
2. Nurture Approach (Pendekatan Nurtural)
Edward Sapir dan Benyamin Whorf beranggapan bahwa bahasa dari suatu kultur
akan berkaitan langsung dengan bagaimana cara-cara kita berpikir dalam kultur
tersebut. Anggapan ini sesuai dengan relativitas kultural yang menyatakan
bahwa karena kultur yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda, dan
pandangan hidup yang berbeda, maka mereka juga akan memiliki keyakinan dan
nilai-nilai yang berbeda.
3. Teori Fungsional tentang Bahasa (General Semantics)
Teori ini berfokus pada makna dari kata. Teori ini beranggapan bahwa bahasa
harus bisa merefleksikan dunia di mana kita hidup. General semantics
memandang bahwa kita harus sedekat mungkin dengan realitas yang
direfleksikannya.
4. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa
Teori konstruktivisme diungkaokan oleh Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark.
Teori ini berfokus pada proses berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan
dalam suatu tindak komunikasi. Dengan demikian, Delia dan Clark telah
mengemukakan bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan
oleh orang lain terhadap suatu pesan yang disampaikan kepadanya, sebelum
pesan tersebut disusun sepenuhnya.
Kelebihan Komunikasi Verbal
1. Dapat disampaikan dengan tulisan maupun lisan.
2. Dapat digunakan untuk membahas kejadian masa lalu, ide atau abstaksi.
20
3. Komunikasi menggunakan kata-kata akan lebih mudah dikendalikan daripada
dengan menggunakan bahasa isyarat ( gerakan badan/tubuh) atau ekspresi
wajah.
Kekurangan Komunikasi Verbal
1. Terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi
2. Adanya keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
3. Kata-kata mengandung bias budaya.
4. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran secara verbal.
Sehingga dianggap tidak efisien.
5. Kata-kata yang disampaikan hanya membawa sebagian dari pesan.
2) Komunikasi nonverbal
Secara sederhana komunikasi nonverbal dapat didefinisikan Non berarti tidak, Verbal
berarti kata-kata, sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa
kata-kata. Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication membedakan menjadi dua tipe komunikasi yaitu vocal
communication adalah tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal
communication adalah tindak komunikasi yang menggunakan kata-kata. Dengan
demikian definisi komunikasi nonverbal adalah pesan lisan dan bukan lisan yang
dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan.
Batasan lain mengenai komunikasi nonverbal dikemukakan oleh beberapa ahli
lainnya, yaitu:
a) Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson
Komunikasi nonverbal adalah sebuah stimuli yang tidak bergantung pada isi
simbolik untuk memaknainnya
b) Edward Sapir
Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak dimana
pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh semua
c) Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: Komunikasi Antar
Budaya
- Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata
21
- Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan
suara
- Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang yang
diberi makna oleh orang lain
- Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah, sentuhan, waktu,
gerak isyarat, bau, perilaku matadan lain-lain
Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi
makna yang komunikatif. Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multisaluran
akan mengubah pesan verbal melalui 6 fungsi: pengulangan, berlawanan, pengganti,
pengaturan, penekanan dan pelengkap.
Pesan nonverbal akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Pesan nonverbal
juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti
dalam sarkasme atau sindiran tajam. Fungsi lain dari komunikasi verbal adalah
untuk mengatur pesan verbal. Pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan
sebuah interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan
kepala selama percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga
memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan.
Kesimpulannya, fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal
dengan mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia
atau senang terhadap sesuatu.
Menurut Samovar (Ilya Sunarwinadi: Komunikasi Antar Budaya), bahwa dalam
suatu peristiwa komunikasi, perilaku nonverbal digunakan secara bersama-sama
dengan bahasa verbal, yaitu: perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada
pesan verbal. Misalnya menyatakan terimakasih dengan tersenyum ; perilaku
nonverbal sebagai pengulangan bahasa verbal. Misalnya menyatakan arah tempat
dengan menjelaskan letak dan sambil menunjuk arahnya ; tindak komunikasi
nonverbal melengkapi pernyataan verbal. Misalnya mengatakan maaf kepada teman
karena tidak dapat meminjamkan uang sambil menunjukkan isi dompet yang kosong
; dan perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal. Misalnya
menyatakan rasa haru dengan mengeluarkan air mata. Kesimpulannya, komunikasi
nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-
pesan verbal dapat dimengerti dan dipahami. Komunikasi verbal dan nonverbal dapat
22
dikatakan tidak terpisahkan karena saling membutuhkan satu sama lain guna
mencapai komunikasi yang efektif.
Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Menurut Ronald Adler dan George Rodman ada empat karakteristik komunikasi
nonverbal, yaitu:
1. Keberadaannya
Kebeadaan komunikasi nonverbal akan dapat diamati ketika kita melakukan
tindak komunikasi secara verbal maupun tidak,baik disadarai atau pun tidak.
2. Kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal
Kita dapat berkomunikasi secara nonverbal, karena setiap orang mampu
mengirimkan pesan secara nonverbal tanpa menggunakan tanda-tanda verbal.
3. Ambiguitas
Ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku.
4. Keterikatannya dalam suatu kultur
Perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam suatu budaya, akan
mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur lain.
Pendekatan dalam Komunikasi Nonverbal
Menurut Darwin, ada tiga pendekatan dalam teori komunikasi nonverbal yang dapat
diterapkan dalam konteks komunikasi.
1. Pendekatan etiologi
Pendekatan etologi menurut Darwin adalah mengasumsikan bahwa komunikasi
nonverbal dari makhluk hidup yang berbeda sebenarnya sama karena komunikasi
nonverbal merupakan bagian alami dari keberadaan manusia. Dua contoh etologi
lainnya adalah senyuman dan ekspresi wajah yang dapat ditemukan pada setiap
kultur. Dalam pendekatan etologi, ada dua teori yang mendukung.
a. Teori pertama adalah teori struktur kumulatif. Teori ini lebih terfokus pada
kinesik, yaitu gerakan tubuh sebagai bentuk komunikasi atau disebut juga
expressive behavior. Ada lima kategori expressive behavior yaitu emblem,
ilustrator, regulator, adaptor, dan emosi (penggambaran perasaan).
b. Teori kedua adalah teori tindakan. Teori ini mengenai kinesik yang lebih
didasarkan kepada tindakan yakni perilaku terbagi ke dalam suatu rangkaian
panjang peristiwa atau proses (tidak dengan sendirinya). Menurut Morris, ada
23
lima kategori yaitu: pembawaan, ditemukan, diserap, dilatih, dan campuran
dari keempat kategori yang lain.
