Makalah PBL 2 Modul 2

41
Kasus Skenario B Revitalisasi program KB Puskesmas tanjung Sari Aldo Muhammad Hamka 102013209 FakultasKedokteran Universitas Kristen KridaWacana Jl.TerusanArjuna No.06 KebonJeruk-Jakarta Barat 11510 Telp:(021)56942061. Fax (021)5631731 Email : [email protected] Pendahuluan Latar belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 setelah Cina, India, dan Amerika serikat,dengan total jumlah penduduk sebanyak 237,641,326 1 mempunyai nilai angka kelahiran yang tinggi, yang dimana hal ini tidak didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Negara- negara dengan jumlah penduduk yang besar lain nya. Untuk itu pemerintah Indonesia mengambil dua macam tindakan untuk mencegah masalah jumlah penduduk. Yang pertama adalah program KB atau Keluarga Berencana dan yang kedua adalah program transmigrasi. Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara

description

asd

Transcript of Makalah PBL 2 Modul 2

Page 1: Makalah PBL 2 Modul 2

Kasus Skenario B

Revitalisasi program KB Puskesmas tanjung Sari

Aldo Muhammad Hamka

102013209

FakultasKedokteran

Universitas Kristen KridaWacana

Jl.TerusanArjuna No.06 KebonJeruk-Jakarta Barat 11510

Telp:(021)56942061. Fax (021)5631731

Email : [email protected]

Pendahuluan

Latar belakang

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 setelah Cina, India, dan Amerika

serikat,dengan total jumlah penduduk sebanyak 237,641,326 1 mempunyai nilai angka kelahiran yang tinggi,

yang dimana hal ini tidak didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Negara-negara dengan

jumlah penduduk yang besar lain nya. Untuk itu pemerintah Indonesia mengambil dua macam tindakan untuk

mencegah masalah jumlah penduduk. Yang pertama adalah program KB atau Keluarga Berencana dan yang

kedua adalah program transmigrasi.

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat

mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda

kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.2

Lain halnya dengan transmigrasi, yaitu adalah bentuk migrasi yang direncanakan, diseleksi dari pendududk di

pulau yang padat ke pulau yang penduduknya jarang. Program ini sudah dimulai pada masa hindia Belanda

dengan nama kolonisasi yang tujuan awalnya untuk mengurangi kepadatan penduduk di pulau Jawa. Dan

setelah Indonesia merdeka (1945), nama program ini diubah menjadi transmigrasi.3

Page 2: Makalah PBL 2 Modul 2

Tujuan

Makalah PBL ini bertujuan untuk menjawab kasus skenario B “Kependudukan dan KB”

“Puskesmas Tanjung Sari adalah Puskesmas yang terletak di daerah yang geografisnya berawa-rawa, terdiri

dari 8 desa, jumlah penduduk 24.560 dengan sebaran grafik dibawah ini:

Dokter kepala Puskesmas ingin melakukan revatilisasi program KB dalam rangka menurunkan jumlah

kelahiran dngan membuat sebuah program promosi kesehatan. Sebagai target pencapaian 2 tahun mendatang

angka kelahiran sudah menurun dan juga Total Fertily rate sudah menurun.”

Dengan memfokuskan pembahasan di daerah program KB dan apa saja yang mencakupi nya.

Isi

Identifikasi istilah yang tidak diketahui

Revitalisasi

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu hal yang dulunya pernah vital/hidup, 4

Total fertility rate

Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama

masa usia suburnya. Kegunaan TFR merupakan adalah sebagai gambaran mengenai rata-rata jumlah anak

yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau

antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya.

Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang

rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu

tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini. 5

Page 3: Makalah PBL 2 Modul 2

Rumusan masalah

Peningkatan angka kelahiran di daerah sekitar Puskesmas Tanjung sari.

Hipotesis

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang penting nya program KB yang mengakibatkan peningkatan angka

kelahiran di daerah Puskesmas Tanjung Sari.

Sasaran pembelajaran

Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagaian mana saja yang mempengaruhi program KB dan bagaimana KB

dapat membantu membuat Indonesia menjadi lebih baik.

Pembahasan

Paradigma sehat

Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik.

Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih

diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang

sakit atau pemulihan kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam kondisi sehat. Kesehatan

dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak azasi

manusia dan menentukan kualitas hidup sumber daya manusia. Sejalan dengan berkembangnya waktu

paradigma pelayanan kesehatan sedang dikaji ulang.

Hal ini berkaitan erat dengan keoptimalan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Undang –

undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan ikut menyatakan, pertama : menimbang bahwa kesehatan

merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-

cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, kedua : setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif,

dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta penigkatan ketahanan

dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional, ketiga : setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan

setiap upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara, keempat : setiap

upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun

masyarakat, kelima : menimbang bahwa Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan sudah tidak

Page 4: Makalah PBL 2 Modul 2

sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut

dan diganti dengan Undang-Undang kesehatan yang baru, keenam : berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam bagian pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima maka perlu membentuk Undang-Undang

tentang kesehatan (KepMenKes 1998). 6

Indonesia sehat 2010

Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh

wilayah Republik Indonesia.

Lingkungan Sehat

Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan

sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai,

perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya

kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Perilaku Hidup Sehat

Selain lingkungan, perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Pelayanan Kesehatan Bermutu Adil dan Merata

Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi, maupun non

ekonomi. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksudkan disini adalah pelayanan kesehatan yang

memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan

profesi.

Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat

tersebut diatas, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal.

Pemerintah rupanya cukup serius dalam pencanangan tujuan ini, bahkan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia telah mencanangkan 50 indikator sebagai acuan yang meski bukan sebagai harga mati dapat

dijadikan sebagai ukuran pancapaian program tersebut.

