MAKALAH JARTEST (2)

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan makhluk hidup adalah air, oleh karena itu air sangat diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Air selain digunakan untuk pelarut dan biokimia didalam tubuh, air juga digunakan untuk menunjang kegiatan kehidupan manusia. Air sangat penting bagi proses kehidupan. Hal itu karena kemampuan air yang unik melarutkan hampir semua unsur dalam jumlah sedikit-sedikit. Selain itu, air penting karena peranannya yang utama di dalam mengendalikan penyebaran panas di Bumi. Dimana air yang terdapat di alam tidak pernah murni mengandung beberapa zat terlarut, seperti ion-ion kesadahan pada air sadah, Ca2+, Mg2+, dan ion-ion karbonat, dan juga air yang terdapat di alam mengandung organism seperti: Salmonella typhi, Clostridium prefingens, Escherichia coli, Leptospira, Shigella dynsentriae, Vibrio comma. Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunanya. Masalah penyediaan air bersih telah semakin mendesak seiring dengan pertmbahan penduduk dan perkembangan jumlah industri. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan air bersih perlu dilakukan pengolahan 1

Transcript of MAKALAH JARTEST (2)

Page 1: MAKALAH JARTEST (2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kebutuhan makhluk hidup adalah air, oleh karena itu air sangat

diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Air

selain digunakan untuk pelarut dan biokimia didalam tubuh, air juga digunakan untuk

menunjang kegiatan kehidupan manusia. Air sangat penting bagi proses kehidupan.

Hal itu karena kemampuan air yang unik melarutkan hampir semua unsur dalam

jumlah sedikit-sedikit. Selain itu, air penting karena peranannya yang utama di dalam

mengendalikan penyebaran panas di Bumi. Dimana air yang terdapat di alam tidak

pernah murni mengandung beberapa zat terlarut, seperti ion-ion kesadahan pada air

sadah, Ca2+, Mg2+, dan ion-ion karbonat, dan juga air yang terdapat di alam

mengandung organism seperti: Salmonella typhi, Clostridium prefingens, Escherichia

coli, Leptospira, Shigella dynsentriae, Vibrio comma.

Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air

sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunanya. Masalah penyediaan

air bersih telah semakin mendesak seiring dengan pertmbahan penduduk dan

perkembangan jumlah industri. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan air

bersih perlu dilakukan pengolahan air, agar air dapat digunakan maka perlu memenuhi

kualitas air layak.

Pengolahan air tersebut dapat dilakukan dengan cara klasifikasi yang

menggunakan koagulan kimia sehingga dapat diperoleh air bersih. Pengolahan air

secara klasifikasi tersebut meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi.

1.2 Tujuan

1. Untuk mempelajari pengaruh penggunaan koagulan terhadap proses koagulasi-

flokulasi pada penjernihan air

2. Untuk mempelajari proses-proses koagulasi-flokulasi pada penjernihan air

1

Page 2: MAKALAH JARTEST (2)

1.3 Perumusan masalah

Apakah kekeruhan (turbiditas) air yang diperoleh setelah penambahan

aluminium sulfat memenuhi standar kualitas air minum?

I.4 Hipotesis

Semakin besar konsentrasi aluminium sulfat semakin jernih airnya dan

sebaliknya.

I.5 Batasan Masalah

Pada percobaan kali ini, yaitu percobaan jar test, koagulan yang kami pakai

adalah tawas (Al(OH)3). Adapun konsentrasi ppm tawas yang dipakai adalah 40, 50,

dan 60 ppm. Dan juga metode yang kami pakai adalah metode jar test.

2

Page 3: MAKALAH JARTEST (2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah benda alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan, baik manusia, hewan

maupun tumbuhan. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Di bumi terdapat

kira-kira 1.3 – 1.4 milyar km2 air yang terdiri dari 97.5% air laut; 1.75% berbentuk es dan

0.73% berada di daratan (sebagai air sungai, air danau, air tanah dan lain sebagainya) dan

hanya 0.001% berbentuk uap di udara (Darsono, 1995).

Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek

penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Manuasia menggunakan air di seluruh bagian tubuhnya, mulai dari 2% air dalam

email gigi sampai 83% dalam darah. Manusia menambah kandungan air tubuhnya secara

perlahan dengan takaran kecil, baik dengan minum maupun dengan makan pangan berair

(Winarno, 1986).

