makalah gangguan kejiwaan.docx

22
MAKALAH KEHILANGAN DAN BERDUKA Makalah ini disusun untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Neurobehavior Yang dibimbing oleh Dhita Kurnia Sari S.Kep., Ns Disusun Oleh : Kelompok 4 ARFI ERWINA AFITRI (1311B0061) AULIA DAMAS TRIWIDIA (1311B0063) TUTIK SETYAWATI (1311B0101) DYAH P (1311B0071) CHIRSNA T.S (1311B0066) YUFENTRI (1311B0103) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Transcript of makalah gangguan kejiwaan.docx

Page 1: makalah gangguan kejiwaan.docx

MAKALAH

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Makalah ini disusun untuk

Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Neurobehavior

Yang dibimbing oleh Dhita Kurnia Sari S.Kep., Ns

Disusun Oleh :

Kelompok 4

ARFI ERWINA AFITRI (1311B0061)

AULIA DAMAS TRIWIDIA (1311B0063)

TUTIK SETYAWATI (1311B0101)

DYAH P (1311B0071)

CHIRSNA T.S (1311B0066)

YUFENTRI (1311B0103)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA

KEDIRI

2015

Page 2: makalah gangguan kejiwaan.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia

Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ kehilangan dan berduka

disfungsional “ pada salah satu mata kuliah system neurobehavior.

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi semua orang

terutama bagi kelompok 2. Makalah yang berjudul kehilangan dan berduka

disfungsional berisi penjelasan tentang definisi, fase-fase, bentuk-bentuk, tanda

dan gejala, proses kehilangan, factor-faktor, teraoi kehilangan, serta asuhan

keperawatan pada kehilangan dan berduka.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

kami. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan

makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kediri, 21 Mei 2015

penyusun

Page 3: makalah gangguan kejiwaan.docx

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Definisi .............................................................................................. 3

2.1.1 Definisi Kehilangan .................................................................. 3

2.1.2 Definisi Berduka ....................................................................... 3

2.1.3 Definisi Berduka Disungsional ................................................. 3

2.2 Fase – Fase Kehilangan ..................................................................... 4

2.3 Bentuk – Bentuk Kehiangan .............................................................. 5

2.4 Tanda dan Gejala Kehilangan ............................................................ 5

2.5 Proses Kehilangan ............................................................................. 6

2.6 Faktor Predisposisi dan presipitas ..................................................... 6

2.7 Terapi ................................................................................................. 7

BAB III : KASUS

3.1 Kasus ................................................................................................ 8

BAB IV : ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Analisa Data ...................................................................................... 9

4.2 Masalah Keperawatan ........................................................................ 9

4.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 9

4.4 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 9

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 11

5.2 Saran................................................................................................... 11

Daftar Pustaka

Page 4: makalah gangguan kejiwaan.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahir, kehilangan, kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian

yang bersifat unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum

berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat

disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang

bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini proses kehilangan dan

berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami

proses ini atau keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.

Pandangan – pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang

perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi

diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada

informasi yang salah sehingga intervensi perawat yang tidak tetap

(suseno,2004).

Perawat bekerja sama dengan kien yang mengalami berbagai tipe

kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk

memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur shingga khidupa

mereka dapat berlanjut. Dalam kultur barat ketika klien tidak berupaya melewati

duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artiya maka

terjadinya masalah emosi mental dan social yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam

lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan

klien keluarga yang mengalami kehilangan dan duka cita pnting bagi perawat

memahami kehilangan dan duka cita. Ketika merawat klien an keluarga,

perawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubugan klien-keluarga-

perawat bearakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan dan atau

kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mengalami seberaba

Page 5: makalah gangguan kejiwaan.docx

jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan

kematian (Potter&Perry, 2005).

1.2 Tujuan

Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :

1. Apa pengertian kehilangan, berduka, dan berduka disfungsional

2. Apa saja fase – fase kehilangan

3. Apa saja bentuk – bentuk kehilangan

4. Apa saja tanda dan gejala kehilanga

5. Apa saja proses kehilangan

6. Apa saja factor – factor kehilangan

7. Apa saja terapi kehilangan

8. Bagaimana ASKEP dan trategi pelaksanaan pada kasus kehilangan dan

berduka

Page 6: makalah gangguan kejiwaan.docx

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi

2.1.1 Definisi Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik terjadi sebagian atau

keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah mengalami pada

setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami

kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk

yang berbeda.