2. Pendekatan antropologi
Pendekatan kedua adalah pendekatan anthropologi, yang menganggap
komunikasi nonverbal terpengaruh oleh kultur masyarakat (menurut Birdwhistell
dan Edward T. Hall) dan terbagi menjadi dua, yaitu: analogi linguistik dan
analogi kultural.
a. Teori analogi lingustik menurut Birdwhistell mengasumsikan bahwa
komunikasi nonverbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi
verbal. Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang
membentuk apa yang disebut kata. Dalam konteks nonverbal, terdapat bunyi
nonverbal yang disebut alokines (semua gerakan tubuh terkecil yang sering
tidak terdeteksi). Kombinasi alokines akan membentuk kines dalam suatu
bentuk yang serupa dengan bahasa verbal. Teori ini mendasarkan
penjelasannya kepada enam asumsi, yaitu: terdapat tingkat saling
ketergantungan yang tinggi antara kelima panca indera manusia membentuk
sistem infrakomunikasi; komunikasi kinesik berbeda antarkultur dan bahkan
antara mikrokultur; tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal; perilaku
kinesik lebih primitif dan kurang terkendali dibanding komunikasi verbal;
kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara berulang sebelum
menginterpretasi secara akurat. Teori ini merupakan teori parakinesik yaitu
bagaimana suara berperan dalam menginterpretasikan pesan. Jadi, kombinasi
gerakan dihubungkan dengan komunikasi verbal (suara).
b. Teori kedua adalah teori analogi kultural yaitu membahas komunikasi verbal
dari aspek proxemics dan chronemics. Teori proxemics mengacu kepada
bagaimana seseorang menggunakan dan menginterpretasikan ruang dalam
proses komunikasi. Ada tiga jenis ruang, yaitu: informal space, fixed feature
space, dan semifixed feature space. Ada 8 aspek mengenai space(jarak),
yaitu: jenis kelamin dan posisi duduk; sudut pandangan; posisi badan saat
komunikasi; sentuhan; kontak mata; persepsi tentang panas tubuh; bau yang
tercium; dan volume suara. Sedangkan chronemics mengacu pada waktu,
norma-norma waktu yang ditemukan dalam kultur yang berbeda-beda.
3. Pendekatan fungsional
24
Pendekatan ini memandang komunikasi nonverbal bertujuan dan dibatasi oleh
suatu kerangka waktu tertentu. Dalam teori fungsional, norma-norma kultural
dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dan diperhitungkan dalam kerangka
waktu sebagai variasi kultural. Ada empat teori yang menjelaskan mengenai
pendekatan fungsional:
a. Pertama adalah teori metaforis dari Mehrabian yang menempatkan perilaku
nonverbal ke dalam pengelompokkan fungsi. Mehrabian memandang
komunikasi nonverbal berada di antara tiga kontinum, yaitu: dominan
submisif, menyenangkan-tidak menyenangkan, dan menggairahkan-tidak
menggairahkan. Paling sesuai diterapkan pada penandaan kinesic
paralanguage, sentuhan dan jarak atau ruang.
b. Kedua adalah teori Equilibrium yaitu seluruh interaksi dibatasi dalam konflik
antara kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang menarik dan
mendorong antara satu orang dengan orang lainnya cenderung
menyeimbangkan suatu hubungan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan dan
penginderaan.
c. Teori ketiga adalah teori fungsional dari Patterson yang mengemukakan
bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi, yaitu: memberikan
informasi, mengekspresikan keintiman, mengatur interaksi, melaksanakan
kontrol sosial, dan membantu pencapaian tujuan.
d. Teori keempat adalah teori fungsional komunikatif yang memfokuskan pada
‗kegunaan, motif, atau hasil dari komunikasi‘. Teori ini menjelaskan peran
yang dimiliki komunikasi nonverbal terhadap hasil komunikasi, seperti
persuasi dan desepsi (pengelabuan).
Kategori Komunikasi Nonverbal
Kategori yang dimaksud adalah beragam cara yang digunakan orang-orang untuk
berkomunikasi secara nonverbal, yaitu:
1. Vocalics
Dalam tindak komunikasi kita lebih banyak mempunyai output dan input vokal
dibanding dengan kata-kata yang kita ungkapkan, contohnya desah, menjerit,
menelan, merintih, menguap.
2. Kinesics
25
Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain ekspresi kita akan berubah tanpa
melihat apakah kita sedang berbicara atau mendengarkan. Paul Ekman dan
Wallace Friesen mengidentifikasikan enam emosi dasar bahwa ekspresi
wajahmencermikan keheranan, ketakutan, kemarahan, kebahagiaan, kesedihan,
dan kebencian atau kejijikan. Bentuk lain dari kinesics adalah gerakan tangan,
kaki, kepala, dan perilaku mata.
3. Proxemics
Suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu tindak komunikasi
berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang. Edwars T. Hall
mendefinisikan emapat jarak, yaitu:
- Intimate Distance. Percakapan dalam jarak yang akrab dengan bisikan atau suara
yang sangat pelan, biasanya bersifat pribadi.
- Personal Distance. Berlangsung tertutup, namun percakapannya tidak lagi
bersifat pribadi dengan interaksi dalam jarak akrab
- Social Distance. Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial, biasanya terjadi
dalam situasi bisnis dan membutukan suara lebih keras.
- Public Distance. Komunikasi yang bersifat dua arah, ada jarak yang cukup jauh
antara pembicara dengan pendengar.
-
2. Hambatan komunikasi
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Dalam berhubungan dengan satu sama lain, manusia
membutuhkan komunikasi agar penyampaian pesan yang dmaksud dapat tersampaikan
dengan benar. Dengan berkomunikasi dapat mempermudah manusia untuk berhubungan
dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Namun dalam
berkomunikasi, terkadang pesan yang disampaikan kepada si penerima pesan tidak
dimengerti sehingga si penerima pesan tersebut tidak memberikan feedback kepada si
pemberi pesan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang biasa disebut dengan
hambatan komunikasi. Berikut akan dijelaskan beberapa faktor yang dapat menghambat
komunikasi.
1) Hambatan lingkungan, terjadi akibat kondisi lingkungan yang menyebabkan
komunikasi yang terjadi antara ahli medis-pasien kurang efisien.
26
- Faktor pertama yang menjadi hambatan komunikasi kesehatan adalah jarak. Jarak
memberi kesan ahli medis tidak ingin berkomunikasi dengan pasien, selain itu
pasien juga merasa terintimidasi akibat adanya kesenjangan status dimana pasien
melihat kedudukan ahli medis tersebut superior jika dibandingkan dengan dirinya.
- Kedua, lingkungan yang bising akan mengganggu jalannya komunikasi.
- Ketiga, lingkungan tempat diadakannya komunikasi dianggap tidak memiliki
privasi, publik bisa saja mendengar percakapan antara ahli medis dan pasien
sehingga pasien akan merasa kurang nyaman apabila ia ingin menanyakan sesuatu
yang bersifat pribadi.