Saat ini, masalah utama yang dihapadi oleh sumber daya air meliputi kualitas air yang

sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air utnuk

keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain

berdampak negatif teradap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air

(Effendi, 2003). Menurut WHO jumlah air bersih yang harus dipenuhi bagi kehidupan yang

sehat adalah 86.4 L/kapita per hari.

3

Page 4: MAKALAH JARTEST (2)

2.1 Prinsip Jar Test

Sesuatu larutan kolodial yang mengandung partikel-partikel kecil koloid dapat

dianggap stabil bila:

1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang

pendek (beberapa jam);

2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel

yang besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis

antara partikel satu dengan lainnya.

Dengan pembubuhan flokulan seperti disebabkan di atas, maka stabilitas tersebut

akan terganggu karena :

Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat

menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisisinya

karena sebagian molekul Al bermuatan positif sedangkan koloid biasanya

bermuatan negatif (pada pH 5-8).

Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok

Al(OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah.

Proses ini umumnya paling efisien

2.1.1 Koagulasi

Koagulasi merupaka proses destabilisasi muatan partikel koloid,

suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan

pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam

suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam

keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya

dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada

dasrnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut

dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air

(insoluble).

Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid

yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan

dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi kolid.

4

Page 5: MAKALAH JARTEST (2)

Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana

flok-flok dapat terbentuk dengan baik, makan dilakukan proses recycle

sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan.

Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk

meningkatkan efektifitas pengolahan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain :

1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau dan

kesadahan

2. Jumlah dan karakteristik koloid

3. Derajat keasaman air (pH)

4. Pengadukan cepat

5. Temperatur air

6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur

7. Karakteristik ion-ion dalam air

Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan

adalah aluminium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya

relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain. Sedangkan kapur

untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai adalah kapur tohor

(CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan berlangsung efektif dibutuhkan

derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan

(G).

2.1.2 Flokulasi

Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling

bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut

Flokulasi. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-

partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan

dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses

flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau

mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).

5

Page 6: MAKALAH JARTEST (2)

2.1.3 Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk

memisahkan/mengendapakan zat-zat padat atau tersuspensi non koloidal

dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan

sendirinya. Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang jerni dapat

dipisahkan dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang

lebih cepat dengan melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu

sehingga padatan terpisah dari aliran air tersebut dan jatuh pada bak

pengendap. Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air tergantung

pada berat jenis, bentuk dan ukuran partrikel, viskositas air dan kecepatan

aliran dalam bak pengendap.

Faktor – faktor yang mempengaruhi koagulasi :

1) Pemilihan bahan kimia

Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu

program lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya

menggunakan Jar Test. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu

pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :

Suhu

Suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi / flokulasi

dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk

mempertahankan hasil yang dapat diterima.

pH

Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh

terhadap koagulasi/flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis

koagulan yang digunakan.

Alkalinitas

Alum sulfat dan ferri sulfat berinteraksi dengan zat kimia

pembentuk alkalinitas dalam air, membentuk senyawa aluminium atau

6

Page 7: MAKALAH JARTEST (2)

ferri hidroksida, melalui proses koagulasi. Alkalinitas yang rendah

membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik,

pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke

dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa (kapur atau

soda abu).

Kekeruhan

Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok yang

baik. Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar

partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok

berakumulasi.

Warna

Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat organik

bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu

selama zat organik tersebut berada di dalam air baku dan proses

koagulasi semakin sukar tercapai. Pengolahan pendahuluan terhadap

air baku harus dilakukan untuk menghilangkan zat organik tersebut,

dengan penambahan oksidan atau adsorben (karbon aktif).

Keefektifan koagulan atau flokulan akan berubah apabila

karakteristik air baku berubah. Keefektifan bahan kimia koagulan/flokulan

pembantu, dapat pula berubah untuk alasan yang tidak terlihat atau tidak

diketahui, oleh karena itu ada beberapa faktor yang belum diketahui yang

dapat mempengaruhi koagulasi – flokulasi.