Page 5: Makalah PBL 2 Modul 2

Penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang keberhasilan program pendidikan, tetapi juga mendorong

peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Maka apabila cita-cita ini dapat dicapai, bukan sebuah

hal yang mustahil untuk memenuhi sasaran pembangunan nasional berupa sumber daya manusia yang

tangguh, mandiri serta berkualitas. Data UNDP tahun 1997 mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia di

Indonesia masih menempati urutan ke 106 dari 176 negara. Akibatnya, tingkat pendidikan, pendapatan serta

kesehatan penduduk Indonesia memang belum memuaskan.

Tentunya untuk mewujudkan hal-hal tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih

dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat.

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kinerja sektor kesehatan semata, melainkan

sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dari berbagai Sektor. 7

Millennium development goals (MDGs)

Millennium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pembangunan Milenium adalah delapan (8) tujuan yang

ingin dicapai oleh berbagai bangsa pada tahun 2015 untuk menjawab tantangan-tantangan utama

pembangunan di seluruh dunia. MDG merupakan komitmen bersama negara-negara maju dan negara-negara

berkembang dalam menangani permasalahan utama pembangunan termasuk didalamnya kemiskinan dan hak

asasi manusia di dalam satu paket.

Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya yaitu;

1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,

2) mencapai pendidikan dasar untuk semua,

3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,

4) menurunkan angka kematian anak,

5) meningkatkan kesehatan ibu,

6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya,

7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan

8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut

dalam mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki kewajiban untuk melaksanakan upaya untuk mencapai target

MDGs dan memonitor perkembangan kemajuan pencapaian. 8

Program penyuluhan

Pengertian Perencanaan Program Penyuluhan

Page 6: Makalah PBL 2 Modul 2

Venugopal (Mardikanto,1993) mendefinisikan perencanaan program sebagai suatu prosedur kerja bersama-

sama masyarakat dalam upaya untuk merumuskan masalah (keadaan-keadaan yang belum memuaskan) dan

upaya pemecahan yang mungkin dapat dilakukan demi tercapainya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Mueller (Mardikanto,1993) yang mengartikan perencanaan

program sebagai upaya sadar yang dirancang atau dirumuskan guna tercapainya tujuan (Kebutuhan,

keinginan, minat) masyarakat, untuk siapa program tersebut ditujukan. Dalam kaitan perencanaan program ini

Martinez (Mardikanto, 1993) mengungkapkan bahwa perencanaan program merupakan upaya perumusan,

pengembangan, dan pelaksanaan program-program. Perencanaan program merupakan suatu proses yang

berkelanjutan, melalui semua warga masyarakat, penyuluh dan para ilmuwan memusatkan pengetahuan dan

keputusan-keputusan dalam upaya mencapai pembangunan yang mantap. Di dalam perencanaan program,

sedikitnya terdapat tiga pertimbangan yang menyangkut: hal-hal, waktu, dan cara kegiatan-kegiatan yang

direncanakan itu dilaksanakan. Martinez juga menekankan bahwa perencanaan program merupakan proses

berkelanjutan, melalui mana warga masyarakat merumuskan kegiatan-kegiatan yang berupa serangkaian

aktivitas yang diarahkan untuk tercapainya tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan masyarakat setempat.

Sehubungan dengan pengertian perencanaan program ini, Lawrence (Mardikanto,1993) menyatakan bahwa

perencanaan program penyuluhan menyangkut perumusan tentang: (a) proses perancangan program, (b)

penulisan perencanaan program, (c) rencana kegiatan, (d) rencana pelaksanaan program (kegiatan), dan (e)

rencana evaluasi hasil pelaksanaan program tersebut. Dari

beberapa definisi dan pengertian tentang perencanaan program (penyuluhan)tersebut, maka dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa perencanaan programmerupakan proses berkesinambungan tentang pengambilan

keputusan menyangkutsituasi, pentingnya masalah, atau kebutuhan, perumusan tujuan, dan upayapemecahan

yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Keputusan yang diambil pada perencanaan

program harus mengandungpengetahuan yang tepat di masa yang akan datang. Hal inilah yang

membedakanperencanaan dengan peramalan. Perencanaan harus dapat mengukur hasil-hasilyang dicapai

berdasarkan pengetahuan yang tepat tentang kondisi masyarakat.Oleh karenanya beberapa pokok pikiran yang

perlu diperhatikan dalam

perencanaan program penyuluhan:

(1) Merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Rangkaian pengambilan keputusan

dalam perencanaan program tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan

(kebutuhan, keinginan, minat) yang dikehendaki.

(2) Proses pengambilan keputusan tersebut berdasarkan fakta dan sumber daya

yang ada.

Page 7: Makalah PBL 2 Modul 2

(3) Dirumuskan secara bersama oleh penyuluh dengan masyarakat sasarannya,

dengan didukung oleh para spesialis, praktisi dan penentu kebijaksanaan.

(4) Meliputi perumusan tentang: keadaan, masalah, tujuan, dan cara pencapaian

tujuan, yang dinyatakan secara tertulis.

(5) Harus mencerminkan perubahan ke arah kemajuan.

Manfaat Program Penyuluhan

Dalam Penyuluhan, adanya program sangat penting bagi kelangsungan

penyuluhan tersebut. Selain memberi acuan, dengan adanya program, masyarakat

diharapkan berpartisipasi atau turut ambil bagian dalam perubahan yang

direncanakan tersebut. Oleh karena itu pula Kelsey dan Hearne (Mardikanto, 1993)

menekankan pentingnya "pernyataan tertulis" yang jelas dan dapat dimengerti oleh

setiap warga masyarakat yang diharapkan untuk berpartisipasi. Adanya pernyataan

tertulis ini dapat menjamin kelangsungan program dan selalu memperoleh partisipasi

masyarakat.

