Makalah Hipertensi

download Makalah Hipertensi

of 13

description

unpad

Transcript of Makalah Hipertensi

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    1/13

    TUGAS

    FARMAKOTERAPI

    Disusun oleh :

    INGGHEA ELYANI 260110090020

    ANANDA ANNISA 260110090021

    SYAMIRA AYUNINGTYAS 260110090022

    RAISSA GITHA ARSHINTA 260110090023

    M HILMI FATHURRAHMAN 260110090024

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2011

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    2/13

    Definisi Hipertensi

    Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan

    hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan

    penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder

    disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme

    primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan

    renovaskuler, serta akibat obat (Bakri dan Lawrence, 2008).

    Definisi Tekanan Darah

    Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan

    darahdalam pembuluh darah dalam tubuh. Jantung yang berperan sebagai pompa

    ototmensuplai tekanan tersebut untuk menggerakan darah dan juga

    mengedarkandarah diseluruh tubuh. Pembuluh darah (dalam hal ini arteri)

    memiliki dinding-dinding yang elastis dan menyediakan resistensi yang sama

    terhadap aliran darah. Oleh karena itu, ada tekanan dalam sistem peredaran darah,

    bahkan detak jantung (Gardner, 2007).

    Menurut Smith (1995) tekanan darah (blood presure, TD) adalah tekananyang dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran yang dipakai

    dalam pengukuran dengan mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah

    sistolik (SBP) dan diastolik (DBP).

    Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

    Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

    7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

    prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1

    dibawah (Gray, et al. 2005).

    Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

    Klasifikasi Tekanan

    Darah

    Tekanan Darah

    Sistolik (mmHg)

    Tekanan Darah

    Diastolik (mmHg)

    Normal < 120 < 80

    Prahipertensi 120-139 80-89

    Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    3/13

    Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

    The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and

    treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO

    dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu

    apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau

    tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti

    hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih

    dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur

    sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah (Bakri dan

    Lawrence, 2008).

    Patofisiologi Hipertensi

    Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam

    pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar:

    Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer (Yogiantoro, 2006).

    Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi

    esensial antara lain :

    1)Curah Jantung dan Tahanan PeriferKeseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh

    terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi

    esensial curah jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat.

    Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada

    arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada

    peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot

    halus ini semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol

    yang mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya

    tahanan perifer yang irreversible.

    2)Sistem Renin-AngiotensinGinjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan

    ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem

    endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    4/13

    juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion

    atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik

    (Gray, et al. 2005).

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin

    II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE

    memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

    mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin

    (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang

    tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

    menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II

    berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai

    vasoconstrictor melalui dua jalur, yaitu:

    a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

    diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk

    mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat

    sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin

    menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume

    cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari

    bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga

    meningkatkan tekanan darah.

    b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan

    hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

    cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)

    dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl

    akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

    ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

    darah (Gray, et al. 2005).

    3) Sistem Saraf Otonom

    Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan

    dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam

    pempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    5/13

    sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama sama dengan

    faktor lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon (Gray, et

    al. 2005).

    4)Disfungsi EndoteliumPembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam

    pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah

    vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi

    endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis

    pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi

    dari oksida nitrit (Gray, et al. 2005).

    5)Substansi VasoaktifBanyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam

    mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan

    vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat

    meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem

    renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang

    diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal

    ini dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat

    meningkatkan retensi cairan dan hipertensi (Gray, et al. 2005).

    6)HiperkoagulasiPasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding

    pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),

    ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga

    hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang semakin

    lama akan semakin parah dan merusak organ target. Beberapa keadaan dapat

    dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi (Gray, et al. 2005).

    7)Disfungsi DiastolikHipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat

    ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan

    kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    6/13

    tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel (Gray, et

    al. 2005).

    Manifestasi Klinis Hipertensi

    Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi

    bertahun-tahun, dan berupa :

    - Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

    peningkatan tekanan darah intrakranium.

    - Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

    - Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.

    - Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

    - Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

    (Corwin, 2001).

    Diagnosa Hipertensi

    Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi

    mempunyai beberapa tujuan :

    a) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi.

    b) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular.

    c) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya.

    d) Mencari kemungkinan penyebabnya.

    Diagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik, yaitu:

    a) Pencatatan riwayat penyakit (anamnesis)

    b) Pemeriksaan fisik (sphygomanometer)

    c) Pemeriksaan laboraturium (data darah,urun,kreatinin serum,kolesterol)

    Kesulitan utama selama proses diagnosis ialah menentukan sejauh mana

    pemeriksaan harus dilakukan. Dimana pemeriksaan secara dangkal saja tidak

    cukup dapat diterima karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan

    terapi yang dipilih dapat memberikan implikasi yang serius untuk pasien

    (Padmawinata, 2001).

