MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30
-
Upload
christian-salim -
Category
Documents
-
view
48 -
download
1
Transcript of MAKALAH Grace Pbl 4 Blok 30
PEMERIKSAAN DARAH DAN JARINGAN HASIL
SUCTION
Grace Vanny Sayow
Nim : 10.2009.097
Alamat Email: [email protected]
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
I. PENDAHULUAN
Ilmu Kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran
yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta
keadilan. Kewajiban dokter adalah untuk membuat keterangan ahli yang telah diatur dalam
pasal 133 KUHP, dimana yang berwenang mengajukan permintaaan keterangan ahli adalah
penyidik. Dalam suatu perkara pidana dimana korban meninggal, dokter diharapkan dapat
menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya
kematian tersebut, serta membantu perkiraan saat kematian.
Pada kasus pengguguran kandungan yang menurut hukum ialah tindakan
menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia
kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut
lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap
penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih
hidup (HR 1 November 1897, HR 12 April 1898).
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan
pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya
faktor usia kehamilan.
ABORTUS
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah
kelahiran prematur1.
BLOK 30-PBL 4 Page 1
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami.
b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous
abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.
ABORTUS SPONTAN
Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Pada abortus imminen terdapat bercak perdarahan yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Pada abortus imminen dapat teerjadi perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks
yang meningkat. Etiologinya dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom,
terutama trimosoma dan monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang
sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3.
faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4.
kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. C. Gambaran Klinis 1.
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2.
BLOK 30-PBL 4 Page 2
Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus.
Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
ABORTUS PROVOKATUS
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai
28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus
bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan abortus provokatus secara lebih spesifik:
(1) Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, adalah abortus yang dilakukan dengan
disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
e. Prosedur tidak dirahasiakan.
f. Dokumen medik harus lengkap.
(2) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau
obat-obat tertentu.
A. PENYEBAB ABORTUS
BLOK 30-PBL 4 Page 3
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1. Umur. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung
pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh
tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan
mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat
terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin
intra uterine.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan
resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
3. Paritas ibu. Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah
tidak direncanakan.
4. Riwayat Kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi
pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn
- Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.
BLOK 30-PBL 4 Page 4
Maternal
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, trauma
fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
Penyebab dari segi Janin
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.5
Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus Medisinalis
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang
terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
BLOK 30-PBL 4 Page 5
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah:
1. Wanita bersangkutan.
2. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
3. Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun.
BLOK 30-PBL 4 Page 6
Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
a. Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan
lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh
digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi
peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum,
nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika
keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi
percobaan dengan segera.
Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena
hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa
tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat
tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
Perdarahan
Pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah
itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat
besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
BLOK 30-PBL 4 Page 7
sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke
dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja
jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang
dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah,
dan diare.
b. Komplikasi yang dapat timbul pada janin
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka
nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.
Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan
besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.
B. MEDIKOLEGAL
Kewajiban Dokter Membantu Peradilan4,5
KUHAP Pasal 133
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(2) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
KUHAP Pasal 134
BLOK 30-PBL 4 Page 8
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
KUHAP Pasal 179
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Hak Menolak Menjadi Saksi/Ahli 4,5
KUHAP Pasal 120
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia
akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila
disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan
ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
KUHAP Pasal 168
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya
dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa
b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-
anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa
BLOK 30-PBL 4 Page 9
KUHAP Pasal 170
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut
Bentuk Bantuan Dokter bagi Peradilan dan Manfaatnya 4,5
KUHAP Pasal 184
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
KUHAP Pasal 186
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
KUHAP Pasal 187
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan
alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tatalaksana yang menjadi
tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
keadaan.
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.
KUHAP Pasal 65
BLOK 30-PBL 4 Page 10
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau
seseorang yang mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya.
Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter 4,5
KUHP Pasal 216
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasanya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah
(1) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut undang-
undang terus meneruus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan
jabatan umum
(2) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya
dapat ditambah sepertiga
KUHP Pasal 222
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Rahasia Jabatan dan Pembuatan SKA/ V et R 4,5
Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter
Saya bersumpah/berjanji bahwa:
Saya akan membuktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan
martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dank
arena keilmuan saya sebagai dokter…..dst.
Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran
BLOK 30-PBL 4 Page 11
Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.
KUHP Pasal 322
(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.
ASPEK HUKUM
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis” . Yang
menerima hukuman adalah:4-6
Ibu yang melakukan aborsi
Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah: 4-6
KUHP Pasal 229
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan
itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
KUHP Pasal 346
BLOK 30-PBL 4 Page 12
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
KUHP Pasal 347
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
KUHP Pasal 348
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
KUHP Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
UU HAM pasal 53
(1) Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup &
meningkatkan taraf kehidupannya.
UU Kesehatan Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
BLOK 30-PBL 4 Page 13
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
UU Kesehatan Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri
UU Kesehatan Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang
BLOK 30-PBL 4 Page 14
bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan
materi dari pada indikasi medis. Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum
disinggung soal masalah kehamilan akibat hubungan seks komersial yang menimpa pekerja
seks komersial. Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk.
C. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses
Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus buatan
legal dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka abortus
yang dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal. Persoalannya adalah bagaimanakah
membuktikan bahwa syarat-syarat terpenuhi atau tidak?
Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-kasus abortus buatan yang sampai
pada tahap penyidikan. Hal ini antara lain disebabkan karena pihak, baik ibu hamil maupun
yang membantu melakukannya sebelumnya pasti sudah melakukan pemufakatan (jahat)
untuk saling tidak melaporkan perbuatannya, karena pasti akan merugikan diri sendiri.
Meskipun bukan delik aduan, tanpa laporan dari para pihak, aparat penyidik sangat sulit
untuk mengetahui adanya praktek abortus buatan tersebut.2,3
PEMERIKSAAN
Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu mengundang
resiko kesehatan baik bagi sang ibu maupun bagi sang janin. Seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan
BLOK 30-PBL 4 Page 15
pengguguran kriminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak
penyidik.1
Anamnesis
Pada tindakan anamnesis, dokter harus dapat melacak apakah tersangka pernah hamil
atau melahirkan. Soalan yang ditanyakan juga diharapkan bersifat terarah agar dapat
membantu dalam melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan.5
Antara soalan yang dapat ditanyakan adalah seperti:
Kapan mens terakhir?
Berapa lamakah siklus?
Kapan mennarche?
Apakah ia mempunyai pacar atau sudah bernikah?
Apakah ia mempunyai anak sebelumnya, jika ada, berapa orang dan usia anak paling
muda. Dan soalan-soalan lain.
A. Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum
Manifestasi klinis abortus antara lain:
Keadaan umum tampak lemah atau menurun, tekanan darah menurun atau normal,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mules atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.4
Pembesaran pada payudara
Pada saat hamil perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah payudara menjadi
tegang, areola ( puting ) menjadi lebih menonjol dan daerah sekitar puting menghitam
( hiperpigmentasi ).
BLOK 30-PBL 4 Page 16
Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka
daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit
payudara. Hipertropi alveoli payudara menyebabkan payudara bertambah besar dan noduler.
Karena ukuran payudara membesar, vena-vena halus pun terlihat semakin jelas di bawah
kulit.4
Perubahan kulit
Stretch-marks akan muncul di payudara, perut, paha dan pantat pada sebagian besar
wanita. Tanda-tanda ini berwarna merah muda pada waktu hamil tetapi setelah melahirkan
bentuknya mengecil berwarna keperakan. Pada wanita berkulit lebih gelap stretch-marks
kelihatan lebih jelas karena kontras dengan warna kulit.
Sebagian dari pertambahan darah mengalir ke kulit. Kulit menjadi lebih hangat dan
sering berkeringat. Warnanya pun menjadi agak gelap yang disebabkan oleh meningkatnya
pasokan darah.
