makalah kelompok 6

50
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang Hubungan Serikat Karyawan Manajemen dan Pemutusan Hubungan Kerja. Dalam Penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin. 1

Transcript of makalah kelompok 6

Page 1: makalah kelompok 6

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang

Hubungan Serikat Karyawan Manajemen dan Pemutusan Hubungan Kerja.

Dalam Penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat

akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua

pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran

bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang

diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Sangatta, Desember 2012

Penyusun

1

Page 2: makalah kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………............ 1

DAFTAR ISI …………………………………………................ 2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………................. 4

1.1 LatarBelakang ……………………………....................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5

1.3 Tujuan Masalah ................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………….......... 7

2.1 Serikat Karyawan……….…………………………………............. 7

2.2 Dampak Serikat Karyawan …………………………............... 8

2.2.1.Dampak Monopoli .....................………………........ 8

2.2.2. Dampak Suara Kolektif ………………................................. 9

2.2.3. Dampak Terhadap Manajemen dan Produktivitas ................... 10

2.3. Hubungan Serikat Karyawan dengan SDM…………………….... 12

2.4 Perundingan Kolektif …………………………………................ 14

2.5 Hubungan Pekerja – Manajemen ........................................ 17

2.6 Pemutusan Hubungan Kerja ................................................... 20

2.7 Jenis – jenis PHK ........................................................... ........ 22

2.7.1 PHK pada kondisi Normal ................................................. ........ 22

2.7.2 PHK pada Kondisi Tidak Normal …………………………….. 24

2.8 Mekanisme dan Penyelesaian Perselisihan PHK ................... 27

2.8.1 Perundingan Bipartit …………………………………...... 28

2

Page 3: makalah kelompok 6

2.8.2 Perundingan Tripartit ....................................... 28

2.8.3 Pengadilan Hubungan Industrial ....................................... 29

BAB III PENUTUP ………………………………………….... 31

3.1. Kesimpulan ………………………………………........ 31

3.2 Saran ................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..... 33

3

Page 4: makalah kelompok 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kegiatan ekonomi, ada beberapa hal yang menjadi faktor penentu

keberhasilan sutu perusahaan, diantaranya adalah baiknya sumber daya manusia

yang dimiliki oleh perusahaan. Para manajer sangat sadar akan nilai investasi

mereka dalam hal sumber daya manusia. Mulai dari menemukan, mempekerjakan,

memotivasi, melatih, mendisiplinkan, dan mengembangkan karyawan menjadi

prioritas nomor satu bagi mayoritas bisnis.

Adanya hubungan ketenagakerjaan (labour relations) yang merupakan

hubungan berkesinambungan di antara sekolompok karyawan dengan manajemen

perusahaan, memungkinkan para karyawan membentuk suatu perkumpulan atau

organisasi yang dinamakan serikat karyawan. Terbentuknya serikat karyawan ini

dikarenakan rasa ketidakpuasan karyawan terhadap berbagai kondisi perusahaan.

Hubungan ini meliputi negosiasi kontrak tertulis menyangkut gaji, jam kerja,

ketentuan kerja dan intepretasi serta pelaksanaan kontrak selama jangka waktu

berlakunya. Pengetahuan tentang hubungan ketenagakerjaan dan perundingan

bersama adalah penting. Pada kenyataannya, sulit memisahkan hubungan

ketenagakerjaan sebagai fungsi sumber daya manuusia dari banyak aktivitas

sumber daya manusia lainnya.

Penggunaan kegiatan kolektif seperti serikat karyawan ini, menciptakan

berbagai kendala atau batasan baru bagi manajemen personalia. Batasan-batasan

4

Page 5: makalah kelompok 6

baru ini dalam praktek pelaksanaanya sulit diterima para manajer. Ini tidak berarti

akhir kesuksesan dari suatu organisasi, karena masih banyak perusahaan yang

sukses dalam menjalankan usahanya dengan mempunyai satu atau lebih serikat

karyawan. dan pada akhirnya seorang manajer akan melakukan Pemutusan

hubungan kerja (PHK) dengan beberapa karyawannya.

Berakhirnya hubungan kerja bagi tenaga kerja berarti kehilangan mata

pencaharian yang berarti pula permulaan masa pengangguran dengan segala

akibatnya, sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup tenaga kerja

seharusnya tidak ada pemutusan hubungan kerja. Akan tetapi dalam kenyataannya

membuktikan bahwa pemutusan hubungan kerja tidak dapat dicegah seluruhnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa Definisi dari Serikat Karyawan?

2. Apa yang di maksud perundingan kolektif ?

3. Apa Definisi dari PHK?

4. Jelaskan Mekanisme dan Penyelesaian PHK?

5. Bagaimana bentuk Penyelesaian Kompensasi PHK?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui dengan jelas definisi dan jenis - jenis dari Serikat Karyawan.

5

Page 6: makalah kelompok 6

2. Mengetahui dengan jelas definisi dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

3. Mengetahui Jenis-jenis dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

4. Mengetahui Mekanisme pemberian PHK kepada karyawan dan cara penyelesaian

perselisihan yang akan timbul setelah Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan.