Perlunya atau manfaat program penyuluhan tersebut didasarkan pada alasan

berikut:

(1) Memberi acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang hal-hal

yang harus dilakukan dan cara melaksanakannya.

(2) Merupakan acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk

menghindari terjadinya salah pengertian.

(3) Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran

penyempurnaan.

(4) Menjadi pedoman untuk mengukur (mengevaluasi) pelaksanaan program.

(5) Adanya patokan yang jelas tentang masalah-masalah yang insidentil (menuntut

Page 8: Makalah PBL 2 Modul 2

perlunya revisi program), dan pemantapan dari perubahan-perubahan

sementara (hanya direvisi jika memang diperlukan).

(6) Mencegah adanya salah pengertian tentang tujuan akhir, dan mengembangkan

kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.

(7) Memberikan keterlibatan personil dalam setiap tahapan program yang

berkesinambungan tersebut, hingga tercapainya tujuan.

(8) Membantu pengembangan kepemimpinan, yaitu menggerakkan semua pihak

yang terlibat dan menggunakan sumber daya yang tersedia.

(9) Menghindarkan pemborosan sumber daya, dan sebaliknya merangsang

efiiiensi.

(10) Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat dan yang

dilaksanakan sendiri oleh masyarakat setempat.

Perubahan sebagai Asas Pengembangan Program

Perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini bukanlah perubahan yang bersifat

alami, tetapi perubahan yang sengaja dilakukan manusia untuk meningkatkan

kesejahteraan hidupnya. Perubahan pada hakekatnya merupakan dasar dari

pembuatan program. Dengan kata lain program yang dibuat harus mengandung

suatu perubahan dalam masyarakat sasaran.

Lippitt dkk. (Mardikanto, 1993) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan

yang tidak alami itu disebabkan dua hal pokok:

(1) Adanya keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau untuk

(2) Ditemukannya inovasi-inovasi yang memberikan peluang bagi setiap manusia

dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan terencanamerupakan suatu proses perubahan yang diinginkan dan

untuk tercapainyadibutuhkan adanya bantuan dari pihak luar, yakni agen-agen pembaharuan.Selanjutnya

Page 9: Makalah PBL 2 Modul 2

Lippitt dkk. (1958) mengungkapkan bahwa untukmenumbuhkan kebutuhan untuk berubah pada diri

masyarakat dlbutuhkan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

(1) Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.

masyarakat, yang kemudian akan mencari bantuan dari luar sistem sosialnya.

(2) Membangun hubungan untuk berubah.

(3) Melakukan hal-hal yang berkenaan dengan perubahan.

(4) Memperluas dan memantapkan perubahan.

(5) Pemutusan hubungan

Model Perencanaan Program Penyuluhan

Ada banyak model perencanaan yang dikembangkan oleh para ahli, yakni

Model Leagans (1955), Model Federal Extension Service (1956), Mode KOK (1962),

Model Kelsey dan Hearne (1963), Model Raudabaugh (1967) dan Model Pesso n

(1966).tahap-tahap perencanaan dari Model Pesson tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

(1) Pengumpulan data.

(2) Analisis keadaan.

(3) Identifikasi masalah.

(4) Perumusan tujuan.

(5) Penyusunan rencana kegiatan

(6) Pelaksanaan rencana kegiatan

(7) Menentukan kemajuan kegiatan

(8) Rekonsiderasi

Ukuran Perencanaan Program Yang Baik

Page 10: Makalah PBL 2 Modul 2

Untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan program yang dirumuskan itu

telah "baik", berikut ini disampaikan beberapa acuan tentang pengukurannya, yang

mencakup:

a. Analisis fakta dan keadaan.

b. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan.

c. Jelas dan menjamin keluwesan.

d. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan.

e. Menjaga keseimbangan.

f. Pekerjaan yang jelas

Perencanaan program harus merumuskan prosedur dan tujuan serta sasaran

kegiatan yang jelas, yang mencakup:

(1) Masyarakat sasarannya

(2) Tujuan, waktudan tempatnya

(3) Metode yang akan digunakan

(4) Tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait (termasuk

tenaga sukarela)

(5) Pembagian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap

kelompok personel (penyuluh, masyarakat, dll)

(6) Ukuran-ukuran yang digunakan untuk evaluasi kegiatannya.

g. Proses yang berkelanjutan

h. Merupakan proses belajar dan mengajar

i. Merupakan proses koordinasi

j. Memberikan kesempatan evaluasi proses dan hasilnya

Filosofi Program Penyuluhan

Page 11: Makalah PBL 2 Modul 2

Dalam menyusun program perlu diperhatikan filosofi program penyuluhan

yang oleh Dahama Bhatnagar (1980) dirumuskan sebagai berikut:

a. Bekerja berdasarkan kebutuhan yang dirasakan (felt-need).

b. Bekerja dilandasi anggapan bahwa masyarakat ingin dibebaskan dari penderitaan

c. Harus dianggap bahwa masyarakat menginginkan "kebebasan", baik dalam

d. Nilai-nilai dalam masyarakat harus dipertimbangkan selayaknya, artinya rum

e. Membantu dirinya sendiri. Artinya, secara nyata warga masyarakat harus

f. Masyarakat adalah sumberdaya yang terbesar. Artinya dalam perumusan

g. Program mencakup perubahan sikap, kebiasaan, dan pola pikir.9

Program puskesmas

Ada 18 program puskesmas yaitu :

1. Upaya kesehatan ibu dan anak

2. Upaya keluarga berencana

3.Upaya peningkatan gizi

4.Upaya kesehatan lingkungan

5.Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6.Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan

7.Upaya penyuluhan kesehatan

8.Upaya kesehatan sekolah

9.Upaya kesehatan olahraga

10.Upaya perawatan kesehatan masyarakat

11.Upaya kesehatan kerja

12.Upaya kesehatan gigi dan mulut

13.Upaya kesehatan jiwa

14.Upaya kesehatan mata

15.Upaya laboratorium sederhana

16.Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

17.Upaya kesehatan lanjut usia

18.Upaya pembinaan pengobatan tradisional.10

Promosi kesehatan

Page 12: Makalah PBL 2 Modul 2

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah

dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan

Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak

bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka

perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai

derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal,

mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat

disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa

perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan

kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk

memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,

yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap

seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan

fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang

untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturanperaturan,

surat keputusan.11

Program keluarga berencana (KB)

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat

mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda

kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan

keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di

Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut

tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi

tetapi tidak benar cara penggunaannya.

