MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

51
PEMERIKSAAN DARAH DAN JARINGAN HASIL SUCTION Grace Vanny Sayow Nim : 10.2009.097 Alamat Email: [email protected] Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 I. PENDAHULUAN Ilmu Kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Kewajiban dokter adalah untuk membuat keterangan ahli yang telah diatur dalam pasal 133 KUHP, dimana yang berwenang mengajukan permintaaan keterangan ahli adalah penyidik. Dalam suatu perkara pidana dimana korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian tersebut, serta membantu perkiraan saat kematian. Pada kasus pengguguran kandungan yang menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran BLOK 30-PBL 4 Page 1

Transcript of MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Page 1: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

PEMERIKSAAN DARAH DAN JARINGAN HASIL

SUCTION

Grace Vanny Sayow

Nim : 10.2009.097

Alamat Email: [email protected]

Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

I. PENDAHULUAN

Ilmu Kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran

yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta

keadilan. Kewajiban dokter adalah untuk membuat keterangan ahli yang telah diatur dalam

pasal 133 KUHP, dimana yang berwenang mengajukan permintaaan keterangan ahli adalah

penyidik. Dalam suatu perkara pidana dimana korban meninggal, dokter diharapkan dapat

menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya

kematian tersebut, serta membantu perkiraan saat kematian.

Pada kasus pengguguran kandungan yang menurut hukum ialah tindakan

menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia

kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut

lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap

penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih

hidup (HR 1 November 1897, HR 12 April 1898).

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan

pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya

faktor usia kehamilan.

ABORTUS

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan

sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir

selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah

kelahiran prematur1.

BLOK 30-PBL 4 Page 1

Page 2: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:

a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau

sebab-sebab alami.

b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.

Termasuk di dalamnya adalah:

(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut

mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan

sesudah pemerkosaan.

(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.

(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous

abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.

ABORTUS SPONTAN

Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini

dibedakan sebagai berikut:

Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

serviks. Pada abortus imminen terdapat bercak perdarahan yang menunjukkan ancaman

terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih

mungkin berlanjut atau dipertahankan. Pada abortus imminen dapat teerjadi perdarahan

pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks

yang meningkat. Etiologinya dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan

pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum

usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom,

terutama trimosoma dan monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang

sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol

2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3.

faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4.

kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester

kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. C. Gambaran Klinis 1.

Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2.

BLOK 30-PBL 4 Page 2

Page 3: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam

uterus.

Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

ABORTUS PROVOKATUS

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan

cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya

bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai

28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus

bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

Pengelompokan abortus provokatus secara lebih spesifik:

(1) Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, adalah abortus yang dilakukan dengan

disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi

menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:

a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk

melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai

dengan tanggung jawab profesi.

b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang

ditunjuk oleh pemerintah.

e. Prosedur tidak dirahasiakan.

f. Dokumen medik harus lengkap.

(2) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi

medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau

obat-obat tertentu.

A. PENYEBAB ABORTUS

BLOK 30-PBL 4 Page 3

Page 4: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:

1. Umur. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal

yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia

30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum

matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung

pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan

kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh

tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya

angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan

kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan

mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat

terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi

badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin

intra uterine.

2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat

menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat

persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak

dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan

resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta

previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah.

3. Paritas ibu. Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan

perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3

merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan

paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih

tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani

dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi

atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah

tidak direncanakan.

4. Riwayat Kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi

pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn

- Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.

BLOK 30-PBL 4 Page 4

Page 5: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Maternal

Penyebab dari segi Maternal

Penyebab secara umum:

Infeksi akut

1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

3. Parasit, misalnya malaria.

Infeksi kronis

1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

2. Tuberkulosis paru aktif.

3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

4. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit

jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, trauma

fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:

1. Fibroid, inkompetensia serviks.

2. Radang pelvis kronis, endometrtis.

3. Retroversi kronis.

4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia

dan abortus.

Penyebab dari segi Janin

1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2. Mola hidatidosa.