6

Page 7: makalah kelompok 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Serikat Karyawan

Serikat karyawan (labour union atau trade union) adalah organisasi para

pekerja yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat,

melindungi, dan memperbaiki, melalui kegiatan kolektif, kepentingan-kepentingan

sosial, ekonomi, dan politik para anggotanya. Kepentingan dominan yang

diperjuangkan serikat karyawan tersebut adalah kepentingan ekonomi. Dalam

bidang ini, berbagai keinginan dan permintaan akan kenaikan gaji atau upah,

pengurangan jam kerja dan perbaikan kondisi-kondisi kerja adalah beberapa contoh

kepentingan yang terpenting bagi serikat karyawan.

Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa aktivitas

sumber daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi, tingkat upah, kenaikan

gaji, paket tunjangan, system keluhan, dan prosedur disiplin dapat berubah secara

drastis disebabkan oleh ketentuan perjanjian perundingan kerja bersama (collective

bargaining agreement). Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan leluasa

mengambil keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi kerja.

Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau persetujuan dari

kalangan karyawan. Karyawan-karyawan yang tidak menjadi anggota serikat

pekerja harus menerima persyaratan manajemen, menegosiasikannya dengan

serikat pekerja dalam hal pengambilan keputusan bilateral (bilateral decision

making) mengenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan masalah keamanan

7

Page 8: makalah kelompok 6

kerja lainnya. Alih-alih menghadapi setiap karyawan secara satu per satu,

perusahaan harus berunding dengan seriakat pekerja yang mewakili kalangan

pekerja.

Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke dalam

wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan standar kerja,

desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan metode baru. Perusahaan

umumnya juga menolak pelanggaran batas ke dalam wilayah pengambilan

keputusan ini dengan mengklaim bahwa persoalan tersebut merupakan hak

prerogatif manajemen.

2.2. Dampak Serikat Karyawan

Menurut Pasal 104 ayat 1 undang-undang ketenagakerjaan tahun 2003,

setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat karyawan. Ada dua

perspektif perihal dampak serikat karyawan: perspektif monopoli (monopoly

perspective) dan perspektif suara kolektif (collective voice perspective). Dampak-

dampak yang ditimbulkan dengan adanya serikat pekerja antara lain:

2.2.1. Dampak Monopoli

Perspektif monopoli atas serikat pekerja bermula dari premis bahwa

serikat karyawan menaikan upah di atas tingkat upah kompetitif. Seberapa

banyak serikat pekerja menaikkan upah adalah bervariasi di seluruh pasar

tenaga kerja, industri, jabatan, kelompok demografis dan prosedur estimasi

dan data.serikat kerja tampaknya berpengaruh positif pula terhadap

tunjangan pelengkap (fringe benefit).

8

Page 9: makalah kelompok 6

Kemajemukan dampak gaji serikat pekerja di semua industry sebagian

disebabkan oleh kemampuan serikat karyawan membawa “upah keluar dari

kompetisi.” Apabila serikat pekerja menaikkan gaji terlalu tinggi di suatu

pasar kompetitif, maka mereka mengancam kelasngsungan hidup

perusahaan dan dirinya sendiri.

Upah dapat dibawa keluar dari kompetisi melalui beberapa cara, yaitu :

1. Pertama, tuntutan serikat pekerja mungkin relatif tidak sensitive terhadap

perubahan upah. Yakni, para konsumen akan menyerap biaya tenaga

kerja yang melambung tanpa mengimbangi dampak pekerjaan.

2. Kedua, tingkat organisasi serikat pekerja di dalam suatu pasar tertentu

dapat pula mempengaruhi kekuatan monopoli serikat pekerja.

2.2.2. Dampak Suara Kolektif

Sebagian besar karyawan merasa bahwa lebih mudah bertarung demi

perbaikan kerja melalui serikat karyawan. Para karyawan ini mempunyai

beberapa pilihan manakala mereka tidak puas dengan pekerjaan: mereka

tidak berbuat apa-apa, mereka dapat berhenti dari pekerjaan atau mereka

mengeluh dan mencoba memperbaiki kondisi di seputar mereka. Di

samping itu, banyak karyawan yang takut dipecat sehingga mereka

menyembunyikan perasaanya. Sebagian karyawan merasa bahwa lebih

mudah bertarung demi perbaikan kerja melalui serikat pekerja.

Penggabungan diri dan penggalangan suara kolektif (collective voice)

menawarkan perlindungan dari ketakutan ancaman manajemen.

9

Page 10: makalah kelompok 6

2.2.3. Dampak Terhadap Manajemen dan Produktivitas

Serikat karyawan memiliki sumber kekuatan dan pengaruh yang luar

biasa terhadap praktik-praktik manajerial, perilaku pekerja, dan kondisi

dasar pekerjaan. Serikat pekerja mengakibatkan erosi signifikan atas otoritas

pengambilan keputusan manajerial untuk mengendalikan kalangan

karyawan. Banyak keputusan personalia penting yang harus sesuai dengan

isi kontrak perjanjian perundingan kerja bersama antara manajemen

karyawan.

Kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan yang tidak

mendapat tantangan menyangkut gaji, promosi, transfer, pemecatan, dan

urusan personalia lainnya seringkali dibatasi secara signifikan di bawah

perjanjian perundingan kerja bersama. Hak manajemen boleh jadi

merupakan persoalan paling kontroversial dalam hubungan manajemen

serikat pekerja. Sebagian besar perjanjian perundingan kerja bersama

menetapkan bahwa manajemen mempunyai hak untuk membuat keputusan

menyangkut strategi korporat lini produk, lokasi pabrik dan kebijakan

penentuan harga.