Page 13: Makalah PBL 2 Modul 2

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur

wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan

berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap).

Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek

lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi

permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan

kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.

Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier

(penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau

metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun

hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi

(pembuahan).

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian

dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan

benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama

dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama,

kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di

masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan

seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.

Gambar 1. Metode Kontrasepsi

Bermacam-macam metode kontrasepsi

Seorang wanita dapat tetap menjadi hamil bila :

Melakukan coitus interuptus

Menyusui

Page 14: Makalah PBL 2 Modul 2

Saat pertama kali berhubungan seksual

Bila wanita tidak orgasme

Memakai douches (memasukkan cairan kimia atau spermisida ke dalam vagina)

Posisi apapun dalam berhubungan seks

Kontrasepsi untuk wanita usia lanjut

Semakin bertambah usia maka terdapat perubahan dari periode menstruasi. Ketika darah haid akhirnya

berhenti, maka seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya

digunakan sampai wanita tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia

kurang dari 50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun.

Metode kontrasepsi terdiri dari :

1. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi suntikan progestin Kontrasepsi

suntikan estrogen-progesteron Implant progestin Kontrasepsi Patch

Kontrasepsi barrier (penghalang)

Kondom (pria dan wanita)

2. Diafragma dan cervical cap

3. Spermisida

4. IUD (spiral)

5. Perencanaan keluarga alami

6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi

7. Metode amenorea menyusui

8. Kontrasepsi darurat

Kontrasepsi darurat hormonal

Kontrasepsi darurat IUD

Page 15: Makalah PBL 2 Modul 2

9. Sterilisasi

Vasektomi

Ligasi tuba. 12

Yang berperan dalam penanganan

Pemerintah

BKKBN

Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Pemimpin-Pemimpin Dunia tentang kependudukan. Walaupun demikian untuk menetapkankeluarga berencana sebagai program nasional pemerintah sangat berhati-hati,karena masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa. Oleh karena itu sebagai langkah pertama Menteri Kesejahteraan Rakyat yaitu : Dr. Idham Cholid dibentuksuatu panitia Ad Hok yang bertugas mempelajari kemungkinan-kemungkinan keluarga berencana dijadikan program nasional.Dalam pertemuan antara Presiden dengan Panitia Ad Hok pada bulan Februari 1968, Presiden menyatakan bahwa Pemerintah menyetujui Program Nasional Keluarga Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan Pemerintah. Sehubungan dengan itu pada tanggal 7 September 1968 keluarlah Instruksi Persiden nomor 26 tahun 1968, kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat yang isinya

antar lain :

1. Untuk membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang

ada di dalam masyarakat di bidang keluarga berencana.

2. Mengusahakan segera terbentuknya suatu badan atau lembaga yang dapat

menghimpun segala kegiatan di bidang keluarga berencana serta terdiri

atas unsur pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, Menteri Kesejahteraan Rakyat pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan surat keputusan nomor 35/Kpts/Kesra/X/1968 tentang pembentukan suatu lembaga keluarga berencana. Setelah memulai pertemuan lebih lanjut oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat usaha keluarga berencana, maka dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN pada tanggal 17 Oktober 1968 dengan Surat Keputusan nomor 36/-Kpts/Kesra/X/1968 yang berstatus lembaga semi pemerintah.

Fungsi dari pada lembaga ini pada dasarnya mencakup dua hal yaitu :

1. Mengembangkan keluarga berencana

2. Mengelola segala jenis bantuan

Sedangkan susunan organisasinya terdiri atas :

1. Badan Pertimbangan Keluarga Berencana Nasional (BPKBN)

2. Pimpinan Pelaksanaan Keluarga Berencana (dari tingkat Pusat sampai dengan

Page 16: Makalah PBL 2 Modul 2

Tingkat II)

Dilihat dari struktur organisasinya, maka LKBN ini masih menonjol sifat

organisasi kemasyarakatannya, karena memang saat ini fungsi utamanya adalah

untuk mengembangkan keluarga berencana agar dapat dikenal dan diterima oleh

masyarakat.

Juga untuk maksud ini pula duduklah tokoh Islam terkenal yaitu H.S.M

Nazaruddin Latif dalam pengurusamn LKBN, untuk ikut menangani persoalan

Keluarga Berencana dari segi-segi keagamaan, khususnya Agama Islam.

Selama periode LKBN ini, makam proses pengenalan Keluarga Berencana

kepada masyarakat berlangsung sangat memuaskan, dan boleh dikatakan tidak ada

tantangan dari masyarakat secara berarti ; sehingga Pemerintah berkesimpulan

bahwa masyarakat telah siap untuk menerima program keluarga berencana adalah

sebagian integral dari Pembangunan Lima Tahun (Repelita I).

Oleh karena itu setelah satu tahun kemudian, Pemerintah memutuskan

bahwa sudah pada saatnya mengambil alih progam keluarga berencana menjadi

program pemerintah seutuhnya / sepenuhnya.