- Keempat, adanya petugas yang berfungsi sebagai relay pesan antara ahli medis
dan pasien, hal ini memberikan kesan seolah-olah ahli medis enggan
berkomunikasi. Disamping itu, kemungkinan terjadinya misinterpretasi antar
kedua belah pihak juga menjadi lebih tinggi akibat perbedaan persepsi.
2) Hambatan personal menitik beratkan pada pribadi pasien dan ahli medis itu sendiri.
- Seseorang yang pemalu akan sulit untuk diajak berkomunikasi, ia akan cenderung
menghindari komunikasi interpersonal.
- Selanjutnya inner conversation yang terlalu sering dilakukan juga dapat menjadi
hambatan, ahli medis yang terlalu sering melakukan tersebut akan menjadi kurang
fokus ketika diajak berkonsultasi oleh pasien hingga terkesan tidak peduli.
- Hambatan lainnya adalah ketika pasien yang dihadapi cenderung menceritakan
masalah yang ia alami hingga kita ikut merasakan perasaan emosi pasien tersebut
dan akihirnya merasa lelah, hal yang perlu dilakukan adalah tetap menunjukkan
empati tetapi jangan sampai masalah tersebut turut larut dalam pikiran kita secara
berlebih.
- Perbedaaan kebudayaan juga dapat menjadi hambatan tersendiri dalam terjadinya
komunikasi, seseorang dapat dikatakan tidak memiliki sopan-santun dalam suatu
adat akan tetapi ia masih berada dalam batasan yang pantas menurut adatnya
sendiri. Hal lain yang dapat menjadi hambatan adalah rasa takut untuk menhadapi
sesuatu yang sensitif yang sulit diucapkan. Pengetahuan pasien yang terbatas juga
menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
3) Patient barrier menitik beratkan pada persepsi pasien terhadap apa-apa yang
disampaikan ahli medis. Persepsi yang berbeda akan merujuk pada hasil yang berbeda
pula dari apa yang diinginkan. Tingkat pengetahuan pasien dalam hal ini juga
memiliki peranan. Selain itu beberapa pasien menganggap ahli medis hanya melihat
27
mereka sebagai suatu kasus saja bukan sebagai individu, karena itulah mereka
menghindari komunikasi dengan ahli medis. Perbedaan pendapat antara ahli medis
dan pasien juga bisa dikategorikan sebagai hambatan komunikasi, misalnya seseorang
mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja atau bahkan merasa panik terhadap penyakit
yang ia derita. Sementara pasien lainnya cenderung tidak memiliki keinginan untuk
mengetahui lebih lanjut tentang penyakit atau obat yang ia terima.
4) Hambatan administrasi dan finansial umunya terjadi di dalam suatu sistem dimana
interaksi pasien-ahli medis terjadi. Sebagai contoh adalah pemberian beban kerja
berlebih dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk berkomunikasi dengan pasien.
5) Hambatan waktu berkaitan dengan waktu dimana komunikasi itu berlangsung.
Pemilihan waktu untuk berkomunikasi dengan pasien ditentukan oleh kondisi pasien
tersebut, jika pasien tampak lelah misalnya ahli medis bisa memilih waktu kemudian
untuk membicarakan tentang pengobatan atau hasil pemeriksaan yang ia jalani.
Dalam website http://library.binus.ac.id terdapat enam faktor yang dapat menghambat
komunikasi, yaitu hambatan sosiologis (perbedaan status sosial, agama, pendidikan, dan
sebagainya), hambatan antropologis (perbedaan ras, gaya hidup, bahasa, dan norma),
hambatan psikologis (perbedaan keadaan emosi komunikan), hambatan semantis (bahasa
yang digunakan komunikator dapat menimbulkan persepsi yang salah), hambatan
mekanis (keterbatasan pada media yang digunakan untuk berkomunikasi), dan hambatan
ekologis (gangguan dari linkungan). Hambatan sosiologis, antropologis, dan psikologis
merupakan hambatan yang saling memengaruhi satu sama lain.
1) Hambatan sosiologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan status
sosial, agama, pendidikan, dan sebagainya dari komunikan.
2) Hambatan antropologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan ras,
gaya hidup, bahasa, dan norma dari komunikan.
3) Hambatan psikologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan keadaan
emosi dari komunikan, seperti sedih, bingung, marah, kecewa, dan sebagainya.
Sehingga saat berkomunikasi, hendaknya komunikator memerhatikan keadaan
komunikan baik dari segi sosiologis, antropologis, dan psikologis. Dengan memerhatikan
keadaan komunikan baik dari segi sosiologisnya, antropologisnya, maupun psikologisnya,
diharapkan pesan dapat tersampaikan dengan baik sehingga komunikan dapat
memberikan feedback seperti yang diharapkan oleh komunikator.
28
Selain tiga hambatan diatas, terdapat juga tiga hambatan lain dalam berkomunikasi, yaitu
hambatan semantis, hambatan mekanis, dan hambatan ekologis.
1) Hambatan semantis merupakan hambatan yang disebabkan oleh bahasa yang
digunakan oleh komunikator kurang jelas dan tegas sehingga dapat menimbulkan
persepsi yang salah. Sebaiknya komunikator dalam menyampaikan pesannya
menggunakan bahasa yang tegas, jelas, dan logis sehingga tidak akan menimbulkan
salah komunikasi (miscommunication).
2) Hambatan mekanis merupakan hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan media
yang digunakan dalam berkomunikasi.
3) Hambatan ekologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh adanya gangguan dari
lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam berkomunikasi terdapat hambatan-hambatan
yang akan membuat komunikan tidak memahami pesan yang disampaikan oleh
komunikator sehingga komunikan tidak dapat memberikan feedback kepada
komunikator. Enam hambatan dalam berkomunikasi tersebut adalah hambatan sosiologis,
hambatan antropologis, hambatan psikologis, hambatan semantis, hambatan mekanis, dan
hambatan ekologis. Sebaiknya hambatan-hambatan dalam komunikasi ini lebih
diperhatikan kembali agar dapat diminimalisir sehingga tujuan berkomunikasi dapat
tercapai dengan baik.
1.3 Komunikasi Interpersonal Antarprofesi
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjatara dua individu atau lebih dan
pesan berisi verbal maupun non verbal. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan
sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, dengan tujuan:
- Dapat untuk bertukar pikiran
- Dapat membantu menyelesaikan masalah
- Dapat membantu membuat keputusan
- Dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kehidupannya
Hambatan psikologis dalam proses komunikasi:
- Adanya pandangan stereotipe
- Kurangnya pengetahuan
- Kurangnya minat
29
- Sulit mengekspresikan diri
- Adanya emosi
- Adanya tipe kepribadian tertentu
- Adanya perbedaan persepsi
- Terlalu cepat menyimpulkan
KONSELING
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah.