Kontrak perjanjian kerja bersama antara manajemen dan serikat

pekerja biasanya mencakup dua sampai tiga tahun. Karena terikat dengan

ketentuan dan kondisi kepegawaian untuk waktu yang lama, manajemen dan

serikat pekerja tidak mampu merundingkan perubahan yang dikehendaki

sampai kontrak habis masa berlakunya. Meskipun tertera ketentuan untuk

10

Page 11: makalah kelompok 6

menegosiasikan perubahan dalam butir tertentu pada saat kontrak masih

berlaku, serikat pekerja dengan sekuat tenaga bakal menolak upaya

manajemen untuk mengambil sesuatu dari kalangan karyawan. Sebagai

contoh, manajemen mungkin merasa bahwa hak khusus tidak kerja karena

sakit terlampau liberal dan menyebabkan ketidakhadiran yang tinggi.

Agitasi yang senantiasa berkecamuk diantara kalangan karyawan dan

manajemen sering menumbuhkan iklim kerja yang mempercepat putaran

dan ketidakhadiran karyawan yang tinggi serta moral kerja dan

produktivitas yang rendah. Hal ini tidak untuk menunjukan kesan bahwa

kemitraan manajemen buruh yang kooperatif dan bebas konflik tidak ada

dalam masyarakat industrial. Banyak perusahaan yang menikmati ketiadaan

pemogokan, merasakan hubungan manajemen karyawan yang harmonis

selama bertahun-tahun. Namun, potensi konflik manajemen dan karyawan

harus menjadi perhatian utama bagi manajer-manajer masa depan yang

kelak mengemban tangguung jawab yang besar atas penciptaan dan

pemeliharaan perdamaian antara pekerja dan manajemen.

Sumber kekhawatiran lainnya perihal pembentukan serikat pekerja

adalah ketakutan bahwa perjanjian perundingan kerja bersama tidak akan

membolehkan perusahaan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi secara

optimal. Serikat pekerja pada intinya berkepentingan dengan keamanan

kerja dari anggota-anggota dan teknologi komputer robotika dan otomasi

menjadi ancaman bagi pekerjaan-pekerjaan itu.

11

Page 12: makalah kelompok 6

2.3. Hubungan Serikat Karyawan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia

Keberadaan serikat karyawan merubah lingkungan kerja dan hubungan

antara para karyawan dengan organisasi, terutama peranan penyelia dan departemen

personalia. Bila misi pergerakan karyawan adalah untuk melindungi para karyawan,

meningkatkan kesejahteraan mereka, menuntut kenaikan gaji, memperbaiki

kondisi-kondisi kerja dan membantu karyawan pada umumnya, maka pendekatan

ini dikenal sebagai business unionism.

Di lain pihak, bila misi tertuju pada kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial,

ekonomi dan politik yang lebih luas, disebut dengan social unionism. Dalam

hubunganya, manajemen sumber daya manusia dipengaruhi baik oleh tujuan-tujuan

business unionism maupun social unionism. Perkembangan berbagai bentuk

kompensasi tambahan (fringe benefits) pada umumnya merupakan hasil tekanan

langsung atau bidang langsung dari serikat karyawan. Bahkan tanpa adanya

tekanan-tekanan tersebut, perusahaan harus selalu memperbaiki program

kompensasinya agar tetap bisa bersaing dalam memperebutkan karyawan-karyawan

yang berkualitas.

Sikap kerjasama harus dikembangkan pada kedua belah pihak agar

organisasi dapat berjalan dengan lancar dan tercapai pemenuhan kepentingan yang

saling menguntungkan, artinya harus ada sikap proaktif dari Departemen SDM.

MSDM dapat meningkatkan kerjasama antara perusahaan dan serikat karyawan

melalui:

12

Page 13: makalah kelompok 6

1. Konsultasi awal, membahas masalah-masalah sebelum menjadi masalah

bersifat formal.

2. Perhatian, terhadap masalah dan kesejahteraan karyawan.

3. Panitia-panitia kelompok, memungkinkan kedua belah pihak yang mencari

penyelesaian berbagai masalah yang sering timbul.

4. Program latihan.

5. Pihak ketiga.

Hubungan Manajemen dengan Serikat Pekerja adalah Memformalkan

hubungan antar karyawan. serta adanya perlakuan yang sama antar karyawan yang

tergabung dalam serikat pekerja. Keberhasilan negoisasi antara pekerja dan

manajemen dipengarui oleh Kesepakatan tentang keterlibatan pihak lain dalam

proses pengambilan keputusan dalam hal-hal kepentingannya terlibat.Kesediaan

kedua belah pihak untuk menempatkan posisinya pada pihak lain untuk

mengintepretasikan kepentingan tersebut.Penyelesaian perbedaan antar kedua belah

pihak melalui pendekatan dialog yang berdasarkan itikad baik.