Sebagian besar kulit kembali ke warna aslinya setelah melahirkan, kecuali area sekitar
puting susu, genitalia, dan perut.
2. Pemeriksaan ginekologi
Diperiksa ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir
keluar dari ostium.
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
BLOK 30-PBL 4 Page 17
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
Inspeksi :
(1). Chloasma gravidarum.
(2). Keadaan kelenjar thyroid.
(3). Dinding abdomen ( varises, jaringan parut,).
(4). Keadaan vulva dan perineum
Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Tanda-tanda infeksi alat genital berupa
demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,
leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya.5
Pemeriksaan korban abortus
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada
payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya
usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna,
daerah perut bagian bawah.
Abortus yang dilakukan oleh ahli trampil mugkin tidak meninggalkan bekas dan bila
telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang
menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.4
Pemeriksaan pada korban hidup
Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan
serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG.
Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi
dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri
BLOK 30-PBL 4 Page 18
tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda
tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah
melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan
secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim
dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan DNA untuk pemastian hubunga ibu dan janin.
Pembuktian kasus abortus
1. Menentukan apakah wanita tersebut hamil
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan
a) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir
b) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril
c) Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Terhadap Tersangka
Dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, apakah seorang wanita itu hamil atau tidak
adalah dengan memeriksa :
a. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Dengan pemeriksaan ini dapat menunjukkan penurunan kadar hematokrit,
hemoglobin rendah yang dapat memicu pasca pendarahan setelah terjadinya aborsi.
b. Pemeriksaan trombosit
Dapat meningkat karena mekanisme pembekuan darah yang terjadi sebagai
mekanisme kompensasi setelah terjadinya pendarahan yang banyak setelah aborsi
c. Fibrinogen
Pemeriksaan ini dapat membedakan sama ada sama ada aborsi ini tergolong dalam
spontaneous atau pun missed abortion. Pemeriksaan ini lebih spesifik kepada missed
abortion.6
d. Test urine
Pada pemeriksaan urin juga dapat di ketahui bahwa wanita tersebut sedang hamil jika
adanya peningkatan bhCG yang sangat bermakna dalam mendeteksi bahwa wanita ini
BLOK 30-PBL 4 Page 19
sebelumnya pernah hamil dan melakukan pengguguran. Ini adalaha karena bhCG
dapat menurun setelah 2- 3 minggu setelah melahirkan, dan uji ini member nilai yang
sangat bermanfaaat.
e. Pemeriksaan pregnanediol
Preganediol merupakan hasil metabolit progesterone. Progesterone sanagt
bertanggungjwab dalam perubahan uterus setelah ovulasi. Ianya menigkat selam
akehamilah dan dapat menuru jika terjadi aborsi dan disfungsi plasenta.6
f. Kadar Prolactin dalam serum
Kadar prolactin serum berbeda beda mengikut jangka waktu kehamilan ,pada
trimester pertama < 80ng/ml, pada trimester kedua < 160ng/mL dan trimester ketiga
< 400 ng/mL. Hormon ini meningkat sesuai jangka waktu kehamilan untuk
menyediakan kepada pengembangan mammae semasa laktasi terjadi. Jika adanya
peningkatan kepada hormone ini bermakna ibu ini pernah hamil.
g. Pemeriksaan dengan USG
Dengan USG dapat mengetahui uterus seseorang sama ada telah di aborsi atau tidak
dengan melihat kepada permukaan dinding rahim setelah terjadinya curratage.4,5
BARANG BUKTI
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk melakukan identifikasi hubungan
antara tersangka dengan jaringan dan darah yang ada di dalam botol. Pemeriksaan tes
kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan,
dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti
pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak mudah
dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih
didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi
anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa
bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk
pemastian hubungan ibu dan janin.4,6
Untuk mengidentifikasi hubungan antara tersangka dengan barang bukti kita perlu
melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya:
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer
BLOK 30-PBL 4 Page 20
pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah
ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah
pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah
tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu
kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :
Bercak tersebut benar darah
Darah dari manusia atau hewan
Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam
dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila
menempel pada pakaian. Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk
membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya
yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 1,4
Pemeriksaan Penentuan Darah
o Dengan ditemukan pigmen , krisal hematin dan hemokhromogen dengan
menggunakan reaksi Teichman dan Wagenaar. Reaksi Teichman dengan hasil
psitif tampak Kristal hemin- HCl yang berbentuk batang bewarna coklat.
