Makalah Hubungan Hukum LK-Nasabah
-
Upload
aditya-nugroho-allucard-pradana -
Category
Documents
-
view
99 -
download
15
Transcript of Makalah Hubungan Hukum LK-Nasabah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan masyarakat saat ini yang kian maju, semakin menuntut masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup tidak hanya untuk masa sekarang melainkan juga untuk masa yang
akan datang, mengingat ketidakpastian akan sangat mungkin dialami pada masa yang akan
datang karena berbagai faktor ekonomi ataupun non-ekonomi. Ketidakpastian kondisi tersebut
harus diantisipasi dengan mengalokasikan sebagian dana yang tidak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu tabungan. Dengan tindakan tersebut, ketidakpastian
kehidupan masyarakat di masa mendatang dapat diantisipasi dengan memiliki sumber
pendapatan lain dari hasil menabung guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
Pengalokasian dana itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun seiring kemajuan
zaman dan pola pikir kecenderungan dimasyarakat menggunakan jasa Lembaga Keuangan
yang dipercaya untuk mengelola dana simpanan mereka secara aman, praktis dan akuntabel.
Sehingga peran Lembaga Keuangan dalam era sekarangan menjadi sangat penting selain
memberikan pelayanan akan kebutuhan jasa keuangan bagi pelaku ekonomi dan masyarakat,
juga sebagai stimulus dalam meningkatkan sektor perekonomian disuatu negara. Hal ini terjadi,
karena lembaga keuangan melakukan kegiatan menghubungkan antara pelaku ekonomi sektor
rumah tangga (masyarakat) dan sektor perusahaan dalam melakukan interaksi ekonomi. Dalam
pengertian lain, lembaga keuangan sebagai lembaga perantara dari pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) sehingga
perannya memang sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary).
Demikian guna menciptakan kelancaran dan keamanan dalam proses interaksi tersebut
dibentuklah sebuah norma hukum yang melegitimasi keberadaan Lembaga Keuangan di
Indonesia. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967, pasal 1 ayat b, yang
dimaksud dengan lembaga keuangan adalah semua badan yang melakukan kegiatan-kegiatan
dibidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke masyarakat. Hanya saja
Undang-undang ini telah diganti dengan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, tetapi dalam
Undang-undang ini tidak memberikan kriteria khusus mengenai lembaga keuangan. Lembaga
keuangan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB). Namun dalam tulisan ini titik fokus yang akan dibahas adalah
lembaga keuangan bank (LKB).
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam kehidupan
masyarakat yang betugas menerima simpanan dan memberikan kredit serta memberikan jasa-
jasa keuangan lainnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir (1) UU No. 7 Tahun 1992.
Sehingga praktis, lembaga keuangan bank sangat erat kaitannya dalam kegiatan peredaran
uang, sebagai ruang kegiatan yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat
secara efektif dan efisien. Akan tetapi, menjadi permasalahan ketika terdapat kelalaian yang
dilakukan oleh pihak bank terkait kesalahan dalam proses transaksi penarikan uang tunai,
dimana pertanggung jawabannya hanya dibebankan secara langsung kepada nasabah. Contoh
kasus yang baru-baru ini terjadi pada bank plat merah di kota Tangerang,1 Seorang nasabah
melakukan transaksi penarikan uang tunai secara langsung dengan mendatangi bank tersebut
tanpa melakukan penghitungan ulang, nasabah tersebut langsung menerima amplop yang
diberikan oleh teller bank tersebut, untuk kemudian dibayarkan kepada petugas Pelayanan
Listrik Negara (PLN). Namun beberapa sesaat telah dibayarkan terdapat konfirmasi dari pihak
PLN terkait kelebihan pembayaran sejumlah 5 juta rupiah. Kemudian nasabah kembali
mengecek bukti penarikan dan buku tabungan semua tidak ada masalah. Atas itikad baik
dirinya, nasabah tersebut mengembalikan kelebihan uang itu dengan bukti kwitansi kepada
pihak bank dan pihaknya pun menerima itu.
Namun tidak berselang lama, sang nasabah itu mendapat telepon dari pihak bank yang
menyatakan harus mengembalikan lagi uang sejumlah 5 juta rupiah yang telah ia ambil. Karena
merasa tidak pernah mengambil uang dalam jumlah sebesar itu dan karena kesalahan terletak
pada teller saat memasukan uang tersebut ke dalam amplop, sang nasabah menolak
mengembalikan. Sekitar beberapa hari kemudian, ketika ia mengecek saldo di ATM-nya
terdapat pendebetan sebesar 5 juta rupiah tanpa sepengetahuannya.
Berdasarkan uraian kasus di atas, penulis tertarik untuk membahas serta mengkaji,
menganalisa, serta mendalami mengenai permasalahan diatas dalam makalah ini tentang
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH TERKAIT KELALAIAN PIHAK BANK
DALAM TRANSAKSI PENARIKAN UANG TUNAI”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang terurai dalam latar belakang di atas, penulis dapat
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1 http://wahw33d.blogspot.com/2012/03/kisah-tragis-nasabah-bank-mandiri.html, tanggal akses 11-09-2012.
1. Bagaimana hubungan hukum antara pihak bank dengan nasabah terkait perjanjian
penyimpanan dana nasabah (tabungan) di bank ?
2. Bagaimana upaya perlindungan hukum bagi nasabah yang dirugikan karena adanya
kelalaian yang dilakukan oleh pihak bank ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori tentang Bank
B. Kajian Teori tentang Perlindungan Hukum