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan:
a. Pembinaan hubungan baik
b. Penggalian informasi klien dan pemberian informasi sesuai kebutuhan
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan
d. Menindak lanjut pertemuan
Dalam melaksanakan tugasnya, komunikator maupun konselor dipengaruhi oleh 3 hal
yaitu:
1. Aspek Kognitif (Pengetahuan)
2. Aspek Psikomotorik (Keterampilan)
3. Aspek Afektif (Sikap)
Keterampilan Komunikasi Yang Harus Dimiliki Oleh Konselor:
1. Keterampilan Observasi
2. Keterampilan mendengar
3. keterampilan bertanya
Penyampaian Berita Buruk
menurut Rob Buckman dalam bukunya yang berjudul How to Break Bad News : A Guide
for Health Care Professionals, terdapat 6 langkah dasar dalam menyampaikan berita
buruk kepada pasien yang secara garis besar dapat disimpulkan menjadi berikut :
1. Persiapan
a. Persiapkan diri sendiri
30
- Dokter sebagai penyampai ‗bad news‘ mempersiapkan mental terlebih dahulu
agar tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati
sebagaimana mestinya.
- Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum
menyampaikan kabar buruk.
b. Privasi pasien
- Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak
orang
c. Libatkan pendamping
- Yang dapat menjadi pendamping adalah keluarga terdekat pasien
d. Posisi duduk
- Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara.
- Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari.
e. Listening mode: ON
- Jangan memotong kata-kata pasien
- berikan tanggapan, untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin
disampaikan pasien
f. Ketersediaan
- Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar buruk
- Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti bunyi hp dll.
2. Pendapat pasien mengenai kondisi
a. Kondisi medis dirinya sendiri
- Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang penyakitnya
b. Harapannya terhadap hasil pengobatan yang ia jalani
- Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut adalah untuk menilai perbedaan antara
harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk
agar tidak terlalu membuat pasien terguncang.
3. Keingintahuan dan kesiapan pasien
Tanyakan kesediaan pasien untuk mengetahui perkembangan mengenai keadaannya
atau tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk
menyampaikan di waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan
diri terlebih dahulu
4. Memberikan informasi
31
Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan warning shot sebagai pembukaan
katakan pada pasien bahwa ada ‗kabar buruk‘ yang akan disampaikan.
Cara penyampaian:
- Gunakan bahasa yang sama dan hindari istilah medis.
- Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan pasien
- Dapat menjelaskan bahasa medis kedalam bagasa yang mudah dimengerti oleh
pasien
- Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
- Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun beri kesempatan pada pasien dalam
mencerna kalimat.
5. Empati kepada pasien
- Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien.
- berusaha agar dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien
6. Simpulan dan Strategi
Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan agar tidak ada
kesalahpahaman setelah perbincangan :
- Simpulkan yang disampaikan tadi secara bertahap (sedikit demi sedikit)
- Berikan pasien kesempatan bertanya
- Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada
pasien
Komunikasi di dalam Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas manusia setiap
harinya. Kelompok yang baik merupakan wadah bagi setiap orang untuk dapat
mewujudkan harapan dan cita-citanya. Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan
sebuah interaksi antar anggota dalam kelompok yang kita sebut sebagai komunikasi
kelompok.
Komunikasi kelompok didefinisikan oleh Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam
bukunya, Human Communication, A Revisian of Approaching Speech sebagai interaksi
tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang
dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah
sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik anggota lainnya.
Dalam definisi diatas tercakup empat elemen, yaitu interaksi tatap muka, jumlah
partisipan, maksud atau tujuan, dan menumbuhkan karakteristik anggota lainnya. Tatap
32
muka memiliki makna bahwa setiap anggota kelompok dapat melihat dan mendengar
serta merespon anggota lain dalam kelompoknya. Jumlah partisipan berkisar antara 3-20
orang. Jika melebih 20 orang, kecil kemungkinan setiap anggota kelompok dapat saling
berinteraksi. Maksud dan tujuan bermakna bahwa karena adanya maksud dan tujuan,
maka identitas kelompok dapat terbentuk. Jika tujuannya adalah berbagi informasi, maka
komunikasi yang dilakukan untuk menambah pengetahuan. Elemen terakhir, membentuk
karakteristik berarti setiap anggota kelompok secara tidak langsung saling berinteraksi
dan tujuan kelompok terdefinisikan dengan jelas.
Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Norma
adalah perjanjian tentang bagaimana orang dalam suatu kelompok berperilaku satu
dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu sosial procedural dan tugas.
Norma sosial mengatur hubungan antara para anggota, norma procedural menguraikan
lebih rinci operasional kelompok, sedangkan tugas memusatkan perhatian pada
bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan. Jika norma adalah ukuran kelompok yang
dapat diterima, maka peran merupakan pola perilaku yang diharapkan dari anggota
kelompok. Ada dua fungsi peran dari suatu kelompok yaitu fungsi tugas dan fungsi
pemeliharaan. Fungsi tugas adalah bagaimana anggota kelompok menjalankan tugasnya
sedangkan fungsi pemeliharaan mengatur bagaimana anggota kelompok memelihara
keberadaan kelompok.
Keberadaan kelompok ditunjukkan dengan adanya fungsi-fungsi yang dilaksanakannya.
Fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan
masalah, pemnuatan keputusan dan terapi. Fungsi hubungan sosial berarti bagaimana
anggota kelompok saling memelihara hubungan sosial antar anggotanya. Fungsi
pendidikan berarti bagaimana sebuah kelompok bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahuam. Fungsi persuasi berarti upaya anggota kelompok
mempersuasi anggota kelompok. Fungsi pemecahan masalah dicerminkan dengan
kegiatan kelompok yang memecahkan masalah dan membuat keputusan. Fungsi terakhir,
fungsi terapi. Kelompok terapi mempunyai perbedaan dengan kelompok laiinya, karena
kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek kelompok terapi adalah membantu setiap
individu untuk mencapai perubahan personal. Contohnya adalah kelompok penderita
narkotika, kelompok konsultasi perkawinan
Komunikasi di dalam Masyarakat
Komunikasi Massa
33
Komunikasi massa suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan
pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan
tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.
Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu
- Teori yang Mempengaruhi Individu:
Teori Stimulus-Respons: Stimuli tertentu akan menimbulkan efek. Elemen-elemen utama
dari teori ini adalah pesan (stimulus), penerima (receiver), dan efek (respons). De Flaur
berasumsi bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara
berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience.
- Teori Dua Tahap dan Pengaruh Antarpribadi (Oleh Paul Lazarsfeld):
Mengatakan bahwa komunikasi terjadi dalam dua tahap. Pertama dari media massa ke
para pemuka pendapat dan kedua dari para pemuka pendapat ke orang-orang lain yang
kurang aktif dalam masyarakat. Teori ini memiliki asumsi bahwa individu merupakan
anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain, repons
terhadap pesan dari media tidak terjadi secara langsung melainkan melalui beberapa
perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan sosial, dan individu tidak bersikap sama
terhadap pesan media yang diberikan.