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    7/13

    Pengobatan non obat (non farmakologis)

    Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanandarah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-

    kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi

    diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk

    mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

    Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah:

    1. Diet rendah garam / kolesterol / lemak jenuh2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

    Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makanpenderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

    dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai

    pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada

    pengobatan farmakologis.

    3. Ciptakan keadaan rileksBerbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

    mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

    4. Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45menit sebanyak 3-4 kali seminggu

    5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol (admin, 2008).

    Pengobatan farmakologi

    Golongan obat antihipertensi yang banyak gunakan adalah diuretik tiazid

    (misalnya bendroflumetiazid), betabloker, (misalnya propanolol, atenolol,)

    penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril, enalapril),

    antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan), calcium channel blocker

    (misalnya amlodipin, nifedipin) dan alphablocker (misalnya doksasozin)

    (Lyrawati, 2009).

    Yang lebih jarang digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja

    sentral dan yang jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk keadaan

    krisis hipertensi(Lyrawati, 2009).

    Diuretika

    Diuretik tiazid adalah diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan

    tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal

    tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    8/13

    mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat

    mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada

    pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati(Lyrawati, 2009).

    Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 12 jam setelah pemberian dan

    bertahan sampai 1224 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari. Efek

    antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan

    manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Efek

    tiazid pada tubulus ginjal tergantung pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu

    tiazid kurang bermanfaat untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal(Lyrawati,

    2009).

    Secara tradisonal, diuretika tiazid membentuk dasar sebagian besar

    program terapeutik yang dibentuk untuk menurunkan tekanan arteri dan biasanya

    efektif sam pai 3-4 hari(harrison, 1995)

    Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid dapat mengakibatkan

    hipokalemia, hiponatriemi, dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia dapat terjadi

    karena penurunan ekskresi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam urat dapat

    mengakibatkan hiperurisemia, sehingga penggunaan tiazid pada pasien gout harus

    hatihati. Diuretik tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten

    terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko diabetes mellitus tipe 2.Efek samping yang umum lainnya adalah hiperlipidemia, menyebabkan

    peningkatan LDL dan trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria yang mendapat

    diuretic tiazid mengalami impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika pemberian

    tiazid dihentikan(Lyrawati, 2009).

    Angiotensin converting enzyme inhibitor

    (ACEi) menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari

    prekursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah,

    ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angiotensin II merupakan

    vasokonstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis

    sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan

    menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensinreninaldosteron teraktivasi

    (misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek

    antihipertensi ACEi akan lebih besar. ACE juga bertanggungjawab terhadap

    degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi.

    Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih

    kuat(lyrawati, 2009).

    Beberapa perbedaan pada parameter farmakokinetik obat ACEi. Captopril

    cepat diabsorpsi tetapi mempunyai durasi kerja yang pendek, sehingga bermanfaatuntuk menentukan apakah seorang pasien akan berespon baik pada pemberian

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    9/13

    ACEi. Dosis pertama ACEi harus diberikan pada malam hari karena penurunan

    tekanan darah mendadak mungkin terjadi; efek ini akan meningkat jika pasien

    mempunyai kadar sodium rendah.

    Antagonis Angiotensin II

    Reseptor angiotensin II ditemukan pada pembuluh darah dan target

    lainnya. Disubklasifikasikan menjadi reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1

    memperantarai respon farmakologis angiotensin II, seperti vasokonstriksi dan

    penglepasan aldosteron. Dan oleh karenanya menjadi target untuk terapi obat.

    Fungsi reseptor AT2 masih belum begitu jelas. Banyak jaringan mampu

    mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II tanpa melalui ACE. Oleh

    karena itu memblok sistem reninangitensin melalui jalur antagonis reseptor AT1

    dengan pemberian antagonis reseptor angiotensin II mungkin

    bermanfaat(Lyrawati, 2009).

    Antagonis reseptor angiotensin II (AIIRA)mempunyai banyak kemiripan

    dengan ACEi, tetapi AIIRA tidak mendegradasi kinin. Karena efeknya pada

    ginjal, ACEi dan AIIRA dikontraindikasikan pada stenosis arteri ginjal bilateral

    dan pada stenosis arteri yang berat yang mensuplai ginjal yang hanya berfungsi

    satu(Lyrawati, 2009).

    Efek samping ACEi dan AIIRA

    Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEi atau AIIRA fungsi ginjal

    dan kadar elektrolit pasien harus dicek. Monitoring ini harus terus dilakukan

    selama terapi karena kedua golongan obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal.