3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.5

Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus

Abortus Provokatus Medisinalis

1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang

terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

BLOK 30-PBL 4 Page 5

Page 6: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan

adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya

pada tubuh seperti kanker payudara.

5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung

organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,

toksemia gravidarum yang berat.

8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai

komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.

9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti

ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.

Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak

lagi.

3. Kehamilan di luar nikah.

4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar

keluarga).

7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk

tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis

Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah:

1. Wanita bersangkutan.

2. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).

3. Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun.

BLOK 30-PBL 4 Page 6

Page 7: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Akibat Abortus Provokatus Kriminalis

a. Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu

Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan

terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke

ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan

lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh

digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi

penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya

perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi

peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum,

nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika

keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi

percobaan dengan segera.

Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan

pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,

maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon

pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya

incompetent cerviks.

Pelekatan pada kavum uteri

Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil

konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena

hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa

tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat

tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

Perdarahan

Pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya

perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah

itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.

Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat

besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,

BLOK 30-PBL 4 Page 7

Page 8: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara

lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan

lagi. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl

hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke

dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja

jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang

dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah,

dan diare.

b. Komplikasi yang dapat timbul pada janin

Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka

nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.

Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan

besar mengalami cacat fisik.

Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa

menyebabkan kematian pada keduanya.

B. MEDIKOLEGAL

Kewajiban Dokter Membantu Peradilan4,5

KUHAP Pasal 133

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter dan atau ahli lainnya.

(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(2) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang

dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

KUHAP Pasal 134

BLOK 30-PBL 4 Page 8

Page 9: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak

mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada

keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang

maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak

yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

KUHAP Pasal 179

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Hak Menolak Menjadi Saksi/Ahli 4,5

KUHAP Pasal 120

(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang

yang memiliki keahlian khusus

(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia

akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila

disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan

ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

KUHAP Pasal 168

Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya

dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:

a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai

derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau

saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-

anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga

c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai

terdakwa

BLOK 30-PBL 4 Page 9

Page 10: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

KUHAP Pasal 170

(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan

menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi

keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka

(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut

Bentuk Bantuan Dokter bagi Peradilan dan Manfaatnya 4,5

KUHAP Pasal 184

(1) Alat bukti yang sah adalah:

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

KUHAP Pasal 186

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

KUHAP Pasal 187

Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau

dikuatkan dengan sumpah, adalah:

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang

berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang

kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan

alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang

dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tatalaksana yang menjadi

tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu

keadaan.

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya

mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat

pembuktian yang lain.

KUHAP Pasal 65

BLOK 30-PBL 4 Page 10

Page 11: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau

seseorang yang mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang

menguntungkan bagi dirinya.

Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter 4,5

KUHP Pasal 216

Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasanya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat

berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa

tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi

atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah

(1) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut undang-

undang terus meneruus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan

jabatan umum

(2) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya

pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya

dapat ditambah sepertiga

KUHP Pasal 222

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Rahasia Jabatan dan Pembuatan SKA/ V et R 4,5

Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter

Saya bersumpah/berjanji bahwa:

Saya akan membuktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan

martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dank

arena keilmuan saya sebagai dokter…..dst.

Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran

BLOK 30-PBL 4 Page 11

Page 12: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-

orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam

lapangan kedokteran.

KUHP Pasal 322

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena

jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan

pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan

ribu rupiah.

(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat

dituntut atas pengaduan orang itu.

ASPEK HUKUM

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin

termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis” . Yang

menerima hukuman adalah:4-6

Ibu yang melakukan aborsi

Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi

Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah: 4-6

KUHP Pasal 229

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya

diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena  pengobatan

itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

(2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan

atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

(3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian

maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

KUHP Pasal 346

BLOK 30-PBL 4 Page 12

Page 13: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh

orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

KUHP Pasal 347

(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

KUHP Pasal 348

(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang 

wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana  penjara

paling lama tujuh tahun.