- Difusi Inovasi:
Pesan yang disampaikan mengenai gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah
perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap.
Teori ini memiliki empat tahap, pertama kesadaran individu akan adanya inovasi dan
adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi, kedua individu
membentuk/memiliki sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut,
ketiga individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk
mengadopsi atau menolak inovasi, keempat individu akan mencari pendapat yang
menguatkan keputusan yang telah dia ambil, namun dia dapat berupah dari keputusan
yang telah diambil sebelumnya.
Pengaruh Komunikasi Massa terhadap Masyarakat dan Budaya
- Teori Agenda Setting:
Asumsi mengenai efek komunikasi massa: Media massa dengan memberikan perhatian
pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap
34
pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui hal-hal yang diberitakan oleh media
massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang
berebeda. Teori agenda setting memiliki dasar pemikiran bahwa di antara berbagai topik
yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan
menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode
tertentu, dan akan terjadi sebaliknya pada topik yang kurang mendapat perhatian media.
- Teori Depensi mengenai Efek Komunikasi Massa
Jenis-jenis efek pada teori depensi:
- Kognitif: Menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-
setting, penegasan/penjelasan nilai-nilai.
- Afektif: Menciptakan ketakutan atau kecemasan, meningkatkan atau menurunkan
dukungan moral.
- Behavioral: Mengaktifkan/menggerakkan atau meredakan, pembentukan issue
tertentu atau penyelesaiannya
- Menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktvitas
- Spiral of Silence
Teori ini mengatakan bahwa pendapat umum terletak pada proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi
individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain
dalam masyarakat.
- Teori Information Gaps
Teori ini memandang bahwa peningkatan informasi akan memperlebar jurang/celah
pengetahuan daripada mempersempitnya. Maksudnya adalah peningkatan
pengetahuan pada kelompok tertentu akan meningkat jauh melebihi kelompok yang
lainnya.
Komunikasi Publik
Dalam komunikasi publik, satu orang ditunjuk sebagai pembicara dan yang lainnya
sebagai pendengar yang merupakan peranan pelengkap, atau khalayak pendengar. Ada
tiga aspek pengalaman komunikasi publik:
- Cenderung terjadi di tempat-tempat yang biasanya dianggap sebagai tempat publik.
35
- Lebih merupakan ―kesempatan mengemukakan masalah sosial‖ ketimbang masalah-
masalah informal. Biasanya direncanakan dahulu, mungkin ada agendanya dan acara
lainnya dapat mendahului dan mengikuti penampilan pembicara.
- Melibatkan norma perilaku yang relatif jelas. Sehingga pembicara harus berhati-hati
dalam menyampaikan informasi.
Pembicara setidaknya memiliki satu dari tiga tujuan berikut:
- Memberi informasi: Pembicara memberikan perhatian utama pada perolehan
informasi.
- Menghibur: Pembicara memiliki maksud memberikan kesenangan.
- Meyakinkan : Fokus dari pembicara adalah pengaruhnya pada sikap pendengar.
Kepercayaan yang dapat mempengaruhi komunikasi:
Kredibilitas Sumber
Kredibilitas memiliki arti kesediaan kita mempercayai sesuatu yang dikatakan dan
dilakukan seseorang (Modul Komunikasi Kesehatan 2013). Ada tiga dimensi utama etos:
- Keotoritatifan dan watak: Bagaimana pembicara dipersepsi berkenaan dengan subjek
yang disampaikannya (bagaimana pendapat pendengar mengenai kecerdasannya
bicara, informasi yang dimilikinya, kompetensinya, dan kewibawaannya) dan apakah
pembicara tersebut memiliki watak yang disukai.
- Kedinamisan: Bagaimana tampaknya kemampuan pembicara membujuk,
keaktifannya, dan semangatnya sebagai pembicara.
Kredibilitas Ekstrinsik
Kredibilitas ekstrinsik adalah kredibilitas yang dianggap memiliki sumber sebelum ia
menyampaikan pesannya. Kesan awal si pendengar terhadap pembicara mempengaruhi
ketertarikan pendengar terhadap informasi yang akan disampaikan. Jika ―reputasi‖ si
pembicara baik di mata pendengar, maka informasi yang disampaikan cenderung dapat
diterima dengan baik oleh pendengar.
Kredibilitas Intrinsik
Kredibilitas Intrinsik adalah istilah yang sering diberikan kepada citra yang diciptakan
oleh pembicara sebagai hasil langsung pidatonya.
36
Cara Penyampaian
- Penyampaian mendadak: Pidato yang disampaikan hanya dengan sedikit persiapan.
Satu kelebihan dari pidato ini, yaitu spontanitas yang maksimal. Kelemahan dari cara
ini adalah cara penyampaiannya cenderung informal, bertolak belakang dengan
komunikasi publik yang lebih bersifat formal.
- Membaca manuskrip: Pidato dengan membaca manuskrip bersifat formal dan
memerlukan persiapan yang lengkap. Kelebihannya adalah cara ini meminimalkan
kemungkinan penyalahtafsiran pesan yang disampaikan. Kelemahannya adalah cara
ini menyebabkan pembicara terlalu mengandalkan manuskripnya sehingga dia terus-
menerus membacanya.
- Pidato Hafalan: Cara berpidato dimana pembicara menulis manuskrip dan
menghafalkannya sehingga pembicara pun bebas memandang hadirin karena tidak
membaca manuskrip. Kelemahannya adalah cara penyampaian pembicara mirip robot.
Nada suara, ekspresi wajah, gerak tubuh dan yang lainnya hilang dan risiko pembicara
adalah pembicara melupakan sebagian pesannya.
- Pidato yang diucapkan tanpa persiapan lengkap: Jenis penyampaian ini
menggabungkan keuntungan dari pidato yang berpedoman dan direncanakan dengan
baik, dengan spontanitas pidato mendadak. Pembicara biasanya memakai kertas kecil
sebagai bantuan untuk menyampaikan pesan.
1.4 Komunikasi dalam situasi khusus
Komunikasi dalam situasi khusus dapat terjadi pada:
1. Pasien tuna rungu.
2. Pasien yang mudah marah.
3. Pasien lanjut usia.
4. Pasien yang sulit diajak berkomunikasi.
1. Pasien Tuna Rungu
37
Latar belakang pasien menderita tuna rungu ada beberapa hal, yaitu:
a. Tuna rungu sejak kecil
Hal ini mengakibatkan kosa kata yang dimiliki sangat sedikit dan butuh bahasa
isyarat agar ia mengerti apa yang orang lain bicarakan.
b. Tuna rungu tiba-tiba
Tuna rungu dalam hal ini, pada awalnya pasien adalah orang yang memiliki
pendengaran normal, tetapi karena satu dan lain hal mengakibatkan ia kehilangan
kemampuannya untuk beribicara dan mendengar.
c. Sudah tua
Pada pasien yang berusia lanjut atau sudah tua, biasanya mengalami penurunan
kemampuan mendengar dan berbicara, sehingga butuh penjelasan dan cara
berkomunikasi yang baik dan jelas agar mudah dipahami oleh si pasien.