Serikat pekerja berusaha berada pada sistem hukum, dan dapat

menghubungkan antara ketiga pihak yang berkepentingan, yaitu Karyawan dengan

perwakilannya (serikat pekerja) kemudian Manajer (manajemen) dan yang terakhir

adalah Perwakilan pemerintah di legislatif, eksekutif dan yudikatif.

13

Page 14: makalah kelompok 6

2.4. Perundingan Kolektif

Perundingan kerja bersama (collective bargaining) adalah proses dimana

perwakilan serikat pekerja (representative) dua kelompok bertemu dan bermaksud

untuk merundingkan atau negosiasi suatu perjanjian yang mengatur hubungan-

hubungan kedua pihak di waktu yang akan datang. Dalam kerangka serikat

karyawan dan manajemen, perundingan kolektif merupakan proses negosiasi antara

pihak karyawan yang diawali oleh serikat karyawan dengan pihak manajemen

untuk menetapkan syarat-syarat hubungan kerja.

Proses ini meliputi pengakuan awal hak dan kewajiban dari serikat pekerja

dan manajemen, negosiasi sebuah kontrak tertulis mengenai gaji, jam kerja, dan

kondisi kerja lainnya dan interpretasi serta penerapan kontrak selama periode waktu

berlakunya proses perundingan kerja bersama mempunyai tiga fungsi utama:

1) Menyusun dan merevisi peraturan kerja melalui negosiasi perjanjian atau kontrak

kerja.

2) Melaksanakan hasil perundingan kerja bersama.

3) Membentuk sebuah metode penyelesaian perselisihan selama masa berlakunya

kontrak.

Manajemen membayar karyawan-karyawannya untuk pekerjaan mereka.

Namun demikian kedua belah pihak memiliki gagasan-gagasan yang berlainan

perihal kondisi pertukaran tersebut. Perbedaan tersebut merupakan titik tolak

negosiasi karena masing-masing pihak memiliki kebijakan mengenai bagaimana

14

Page 15: makalah kelompok 6

kebutuhannya akan dipenuhi. Kedua belah pihak lantas berkomunikasi guna

menentukan bagaimana setiap kebutuhan dapat dipertemukan dalam batas garis

kebijaksanaan kedua belah pihak.

Perundingan kerja bersama pada dasarnya terdiri atas wakil manajemen

perusahaan dan wakil serikat pekerja yang bersama-sama mencapai persetujuan

yang akan dapat diterima oleh pemilik atau pendukung mereka. Prosesnya dapat

mulus dan tidak rumit manakala kedua belah pihak ingin berunding secara

kooperatif untuk mencapai kata sepakat. Meskipun demikian, prosesnya juga bisa

menjadi sangat pelik dan memakan waktu. Persoalan besar yang menghadang

perundingan kerja bersama adalah siapa yang bakal mewakili pekerja, persoalan

apa yang akan dinegosiasikan kedalam kontrak, strategi apa yang digunakan dalam

perundingan, bagaimana kebuntuan perundingan akan diatasi, dan bagaimana

kontrak akan dilaksanakan.

Perundingan kolektif adalah suatu proses dimana perwakilan manajemen

dan serikat pekerja yang bertemu untuk merundingkan satu kesepakatan tenaga

kerja. Perundingan kolektif ini akan memuat persetujuan tentang ketentuan khusus

menyangkut upah, jam, dan kondisi kerja.

Factor-faktor Pengaruh dalam Perundingan Kolektip adalah :

1. Cakupan rundingan

Yaitu banyaknya buruh yang akan terkena hasil perundingan atau perjanjian

kerja, seperti dalam suatu departemen, devisi, perusahaan atau keseluruhan

karyawan dalam suatu industry.

15

Page 16: makalah kelompok 6

2. Tekanan-tekanan perundingan serikat karyawan

Selain penggunaan taktik tawar-menawar, ada tiga tipe tekanan yang lebih

kuat yang kadang-kadang digunakan :

a. Pemogokan

b. Mencegah atua menghalangi karyawan-karyawan yang ingin masuk kerja

sewaktu diadakan pemogokan.

c. Boycotts.

3. Peran pemerintah

Serikat karyawan dan buruh sering lebih mempersilahkan intervensi

pemerintah untuk menyelesaikan berbagai masalah hubungan kerja mereka.

Interverensi ini paling tidak dlam bentuk segala perundang-undangan dan

peraturan di bidang perburuhan.

4. Kesediaan perusahaan

Kesediaan perusahaan untuk berunding secara terbuka dengan serikat

karyawan di tentukan oleh kemampuan atau kekuatan perusahaan, filsafat

kepemimpinan, gaya manajemen dan kemungkinan menggunakan alat-alat

pemaksaan (misal ; pemecatan, skorsing, demosi dan sebagainya).

16

Page 17: makalah kelompok 6

2.5 Hubungan Pekerja – Manajemen

Manajemen dipengaruhi baik oleh tujuan-tuhuan business unionism maupun

social uniosm. Perkembangan berbagai bentuk konpensasi tembahan yang telah

dibahs di muka pad aumumnya merupakan hasil tekanan langsung atau bidang

bidang langsung dari karyawan. Bahkan tanpa adanya tekanan-tekanan tersebut,

perusahaan harus selalu memperbaiki program kompensasinya agar tetap bisa

bersaing dalam memperebutkan karyawan-karyawan yang berkualitas. Bila para

karyawan merasa tidak puas terhadap berbagai kondisi perusahaan, mereka

berkumpul dan membentuk suatu serikat karyawan (union).