KUHP Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal

346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan

dilakukan.

UU HAM pasal 53

(1) Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup &

meningkatkan taraf kehidupannya.

UU Kesehatan Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

BLOK 30-PBL 4 Page 13

Page 14: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik

yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik

berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi

korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca

tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

UU Kesehatan Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid

terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki

sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri

UU Kesehatan Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung

jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung

jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang

BLOK 30-PBL 4 Page 14

Page 15: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan  yang tidak profesional, tanpa mengikuti

standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan

materi dari pada indikasi medis. Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum

disinggung soal masalah kehamilan akibat hubungan seks komersial yang menimpa pekerja

seks komersial. Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan

antara lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana

kesehatan yang ditunjuk.

C. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses

Pembuktian

Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus buatan

legal dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan,

yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut:

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d. Pada sarana kesehatan tertentu.

Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka abortus

yang dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal. Persoalannya adalah bagaimanakah

membuktikan bahwa syarat-syarat terpenuhi atau tidak?

Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-kasus abortus buatan yang sampai

pada tahap penyidikan. Hal ini antara lain disebabkan karena pihak, baik ibu hamil maupun

yang membantu melakukannya sebelumnya pasti sudah melakukan pemufakatan (jahat)

untuk saling tidak melaporkan perbuatannya, karena pasti akan merugikan diri sendiri.

Meskipun bukan delik aduan, tanpa laporan dari para pihak, aparat penyidik sangat sulit

untuk mengetahui adanya praktek abortus buatan tersebut.2,3

PEMERIKSAAN

Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu mengundang

resiko kesehatan baik bagi sang ibu maupun bagi sang janin. Seorang dokter perlu mengenali

kelainan yang dapat timbul akibat berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan

BLOK 30-PBL 4 Page 15

Page 16: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

pengguguran kriminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak

penyidik.1

Anamnesis

Pada tindakan anamnesis, dokter harus dapat melacak apakah tersangka pernah hamil

atau melahirkan. Soalan yang ditanyakan juga diharapkan bersifat terarah agar dapat

membantu dalam melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan.5

Antara soalan yang dapat ditanyakan adalah seperti:

Kapan mens terakhir?

Berapa lamakah siklus?

Kapan mennarche?

Apakah ia mempunyai pacar atau sudah bernikah?

Apakah ia mempunyai anak sebelumnya, jika ada, berapa orang dan usia anak paling

muda. Dan soalan-soalan lain.

A. Pemeriksaan Medis

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik umum

Manifestasi klinis abortus antara lain:

Keadaan umum tampak lemah atau menurun, tekanan darah menurun atau normal,

denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

Perdarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

Rasa mules atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus.4

Pembesaran pada payudara

Pada saat hamil perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah payudara menjadi

tegang, areola ( puting ) menjadi lebih menonjol dan daerah sekitar puting menghitam

( hiperpigmentasi ).

BLOK 30-PBL 4 Page 16

Page 17: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka

daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit

payudara. Hipertropi alveoli payudara menyebabkan payudara bertambah besar dan noduler.

Karena ukuran payudara membesar, vena-vena halus pun terlihat semakin jelas di bawah

kulit.4

Perubahan kulit

Stretch-marks akan muncul di payudara, perut, paha dan pantat pada sebagian besar

wanita. Tanda-tanda ini berwarna merah muda pada waktu hamil tetapi setelah melahirkan

bentuknya mengecil berwarna keperakan. Pada wanita berkulit lebih gelap stretch-marks

kelihatan lebih jelas karena kontras dengan warna kulit.

Sebagian dari pertambahan darah mengalir ke kulit. Kulit menjadi lebih hangat dan

sering berkeringat. Warnanya pun menjadi agak gelap yang disebabkan oleh meningkatnya

pasokan darah.

Sebagian besar kulit kembali ke warna aslinya setelah melahirkan, kecuali area sekitar

puting susu, genitalia, dan perut.

2. Pemeriksaan ginekologi

Diperiksa ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber

perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir

keluar dari ostium.