Beberapa cara untuk berkomunikasi dengan pasien tuna rungu yang dirangkum dari
Navarro dan Lacour (1980, p. 26):
a. Bersikap wajar:
- Posisi jarak dari pasien adalah 1- 2 meter.
- Jangan tegang dan kaku.
- Gunakan kalimat yang sederhana.
- Pastikan pasien memperhatikan anda.
- Kalau pesan tidak dimengerti pasien, ulangi kalimat dengan lebih pendek dan
sederhana.
- Minimalisir suara background.
b. Bersikap penuh perhatian dan jangan:
- Berbicara sambil berjalan.
- Terlalu sering menggerak- gerakkan kepala.
38
- Berbicara sambil mengunyah.
- Memalingkan wajah.
- Berdiri langsung di depan cahaya terang.
- Meletakkan IV di tangan pasien yang memerlukan bahasa isyarat.
2. Pasien yang mudah marah
Latar belakang pasien mudah marah atau emosi adalah karena keadaan dirinya yang sedang
panic.
Beberapa pedoman untuk menangani pasien marah atau pasien agresif:
- Mengamati keadaaan pasien secara seksama.
- Menunjukkan rasa empati.
- Menjaga jarak aman.
- Jangan menginterupsi ledakan mereka.
- Memberikan pertanyaan terbuka.
- Jangan menjanjikan hal- hal yang tidak pasti.
- Membantu pasien merasa mereka memiliki orang dekat.
- Jangan mudah tersinggung.
- Jika staff keamanan dipanggil, awasi tindakan mereka sehingga anda mampu
mempertahankan control atas situasi.
3. Pasien lanjut usia.
Pada umumnya pasien yang lanjut usia itu memiliki kondisi dimana terjadi penurunan
kemampuan untuk berkomunikasi dan mendengar dikarenakan factor usia. Sehingga
diperlukan cara berkomunikasi khusus pada pasien lanjut usia tersebut.
39
Di Indonesia, pemerintah dan lembaga-lembaga pengelola lansia, memberi patokan bahwa
mereka yang disebut lansia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun yang dinyatakan
dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun di negara maju diberi patokan yang lebih
spesifik: 65 - 75 tahun disebut old, 76 - 90 tahun disebut old -- old dan 90 tahun ke atas
disebut very old (W.M.Roan, 1990). Pada usia tertentu, biasanya para lansia akan mulai
penurunan kemampuan dalam berkomunikasi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya:
- Lansia mulai menurun kemampuan pendengarannya sehingga sulit menerima informasi
- Lansia mulai menurun daya ingatnya (pikun) sehingga mereka sulit mengingat informasi
yang mereka peroleh
- Lansia lebih berorientasi pada kematian sehingga gairah hidup berkurang dan mengurangi
minat interaksi dengan orang lain sehingga menurun pula kemampuan komunikasi lansia
tersebut
Sebagai pelayan kesehatan yang harus tetap mengayomi pasien bagaimanapun kondisinya,
tentunya pelayan kesehatan dituntut untuk dapat berkomunikasi yang baik karena informasi
yang harus mereka sampaikan kepada pasien juga dilakukan melalui komunikasi tersebut.
Apabila pelayan kesehatan tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka informasi
yang mereka sampaikan kepada pasien menjadi kurang dipahami pasien dan menyebabkan
adanya kesalahan dari maksud dan tujuan informasi itu sendiri.
Berikut beberapa point yang dapat diterapkan pelayan kesehatan dalam berkomunikasi
dengan pasien lanjut usia sehingga informasi yang pelayan kesehatan sampaikan kepada
pasien lanjut usia dapat diterima dengan baik oleh pasien lanjut usia tersebut, antara lain:
- Memanggil nama, komunikasi yang efektif harus diawali dengan bahasa verbal yang
tepat. Selain itu memanggil nama dapat membuat pasien lanjut usia ini mengerti bahwa
ialah yang menjadi subyek komunikasi
- Berbicara dengan jelas, hal ini akan membuat pasien lanjut usia mengerti apa yang
pelayan kesehatan katakan
- Berbicara dengan perlahan, hal ini akan membuat pasien lanjut usia lebih memahami apa
yang pelayan kesehatan sampaikan
40
- Mengulangi perkataan, hal ini akan membuat pasien lanjut usia memahami dan lebih
mengingat perkataan
- Jangan berbicara kepada pasien sambil makan makanan, mengunyah tembakau, merokok,
atau menutup mulut dengan tangan atau benda lainnya, hal ini akan membuat pasien tidak
mengerti apa yang pelayan kesehatan katakan
- Fokus dan tidak berbelit-belit, pembicaraan yang tidak fokus dan berbelit-belit akan
membuat pasien tidak mengerti maksud informasi yang disampaikan.
- Gunakan bahasa sederhana, kalimat-kalimat pendek dengan kosa kata yang mudah, hal
ini akan membantu pasien untuk lebih memahami informasi yang disampaikan
- Jangan terburu-buru atau terlihat frustasi dalam menyampaikan informasi kepada pasien
karena hal ini akan membuat pasien stres dan merasa terhambat dalam berkomunikasi
dengan pelayan kesehatan
- Berbicara dengan nada normal dan tidak berteriak karena sebenarnya pasien dapat
menangkap informasi yang disampaikan karena cara penyampaiannya bukan volume
suara
- Mengurangi kebisingan latar belakang, hal ini membantu pasien untuk fokus dan
mendengarkan informasi bukan kebisingan di sekitar
- Menyampaikan informasi dengan cara ajakan atau bujukan, hal ini lebih dapat diterima
pasien daripada cara yang terkesan memaksa atau mengintimidasi
- Bertanya, dengan bertanya secara langsung akan didapat informasi yang spesifik dari
pasien
- Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan nonverbal pada lansia tidak
sama, teknik ini dapat dilakukan
- Menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan, apabila pasien kesulitan dalam
pendengaran hal ini sangat membantu karena pasien dapat membaca informasi yang
disampaikan
- Menggunakan ilustrasi untuk menyampaikan pesan, setiap pesan harus ditulis atau
digambar dan seringkas mungkin
41
Selain cara-cara yang baik dalam penyampaian informasi atau pesan, ada beberapa
hal yang juga perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi atau pesan agar
informasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh pasien, antara lain:
- Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atautujuan
komunikasi. Body language pasien harus diperhatikankarena body language
yang tidak sesuai dapat menjadi barierkomunikasi. Oleh karena itu pelayan
kesehatan harus menempatkan diriuntuk berkomunikasi dengan lansia
- Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud darikomunikasi.