Serikat karyawan adlah organisasi para pekerja yang dibentuk untuk

mempromosikan atau menyatakan pendapat, melindungi, dan memperbaiki,

melallui kegiatan kolektip, kepentingan-kepentingan social, ekonomi dan politik

para anggotanya.

Serikat karyawan menyebabkan perubahan-perubahan perilaku para

manajer. Agar kegiatan serikat tidak berkembang, manajemen harus menerapkan

pendekatan proaktif, seperti :

1. Merancang pekerjaan-pekerjaan yang secara pribadi memuaskan para kryawan.

2. Mengembangkan rencana-rencana yang memaksimumkan berbagai

kesempatan individual disamping meminimumkan kemungkinan pemutusan

hubungan kerja.

3. Memilih par akaryawan yang qualified.

4. Menetapkan standar-standar prestasi kerja yang adil.

17

Page 18: makalah kelompok 6

5. Melatih para karyawan dan manajer sehingga memungkinkan mereka untuk

mencapai tingkat prestasi yang diharapkan.

6. Menilai dan menghargai perilaku atas dasar prestasi kerja nyata.

Sering konflik-konflik yang terjadi antara perusahaan da serikat karyawan

merupakan akibat sikap masing-masing pihak yang kurang kooperatif.

Bagaimanapun juga, sikap kerjasama harus dikembangkan pada kedua belah pihak

agar operasi organisasi dapat berjalan lancer dan tercpai secara otomatis, tetapi

harus ada inisiatif dari departemen personalia.

Manajemen personalia dapat mengembangkan kerjasama antara perusahaan dan

serikat karyawan melalui :

a. Konsultasi awal

Dengan para pemimpin serikat karyawan untuk membahas masalah-masalah

sebelum menjadi keluhan yang lebih formal.

b. Perhatian

Yang sungguh-sungguh terhadap maslah-masalah dan kesejahteraan

karyawan, bahkan bila manajemen tidak mempunyai kewajiban untuk

melakukan hal itu menurut perjanjian kerja.

c. Panitia-panitia kerja bersama

Manajemen dan para pengurus serikat karyawan untuk mencari penyelesaian-

penyelesaian berbagai masalah yang sering timbul.

d. Program-program latihan

18

Page 19: makalah kelompok 6

Yang secara obyektif mengkonsumsikan maksud perundingan serikat

karyawan dan manajemen serta mengurangi kesalahan-kesalahan pengertian

dan berbagai bentuk bias lainnya.

e. Pihak ketiga

Yang dapat memberikan pedoman atau pengarahan dan program yang

membuat para pemimpin serikat karyawan dna manajer semakin dekat untuk

secara bersam amencapai sasaran-sasaran.

19

Page 20: makalah kelompok 6

2.6 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara karyawan dan perusahaan.

Apabila kita mendengar istilah PHK, yang biasa terlintas adalah pemecatan sepihak

oleh pihak perusahaan karena kesalahan karyawan. Karenanya, selama ini

singkatan PHK memiliki konotasi negatif. Padahal, kalau kita tilik definisi di atas

yang diambil dari UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, dijelaskan PHK dapat

terjadi karena bermacam sebab. Intinya tidak persis sama dengan pengertian

dipecat.

Menurut Tulus (1993:167), pemutusan hubungan kerja (separation) adalah

mengembalikan karyawan ke masyarakat. Hal ini disebabkan karyawan pada

umumnya belum meninggal dunia sampai habis masa kerjanya. Oleh karena itu

perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu

yang timbul akibat dilakukannya tindakan pemutusan hubungan kerja. Menurut

Hasibuan (2001: 205), pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seseorang

karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Tergantung alasannya, PHK

mungkin membutuhkan penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial (LPPHI) mungkin juga tidak. Meski begitu, dalam praktek tidak semua

PHK yang butuh penetapan dilaporkan kepada instansi ketenagakerjaan, baik

karena tidak perlu ada penetapan, PHK tidak berujung sengketa hukum, atau karena

karyawan tidak mengetahui hak mereka.

Sebelum Pengadilan Hubungan Industrial berdiri pada 2006, perselisihan

hubungan Industrial masih ditangani pemerintah lewat Panitia Penyelesaian

20

Page 21: makalah kelompok 6

Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) dan Panitia Penyelesaian Perselisihan

Perburuhan Daerah (P4D) serta Pengadilan Tata Usaha Negara.

Beberapa alasan Pemutusan Hubungan Kerja :

1. Undang-Undang

2. Keinginan perusahaan

3. Keinginan karyawan

4. Pensiun

5. Kontrak kerja berakhir

6. Kesehatan karyawan

7. Meninggal dunia

8. Perusahaan dilikuidasi.

Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena:

1. kemauan karyawan,

2. kemauan perusahaan, atau

3. kemauan kedua belah pihak.