    Baik ACEi dan AIIRA dapat menyebabkan hiperkalemia karena menurunkan

    produksi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan penggunaan diuretik

    hemat kalium harus dihindari jika pasien mendapat terapi ACEI atau AIIRA.

    Perbedaan anatar ACEi dan AIIRA adalah batuk kering yang merupakan efek

    samping yang dijumpai pada 15% pasien yang mendapat terapi ACEi. AIIRA

    tidak menyebabkan batuk karena tidak mendegaradasi bradikinin(Lyrawati,

    2009).

    Calcium channel blocker

    Calcium channel blockers (CCB) menurunkan influks ion kalsium ke

    dalam sel miokard, selsel dalam sistem konduksi jantung, dan selsel otot polos

    pembuluh darah. Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan

    pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas

    vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi otot polos pembuluh darah. Semua hal

    di atas adalah proses yang bergantung pada ion kalsium. Terdapat tiga kelas CCB:

    dihidropiridin (misalnya nifedipin dan amlodipin); fenilalkalamin (verapamil) dan

    benzotiazipin (diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat vasodilator perifer yang

    merupakan kerja antihipertensinya, sedangkan verapamil dan diltiazem

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    10/13

    mempunyai efek kardiak dan digunakan untuk menurunkan heart rate dan

    mencegah angina(Lyrawati, 2009).

    Efek samping

    Pemerahan pada wajah, pusing dan pembengkakan pergelangan kaki

    sering dijumpai, karena efek vasodilatasi CCB dihidropiridin. Nyeri abdomendan

    mual juga sering terjadi. Saluran cerna juga sering terpengaruh oleh influks ion

    kalsium, oleh karena itu CCB sering mengakibatkan gangguan gastrointestinal,

    termasuk konstipasi(Lyrawati, 2009).

    Alpha-blocker

    Alphablocker (penghambat adreno

    septor alfa

    1) memblok adrenoseptor

    alfa1 perifer, mengakibatkan efek vasodilatasi karena merelaksaasi otot polos

    pembuluh darah. Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten(Lyrawati, 2009).

    Efek samping

    Alphablocker dapat menyebabkan hipotensi postural, yang sering terjadi pada

    pemberian dosis pertama kali. Alphablocker bermanfaat untuk pasien lakilaki

    lanjut usia karena memperbaiki gejala pembesaran prostat(Lyrawati, 2009).

    Beta-blocker

    Beta blocker memblok betaadrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan

    menjadi reseptor beta1 dan beta2. Reseptor beta1 terutama terdapat pada

    jantung sedangkan reseptor beta2 banyak ditemukan di paruparu, pembuluh

    darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta2 juga dapat ditemukan di jantung,

    sedangkan reseptor beta1 juga dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga

    dapat ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan

    memacu penglepasan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas system saraf

    simpatis. Stimulasi reseptor beta1 pada nodus sinoatrial dan miokardiak

    meningkatkan heart rate dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada

    ginjal akan menyebabkan penglepasan rennin, meningkatkan aktivitas system

    rennin-angiotensinaldosteron. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output,

    peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron

    dan retensi air(Lyrawati, 2009).

    Terapi menggunakan betablocker akan mengantagonis semua efek

    tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Betablocker yang selektif

    (dikenal juga sebagai cardioselective betablockers), misalnya bisoprolol, bekerja

    pada reseptor beta1, tetapi tidak spesifik untuk reseptor beta1 saja oleh karena

    itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat asma dan bronkhospasma harus

    hati-hati.Betablocker yang nonselektif (misalnya propanolol) memblok reseptor

    beta1 dan beta

    2.Beta

    blocker yang mempunyai aktivitas agonis parsial (dikenal

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    11/13

    sebagai aktivitas simpatomimetik intrinsic), misalnya acebutolol, bekerja sebagai

    stimulanbeta pada saat aktivitas adrenergik minimal (misalnya saat tidur) tetapi

    akan memblok aktivitas beta pada saat aktivitas adrenergik meningkat (misalnyasaat berolah raga). Hal ini menguntungkan karena mengurangi bradikardi pada

    siang hari. Beberapa betablocker, misalnya labetolol, dan carvedilol, jugamemblok efek adrenoseptoralfa perifer. Obat lain, misalnya celiprolol,

    mempunyai efek agonis beta2 atau vasodilator(Lyrawati, 2009).