Jar Test secara subyektif masih merupakan uji yang paling banyak

digunakan dalam mengontrol koagulasi dan tergantung semata-mata

kepada penglihatan kita (secara visual) untuk mengevaluasi suatu

interpretasi / tafsiran. Selain itu seorang operator juga harus melakukan

pengukuran pH, kekeruhan, bilamana mungkin harus melakukan uji

“filtrabilitas” dan “potensial zeta”.

7

Page 8: MAKALAH JARTEST (2)

2) Penentuan dosis optimum koagulan

Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan

harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan

karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi

biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu

dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis perlu penentuan dosis

optimum berulang-ulang. Perlu diingat bahwa hasil Jar Test tidak selalu

sama dengan operasional instalasi pengolahan air,jadi harus dibuat koreksi

dosis yang dihasilkan Jar Test dengan aplikasi dosis di instalasi

pengolahan air.

3) Penentuan pH Optimum

Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan

pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah

diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan

berlangsung pada nilai pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum

harus ditetapkan dengan Jar Test. Untuk kasus tertentu (pada pH air baku

rendah dan pada dosis koagulan yang relatif besar) dan untuk

mempertahankan pH optimum, maka diperlukan koreksi pH pada proses

koagulasi, dengan penambahan bahan alkali seperti : soda abu (Na2CO3),

kapur (CaO) atau kapur hidrat [Ca(OH)2]. Dilakukan penentuan dosis

alkali pada dosis optimum koagulan yang digunakan.

2.1.4 Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat

atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi /

yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi /

pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang

dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar maupun tebal dari suatu

partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-

serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih banyak sistem

koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.

8

Page 9: MAKALAH JARTEST (2)

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan

koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa

terdispersi dan fasa pensdispesi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar

anatar 10-7 sampai dengan 10-4cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak

menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,

molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas

partikel-partikel dengan berbagai ukuran, yang masing-masing mengandung

sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut

juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800

s.m.a dan mempunya diameter sekitar 6x10-7.

Jenis – Jenis Koloid

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar

merata dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium

pendispersi dapat berupa zat padat, cair dan gas. Berdasarkan fase

terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1. Sol (fase terdispersi padat)

a) Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat.

Contoh : paduan logam, gelas warna, intan hitam

b) Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair.

Contoh : cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat

c) Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas.

Contoh : debu di udara, asap pembakaran

2. Emulsi (fase terdispersi cair)

a) Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendipersi padat

Contoh : jelly, keju, mentega, nasi

b) Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair

Contoh : susu, mayones, krim tangan

c) Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas

Contoh : hairspray dan obat nyamuk

9

Page 10: MAKALAH JARTEST (2)

3. Buih (fase terdispersi gas)

a) Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat

Contoh : batu apung, marshmallow, karet busa, styrofoam

b) Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair

Contoh : putih telur yang dikocok, busa sabun

c) Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium

pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong

larutan.

10

Page 11: MAKALAH JARTEST (2)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

Timabangan massa

Cawan

Gelas kimai

Kertas saring

Alat jartest

Oven

Corong

Labu erlenmeyer 500ml

Bahan :

Sampel air: - air sawah

- air keran

- air limbah tahu

- air suling

Koagulan Al2(SO4)3 dengan dosis: - 200 ppm

- 400 ppm

- 600 ppm

- 800 ppm

-1.000 ppm

3.2 Variabel dan Parameter

Variabel :

ppm Koagulan

11

Page 12: MAKALAH JARTEST (2)

Parameter :

Nilai Total Suspended Solid (TSS)

3.3 Prosedur Percobaan

Disediakan cawan kosong dan kertas saring

Ditimbang masing-masing kertas saring dan cawan kosong

Dicatat berat kertasaring dan cawan kosong tersebut

Dimasukkan sampel air kedalam masing-masing gelas kimia yang berisi air

sampel

Ditambahkan koagulan ke dalam masing-masing gelas kimia yang berisi air

sampel

Dimasukkan kedalam alat jartest dan dilakukan proses koagulasi-flokulasi

Disaring padatan dalam sampel air dengan kertas saring

Dimasukkan kertas saring yang berisi padatan ke dalam cawan kosong

12

Page 13: MAKALAH JARTEST (2)

Dikeringkan ke dalam oven hingga kering

Ditimbang bobot cawan dan kertas saring yang berisi padatan

Dicatat hasil jumlah padatan pada sampel

13

Page 14: MAKALAH JARTEST (2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Jumlah Koagulan