o Reaksi Wagenaar , dengan hasil positip terlihat Kristal aceton –hemin yang
berbentuk batang bewarna coklat.
o Pemeriksaan Spektroskopik. Pemeriksaan ini dapat memastikan lagi bahwaa
golongan darah yang di periksa ini adalah darah jika di jumpai pita pita absorbs
yang khas dari hemoglobin atau turunannya.
o Pemeriksaan Serologis. Berguna dalam menentukan species dan golongan darah
berdasarkan reaksi antigen dan antibody , yaitu reaksi aglutinasi.
Penentuan Spesies
Terdapat dua cara yatu:
Reaksi cincin( reaksi presipitat dalam tabung )
Hasil postif darah manusia akan terbentuk cincin keruh di perbatasan.
BLOK 30-PBL 4 Page 21
Reaksi precipitate dalam agar
Anti globulin darah manusia di masukkan dan di letakkan dalam ruang yang
lembab, hasil positip memberikan precipitate jernih pada perbatasan lubang.
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda
kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas atau tanda usaha penghentian
kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena sekalipun undang-undang tidak
mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan kadang kala
diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan. 2
Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat
yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil
usaha penghentian kehamilan, misalnya berupa IUFD, kematian janin di dalam rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan. Abortus yang dilakukan
oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung
satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai
mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus criminal. 6
Pemeriksaan DNA
Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985.
Pemeriksaan ini sangat akurat dan memberikan nilai yang sangat tepat hampir 99.9%.
Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA dapat diperoleh
dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel darah merah karena
sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel
tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:
Jaringan
Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa, kelenjar
getah bening dan hati.
Darah
Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau
lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan.
BLOK 30-PBL 4 Page 22
Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau
diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan.
Tulang, Gigi dan Rambut
Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah 20°C.
Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel rambut
diambil 10 – 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling sedikit empat,
molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel
tulang sebaiknya dari femur.
Teknik Analisis DNA
Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik polimorfisme yang
dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme
DNA akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu
menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan
memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu
dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Setelah selesai, pola RFLP tampak
seperti kode batang (bar code). Dan dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel
tersebut berasal dari sumber yang sama.1
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction (PCR)
yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan enzim
polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari
sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel
yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.1
3. STRs (Short Tandem Repeats)
Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang
berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat)
adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 –
BLOK 30-PBL 4 Page 23
5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode
ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan
diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak
atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya
berkisar antara 200 – 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan
pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan
memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah
multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan
cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan
pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.
Teknis ini banyak di gunakan sekarang ini dalam penentuan DNA.1
4. mtDNA (Mitochondrial DNA)
Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik
dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar
nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul
berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel
mengandung 100 – 1000 mitokondria.
Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang
tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya mengandung DNA
ibu. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari
pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang
terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada
semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan
seorang ayah pada anak laki-lakinya.1
Penggunaan teknis ini sangat bererti dalam penegakkan kasus aborsi untuk memastikan lagi
hubungan tersangka dengan anaknya
hCG (human Chorionic Gonadotropin)
Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam
sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi
pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding
meningkatnya usia kehamilan di antara 30-60 hari. produksi puncaknya adalah pada
BLOK 30-PBL 4 Page 24
usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap
hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari. 5
D. ASPEK ETIK PROFESI
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk
insani. Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
kebahagiannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan
manusia.3
Kadang-kadang dokter terpaksa harus melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu
yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal tindakan ini diambil setelah
mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan/cara lain untuk menyelamatkan jiwa
selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis lebih dahulu
oleh pasien atau dan keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan
tentang informed consent, batas umur yang dapat memberi informed consent adalah 18 tahun.