Alasan pemutusan hubungan kerja antara lain:

1. ketidakjujuran,

2. ketidakmampuan bekerja,

3. malas,

4. pemabok,

5. ketidakpatuhan,

6. kemangkiran, dan ketidakdisiplinan,

7. usia lanjut,

21

Page 22: makalah kelompok 6

8. sakit-sakitan terus menerus,

9. kemunduran perusahaan,

2.7 Jenis – Jenis PHK

2.7.1 PHK Pada Kondisi Normal (Sukarela)

Dalam kondisi normal, pemutusan hubungan kerja akan menghasilkan

sesuatu keadaan yang sangat membahagiakan. Setelah menjalankan tugas

dan melakukan peran sesuai dengan tuntutan perusahaan, dan pengabdian

kepada perusahaan maka tiba saatnya seseorang untuk memperoleh

penghargaan yang tinggi atas jerih payah dan usahanya tersebut.

Akan tetapi hal ini tidak terpisah dari bagaimana pengalaman bekerja

dan tingkat kepuasan kerja seseorang selama memainkan peran yang

dipercayakan kepadanya. Ketika seseorang mengalami kepuasan yang tinggi

pada pekerjaannya, maka masa pensiun ini harus dinilai positif, artinya ia

harus ikhlas melepaskan segala atribut dan kebanggaan yang disandangnya

selama melaksanakan tugas, dan bersiap untuk memasuki masa kehidupan

yang tanpa peran.

Kondisi yang demikian memungkinkan pula munculnya perasaan

sayang untuk melepaskan jabatan yang telah digelutinya hampir lebih

separuh hidupnya. Ketika seseorang mengalami peran dan perlakuan yang

tidak nyaman, tidak memuaskan selama masa pengabdiannya, maka ia akan

berharap segera untuk melepaskan dan meninggalkan pekerjaan yang

digelutinya dengan susah payah selama ini. Orang ini akan memasuki masa

22

Page 23: makalah kelompok 6

pensiun dengan perasaan yang sedikit lega, terlepas dari himpitan yang

dirasakannya selama ini.

Selain itu ada juga karyawan yang mengundurkan diri. Karyawan

dapat mengajukan pengunduran diri kepada perusahaan secara tertulis tanpa

paksaan/intimidasi. Terdapat berbagai macam alasan pengunduran diri,

seperti pindah ke tempat lain, berhenti dengan alasan pribadi, dan lain-lain.

Untuk mengundurkan diri, karyawan harus memenuhi syarat : (a)

mengajukan permohonan selambatnya 30 hari sebelumnya, (b) tidak ada

ikatan dinas, (c) tetap melaksanakan kewajiban sampai mengundurkan diri.

Undang-undang melarang perusahaan memaksa karyawannya untuk

mengundurkan diri. Namun dalam prakteknya, pengunduran diri kadang

diminta oleh pihak perusahaan. Kadang kala, pengunduran diri yang tidak

sepenuhnya sukarela ini merupakan solusi terbaik bagi karyawan maupun

perusahaan. Di satu sisi, reputasi karyawan tetap terjaga. Di sisi lain

perusahaan tidak perlu mengeluarkan pesangon lebih besar apabila

perusahaan harus melakukan PHK tanpa ada persetujuan karyawan.

Perusahaan dan karyawan juga dapat membahas besaran pesangon yang

disepakati.

Karyawan yang mengajukan pengunduran diri hanya berhak atas

kompensasi seperti sisa cuti yang masih ada, biaya perumahan serta

pengobatan dan perawatan, dll sesuai Pasal 156 (4). Karyawan mungkin

mendapatakan lebih bila diatur lain lewat perjanjian. Untuk biaya

perumahan terdapat silang pendapat antara karyawan dan perusahaan,

23

Page 24: makalah kelompok 6

terkait apakah karyawan yang mengundurkan diri berhak atas 15% dari

uang pesangon dan penghargaan masa kerja.

2.7.2 PHK Pada Kondisi Tidak Normal (Tidak Sukarela)

Perkembangan suatu perusahaan ditentukan oleh lingkungan dimana

perusahaan beroperasi dan memperoleh dukungan agar dirinya tetap dapat

survive (Robbins, 1984). Tuntutan yang berasal dari dalam (inside

stakeholder) maupun tuntutan dari luar (outside stakeholder) dapat memaksa

perusahaan melakukan perubahan-perubahan, termasuk di dalam

penggunaan tenaga kerja. Dampak dari perubahan komposisi sumber daya

manusia ini antara lain ialah pemutusan hubungan kerja. Pada dewasa ini

tuntutan lebih banyak berasal dari kondisi ekonomi dan politik global,

perubahan nilai tukar uang yang pada gilirannya mempersulit pemasaran

suatu produk di luar negeri, dan berimbas pada kemampuan menjual barang

yang sudah jadi, sehingga mengancam proses produksi.

