makalah gangguan kejiwaan.docx
-
Upload
anonymous-koevb59hay -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of makalah gangguan kejiwaan.docx
MAKALAH
KEHILANGAN DAN BERDUKA
Makalah ini disusun untuk
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Neurobehavior
Yang dibimbing oleh Dhita Kurnia Sari S.Kep., Ns
Disusun Oleh :
Kelompok 4
ARFI ERWINA AFITRI (1311B0061)
AULIA DAMAS TRIWIDIA (1311B0063)
TUTIK SETYAWATI (1311B0101)
DYAH P (1311B0071)
CHIRSNA T.S (1311B0066)
YUFENTRI (1311B0103)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ kehilangan dan berduka
disfungsional “ pada salah satu mata kuliah system neurobehavior.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi semua orang
terutama bagi kelompok 2. Makalah yang berjudul kehilangan dan berduka
disfungsional berisi penjelasan tentang definisi, fase-fase, bentuk-bentuk, tanda
dan gejala, proses kehilangan, factor-faktor, teraoi kehilangan, serta asuhan
keperawatan pada kehilangan dan berduka.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kediri, 21 Mei 2015
penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi .............................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Kehilangan .................................................................. 3
2.1.2 Definisi Berduka ....................................................................... 3
2.1.3 Definisi Berduka Disungsional ................................................. 3
2.2 Fase – Fase Kehilangan ..................................................................... 4
2.3 Bentuk – Bentuk Kehiangan .............................................................. 5
2.4 Tanda dan Gejala Kehilangan ............................................................ 5
2.5 Proses Kehilangan ............................................................................. 6
2.6 Faktor Predisposisi dan presipitas ..................................................... 6
2.7 Terapi ................................................................................................. 7
BAB III : KASUS
3.1 Kasus ................................................................................................ 8
BAB IV : ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Analisa Data ...................................................................................... 9
4.2 Masalah Keperawatan ........................................................................ 9
4.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 9
4.4 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 9
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 11
5.2 Saran................................................................................................... 11
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahir, kehilangan, kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian
yang bersifat unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini atau keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.
Pandangan – pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi
diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah sehingga intervensi perawat yang tidak tetap
(suseno,2004).
Perawat bekerja sama dengan kien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur shingga khidupa
mereka dapat berlanjut. Dalam kultur barat ketika klien tidak berupaya melewati
duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artiya maka
terjadinya masalah emosi mental dan social yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan
klien keluarga yang mengalami kehilangan dan duka cita pnting bagi perawat
memahami kehilangan dan duka cita. Ketika merawat klien an keluarga,
perawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubugan klien-keluarga-
perawat bearakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan dan atau
kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mengalami seberaba
jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter&Perry, 2005).
1.2 Tujuan
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :
1. Apa pengertian kehilangan, berduka, dan berduka disfungsional
2. Apa saja fase – fase kehilangan
3. Apa saja bentuk – bentuk kehilangan
4. Apa saja tanda dan gejala kehilanga
5. Apa saja proses kehilangan
6. Apa saja factor – factor kehilangan
7. Apa saja terapi kehilangan
8. Bagaimana ASKEP dan trategi pelaksanaan pada kasus kehilangan dan
berduka
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah mengalami pada
setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.
Kehilangan dari attachment ( kedekatan seseorang terhadap orang lain
yang di anggap penting ), merupakan kehilangan yang mencakup menjadi nyata
atau hanya khayalan ( yang di akibatkan persepsi seseorang terhadap kejadian ),
seperti kasih sayang, kehilangan orang yang berarti, fungsi fisik, harga diri.
Banyak situasi kehilangan di anggap sangat berpengaruh banyak memiliki
makna yang tinggi. Dapat pula mencangkup kehilangan teman lama, kenangan
yang indah, tentangga yang baik. Kemampuan seseorang untuk bertahan, tetap
stabil, dan bersikap positif terhadap kehilangan, merupakan suatu tanda
kematangan dan pertumbuhan.
2.1.2 Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
2.1.3 Definisi Berduka Disfungsional
Merupakan suatu status atau pengalaman individu yang responya di besar
– besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidak mampuan fungsional. Tipe ini kadang – kadang menjurus
ketipikal, abnormal, atau kesalahan / kekacauan.
2.2 Fase - Fase Berduka.
PengingkaranMarahTawarMenawarDepresiPenerimaan
1. Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,tidak
percaya,atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar - benar
terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah,
dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Fase Marah (anger)
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.Orang yang
mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif,
berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan
menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten. Respon fisik yang
sering terjadi antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.
3. Fase Tawar-menawar (bargaining)
Tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu
mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
4. Fase depresi (depression)
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-
kadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri.
Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dan
lain-lain.
5. Fase Penerimaan (acceptance)
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau
bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yg baru.Apabila
individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan
damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara
tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
2.3 Bentuk – Bentuk Kehilangan
Kehilangan orang bermakna, misalnya seseorang yang di cintai meninggal
atau di penjara.
Kehilangan kesehatan biopsikososial, misalnya menderita suatu penyakit,
amputasi bagian tubuh, kehilangan pendapat, kehilangan perasaan tentang
diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan, kehilangan kemampuan
seksual.
Kehilangan milik pribadi, misalnya benda yang berharga, uang atau
perhiasan.
2.4 Tanda dan Gejala Kehilangan.
a. Ungkapan kehilangan.
b. Menangis.
c. Gangguan tidur.
d. Kehilnagan nafsu makan.
e. Sulit berknsentrasi.
f. Karakterstik berduka yang berkepanjangan, yaitu:
Mengingkari kenyataan kehiangan terjadi dalam waktu yang lama.