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium

bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau

tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari

ostium.

BLOK 30-PBL 4 Page 17

Page 18: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam

cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio

digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri

Inspeksi :

(1). Chloasma gravidarum.

(2). Keadaan kelenjar thyroid.

(3). Dinding abdomen ( varises, jaringan parut,).

(4). Keadaan vulva dan perineum

Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan

oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Tanda-tanda infeksi alat genital berupa

demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,

leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks

terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum

uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya.5

Pemeriksaan korban abortus

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada

payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya

usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna,

daerah perut bagian bawah.

Abortus yang dilakukan oleh ahli trampil mugkin tidak meninggalkan bekas dan bila

telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang

menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.4

Pemeriksaan pada korban hidup

Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah

mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan

serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG.

Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi

dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri

BLOK 30-PBL 4 Page 18

Page 19: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda

tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah

melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan

secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim

dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan

pemeriksaan DNA untuk pemastian hubunga ibu dan janin.

Pembuktian kasus abortus

1. Menentukan apakah wanita tersebut hamil

2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan

a) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir

b) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril

c) Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Terhadap Tersangka

Dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, apakah seorang wanita itu hamil atau tidak

adalah dengan memeriksa :

a. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap

Dengan pemeriksaan ini dapat menunjukkan penurunan kadar hematokrit,

hemoglobin rendah yang dapat memicu pasca pendarahan setelah terjadinya aborsi.

b. Pemeriksaan trombosit

Dapat meningkat karena mekanisme pembekuan darah yang terjadi sebagai

mekanisme kompensasi setelah terjadinya pendarahan yang banyak setelah aborsi

c. Fibrinogen

Pemeriksaan ini dapat membedakan sama ada sama ada aborsi ini tergolong dalam

spontaneous atau pun missed abortion. Pemeriksaan ini lebih spesifik kepada missed

abortion.6

d. Test urine

Pada pemeriksaan urin juga dapat di ketahui bahwa wanita tersebut sedang hamil jika

adanya peningkatan bhCG yang sangat bermakna dalam mendeteksi bahwa wanita ini

BLOK 30-PBL 4 Page 19

Page 20: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

sebelumnya pernah hamil dan melakukan pengguguran. Ini adalaha karena bhCG

dapat menurun setelah 2- 3 minggu setelah melahirkan, dan uji ini member nilai yang

sangat bermanfaaat.

e. Pemeriksaan pregnanediol

Preganediol merupakan hasil metabolit progesterone. Progesterone sanagt

bertanggungjwab dalam perubahan uterus setelah ovulasi. Ianya menigkat selam

akehamilah dan dapat menuru jika terjadi aborsi dan disfungsi plasenta.6

f. Kadar Prolactin dalam serum

Kadar prolactin serum berbeda beda mengikut jangka waktu kehamilan ,pada

trimester pertama < 80ng/ml, pada trimester kedua < 160ng/mL dan trimester ketiga

< 400 ng/mL. Hormon ini meningkat sesuai jangka waktu kehamilan untuk

menyediakan kepada pengembangan mammae semasa laktasi terjadi. Jika adanya

peningkatan kepada hormone ini bermakna ibu ini pernah hamil.

g. Pemeriksaan dengan USG

Dengan USG dapat mengetahui uterus seseorang sama ada telah di aborsi atau tidak

dengan melihat kepada permukaan dinding rahim setelah terjadinya curratage.4,5

BARANG BUKTI

Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk melakukan identifikasi hubungan

antara tersangka dengan jaringan dan darah yang ada di dalam botol. Pemeriksaan tes

kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan,

dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti

pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak mudah

dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih

didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi

anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa

bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk

pemastian hubungan ibu dan janin.4,6

Untuk mengidentifikasi hubungan antara tersangka dengan barang bukti kita perlu

melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya:

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling

sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer

BLOK 30-PBL 4 Page 20

Page 21: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah

ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah

pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah

tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu

kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu

perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :

Bercak tersebut benar darah

Darah dari manusia atau hewan

Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam

dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila

menempel pada pakaian. Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk

membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya

yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 1,4

Pemeriksaan Penentuan Darah

o Dengan ditemukan pigmen , krisal hematin dan hemokhromogen dengan

menggunakan reaksi Teichman dan Wagenaar. Reaksi Teichman dengan hasil

psitif tampak Kristal hemin- HCl yang berbentuk batang bewarna coklat.

o Reaksi Wagenaar , dengan hasil positip terlihat Kristal aceton –hemin yang

berbentuk batang bewarna coklat.

o Pemeriksaan Spektroskopik. Pemeriksaan ini dapat memastikan lagi bahwaa

golongan darah yang di periksa ini adalah darah jika di jumpai pita pita absorbs

yang khas dari hemoglobin atau turunannya.

o Pemeriksaan Serologis. Berguna dalam menentukan species dan golongan darah

berdasarkan reaksi antigen dan antibody , yaitu reaksi aglutinasi.

Penentuan Spesies

Terdapat dua cara yatu:

Reaksi cincin( reaksi presipitat dalam tabung )

Hasil postif darah manusia akan terbentuk cincin keruh di perbatasan.

BLOK 30-PBL 4 Page 21

Page 22: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Reaksi precipitate dalam agar

Anti globulin darah manusia di masukkan dan di letakkan dalam ruang yang

lembab, hasil positip memberikan precipitate jernih pada perbatasan lubang.

Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda

kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas atau tanda usaha penghentian

kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.

Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena sekalipun undang-undang tidak

mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan kadang kala

diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan. 2

Pemeriksaan toksikologi

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat

yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil

usaha penghentian kehamilan, misalnya berupa IUFD, kematian janin di dalam rahim

dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan. Abortus yang dilakukan

oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung

satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai

mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus criminal. 6

Pemeriksaan DNA

Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985.

Pemeriksaan ini sangat akurat dan memberikan nilai yang sangat tepat hampir 99.9%.

Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA dapat diperoleh

dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel darah merah karena

sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel

tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:

Jaringan

Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa, kelenjar

getah bening dan hati.

Darah

Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau

lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan.

BLOK 30-PBL 4 Page 22

Page 23: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau

diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan.

Tulang, Gigi dan Rambut

Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah 20°C.

Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel rambut

diambil 10 – 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling sedikit empat,

molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel

tulang sebaiknya dari femur.

Teknik Analisis DNA

Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:

1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)

Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik polimorfisme yang

dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme

DNA akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu

menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan

memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu

dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Setelah selesai, pola RFLP tampak

seperti kode batang (bar code). Dan dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel

tersebut berasal dari sumber yang sama.1

2. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction (PCR)

yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan enzim

polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari

sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel

yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.1

3. STRs (Short Tandem Repeats)

Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang

berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat)

adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 –

BLOK 30-PBL 4 Page 23

Page 24: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode

ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan

diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak

atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya

berkisar antara 200 – 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan

pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan

memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah

multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan

cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan

pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.

Teknis ini banyak di gunakan sekarang ini dalam penentuan DNA.1

4. mtDNA (Mitochondrial DNA)

Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik

dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar

nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul

berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel

mengandung 100 – 1000 mitokondria.

Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang

tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya mengandung DNA

ibu. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari

pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang

terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada

semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan

seorang ayah pada anak laki-lakinya.1

Penggunaan teknis ini sangat bererti dalam penegakkan kasus aborsi untuk memastikan lagi

hubungan tersangka dengan anaknya

hCG (human Chorionic Gonadotropin)

Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam

sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi

pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding

meningkatnya usia kehamilan di antara 30-60 hari. produksi puncaknya adalah pada

BLOK 30-PBL 4 Page 24

Page 25: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap

hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari. 5

D. ASPEK ETIK PROFESI

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk

insani. Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan

kebahagiannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan

manusia.3

Kadang-kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu

yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil setelah

mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan/cara lain untuk menyelamatkan jiwa

selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis lebih dahulu

oleh pasien atau dan keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan

tentang informed consent, batas umur yang dapat memberi informed consent adalah 18 tahun.