Manulang (1988) mengemukakan bahwa istilah pemutusan hubungan kerja

dapat memberikan beberapa pengertian, yaitu :

a. Termination : yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya atau

berakhirnya kontrak kerja yang telah disepakati. Berakhirnya kontrak,

bilamana tidak terdapat kesepakatan antara karyawan dengan

manajemen, maka karyawan harus meninggalkan pekerjaannya.

b. Dismissal : yaitu putusnya hubungan kerja karena karyawan melakukan

Tindakan pelanggaran disiplin yang telah ditetapkan. Misalnya :

karyawan melakukan kesalahan-kesalahan, seperti mengkonsumsi

24

Page 25: makalah kelompok 6

alkohol atau obat-obat psikotropika, madat, melakukan tindak kejahatan,

merusak perlengkapan kerja milik pabrik.

c. Redundancy : yaitu pemutusan hubungan kerja karena perusahaan

melakukan pengembangan dengan menggunakan mesin-mesin

berteknologi baru, seperti : penggunaan robot-robot industri dalam proses

produksi, penggunaan alat-alat berat yang cukup dioperasikan oleh satu

atau dua orang untuk menggantikan sejumlah tenaga kerja. Hal ini

berdampak pada pengurangan tenaga kerja.

d. Retrenchment : yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan

masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran,

sehingga perusahaan tidak mampu untuk memberikan upah kepada

karyawannya.

Flippo (1981) membedakan pemutusan hubungan kerja di luar konteks

pensiun menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Layoff : keputusan ini akan menjadi kenyataan ketika seorang

karyawan yang benar-benar memiliki kualifikasi yang

membanggakan harus dipurnatugaskan karena perusahaan tidak lagi

membutuhkan sumbangan jasanya.

b. Outplacement : ialah kegiatan pemutusan hubungan kerja

disebabkan perusahaan ingin mengurangi banyak tenaga kerja, baik

tenaga profesional, manajerial, maupun tenaga pelaksana biasa.

Pada umumnya perusahaan melakukan kebijakan ini untuk

mengurangi karyawan yang performansinya tidak memuaskan,

25

Page 26: makalah kelompok 6

orang-orang yang tingkat upahnya telah melampaui batas-batas

yang dimungkinkan, dan orang-orang yang dianggap kurang

memiliki kompetensi kerja, serta orang-orang yang kurang

memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan untuk posisi di

masa mendatang. Dasar dari kegiatan ini ialah kenyataan bahwa

perusahaan mempunyai tenaga kerja yang skillnya masih dapat

dijual kepada perusahaan lain, dan sejauh mana kebutuhan pasar

terhadap keahlian atau skill ini masih tersembunyi.

c. Discharge : Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menimbulkan

perasaan paling tidak nyaman di antara beberapa metode

pemutusan hubungan kerja yang ada. Kegiatan ini dilakukan

berdasar pada kenyataan bahwa karyawan kurang mempunyai

sikap dan perilaku kerja yang memuaskan.

Karyawan yang mengalami jenis pemutusan hubungan kerja ini

kemungkinan besar akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan

pekerjaan baru di tempat atau perusahaan lain. Dari dua pengertian

tersebut di atas, nampaknya masalah pemutusan hubungan kerja,

penyebabnya dapat disebabkan oleh dua pihak.

Baik penyebab yang berasal dari kualifikasi, sikap dan perilaku

karyawan yang tidak memuaskan, atau penyebab yang berasal dari

pihak manajemen yang seharusnya dengan keahliannya dan

kewenangan yang diserahkan kepadanya diharapkan mampu

26

Page 27: makalah kelompok 6

mengembangkan perusahaan, walau dalam kenyataannya menimbulkan

kesulitan-kesulitan bagi perusahaan, dan harus mengambil keputusan

untuk efisiensi tenaga kerja.

2.8 Mekanisme dan Penyelesaian Perselisihan PHK

Karyawan, pengusaha dan pemerintah wajib untuk melakukan segala upaya

untuk menghindari PHK. Apabila tidak ada kesepakatan antara pengusaha

karyawan/serikatnya, PHK hanya dapat dilakukan oleh pengusaha setelah

memperoleh penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

(LPPHI).

Selain karena pengunduran diri dan hal-hal tertentu dibawah ini, PHK harus

dilakukan melalui penetapan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial (LPPHI).

Hal-hal tersebut adalah :

a. Karyawan masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan

secara tertulis sebelumnya.

b. Karyawan mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas

kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha,

berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk

pertama kali.

c. Karyawan mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-

undangan.

d. Karyawan meninggal dunia.

e. Karyawan ditahan.

27

Page 28: makalah kelompok 6

f. Pengusaha tidak terbukti melakukan pelanggaran yang dituduhkan karyawan

melakukan permohonan PHK. Selama belum ada penetapan dari LPPHI,

karyawan dan pengusaha harus tetap melaksanakan segala kewajibannya.

Sambil menunggu penetapan, pengusaha dapat melakukan skorsing, dengan

tetap membayar hak-hak karyawan.

2.8.1 Perundingan Bipartit

Perundingan Bipartit adalah forum perundingan dua kaki antar

pengusaha dan karyawan atau serikatpe kerja. Kedua belah pihak

diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam penyelesaian masalah

mereka, sebagai langkah awal dalam penyelesaian perselisihan.

Dalam perundingan ini, harus dibuat risalah yang ditandatangai para

Pihak. isi risalah diatur dalam Pasal 6 Ayat 2 UU PPHI. Apabila tercapai

kesepakatan maka Para pihak membuat Perjanjian Bersama yang mereka

tandatangani. Kemudian Perjanjian Bersama ini didaftarkan pada PHI

wilayah oleh para pihak ditempat Perjanjian Bersama dilakukan. Perlkunya

menddaftarkan perjanjian bersama, ialah untuk menghindari kemungkinan

slah satu pihak ingkar. Bila hal ini terjadi, pihak yang dirugikan dapat

mengajukan permohonan eksekusi. Apabila gagal dicapai kesepakatan,

maka karyawan dan pengusaha mungkin harus menghadapi prosedur

penyelesaian yang panjang melalui Perundingan Tripartit.