Namun walaupun demikian masih harus tetap disadari bahwa keluarga

berencana ini bukan hanya persoalan medis saja tetapi menyangkut masalah sosial,

sehingga organisasi yang akan menangani masalah ini nanti haruslah tetap

mempertimbangkannya masalah ini dalam operasional selanjutnya.

Dengan alasan tersebhut diatas maka program Keluarga Berencana

dijadikan program nasional. Sedangkan untuk mengelolanya dibentuklah Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dengan keputusan Presiden Nomor 8

tahun 1970. Selain itu dasar pertimbangan pembentukan BKKBN ini juga

didasarkan atas bahwa :

1. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih

memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang

tersedia.

Page 17: Makalah PBL 2 Modul 2

2. Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat

maupun pemerintah secara maximal

3. Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan

terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Badan ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha

pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh Unit-

Unit Pelaksana.

2. Mengajukan saran-saran kepada Pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan

dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.

3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok

kebijaksanaan yang ditetap kan oleh Pemerintah.

4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan Negara-negara Asing

maupun Badan-badan Internasional dalam bidang keluarga berencana selaras

dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang

berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Dalam Keppres Nomor 8 tahun 1970 itu disebutkan bahwa penanggung jawab

umum penyelenggaraan program keluarga berencana nasional ada di tangan

Presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat

dibantu oleh Dewan Pembimbing Keluarga Berencana Nasional.

Anggota Dewan Pembimbing terdiri dari :

a. Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, sebagai Ketua merangkap anggota

b. Menteri Kesehatan, sebagai Wakil Ketua merangkap anggota

c. Menteri Dalam Negeri sebagai anggota

d. Menteri Pertahanan Kemanan, sebagai anggota

e. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai anggota

Page 18: Makalah PBL 2 Modul 2

f. Menteri Penerangan, sebagai anggota

g. Menteri Agama, sebagai anggota

h. Menteri Sosial, sebagai anggota

i. Menteri Keuangan, sebagai anggota

j. Ketua Bappenas, sebagai anggota

k. Ketua Perkumpulan Keluarga Berecana Indonesia. 13

Petugas Kesehatan

Puskesmas

Definisi Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja

(Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi

pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif

(pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan

jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Trihono, 2005).

Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan

pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan

maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut

puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta

jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan

Page 19: Makalah PBL 2 Modul 2

dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai

pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan

melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.

Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan

melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan

dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan

dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu

ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit

dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan

gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang

masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri,

memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang

ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis

maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

Page 20: Makalah PBL 2 Modul 2

ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-

sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki

kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran

tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem

perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan

pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan

teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi,

2009).

Upaya penyelenggaraan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat

menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan

wajib dan upaya kesehatan pengembang (Trihono, 2005).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional

dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya

kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu

dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan

penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu

upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya

kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,

upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan

tradisional (Trihono, 2005).

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya diluar upaya

puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini

adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

Page 21: Makalah PBL 2 Modul 2

Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan

kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan

pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti

target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan

pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya

kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota (Trihono, 2005).

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadi

kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib

menyelenggarakannya. Untuk itu, dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit

fungsional lainnya (Trihono, 2005).

Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga

spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap

sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

Azas penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas

penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas

penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah

pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya

puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan

puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas

keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).

Azas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai

kegiatan seperti menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan

kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya, membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan

terjangkau di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

Azas pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan

masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi

masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan

Page 22: Makalah PBL 2 Modul 2

yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain adalah upaya

kesehatan ibu dan anak (posyandu, polindes dan bina keluarga balita), upaya pengobatan (posyandu, pos obat

desa ), upaya perbaikan gizi (posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan sekolah

(dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, saka bakti husada dan pos kesehatan pesantren),

upaya kesehatan lingkungan (kelompok pemakai air bersih, dan desa percontohan kesehatan lingkungan),

upaya kesehatan usia lanjut ( posyandu usila dan panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya kesehatan

kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat), upaya pembinaan

pengobatan tradisional (taman obat keluarga dan pembinaan pengobatan tradisional) serta upaya pembinaan

dan jaminan kesehatan (dana sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan) (Trihono, 2005).

Azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal,

penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap

perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program dan

keterpaduan lintas sektor (Trihono, 2005).

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang

menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan

untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib,

pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk

organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha (Trihono, 2005).

Azas rujukan digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh

puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai

permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut

dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan

dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan (Trihono, 2005).

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus atau masalah kesehatan yang

diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan

ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan

kesehatan yang sama (Trihono, 2005). 14

Masyarakat

Posyandu

Pengertian Posyandu

Page 23: Makalah PBL 2 Modul 2

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang

dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Shakira (2009) menyebutkan, Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan

kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana– Kesehatan di tingkat

desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk

dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS

(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

Istilah Posyandu yang dikenal sebagai Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu tempat yang kegiatannya tidak

dilakukan setiap hari melainkan satu

bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dan terdiri dari beberapa pelayanan kesehatan yaitu:

Berdasarkan pelayanan yang diberikan, sasaran Posyandu terdiri atas pasangan usia subur, ibu hamil, ibu

menyusui, bayi dan balita (Shakira, 2009).

Penyelenggara Posyandu

Pada hakikatnya Posyandu didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam mencapai pelayanan kesehatan

yang baik. Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB dan

keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemuda atau pemudi. Pengelola Posyandu sendiri

adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan

informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendy, 1998). 1. Pelayanan Pemantauan

Pertumbuhan Berat Badan Balita 2. Pelayanan Imunisasi 3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan

Ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca persalianan (Nifas) sementara Pelayanan Anak

berupa Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita dengan maksud menemukan secara dini

kelainan-kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera. 4. Pecegahahan dan Penanggulangan diare

Dan Pelayanan Kesehatan lainnya (Arali, 2008).