Semua usaha tersebut merupakan tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara dan

mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-

Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan:

Mengugurkan kandungan (abortus provocatus)

Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin

akan sembuh lagi (euthanasia).

Sudah banyak buah pikiran dan pendapat tentang abortus provocatus yang diumumkan

oleh berbagai ahli dalam berbagai macam bidang seperti agama, kedokteran, sosial, hukum,

eugenetika dan sebagainya. Ikatan Dokten Indonesia sendiri telah mengadakan simposium

tentang abortus yang meninjau masalah dan berbagai sudut. Abortus provocatus dapat

dibenarkan sebagai pengobatan, apabila menupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa

ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus). Dalam Undang-Undang No. 23

Tahun 1992 tentang kesehatan, diperjelas tentang hal ini.

Bahkan Indikasi medik ini dapat berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran.

Beberapa penyakit seperti hipertensi, tuberkulosis dan sebagainya tidak lagi dijadikan

indikasi untuk melakukan abortus. Sebaliknya ada pula negara yang membenarkan indikasi

sosial, humaniter dan eugenetik, seperti misalnya di Swedia dan Swiss yaitu bukan semata-

mata untuk menolong ibu, melainkan juga mempertimbangkan demi keselamatan anak, baik

jasmaniah maupun rohaniah. Keputusan untuk melakukan abortus provocatus therapeuticus

BLOK 30-PBL 4 Page 25

Page 26: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita

hamil yang bersangkutan, suaminya dan atau keluarganya yang terdekat. Hendaknya

dilakukan dalam suatu rumah sakit yang mempunyai cukup sarana untuk melakukannya.

Dalam mengamalkan kewajiban "melindungi hidup makhluk insani" ini seorang dokter

harus senantiasa mengingat hal-hal sebagai berikut:

Bahwa hidup mati seseorang adalah merupakan kekuasaan Tuhan, dan bahwa pada

hakekatnya manusia dalam menghadapi permasalahan hidup dan mati ini harus

berpedoman pada agama yang dianutnya masing-masing.

Bahwa betapapun majunya dan tingginya ilmu dan teknologi (iptek) kedokteran yang

telah kita capai namun semua ini memiliki keterbatasan, hingga pada batas tertentu

seorang dokter harus mengakui bahwa dia tidak lagi akan dapat berbuat sesuatu kecuali

menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Bahwa perkembangan dan kemajuan IPTEK khususnya di bidang kedokteran, di samping

telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia, di pihak lain telah membawa

persoalan baru yang terutama sangat erat kaitannya dengan permasalahan moral,

diantaranya telah membuat kaburnya batas-batas antara hidup dan mati, dan bahwa tugas

dokter dalam melakukan intervensi medik terhadap pasiennya bukan hanya sekedar

bertujuan untuk "mempertahankan hidup dan memperpanjang usia" tetapi juga harus

mempertimbangkan "kwalitas hidup", yaltu "hidup yang bagaimana" yang harus kita

pertahankan itu.

Bahwa nilai-nilai moral dan agama lebih merupakan pedoman bagi seorang dokter dalam

bersikap dan bertindak sesuai kebenaran yang diyakininya, dan yang harus dipertanggug

jawabkan kepada hati nuraninya sendiri dan Tuhan yang sesuai dengan keyakinannya

masing-rnasing, sehingga lebih bersifat subyektif. Sementara yang lebih obyektif ialah

sumber hukum berupa perundang-undangan mengatur permasalahan "hidup mati"

seseorang, khususnya yang berkaitan dengan saat-saat kritis dalam rangkalan

pengembangan di masa mendatang. Demikian pula bahwa Kode Etik Kedokteran sering

tidak berdaya lagi dalam menghadapi isu-isu baru sebagal akibat perubahan yang cepat

dan drastis dari iptek kedokteran

Maka dalam menghadapi semua kenyataan ini pertama-pertarna seorang dokter sejak

awal harus menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasien. Setiap pengambilan

keputusan baik untuk tujuan diagnostik, terapi maupun berbagil tindakan lainnya, harus

selalu dengan persetujuan pasien dan atau keluarganya.