2.8.2 Perundingan Tripartit

Dalam pengaturan UUK, terdapat tiga forum penyelesaian yang dapat

dipilih oleh para pihak:

28

Page 29: makalah kelompok 6

a. Mediasi

Forum Mediasi difasilitasi oleh institusi ketenagakerjaan. Dinas

tenagakerja kemudian menunjuk mediator. Mediator berusaha

mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya.

Dalam hal tercipta kesepakatan para pihak membuta perjanjian bersama

dengan disaksikan oleh mediator. Bila tidak dicapai kesepakatan,

mediator akan mengeluarkan anjuran.

b. Konsiliasi

Forum Konsiliasi dipimpin oleh konsiliator yang ditunjuk oleh

para pihak. Seperti mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para

pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Bila tidak dicapai

kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran.

c. Arbitrase

Lain dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran

dan tidak mengikat, putusan arbitrase mengikat para pihak. Satu-satunya

langkah bagi pihak yang menolak putusan tersebut ialah permohonan

Pembatalan ke Mahkamah Agung. Karena adanya kewajiban membayar

arbiter, mekanisme arbitrase kurang populer.

2.8.3 Pengadilan Hubungan Industrial

Pihak yang menolak anjuran mediator/konsiliator, dapat mengajukan

gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Pengadilan ini untuk

pertamakalinya didirikan di tiap ibukota provinsi. Nantinya, PHI juga akan

didirikan di tiap kabupaten/ kota. Tugas pengadilan ini antara lain mengadili

29

Page 30: makalah kelompok 6

perkara perselisihan hubungan industrial, termasuk perselisihan PHK, serta

menerima permohonan dan melakukan eksekusi terhadap Perjanjian

Bersama yang dilanggar.

Selain mengadili Perselisihan PHK, Pengadilan Hubungan Industrial

(PHI) mengadili jenis perselisihan lainnya: Perselisihan yang timbul akibat

adanya perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan antar

serikat karyawan.

Tata cara melaksanakan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan

terhadap pekerja diatur dalam Undang – undang No. 12 tahun 1964.

Pemutusan hubungan kerja dilarang dilakukan oleh perusahaan dalam hal:

a) Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena sakit

b) Selama pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi

kewajiban terhadap Negara.

30

Page 31: makalah kelompok 6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Serikat karyawan (labour union atau trade union) adalah organisasi para

pekerja yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat,

melindungi, dan memperbaiki, melalui kegiatan kolektif, kepentingan-kepentingan

sosial, ekonomi, dan politik para anggotanya. Kehadiran serikat kerja ini mengubah

secara signifikan beberapa aktivitas sumber daya manusia. Hal ini disebabkan oleh

ketentuan perjanjian perundingan kerja bersama (collective bargaining agreement).

PHK sebagai manifestasi pensiun yang dilaksanakan pada kondisi tidak

normal nampaknya masih merupakan ancaman yang mencemaskan karyawan.

Dunia industri negara maju yang masih saja mencari upah buruh yang murah,

senantiasa berusaha menempatkan investasinya di negara-negara yang lebih

menjanjikan keuntungan yang besar, walaupun harus menutup dan merelokasi atau

memindahkan pabriknya ke Negara lain. Keadaan ini tentu saja berdampak PHK

pada karyawan di negara yang ditinggalkan. Efisiensi yang diberlakukan oleh

perusahaan pada dewasa ini, merupakan jawaban atas penambahan posisi-posisi

yang tidak perlu di masa lalu, sehingga dilihat secara struktur organisasi, maka

terjadi penggelembungan yang sangat besar.

Ketika tuntutan efisiensi harus dipenuhi, maka restrukturisasi merupakan

jawabannya. Di sini tentu saja terjadi pemangkasan posisi besar-besaran, sehingga

PHK masih belum dapat dihindarkan. Ketika perekonomian dunia masih belum

adil, dan program efisiensi yang dilakukan oleh para manajer terus digulirkan,

31

Page 32: makalah kelompok 6

maka PHK masih merupakan fenomena yang sangat mencemaskan, dan harus

diantisipasi dengan penyediaan lapangan kerja dan pelatihan ketrampilan yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat (mantan karyawan).

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan dalam makalah ini adalah,

hendaknya dalam melakukan Pemutusan hubungan kerja harus sesuai dengan

Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia agar tidak akan ada

pihak-pihak yang merasa dirugikan.

32

Page 33: makalah kelompok 6

DAFTAR PUSTAKA

Moekijat. Manajemen Tenaga Kerjadaaan Hubungan Kerja.2003.CV Point Jaya:

Bandung.

Grenshing L, Human. Resources Book: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk

Bisnis.2008. Prenada Media Group: Jakarta.

Handoko, H. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. 2001. BPFE

Yogyakarta: Yogyakarta.

Strauss, G. MANAJEMEN PERSONALIA Segi Manusia dalam Organisasi. 1990.

IPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.

Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2006. STIE YKPN: Jakarta

Selatan.

33