    Betablocker diekskresikan lewat hati atau ginjal tergantung sifat kelarutan

    obat dalam air atau lipid. Obatobat yang diekskresikan melalui hati biasanya

    harus diberikan beberapa kali dalam sehari sedangkan yang diekskresikan melalui

    ginjal biasanya mempunyai waktu paruh yang lebih lama sehingga dapat

    diberikan sekali dalam sehari. Betablocker tidak boleh dihentikan mendadakmelainkan harus secara bertahap, terutama pada pasien dengan angina, karena

    dapat terjadi fenomena rebound(Lyrawati, 2009).

    Efek samping

    Blokade reseptor beta2 pada bronkhi dapat mengakibatkan

    bronkhospasme, bahkan jika digunakan betabloker kardioselektif. Efek samping

    lain adalah bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tangakaki terasa dingin

    karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta2 pada otot polos pembuluh

    darah perifer. Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa pasien DM

    tipe 1 dapat berkurang. Hal ini karena betablocker memblok sistem saraf simpatis

    yang bertanggung jawab untuk memberi peringatan jika terjadi hipoglikemia.

    Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien.

    Mimpi buruk kadang dialami, terutama pada penggunaan betablocker yang larut

    lipid seperti propanolol. Impotensi juga dapat terjadi. Betablockers nonselektif

    juga menyebabkan peningkatan kadar trigilserida serum dan penurunan

    HDL(Lyrawati, 2009).

    Golongan lain

    Antihipertensi vasodilator (misalnya hidralazin, minoksidil) menurunkan

    tekanan darah dengan cara merelaksasi otot polos pembuluh darah(Lyrawati,

    2009). Hidralazin adalah obat paling serba guna yang menyebabkan relaksasi

    langsung otot polos vaskuler(harrison, 1995).

    Antihipertensi kerja sentral (misalnya klonidin, metildopa, monoksidin)

    bekerja pada adrenoseptor alpha2 atau reseptor lain pada batang otak,

    menurunkan aliran simpatetik ke jantung, pembuluh darah dan ginjal, sehingga

    efek akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat anti adrenergik ini bekerja pada

    satu tempat atau lebih secra sentral pada pusat vasomotor, pada neuron perifer

    mengubah pelepasan katekolamin atau dengan mengahambat tempat reseptor

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    12/13

    adrenergik pada jaringan target. Obat yang memilki kerja menononjol : klonidin,

    metildopa, guanabenz, dan guanfasin. Kelompok obat anti adrenergik lain adalah

    obat penghambat ganglionik, yang mempunyai sedikit efek jika pasien berbaring

    terlentang tetapi mencegah relek vasokonstriksi pada posisi berdiri(Harisson,

    1995).

    Efek samping

    Antihipertensi vasodilator dapat menyebabkan retensi cairan. Tes fungsihati harus dipantau selama terapi dengan hidralazin karena ekskresinya melalui

    hati. Hidralazin juga diasosiakan dengan sistemiklupus eritematosus. Minoksidil

    diasosiasikan dengan hipertrikosis (hirsutism) sehingga kurang sesuai untuk

    pasien wanita. Obatobat kerja sentral tidak spesifik atau tidak cukup selektif

    untuk menghindari efek samping sistem saraf pusat seperti sedasi, mulut kering

    dan mengantuk, yang sering terjadi. Metildopa mempunyai mekanisme kerja yang

    mirip dengan konidin tetapi dapat

    menyebabkan efek samping pada sistem imun, termasuk pireksia, hepatitis dananemia hemolitik(Lyrawati, 2009).

    Tujuan terapi obat anti hipertensi adalah:

    Mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan renal akibatkomplikasi

    Tekanan darah yang diharapkan setelah terapi adalah

  • 5/25/2018 Makalah Hipertensi

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Admin. 2008. Darah Tinggi / Hipertensi. Available online athttp://www.rsbk-

    batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25(Diakses pada 10

    maret 2012 pukul 08.43)

    Bakri, S., dan Lawrence, G.S., 2008. Genetika Hipertensi.USU Press. Medan.

    Chobanian A.V., Bakris., Black., Cushman., Green., Izzo., Jones., Materson.,

    Oparil S., Wright., Roccella. 2003. Joint National Committee on Prevention,

    Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, National

    Heart, Lung, and Blood Institute, National High

    Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Suku Patofisiologi (hands book of

    pathophysiologi). EGC. Jakarta.

    Gardner, DG dan Shoback, D (Ed.). 2007. Greenspans Basic and Clinical

    Endocrinology 8th Edition. McGraw Hill.

    Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., dan Simpson, I.A., 2005. Kardiologi :

    Lecture Notes. Ed 4. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Padmawinata, K, 2001.Pengendalian Hipertensi. Penerbit ITB. Bandung.Yogiantoro, M., 2006.Buku Ajar Penyakit Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Penerbitan

    Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta

    http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25