BLOK 30-PBL 4 Page 26

Page 27: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Dalam mengamalkan pasal 7d KODEKI, yang berbunyi "Setiap dokter harus senantiasa

mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani", maka yang jelas dilarang baik

oleh Kode Etik Kedokteran, juga dilarang oleh Agama maupun Undang-Undang Negara

adalah perbuatan-perbuatan4,5:

1. Menggugurkan kandungan (abortus) tanpa indikasi yang benar.

2. Mengakhiri kehidupan seseorang pasien dengan alasan bahwa menurut ilmu kedokteran

penyakit yang dideritanya tidak mungkin lagi bisa disembuhkan (euthanasia).

Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan kode

etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekuen dilakukan pengurangan

kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi. Dalam deklarasi Oslo

(1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik, disebutkan bahwa moral dasar

yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah Dokter yang berbunyi : ”Saya akan

menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan

indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:

1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.

2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara

tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.

3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui

oleh suatu otoritas yang sah.

4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan

pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan

tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.

5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan

perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui pemahaman agama

yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu

mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.

INTERPRETASI HASIL

Pada kasus di atas, sebuah botol yang berisi campuran darah dan jaringan milik tiga

perempuan yang diduga melakukan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh seorang

dokter sedang diperiksa di bagian kebidanan sebuah rumah sakit. Pada kasus seperti ini, tidak

semua aborsi berdampak terhadap hukum. Oleh karena itu, harus diperhatikan dengan

seksama dan dilakukan pemeriksaan yang memastikan apakah tindakan tersebut sesuai

BLOK 30-PBL 4 Page 27

Page 28: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

indikasi medis atau termasuk dalam kasus kriminalitas. Pada kasus aborsi provokatus, hasil

pemeriksaan dapat ditemukan:

Pada pemeriksaan medis, ditemukan tanda-tanda kekerasan mekanik lokal pada organ

reproduksi (uterus, vagina, serviks, dsb) sebagai tanda adanya usaha aborsi

provokatus.

Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya zat/obat yang digunakan untuk

membantu proses aborsi

Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan adanya sel trofoblas (tanda kehamilan,

tanda kerusakan jaringan akibat usaha penghentian kehamilan), sel PMN (tanda

intravitas)

Adanya peningkatan hormon hCG (human chorionic gonadothropin)

Adanya kecocokan DNA tersangka dengan janin.

VISUM et REPERTUM

Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan

dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia

atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan

penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas

sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.2

Visum et repertum adalah alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184

KUHAP. Visum et repertum dibuat sesegera mungkin dan diberikan kepada (instansi)

penyidik pemintanya, dengan memperhatikan ketentuan tentang rahasia jabatan bagi dokter

serta ketentuan kearsipan.

Ada beberapa jenis visum et repertum, antara lain visum et repertum perlukaan

(termasuk keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenasah dan

visum et repertum psikiari. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum

mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana,

sedangka jenis yang terakhir adalah mnegenai jiwa/ mental tersangka atau terdakwa atau

saksi lain dari suatu tindak pidana. Secara ringkasnya, pada umumnya visum et repertum

terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:

1. Bagian Pembukaan: Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas yang

menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan.

BLOK 30-PBL 4 Page 28

Page 29: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

2. Bagian Pendahuluan: Merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi

pemeriksa, tempat dan waktu dilakukannya pemeriksaan, instansi peminta visum et

repertum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai

dengan yang tercantum di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut.

3. Bagian Pemberitaan: Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap “barang

bukti” yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang

tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Dan terbagi tiga bagian, yaitu

Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan Pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan pendukung lainnya.

4. Bagian Kesimpulan: Dituliskan kesimpulan pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan

dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya.

5. Bagian Penutup: Berupa uraian kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et

repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat

sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Tata cara permintaan Visum et Repertum : 2,

1. Pasal 133 ayat (2) KUHAP : “Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas

untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat”.

2. Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan

format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.

3. SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan

pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27

tahun 1983.

4. Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan

membawa SPVR.

5. Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang

tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.

Contoh visum et repertum

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO

BLOK 30-PBL 4 Page 29

Page 30: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta 10430, telp:021-3106976

PROJUSTITIA Jakarta, 19 Desember 2013

VISUM ET REPERTUM

No. : 11/FKU/I/2013.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, grace. Dokter pada bagian forensik rumah sakit UKRIDA

di Jakarta atas permintaan dari kepolisian Resort Grogol dalam suratnya

nomor/VeR/1/2013/LL/Res. Tng tertanggal 19 Desember 2013, maka dengan ini menerangkan

bahwa, pada tanggal Sembilan belas desember tahun dua ribu tiga belas pukul tiga sore Waktu

Indonesia Barat, bertempat di RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan atas korban dengan

nomor registrasi 97011990 yang menurut surat tersebut adalah:--------------------------------

Nama : Nyonya B -----------------------------------------------------------------

Umur :-----tahun------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Perempuan ----------------------------------------------------------------

Warga Negara : Indonesia --------------------------------------------------------------

Alamat : xxx, Jakarta ------------------------------------------------------------

Hasil pemeriksaan

1. Dari anamnesis pada Nyonya B, harus ditanyakan mengenai hari terakhir menstruasi,

lama menstruasi, menarche, sudah punya pacar/menikah.

2. Pada korban ditemukan : ----------------------------------------------------------------

a. Dilihat dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah/menurun, tekanan

darah menurun/normal, denyut nadi normal/cepat dan kecil serta suhu badan

normal/meningkat.

b. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. Disertai keluhan

mules/keram perut di perut serta nyeri pinggang.

3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah didapatkan kadar darah

yang rendah, pemeriksaan golongan darah adalah __, pemeriksaan hormon kehamilan

positif, pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan keadaan dinding rahim,

BLOK 30-PBL 4 Page 30

Page 31: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah manusia, golongan darah adalah __

sesuai dengan wanita tersangka. Hasil pemeriksaan DNA terhadap jaringan serta

wanita tersangka cocok. (Mencari hubungan antara jaringan yang ditemukan dengan

tersangka melalui pemeriksaan golongan darah, DNA)

4. Pengobatan yang telah di lakukan( terapi untuk mengurangkan pendarahan rahim).

Dan korban di pulangkan dalam keadaan yang baik.

Kesimpulan

Pada korban perempuan ini yang berusia ___ tahun, berdasarkan hasil temuan yang telah

di dapatkan tanda-tanda kehamilan, ( payudara yang membesar, strecthmark pada perut).

Seterusnya di simpulkan adanya keguguran atau kematian kandungan pada perempuan

ini-------------------------------------------------------------

Demikian saya uraikan dengan sejujurnya atas sumpah dokter sesuai dengan lembaran

Negara 1973 nomor 350 untuk dipergunakan dimana perlu penyidikan lebih lanjut. Harap

digunakan sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum

acara pidana.------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr.Grace

KESIMPULAN

Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan).

Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi

provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam

perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-

undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman

hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya),

sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.

Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan,

ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar.

BLOK 30-PBL 4 Page 31

Page 32: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan

proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan

janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis

seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin

(melahirkan) yang tidak alami.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran

forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

1997. h.3-7; h.147-58; h.177-96.

2. Staf pengajar bagian kedokteran forensik fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. h.11-25; h.32-7.

3. Prosedur medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Cetakan

kedua. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.

Hal 11-25.

BLOK 30-PBL 4 Page 32

Page 33: MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30

4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Pemeriksaan Laboratorium Forensik

Sederhana. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama: cetakan kedua. Bagian Kedokteran

Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal 177-196.

5. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam: Ilmu kebidanan, Prawirohardjo

S. Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008

6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W, Setiowulan W. Ilmu kedokteran forensik, Kapita

Selekta Kedokteran edisi ke tiga, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2009.

BLOK 30-PBL 4 Page 33