Gesture sangat membantu pada pasien lanjut usia yang tidak dapat mendengar
- Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antarbudaya dan bangsa. Karena
ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisaditunjukkan lewat ekspresi wajah.
Selain itu ekspresi wajah juga membantu dalam pencitraan kondisi dalam
informasi yang disampaikan
- Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawanbicara
- Kecepatan komunikasi, jangan tergesa-gesa ketika berkomunikasidengan
lansia, karena menyebabkan kebingungan dan frustrasi
- Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa.
Danmenyampaikan diakhir membuat stress atau frustrasi
- Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring.Sentuhan dapat
menurunkan perasaan depresi, dapat meningkatkankeberadaan dan rasa
penghargaan bagi lansia
- Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansiaberduka, cemas,
sakit
- Mendengarkan informasi yang diperoleh dari pasien dengan cermat
Jadi, dalam berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dan agar informasi yang diterima
dapat diterima dengan baik oleh pasien tersebut, pelayan kesehatan harus
memperhatikan kebutuhan pasien dalam menerima pesan serta dapat menyampaikan
informasi seefektif mungkin dengan berbagai cara yang sekiranya dapat dimengerti
dan dipahami oleh pasien.
42
4. Pasien yang sulit berkomunikasi
Ada beberapa alasan pasien itu sulit berkomunikasi, yaitu:
a. Pasien depresi.
b. Pasien yang terlalu cemas.
c. Pasien gagap.
a. Pasien depresi
Pedoman untuk berkomunikasi dengan pasien depresi:
- Menjadi pendengar pasien yang baik.
- Jangan marah atau frustasi.
- Menunjukkan rasa empati.
- Mengajukan pertanyaan terbuka.
- Menggunakan bahasa yang sederhana.
Pedoman untuk berkomunikasi dengan pasien yang cemas berlebihan:
- Bersikap tenang.
- Jelaskan bahwa cemas merupakan hal yang wajar.
- Arahkan pasien untuk berbicara ke inti.
- Berikan saran- saran positif.
Pedoman untuk berkomunikasi dengan pasien gagap:
- Jangan memotong pembicaraan pasien.
- Jangan mengucapkan kata- kata seperti: ―ambil napas‖, ―santai‖, ―pelan- pelan‖.
- Sabar menunggu sampai pasien menyelesaikan kalimatnya.
- Lebih sensitive.
43
- Jangna menunjukkan tanda- tanda kasihan.
- Selalu menjaga kontak mata.
Secara umum pasien yang sulit berkomunikasi
Memahami perspektif pasien adalah sikap yang dianjurkan dalam komunikasi antar dokter
dengan pasien. Sikap tersebut akan mengembangan perilaku dokter yang menunjukkan
adanya penghargaan terhadap kepercayaan pasien yang berkaitan dengan penyakitnya (tidak
menyemooh atau melecehkan), melakukan penggalian (eksplorasi) terhadap keadaan pasien,
memahami kekhawatiran dan harapannya, berusaha memahami ungkapan emosi pasien,
mampu merespon secara verbal dan non-verbal dalam cara yang mudah dipahami pasien.
Yaitu menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dipahami pasien sesuai dengan latar
belakang pendidikan pasien. Pasien dengan latar pendidikan yang hanya sampai pada tingkat
SMP atau SMA tentu akan berbeda cara kita menyampaikan informasinya kepada pasien
dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi atau jenjang pendidikan lain yang lebih
tinggi.
Perhatian terhadap biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkan dan
mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter-pasien yang profesional, sangat
diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien. Perhatian dalam pengembangan komunikasi
efektif dengan pasien tidaklah terbatas hanya pada diri seorang dokter semata melainkan juga
melibatkan semua jenjang yang dilalui pasien. Dokter perlu memasukkan semua pihak yang
ikut berperan dalam upaya penyembuhan atau perawatannya agar komunikasinya bisa efektif.
Tidak semua informasi yang diperlukan pasien bisa dituntaskan oleh dokter di ruang
praktiknya. Penyediaan media pendukung komunikasi akan sangat membantu efektivitas
komunikasi dokter-pasien.
Teknik komunikasi yang dapat digunakan seorang dokter atau petugas kesehatan terhadap
pasien yang sulit dalam berkomunikasi atau sulit untuk mengungkapkan keluhan penyakitnya
adalah dengan teknik komunikasi terapeutik. Teknik komunikasi terapeutik terbeut meliputi:
a. Mendengar, karena merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar
petugas kesehatan atau dokter mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih
banyak pada klien untuk bicara. Petugas harus menjadi pendengar yang aktif. Ketika
mendengarkan pasien usahakan untuk menjadi pendengar yang baik dengan
memberikan tanggapan atas keluhan pasien.
44
b. Pertanyaan Terbuka, yaitu denga memberi kesempatan untuk memilih contoh ‘‖
apakah yang sedang saudara pikirkan?‖ Beri dorongan dengan cara mendengar atau
mengatakan, saya mengerti. Intinya dokter tersebut berusaha menggali kondisi atau
keluhan yang dirasakan pasien dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong dia
untuk menjelaskannya kepada sang dokter.
c. Mengulang, karena dengan mengulang pokok pikiran yang diungkapkan pasien,
dapat menguatkan ungkapan pasien dan memberi indikasi bagi dokter atau petugas
kesehatan mengikuti pembicaraan pasien.
d. Klarifikasi. Dilakukan jika dokter ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau pasien
malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Sehingga dengan klarifikasi kita kepada pasien
akan mengurangi kesalahan dalam penangkapan informasi sekaligus membuat pasien
mau mengungkapkan keluhannya kepada dokter dengan lebih jelas karena ia merasa
diperhatikan.
e. Refleksi, yaitu berupa refleksi isi, memvalidasi apa yang didengar. Refleksi perasaan,
memberi respon pada perasaan pasien terhadap isi pembicaraan, agar pasien
mengetahui dan menerima perasaannya.
f. Memfokuskan. Membantu pasien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang
penting. Dan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih
jelas dan berfokus pada realitas. Jadi dokter harus fokus pada pembicaraan mengenai
keluhan atau informasi dari pasien.
g. Membagi Persepsi. Meminta pendapat pasien tentang hal yang dokter rasakan dan
pikirkan. Dengan cara ini dokter dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
Hal ini dimaksudkan agar pasien bisa mengkoreksi apabila interpretasi atau informasi
yang kita tangkap darinya salah. Sehingga nantinya pasien akan kembali berbicara
dan member respon terhadap presepsi kita dan komunikasi akan terbuka.
h. Identifikasi “Tema”. Latar belakang masalah yang dialami pasien yang muncul
selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi
masalah yang penting.
i. Diam. Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya memberi kesempatan berpikir dan memotivasi pasien untuk bicara.