Volume sampel ppm koagulan

Kertas saring + padatan

Kertas saring kosong

Padatan

Volume air jernih

yang disaring

ppm TSS

(mg) (Liter) (gram) (mg) (Liter)

100 0,5 200 1,42 1,24 180 0,05 3600200 0,5 400 1,32 1,18 140 0,05 2800300 0,5 600 1,33 1,22 110 0,05 2200400 0,5 800 1,41 1,32 90 0,05 1800

500 0,5 1000 1,39 1,29 100 0,05 2000

4.2 Pembahasan

Praktikum Jar test ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan koagulan terhadap proses koagulasi – flokulasi pada penjernihan air dan untuk mempelajari proses-proses koagulasi-flokulasi pada penjernihan air.

Dalam praktikum ini variabel yang dipakai untuk jumlah koagulan yang digunakan dalam analisa yaitu dosisnya 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, dan 1.000 ppm. Sedangkan parameter yang diukur dalam praktikum ini adalah Total Suspensi Solid.

Pada percobaan jar test ini menggunakan sampel yaitu air sungai dan koagulan berupa tawas [Al2(SO4)3]. Penggunaan tawas sebagai koagulan dikarenakan mudah dicari dan harganya relatif lebihh murah. Fungsi dari koagulan adalah untuk mengurangi kekeruhan warna dan bau dalam air yang mempengaruhi kualitas air. Berat koagulan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu dosisnya 200 ppm,300 ppm,400 ppm. Selain pembubuhan koagulan di perlukan pengadukan sampai flok-flok ini terbentuk dari partikel-partikel kecil dan koloid yang bertumbukan dan akhirnya mengendap bersama-sama. Pengadukan dapat di lakukan dengan menggunakan alat jartest sebagai alat utama dalam praktikum. Jartest adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan air limbah. Selain itu alat jartest memiliki variabel kecepatan putar pengaduk yang dapat di tentukan dan mampu mengontrol energi yang di perlukan untuk proses. Tujuan dari pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam pengadukan hal-hal yang perlu di perhatikan

14

Page 15: MAKALAH JARTEST (2)

pengadukan harus benar-benar merata sehingga semua koagulan yang di bubuhkan dapat bereaksi dengan partikel atau ion-ion yang berada di dalam air.

Dalam praktikum jartest melalui beberapa proses/tahapan yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan penyaringan. Proses koagulasi dan flokulasi bertujuan untuk memisahkan polutan koloid tersuspensi dari dalam air dengan memperbesar ukuran partikel-partikel padat yang terkandung di dalamnya.

Tahapan pertama yang dilakukan adalah koagulasi. Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan.pada proses koagulasi menggunakan pengadukan cepat dengan kecepatan 120 ppm selama 1 menit. Pengadukan dalam proses menggunakan pengadukan cepat di karenakan agar koagulan yang di butuhkan dapat tercampur merata. Setelah 1 menit proses pengadukan di dalam air sampel dapat terlihat mikro flok berputar-putarpada saat pengadukan. Walaupun adanya flok namun masih sangat kecil flok yang terbentuk pada saat proses koagulan.

Setelah proses koagulasi, proses selanjutnya adalah flokulasi. Flokulasi adalah proses pembentukan flok yang sudah terbentuk menjadi flok-flok yang berukuranlebih besar (makroflok). Flok-flok yang sudah terbentuk berasal dari flok yang dihasilkan pada proses koagulasi. Pada saat proses flokulasi ,pengadukan diperlambat menjadi 40 ppm dan waktunya pun juga lebih lama yaitu 15 menit. Pengadukan diperlambat dan waktu yang lebih lama pada proses flokulasi dimaksudkan agar campuran koagulan dan air baku yang telah merata didalam proses koagulasi ,dapat terbentuk gumpalan atau flok yang berukuran lebih besar yang kemudian dapat mengendap pada saat proses sedimentasi. Apabila dalam flokulasi menggunakan pengadukan yang cepat maka dapat merusak flok yang telah terbentuk sebelumnya.