Sedih berkepanjangan.
Adanya gejala isi yang berat.
Keinginan untuk bunuh diri.
2.5 Proses Kehilangan
Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna positif – melakukan konfensasi dengan kegiatan positif –
perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)
isi Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –
diekspresikan ke dalam diri – muncul gejala sakit fisik.
Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu
memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –
diekspresikan ke luar diri individu – konpensasi dengan prilaku konstruktif
– perbaikan (beradaptasi dan merasa aman).
2.6 Faktor – Faktor predisposisi dan Presipitas kehilangan.
Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1. Genetic. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dala
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadap proses
kehilangan.
2. Kesehatan Jasmani. Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang ebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan Mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya pesimis, selal dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya
sangat peka dalam menghadapi situasi kehiangan.
4. Pegalaman Kehilangan di Masa Lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan
orang yang berarti pada masa kanak – kanak akan mempegarui individu
dala mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart –
Sundeen,1991).
Faktor presipitasi yang dapat menibulkan persaan kehilangan dapat berupa
stress nyata, ataupun imajinasi individu sepert:
Kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi kehingan
kesehatan, kehilangan fugsi seksualitas, kehilangan peran dalam
keluarga, kehiangan posisi di masyarakat,.
Kehilanagn sifat pribadi seperti kehilangan harta benda atau orang
yang di cintai, kehilanagn kewarganegaraan dan sebagainya.
2.7 Terapi Kehilangan.
2.7.3 Terapi spiritual
Peran agama terhadap kondisi psikolog dimana orang yang merasa
dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul akan rasa aman.
Contohnya : memperbaiki persepsi kearah yang positi, percaya dengan
Tuhan, mengembangkan emosi positif.
Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau
kegiatan social lainnya secara bersama- sama.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Pada tgl 24 mei 2003 Ny.A (39 thn) baru pertama kali di rawat di RSJ menur
karena sejak 1 bulan yang lalu mengurunng diri di kamar, menolak makan,
minum, dan mandi. Hal ini terjadi sejak bercerai dengan suaminya yang ke 3
bulan yang lalu. Berdasarkan hasil observasi saat klien di rawat di RS, klien
tampak selalu menyendiri lebih sering berada di tempat tidur posisi janin, saat
makan selalu duduk di pojok dan berpindah tempat bila ada yang duduk di
sebelahnya. Klien jarang mandi dengan alasan malas. Baju hamper tidak pernah
di ganti, kulit, kuku, dan gigi tamppak kotor. Saat di kaji oleh perawat, klien
mengatakan merasa malu berbaur dengan orang lain karena merasa dirinya
jelek. Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Analisa Data
Data Objektif
- Pasien mengatakan merasa malu berbaur dengan orang lain
- Pasien mengataka minder
Data Subjektif
- Klien tampak menyendiri
- Klien tampak bersedih
- Kebersihan gigi, kuku, kulit dan pakaian klien kurang terjaga
- Posisi tidur seperti janin.
4.2 Masalah Keperawatan
1. Isolasi social
2. Gangguan konsep diri
3. Defisit perawatan diri
4.3 Diagnose keperawatan
1. Isolasi social (menarik diri) berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhungan dengan koping individu tak
efektik sekunder terhadap respon kehilangan pasangan
3. Deficit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
4.4 Intervensi
1. Intervensi Isolasi social
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya.
- Berikan motivasi kiien untuk menyadari aspek positif dan negative dari
dirinya.
- Beri dukungan dan Ikut sertakan klien dengan aktivitas lingkungan
2. Intervensi Gangguan Konsep Diri
- Merespon kesadaran diri dengan cara : 1 membina hubungan saling peercaya
dan terbuka. 2. Bekerja dengan klien pada klien dengan tingkat kekuatan ego
yang dimilikinya.
- Membuat perencanaan realistic : Membantu kien untuk mengidentifikasi
pemecahan masalah.
- Bertanggung jawab daam bertindaak : membantu klien untuk melakukan
tindakan yang penting untuk merubah respond an mempertahankan respon
koping dalam proses penyelesaian masalah.
- Mengobservasi tingkat depresi : 1.mengamati prilaku klien. 2. Bersama klien
membahas perasaannya.
3. Intervensi Deficit Perawatan Diri
- Libatkan klien untuk makan bersama di ruang makan
- Mengajurkan klien untuk mandi
- Mengajurkan pasien untuk mencuci baju
- Membantu dan mengajurkan klien untuk menghias diri
- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data – data yang di peroleh, akhirnya dapat di simpulkan bahwa
kehilangan merupakan suatu keadaan gangguang jiwa yang biasa terjadi pada orang-
orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula( keadaan
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada). Kehiangan biasanya meliputi kehilangan
objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri, dan kehilangan
hidup.
Didalam mnengangni pasien dalam respon kehilangan, diperlukan prinsip-
prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau orang tua dengan respon
kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengidentifikasi factor predisposisi dan factor presipitasi.
Dimana factor predisposisi meliputi:
1. Genetik
2. Kesehatan jasmani
3. Kesehatan mental
4. Pengalaman kehilangan di masa lalu
5.2 Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan respn kehilangan dan berduka (loos and grief), maka kami mengangaap perlu
adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus di sesuaikan dengan kebutuhan klien pada
saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, di prioritaskan sesuai dengan
kebutuhan ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis
maupun yang tidak.
DATAR PUSTAKA
1. Dalami, Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial. Jakarta. Trans Info Media.
2. Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung. PT Refika Aditama.
3. Yosep, Iyus. 2014. Keperawatan Jiwa. Bandung. PT Refika Aditama.