Kader kesehatan merupakan kader-kader yang dipilih masyarakat menjadi penyelenggara Posyandu. Para ahli

mengemukakan pendapat tentang kader kesehatan. Menurut Gunawan dalam Hasdi (2007), kader kesehatan

dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat

dan bertugas mengembangkan masyarakat. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Dirjen Depkes RI yang

menyebutkan kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat

Page 24: Makalah PBL 2 Modul 2

bekerja secara sukarela. Para kader kesehatan masyarakat itu hendaknya memiliki latar belakang pendidikan

yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana.

Tujuan pembentukan kader adalah untuk mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab.

Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah dasar terbatasnya daya dan adanya

dalam operasional Posyandu yang akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat secara optimal.

Tugas-tugas kader berbeda-beda antara satu tempat dan tempat yang lainnya. Tugas-tugas tersebut meliputi

pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu terbatas pada

bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan kepada mereka (Heru, 1995).

Aktivitas Operasional Posyandu

Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu antara lain: 1) Kesehatan Ibu

dan Anak, yang termasuk didalamnya Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta

bayi, anak balita dan anak prasekolah; Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk

karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral;

Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya; Penyuluhan kesehatan meliputi

berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA. 2) Keluarga Berencana, mencakup: Pelayanan keluarga

berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya

karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi; Cara-cara penggunaan pil, kondom dan

sebagainya. 3) Immunisasi. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan

campak 1x pada bayi. 4) Peningkatan gizi dengan cara Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat;

Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur

5 tahun dan kepada ibu yang menyusui; Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5

tahun. Dan 5) Penanggulangan Diare (Hasdi, 2007).

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida

Posyandu), yaitu: 1) Kesehatan Ibu dan Anak, 2) Keluarga Berencana, 3) Immunisasi, 4) Peningkatan gizi, 5)

Penanggulangan Diare, 6) Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah

yang benar, pengolahan makanan dan minuman, dan 7) Penyediaan Obat essensial (Shakira, 2009).

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, tim penggerak PKK Desa/ Kelurahan dan

petugas kesehatan dari Puskesmas. Kegiatan pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 (lima) meja,

yaitu:

Untuk meja satu sampai empat dilakukan oleh kader kesehatan dan meja lima dilaksananak oleh petugas

kesehatan seperti, dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Arali, 2008). • Meja Pertama disebut

meja pendaftaran • Meja Kedua disebut meja penimbangan balita • Meja Ketiga adalah meja pengisian KMS •

Meja Keempat adalah Penyuluhan Kesehatan • Meja Kelima adalah Meja pemberian paket pertolongan gizi. 15

Page 25: Makalah PBL 2 Modul 2

Penyebab

1. Pola pikir

2. Lingkungan:

3. Pengetahuan

4. Budaya

5. Ekonomi

6. Yang bertugas melakukan

Hubungan KB dengan kesehatan dan hubungannya dengan angka kematian ibu dengan KB

Data menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461 per 100.000 kelahiran hidup, dan juga Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%.

Dari penilaian sistem kesehatan berbagai Negara, Indonesia menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian yang mencakup status kesehatan dan tingkat tanggapan (responsiveness).

Kajian AKI dan AKA dalam kaitan dengan KB didekati dengan merujuk berbagai kerangka konsep analisis yang diadaptasi disesuaikan dengan kondisi sosial budaya Indonesia. Tiga kerangka konsep analisis diadaptasi dari kerangka analisis Mosley dan Chen (1984), McCarthy and Maine (1992), dan Kerangka Pikir Sistem Kesehatan Nasional.

Tren AKI belum menggembirakan. Masih tingginya dan kurang cepatnya penurunan AKI dapat terjadi karena berbagai hal. Pertama, memang kondisi kesehatan untuk kelompok resti (bumil, bulin, dan bufas) masih jelek. Kedua, pertambahan relatif penduduk memasuki usia subur lebih besar daripada pertambahan relative kelahiran. Ketiga, mungkin penanganan kesehatan maternal belum optimal. Dari sisi geografis, provinsi di kawasan Indonesia Timur relatif memiliki AKI lebih tinggi.

Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB), trennya semakin menurun, dari 142 per 1.000 kelahiran hidup tahun 1967, menjadi 42 per 1.000 tahun 2000, kemudian SDKI 2002-2003 sebesar 35 per 1.000, namun dari metode perhitungan tidak langsung, AKB tahun 2003 tetap 43 per 1.000 kelahiran hidup. Di antara 10 negara ASEAN, AKB Indonesia menempati peringkat ke-7, sebelum Kamboja, Laos, dan Myanmar. Tidak ada pola geografis untuk AKB di Indonesia. Kawasan Indonesia barat maupun timur menyumbang kontribusi yang sama besar.

Sementara itu, Angka Kematian Neonatal (AKN) pada bayi usia dibawah 1 bulan , dan Angka Kematian Post Neonatal (AKPN) pada bayi usia 1-11 bulan, tren cenderung menurun. SDKI 1994 melaporkan AKN 30 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKPN 27 per 1.000, turun menjadi AKN 20 per 1.000 dan AKPN 15 per 1.000 menurut SDKI 2002-2003. Dengan kata lain, selama kurun 8 tahun, rata-rata penurunan AKN per tahun 5%, sedangkan penurunan AKPN per tahun adalah 7%. Kontribusi Kematian Neonatal terhadap kematian bayi (AKB) lebih besar daripada kontribusi Kematian Post Neonatal. AKN dominant disebabkan oleh gangguan perinatal (34%), sedangkan AKPN dominant disebabkan lahir premature dan BBLR (29%). AKB di pedesaan 1,6 kali lebih tinggi daripada AKB di perkotaan. Makin miskin rumah tangga, makin tinggi AKB dan pola ini terus konsisten hingga kini.