Semua usaha tersebut merupakan tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara dan
mempertahankan hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa baik menurut agama, Undang-
Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan:
Mengugurkan kandungan (abortus provocatus)
Mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin
akan sembuh lagi (euthanasia).
Sudah banyak buah pikiran dan pendapat tentang abortus provocatus yang diumumkan
oleh berbagai ahli dalam berbagai macam bidang seperti agama, kedokteran, sosial, hukum,
eugenetika dan sebagainya. Ikatan Dokten Indonesia sendiri telah mengadakan simposium
tentang abortus yang meninjau masalah dan berbagai sudut. Abortus provocatus dapat
dibenarkan sebagai pengobatan, apabila menupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa
ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus). Dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1992 tentang kesehatan, diperjelas tentang hal ini.
Bahkan Indikasi medik ini dapat berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran.
Beberapa penyakit seperti hipertensi, tuberkulosis dan sebagainya tidak lagi dijadikan
indikasi untuk melakukan abortus. Sebaliknya ada pula negara yang membenarkan indikasi
sosial, humaniter dan eugenetik, seperti misalnya di Swedia dan Swiss yaitu bukan semata-
mata untuk menolong ibu, melainkan juga mempertimbangkan demi keselamatan anak, baik
jasmaniah maupun rohaniah. Keputusan untuk melakukan abortus provocatus therapeuticus
BLOK 30-PBL 4 Page 25
harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita
hamil yang bersangkutan, suaminya dan atau keluarganya yang terdekat. Hendaknya
dilakukan dalam suatu rumah sakit yang mempunyai cukup sarana untuk melakukannya.
Dalam mengamalkan kewajiban "melindungi hidup makhluk insani" ini seorang dokter
harus senantiasa mengingat hal-hal sebagai berikut:
Bahwa hidup mati seseorang adalah merupakan kekuasaan Tuhan, dan bahwa pada
hakekatnya manusia dalam menghadapi permasalahan hidup dan mati ini harus
berpedoman pada agama yang dianutnya masing-masing.
Bahwa betapapun majunya dan tingginya ilmu dan teknologi (iptek) kedokteran yang
telah kita capai namun semua ini memiliki keterbatasan, hingga pada batas tertentu
seorang dokter harus mengakui bahwa dia tidak lagi akan dapat berbuat sesuatu kecuali
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bahwa perkembangan dan kemajuan IPTEK khususnya di bidang kedokteran, di samping
telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia, di pihak lain telah membawa
persoalan baru yang terutama sangat erat kaitannya dengan permasalahan moral,
diantaranya telah membuat kaburnya batas-batas antara hidup dan mati, dan bahwa tugas
dokter dalam melakukan intervensi medik terhadap pasiennya bukan hanya sekedar
bertujuan untuk "mempertahankan hidup dan memperpanjang usia" tetapi juga harus
mempertimbangkan "kwalitas hidup", yaltu "hidup yang bagaimana" yang harus kita
pertahankan itu.
Bahwa nilai-nilai moral dan agama lebih merupakan pedoman bagi seorang dokter dalam
bersikap dan bertindak sesuai kebenaran yang diyakininya, dan yang harus dipertanggug
jawabkan kepada hati nuraninya sendiri dan Tuhan yang sesuai dengan keyakinannya
masing-rnasing, sehingga lebih bersifat subyektif. Sementara yang lebih obyektif ialah
sumber hukum berupa perundang-undangan mengatur permasalahan "hidup mati"
seseorang, khususnya yang berkaitan dengan saat-saat kritis dalam rangkalan
pengembangan di masa mendatang. Demikian pula bahwa Kode Etik Kedokteran sering
tidak berdaya lagi dalam menghadapi isu-isu baru sebagal akibat perubahan yang cepat
dan drastis dari iptek kedokteran
Maka dalam menghadapi semua kenyataan ini pertama-pertarna seorang dokter sejak
awal harus menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasien. Setiap pengambilan
keputusan baik untuk tujuan diagnostik, terapi maupun berbagil tindakan lainnya, harus
selalu dengan persetujuan pasien dan atau keluarganya.