Sehingga tidak hanya ada komunikasi satu arah dari dokter saja yang menjelaskan
tentang hasil analisanya terhadap kondisi pasien, melainkan pasien pun bisa memberi
pendapatnya tentang apa yang ia rasakan.
45
j. Informing. Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
k. Saran. Memberi alternatif ide untuk memecahkan masalah. Tepat dipakai pada fase
kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan. Saran diberikan ketika komunikasi
antar dokter dan pasien sudah terjalin dan untuk memberi respon terhadap masalah
atau keluhan pasien bisa melalui saran atau anjuran dokter agar pasien mendapatkan
tindakan medis atau saran lain.
l. Humor. Pengeluaran energi melalui menikmati ketidaksempurnaan (kata-kata nada
canda). Hal tersebut dilakukan agar komunikasi antar pasien dan dokter tidak kaku
dan tegang yang semakin membuat pasien sulit untuk bicara dan mengungkapkan
keluhan atas penyakit yang dirasakannya dan pada akhirnya pasien bisa dengan santai
ketika berkomunikasi dengan dokter.
46
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar.
2. Potter, Patricia A. Dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawaatan, edisi 7. Trans.
dr. Adrina Ferderika. Jakarta: Salemba Medika.
3. Singgih, Evita E. Dkk. 2012. Buku Ajar II Manusia, Individu, Kelompok, Masyarakat,
dan Kebudayaan. Tidak diterbitkan.
4. Herlina. Komunikasi: Fungsi dan Jenis.
5. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/IP-
TM3_KOMUNIKASI.pdf [Diakses pada 25 Feb. 2013]
6. Peranan dan Fungsi Organisasi.
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30845/4/Chapter%20II.pdf. (diakses pada
25 Feb. 2013)
8. Dahlman, S.J., Communication Definitions, Models and Terms, Anonymous, 2004.
9. David Foulger, Models of the Communication Process, Brooklyn College/ CUNY, 2004.
10. Taibi Kahler, Process Communication Model, Washington, D.C., 2003.
11. Armstrong,D.Political Anatomy of the Body:Medical Knowleadgein Britainin the
Twentieth Century.Cambridge, Cambridge University Press, 1993
12. The Jakarta Declaration-on Health Promotion into the 21st Century ( Copyright by WHO
),1997
13. http://mercubuana.ac.id/files/99026-2-822368437995.doc [Diakses pada 24 Februari 2013, pukul
19.37 WIB]
14. http://apdesibone.blogspot.com/2011/05/pengertian-dan-jenis-jenis-komunikasi.html [Diakses
pada 24 Februari 2013, pukul 22.00 WIB]
15. http://penakulangkahku.blogspot.com/2012/01/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html [Diakses
pada 25 Februari, pukul 20.00 WIB]
16. Teori komunikasi. SKOM4204/MODUL 6
47
17. Barriers in Communication. Modul komunikasi kesehatan.
18. US Department of Health and Human Services, Food and Drug Administration 10903 New
Hampshire Ave, Silver Spring, MD . 2011. Communicating Risks and Benefits: An Evidence-
Based User Guide. Halaman: 174. Sumber:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=35&cad=rja&ved=0CEgQ
FjAEOB4&url=http%3A%2F%2Fwww.fda.gov%2Fdownloads%2FAboutFDA%2FReportsManu
alsForms%2FReports%2FUCM268069.pdf&ei=PpcoUYqBLMfLrQeM1YHoBw&usg=AFQjCN
HEfi1nKfwQm9wF36ZyD0OlDOPkIg. [Diakses pada 23 Februari 2013, pukul 18.00 WIB].
19. Center for Communication Programs (CCP) Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health
INDONESIA dan Universitas Muihammadiyah Banda Aceh. 2005. Formative Study: Health
Communication Program Development For Aceh – North Sumatera Relief/Rehabilitation.
Halaman: 10. Sumber:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=58&cad=rja&ved=0CFcQ
FjAHODI&url=http%3A%2F%2Freliefweb.int%2Fsites%2Freliefweb.int%2Ffiles%2Fresources
%2FAB4A90473914D1FD4925706D000448C7-johnhop-idn-28mar.pdf&ei=YJgoUdqNL8j-
rAfzp4HIDw&usg=AFQjCNG89oPZJKrOI6Q3d5heJEqwbsgFXw. [Diakses pada 23 Februari
2013, pukul 18.00 WIB].
20. http://library.binus.ac.id [Diakses pada tanggal 24 Feberuari 2013 pukul 10:52 WIB].
21. Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic mental health nursing. Third edition. St.
Louis: Mosby.
22. Komunikasi.mediator.fikom.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/.../120/107. [Diakses pada
hari Minggu, 24 Februari 2013]
23. Muchlisin R. Komunikasi. http://www.kajianpustaka.com/2012/10/komunikasi-
terapeutik.html#ixzz2Lv8WLbzR. [Diakses pada hari Senin, 25 Februari 2013]
24. Berkomunikasi Dengan Lansia. http://id.prmob.net/tunarungu/cacat/houston-1704542.html.
[Diakses pada Rabu, 20 Februari 2013, pukul 9.50 WIB.]
25. Kuntjoro, Zainnudin. Jakarta: 2002. Memahami Mitos & Realita Tentang Lansia. <http://www.e-
psikologi.com/epsi/lanjutusia.asp>. Diakses pada Rabu, 20 Februari 2013, pukul 9.44 WIB.]
26. Santoso, Agus dan Novia Budi Lestari. 2008. Peran Serta Keluarga pada Lansia yang Mengalami
Post Power Syndrome.
<https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CIc
BEBYwCA&url=http%3A%2F%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fmedianers%2Farticle
%2Fdownload%2F736%2Fpdf&ei=QTYkUZbEBIbIrQfZ3oDYAg&usg=AFQjCNH4kXqLFu8S
pnyAu68EDG2LdQVM5A&sig2=dtRTEE3dwqxnrytyxQqslg&bvm=bv.42661473,d.bmk>.
[Diakses pada Rabu, 20 Februari 2013, pukul 9.35 WIB.]
27. ―Challenging Consultations Special Problems in Doctor - Patient Communication‖ by Geraldine
Blache and Robert Bor
28. Komunikasi Efektif Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K).
2006. Jakarta : MNH.
29. Uripni C, et al. Komunikasi Kebidanan. 2003. Jakarta : EGC.
30. Nia Fitriasari. ―Konseling‖. [www.akbidypsdmi.net diakses pada 25 Februari 2013 22:00 WIB]
48
31. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka
32. Modul Komunikasi Kesehatan 2013
33. http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIK-Vol-1No1-2004_4.pdf ]Diakses pada hari Senin, 25
Februari 2013 pukul 15.30 WIB]