Page 26: Makalah PBL 2 Modul 2

Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Menurut WHO (2000), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersakin, dan 25% selama masa post partum.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF (2001), menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12 bulan pertama hidupnya.

AKI dan AKB tidak berkorelasi langsung dengan kejadiab infeksi atau parasit, kecuali pada beberapa daerah yang endemik malaria.

Kaitan antara AKB dan AKI dengan Keluarga Berencana adalah pada isu status reproduksi seperti dinyatakan pada diagram kerangka konsep.  Beberapa kajian menunjukkan keadaan “4 Terlalu” yaitu: keadaan ibu yang terlalu muda (untuk menikah, hamil, dan punya anak), usia terlalu tua tetapi masih produktif, kehamilan terlalu sering, dan jarak kehamilan terlampau dekat. Kondisi ini erat terkait dengan tingginya tingkat kesakitan dan kematian ibu dan anak (Depkes, 2004:41). Sebagai ilustrasi, 25% proporsi ibu di Indonesia dengan paritas di atas 3. Hasil regresi menunjukkan, hubungan positif antara jumlah paritas dengan AKI.   

Terkait AKB, satu faktor penting adalah umur ibu dibawah 20 tahun meningkatkan resiko kematia neonatal, serta usia ibu di atas 35 tahun meningkatkan resiko kematian perinatal (Litbangkes, 1994). Odds Ratio AKB dari ibu usia di bawah 20 tahun sebesar 1,4 kali lebih tinggi dari AKB pada ibu usia 20-35 tahun.  

Untuk mencegah semakin parahnya “4T” tersebut, dilaksanakan program KB di daerah-daerah. Kesertaan KB umumnya sudah tinggi. Persentase kesertaan KB umumnya pada kisaran 60-70%. Alat kontrasepsi yang paling popular umumnya adalah pil dan suntik.

Namun studi kualitatif menunjukkan bahwa ketika daya beli alat kontrasepsi sebagian masyarakat rendah, menyebabkan ketidakmampuan ibu-ibu mengatur jarak dan jumlah kelahiran anaknya. Khusus di pedesaan, keinginan mengatur jumlah anak sudah ada, tetapi sebagian besar masih pada tingkat keinginan dan belum dalam praktek. Penyebabnya, karena terbatasnya akses mereka terhadap pelayanan KB, rendahnya kemampuan ekonomi, atau kurangnya independensi ibu (pada banyak kasus, menjadi akseptor KB adalah berdasarkan keputusan suami). Kendala akses pada pelayanan KB akan meningkatkan pula kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan bahkan aborsi illegal (Azwar, 2003).

Terdapat 3 syarat kondisi upaya kesehatan yang harus dipenuhi, yaitu: manajemen kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dari sisi manajemen, perencanaan program harus kontinu, bukan berbasis proyek yang hanya jangka pendek dan tidak sustained. Akurasi data menjadi kunci penting bagi perencanaan. Priority setting adalah keahlian yang harus dimiliki para perencana. Tidak ketinggalan, fungsi manajemen (sampai monitoring evaluasi) harus dijalankan dengan cermat dan tepat.

Terkait pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga, sarana, prasarana (contohnya alat kontrasepsi) menjadi syarat penting. Program juga harus didukung mekanisme yang memadai dan efektif mencapai lapisan terbawah.

Yang ketiga, pemberdayaan masyarakat, partisipasi masayarakat harus digalakkan kembali. Pemanfaatan Posyandu oleh balita menurun drastis sejak krismon tahun 1997 (Depkes, 2004:83). Peran swasta, LSM, dan organisasi kemasyarakatan dalam menurunkan AKI dan AKB harus digalang, diorganisir dengan baik, dan dimobilisasi secara efektif.

Page 27: Makalah PBL 2 Modul 2

Ketiga syarat tersebut dapat diupayakan melalui pemantapan kebijakan nasional. Kebijakan yang sudah ada dan bersifat makro, menjadi payung untuk kebijakan teknis di bawahnya. Kebijakan yang tersosialisasi dengan baik, akan menumbuhkan komitmen yang tinggi dari para stakeholders, baik dari segi program maupun pendanaan. Dan semua itu memerlukan strategi advokasi yang sesuai.   16

Kesimpulan

Program KB dapat membantu mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi yang dimana secara langsung juga

menandakan bahwa tingkat kesadaran suatu daerah tentang KB telah ada. Bila mana grafik berubah dalam

kurun waktu dua tahun, menjadi lebih banyak usia kerja maka bisa dikatakan revitalisasi KB di puskesmas

Tanjung Sari berhasil.

Daftar Pustaka

1. Hasil final jumlah penduduk Indonesia tahun 2010. 17 november 2013. Diunduh dari

http://indonesiadata.co.id/main/index.php/jumlah-penduduk

2. Keluarga berencana KB. 17 november 2013. diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F%2Fadulgopar.files.wordpress.com

%2F2009%2F12%2Fkeluarga-berencana-kb.pdf&ei=i8-LUsioD-

mPiAeFxYCIBA&usg=AFQjCNG77H0XNfkhFISqhuXiCz9iqo_D-

g&sig2=GkNeljcEZf_lPjiAIQO6NQ&bvm=bv.56643336,d.aGc&cad=rja

3. Yunyndiawati. Penyebaran Penduduk : Migrasi, Transmigrasi,Urbanisasi.17 November 2013. Diunduh dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F