Pada gelas kimia pertama yang dosis koagulan 200 ppm, flok yang diahasilkan lebih berukuran besar namun sedikit flok. Untuk gelas kimia kedua yang dosis koagulan 400 ppm, terlihat bahwa flok sama seperti gelas kimia satu. Untuk gelas kimia ketiga yang dosis koagulan 600 ppm, flok yang terdapat lebih banyak namun berukuran kecil. Untuk gelas kimia kempat yang dosis koagulan 800 ppm, floknya lebih sedikit dibanding gelas kimia lainnya. Dan untuk gelas kimia kelima yang dosis koagulan 1000 ppm, flok yang terdapat sama seperti gelas kimia ketiga.

Selanjutnya adalah proses sedimentasi. Proses sedimentasi adalah proses yang bertujuan untuk memisahkan atau mengendapkan flok-flok dalam air. Pada proses sedimentasi tidak dilakukan pengadukan melainkan hanya didiamkan selama 20 menit. Tujuan dari didiamkan larutan /air sampel agar flok-flok yang sudah terbentuknya dari proses koagulasi-flokulasi dapat mengendap dibawah permukaan gelas kimia

15

Page 16: MAKALAH JARTEST (2)

Proses yang dilakukan setelah sedimentasi adalah penyaringan. Sampel air yang berisi flok-flok kemudian disaring untuk mendapatkan padatan dalam kertas saring, padatan di oven hingga kering dan masing-masing kertas saring ditimbang untuk mengetahui jumlah padatan (plok) dalam sampel. Hasil dari penimbangan untuk mendapatkan jumlah berat padatan/ TSS dari dosis koagulan 200 ppm lebih banyak padatannya/ TSSnya (3600 ppm) jika di bandingkan dosis koagulan 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm.

100

200

300

400

500

600

700

800

9001000

1100

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Series2

Grafik ppm koagulan vs ppm TSS

Hal ini di karenakan pada saat koagulan yang semakin banyak terdispersi menjadi flok, koagulan sudah mencapai titik jenuh (pendispersian optimum) akibatnya banyak koagulan yang belum menjadi flok. Sehingga padatan yang di peroleh tidak lebih besar dari pada koagulan dengan dosis 200 ppm. Seharusnya semakin besar koagulan maka semakin besar endapan yang terbentuk (flok yang terbentuk).

16

Page 17: MAKALAH JARTEST (2)

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Koagulan optimum didapatkan pada dosis padatan 1800 ppm dengan dosis koagulan 800 ppm.

Jumlah Padatan (TSS) dalam air sample:o 200 ppm => 3.600 ppm

o 400 ppm => 2.800 ppm

o 600 ppm => 2.200 ppm

o 800 ppm => 1.800 ppm

o 1.000 ppm => 2.000 ppm

Penambahan koagulan berpengaruh dalam menurunkan jumlah polutan yang terkandung dalam sampel air.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat pengukuran koagulan (alumunium sulfat/tawsa) dilakukan dengan lebih hati-hati, agar hasil lebih maksimal/akurat.

Sebaiknya tawas (koagulan) yang dibubuhkan pada saat jar test sudah dalam bentuk larutan agar koagulan tersebut dapat terdispersi secara sempurna dan mudah larut.

17

Page 18: MAKALAH JARTEST (2)

Daftar Pustaka

www.scrib.com/Suci_Fitriana_3579/d/57737847-koagulasi Etd.eprints.ac.id/6558/1/d100020050.pdf Ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/tekim/article/download/19/13 http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/laporan-jartest G,Alaerts.1987.Metode Penelitian Air.surabaya : usaha nasiaonal usaha karya

indonesia

Lampiran

TSS=(massa kertas saring+ padatan )−massa kertas saring

volumeair jernih yangdisaring

TSS 1=(1,42−1,24 ) gram

50 mlx

1000 mg1 gram

x1000 ml

1 L=3600 ppm

TSS 2=(1,32−1,18 ) gram

50 mlx

1000 mg1 gram

x1000 ml

1 L=2800 ppm

TSS 3=(1,33−1,22 ) gram

50 mlx

1000 mg1 gram

x1000 ml

1 L=2200 ppm

TSS 4=(1,41−1,32 ) gram

50 mlx

1000 mg1gram

x1000 ml

1 L=1800 ppm

TSS 5=(1,39−1,29 ) gram

50 mlx

1000 mg1 gram

x1000 ml

1 L=2000 ppm

18

Page 19: MAKALAH JARTEST (2)

19