BLOK 30-PBL 4 Page 26
Dalam mengamalkan pasal 7d KODEKI, yang berbunyi "Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani", maka yang jelas dilarang baik
oleh Kode Etik Kedokteran, juga dilarang oleh Agama maupun Undang-Undang Negara
adalah perbuatan-perbuatan4,5:
1. Menggugurkan kandungan (abortus) tanpa indikasi yang benar.
2. Mengakhiri kehidupan seseorang pasien dengan alasan bahwa menurut ilmu kedokteran
penyakit yang dideritanya tidak mungkin lagi bisa disembuhkan (euthanasia).
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan kode
etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekuen dilakukan pengurangan
kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi. Dalam deklarasi Oslo
(1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik, disebutkan bahwa moral dasar
yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah Dokter yang berbunyi : ”Saya akan
menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan
indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara
tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui
oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan
pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan
tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan
perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui pemahaman agama
yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu
mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.
INTERPRETASI HASIL
Pada kasus di atas, sebuah botol yang berisi campuran darah dan jaringan milik tiga
perempuan yang diduga melakukan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh seorang
dokter sedang diperiksa di bagian kebidanan sebuah rumah sakit. Pada kasus seperti ini, tidak
semua aborsi berdampak terhadap hukum. Oleh karena itu, harus diperhatikan dengan
seksama dan dilakukan pemeriksaan yang memastikan apakah tindakan tersebut sesuai
BLOK 30-PBL 4 Page 27
indikasi medis atau termasuk dalam kasus kriminalitas. Pada kasus aborsi provokatus, hasil
pemeriksaan dapat ditemukan:
Pada pemeriksaan medis, ditemukan tanda-tanda kekerasan mekanik lokal pada organ
reproduksi (uterus, vagina, serviks, dsb) sebagai tanda adanya usaha aborsi
provokatus.
Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya zat/obat yang digunakan untuk
membantu proses aborsi
Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan adanya sel trofoblas (tanda kehamilan,
tanda kerusakan jaringan akibat usaha penghentian kehamilan), sel PMN (tanda
intravitas)
Adanya peningkatan hormon hCG (human chorionic gonadothropin)
Adanya kecocokan DNA tersangka dengan janin.
VISUM et REPERTUM
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan
dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia
atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan
penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas
sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.2
Visum et repertum adalah alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHAP. Visum et repertum dibuat sesegera mungkin dan diberikan kepada (instansi)
penyidik pemintanya, dengan memperhatikan ketentuan tentang rahasia jabatan bagi dokter
serta ketentuan kearsipan.
Ada beberapa jenis visum et repertum, antara lain visum et repertum perlukaan
(termasuk keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenasah dan
visum et repertum psikiari. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum
mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana,
sedangka jenis yang terakhir adalah mnegenai jiwa/ mental tersangka atau terdakwa atau
saksi lain dari suatu tindak pidana. Secara ringkasnya, pada umumnya visum et repertum
terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:
1. Bagian Pembukaan: Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas yang
menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan.
BLOK 30-PBL 4 Page 28
2. Bagian Pendahuluan: Merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi
pemeriksa, tempat dan waktu dilakukannya pemeriksaan, instansi peminta visum et
repertum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai
dengan yang tercantum di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut.
3. Bagian Pemberitaan: Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap “barang
bukti” yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang
tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Dan terbagi tiga bagian, yaitu
Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan Pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan pendukung lainnya.
4. Bagian Kesimpulan: Dituliskan kesimpulan pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan
dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya.
5. Bagian Penutup: Berupa uraian kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et
repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat
sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Tata cara permintaan Visum et Repertum : 2,
1. Pasal 133 ayat (2) KUHAP : “Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat”.
2. Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan
format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.
3. SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan
pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27
tahun 1983.
4. Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan
membawa SPVR.
5. Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang
tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.
Contoh visum et repertum
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
BLOK 30-PBL 4 Page 29
Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta 10430, telp:021-3106976
PROJUSTITIA Jakarta, 19 Desember 2013
VISUM ET REPERTUM
No. : 11/FKU/I/2013.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, grace. Dokter pada bagian forensik rumah sakit UKRIDA
di Jakarta atas permintaan dari kepolisian Resort Grogol dalam suratnya
nomor/VeR/1/2013/LL/Res. Tng tertanggal 19 Desember 2013, maka dengan ini menerangkan
bahwa, pada tanggal Sembilan belas desember tahun dua ribu tiga belas pukul tiga sore Waktu
Indonesia Barat, bertempat di RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan atas korban dengan
nomor registrasi 97011990 yang menurut surat tersebut adalah:--------------------------------
Nama : Nyonya B -----------------------------------------------------------------
Umur :-----tahun------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan ----------------------------------------------------------------
Warga Negara : Indonesia --------------------------------------------------------------
Alamat : xxx, Jakarta ------------------------------------------------------------
Hasil pemeriksaan
1. Dari anamnesis pada Nyonya B, harus ditanyakan mengenai hari terakhir menstruasi,
lama menstruasi, menarche, sudah punya pacar/menikah.
2. Pada korban ditemukan : ----------------------------------------------------------------
a. Dilihat dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah/menurun, tekanan
darah menurun/normal, denyut nadi normal/cepat dan kecil serta suhu badan
normal/meningkat.
b. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. Disertai keluhan
mules/keram perut di perut serta nyeri pinggang.
3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah didapatkan kadar darah
yang rendah, pemeriksaan golongan darah adalah __, pemeriksaan hormon kehamilan
positif, pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan keadaan dinding rahim,
BLOK 30-PBL 4 Page 30
pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah manusia, golongan darah adalah __
sesuai dengan wanita tersangka. Hasil pemeriksaan DNA terhadap jaringan serta
wanita tersangka cocok. (Mencari hubungan antara jaringan yang ditemukan dengan
tersangka melalui pemeriksaan golongan darah, DNA)
4. Pengobatan yang telah di lakukan( terapi untuk mengurangkan pendarahan rahim).
Dan korban di pulangkan dalam keadaan yang baik.
Kesimpulan
Pada korban perempuan ini yang berusia ___ tahun, berdasarkan hasil temuan yang telah
di dapatkan tanda-tanda kehamilan, ( payudara yang membesar, strecthmark pada perut).
Seterusnya di simpulkan adanya keguguran atau kematian kandungan pada perempuan
ini-------------------------------------------------------------
Demikian saya uraikan dengan sejujurnya atas sumpah dokter sesuai dengan lembaran
Negara 1973 nomor 350 untuk dipergunakan dimana perlu penyidikan lebih lanjut. Harap
digunakan sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum
acara pidana.------------------------------------------------
Dokter yang memeriksa,
dr.Grace
KESIMPULAN
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan).
Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi
provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam
perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-
undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman
hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya),
sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan,
ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar.
BLOK 30-PBL 4 Page 31
Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan
proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis
seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin
(melahirkan) yang tidak alami.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997. h.3-7; h.147-58; h.177-96.
2. Staf pengajar bagian kedokteran forensik fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. h.11-25; h.32-7.
3. Prosedur medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Cetakan
kedua. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.
Hal 11-25.
BLOK 30-PBL 4 Page 32
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Sederhana. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama: cetakan kedua. Bagian Kedokteran
Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal 177-196.
5. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam: Ilmu kebidanan, Prawirohardjo
S. Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W, Setiowulan W. Ilmu kedokteran forensik, Kapita
Selekta Kedokteran edisi ke tiga, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2009.
BLOK 30-PBL 4 Page 33