%2Fsitinurjanah.net%2Fattachments%2Farticle%2F85%2FUrbanisasi%2520dan

%2520Transmigrasi.pdf&ei=mNuLUs_BEMWwiQeb74GABA&usg=AFQjCNHVXjV_oVLbXSJuNfr91boSL6hUjw&sig2

=ZLbgl70rszJGQOxr88XupQ&bvm=bv.56643336,d.aGc&cad=rja

4. Diane El Elizabeth De Yong. Konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua kasteel nieuw victoriakota ambon. 17

November 2013. Diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CI4BEBYwCQ&url=http%3A%2F%2Fdigilib.its.ac.id%2Fpublic

%2FITS-Master-11069-Presentation.pdf&ei=8OeLUr-

jPMKCrge9hIGwDw&usg=AFQjCNEdhUej5VAipgp2eif_hI9DiNSjbg&sig2=-

jeZxheg8FA2wH3bikLmEw&bvm=bv.56643336,d.bmk&cad=rja

5. Angka fertilitas Total.http://www.datastatistik-indonesia.com/portal _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 17

November, 2013, 17:06. Diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.datastatistik-indonesia.com

%2Fportal%2Findex2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_pdf%3D1%26id%3D314&ei=7e6LUvmbGMr-

rAfMq4HgDQ&usg=AFQjCNElWNpoqsbq3sPXx1Uxl6NO2702yQ&sig2=0cvC9crDyp0vxQzV07xyHw&bvm=bv.566433

36,d.bmk&cad=rja

6. Paradigma sehat. Universitas Sumatera . 17 November 2013. Diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CEAQFjAC&url=http%3A%2F%2Fejournal.umm.ac.id%2Findex.php

%2Fsainmed%2Farticle%2FviewFile%2F1012%2F1125_umm_scientific_journal.pdf&ei=6vWLUt-

ZHsHXrQflioHYDQ&usg=AFQjCNFqZA9qvjFAIEbmVFzpcu_RROAKvg&sig2=2cHHBP0PTuvveicCbxvjOg&bvm=bv.

56643336,d.bmk&cad=rja

7. Indikator Indonesia sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Departemen

Kesehatan R.I. Jakarta 2003.

Page 28: Makalah PBL 2 Modul 2

8. Sari A .Strategi dan Inovasi Pencapaian MDGs 2015 di Indonesia. 17 november 2013. Diunduh dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CEwQFjAC&url=http%3A%2F

%2Fwww.pustaka.ut.ac.id

%2Fdev25%2Fpdfprosiding2%2Ffisip201236.pdf&ei=AgGMUtP1PMXwrQfJsYDAAg&usg=AFQjCNH56-

5CWEy61SJm-akBHn7JN_DPCw&sig2=wQHjIMpjFLAY_6hYD9mHNA&bvm=bv.56643336,d.bmk&cad=rja

9. Yustina I. Perencanaan Program Penyuluhan . 17 november 2013 diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDMQFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream

%2F123456789%2F3721%2F1%2Ffkm-ida

%2520yustina.pdf&ei=FgiMUqvSJIORrAfPzYCwDA&usg=AFQjCNGCYlV8quDHFvHJyNQll-

UsP74Sow&sig2=e_RMBBTxBoLyRkHXewN9aA&bvm=bv.56753253,d.bmk&cad=rja

10. Patria A. 18 pokok program Puskesmas . 17 november 2013 . diunduh dari http://www.scribd.com/doc/53234515/18-

program-pokok-puskesmas

11. Universitas Sumatra utara. Bab 2 Promosi kesehatan. 17 november 2013 . diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CF0QFjAF&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream

%2F123456789%2F20152%2F4%2FChapter

%2520II.pdf&ei=AxWMUtDWKsbZrQf00oHABA&usg=AFQjCNH4YGyGzbQmd8yYdSyLU6L5y8emYg&sig2=rAyoqf

wRnoqF1GYdQaEE0g&bvm=bv.56753253,d.bmk&cad=rja

12. Keluarga berencana. 17 November 2013 diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fadulgopar.files.wordpress.com

%2F2009%2F12%2Fkeluarga-berencana-

kb.pdf&ei=83mLUvrAGI2FrAfpjYDYBg&usg=AFQjCNG77H0XNfkhFISqhuXiCz9iqo_D-

g&sig2=qKoRmYwJNkCUjtgYouJwVA&bvm=bv.56643336,d.bmk&cad=rja

13. Atmosiswoyo S , Daswati I , Riswandi , Achmadi, Effendi W.Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana Dan Program

Kependudukan. 17 november 2013. Diunduh dari

14. Universitas Sumatra utara . Bab 2 Puskesmas . 17 november 2013 diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&sqi=2&ved=0CHAQFjAH&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id

%2Fbitstream%2F123456789%2F31773%2F4%2FChapter%2520II.pdf&ei=vw-

MUs_hH8GJrQeZv4A4&usg=AFQjCNHq_KEID_C-_ghawAkYLzP0Bz5Gnw&sig2=B44v0i_XXHOP6PLkPu5R-

Q&bvm=bv.56753253,d.bmk&cad=rja

15. Universitas Sumatra utara. Bab 2 Posyandu. 17 November 2013 diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream

%2F123456789%2F19768%2F5%2FChapter%2520II.pdf&ei=HB2MUv-

EBc3QrQe78YD4Cw&usg=AFQjCNFu8B0246AELMMM5RMwOhOMA1WWLw&sig2=59hElYidMGaC_SW8T4P_kw

&bvm=bv.56753253,d.bmk&cad=rja

16. Kurniawan UK. Hubungan Keluarga Berencana Dengan Pencegahan Kematian Maternal Dan Neonatal. 17 november 2013.

Diunduh dari http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/06/16/150382/kesehatan-otak-mempengaruhi-

seksualitas#.UownSrTZi6M