Kehilangan dari attachment ( kedekatan seseorang terhadap orang lain

yang di anggap penting ), merupakan kehilangan yang mencakup menjadi nyata

atau hanya khayalan ( yang di akibatkan persepsi seseorang terhadap kejadian ),

seperti kasih sayang, kehilangan orang yang berarti, fungsi fisik, harga diri.

Banyak situasi kehilangan di anggap sangat berpengaruh banyak memiliki

makna yang tinggi. Dapat pula mencangkup kehilangan teman lama, kenangan

yang indah, tentangga yang baik. Kemampuan seseorang untuk bertahan, tetap

stabil, dan bersikap positif terhadap kehilangan, merupakan suatu tanda

kematangan dan pertumbuhan.

2.1.2 Definisi Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah

tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan

berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan

seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional

sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

2.1.3 Definisi Berduka Disfungsional

Merupakan suatu status atau pengalaman individu yang responya di besar

– besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,

Page 7: makalah gangguan kejiwaan.docx

objek dan ketidak mampuan fungsional. Tipe ini kadang – kadang menjurus

ketipikal, abnormal, atau kesalahan / kekacauan.

2.2 Fase - Fase Berduka.

PengingkaranMarahTawarMenawarDepresiPenerimaan

1. Fase Pengingkaran (denial)

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,tidak

percaya,atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar - benar

terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat,

mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah,

dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat

berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa tahun.

2. Fase Marah (anger)

Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul

sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.Orang yang

mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif,

berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan

menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten. Respon fisik yang

sering terjadi antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah

tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.

3. Fase Tawar-menawar (bargaining)

Tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya

kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus

atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu

mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon

kemurahan Tuhan.

4. Fase depresi (depression)

Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-

kadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan

keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri.

Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dan

lain-lain.

Page 8: makalah gangguan kejiwaan.docx

5. Fase Penerimaan (acceptance)

Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran

yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau

bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yg baru.Apabila

individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan

damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara

tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempengaruhi

kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

2.3 Bentuk – Bentuk Kehilangan

Kehilangan orang bermakna, misalnya seseorang yang di cintai meninggal

atau di penjara.

Kehilangan kesehatan biopsikososial, misalnya menderita suatu penyakit,

amputasi bagian tubuh, kehilangan pendapat, kehilangan perasaan tentang

diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan, kehilangan kemampuan

seksual.

Kehilangan milik pribadi, misalnya benda yang berharga, uang atau

perhiasan.

2.4 Tanda dan Gejala Kehilangan.

a. Ungkapan kehilangan.

b. Menangis.

c. Gangguan tidur.

d. Kehilnagan nafsu makan.

e. Sulit berknsentrasi.

f. Karakterstik berduka yang berkepanjangan, yaitu:

Mengingkari kenyataan kehiangan terjadi dalam waktu yang lama.

Sedih berkepanjangan.

Adanya gejala isi yang berat.

Keinginan untuk bunuh diri.

2.5 Proses Kehilangan

Page 9: makalah gangguan kejiwaan.docx

Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu

memberi makna positif – melakukan konfensasi dengan kegiatan positif –

perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman)

isi Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu

memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –

diekspresikan ke dalam diri – muncul gejala sakit fisik.

Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu

memberi makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi –

diekspresikan ke luar diri individu – konpensasi dengan prilaku konstruktif

– perbaikan (beradaptasi dan merasa aman).

2.6 Faktor – Faktor predisposisi dan Presipitas kehilangan.

Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:

1. Genetic. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang

mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dala

menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadap proses

kehilangan.

2. Kesehatan Jasmani. Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang

teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang ebih

tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.

3. Kesehatan Mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama

yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak

berdaya pesimis, selal dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya

sangat peka dalam menghadapi situasi kehiangan.

4. Pegalaman Kehilangan di Masa Lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan

orang yang berarti pada masa kanak – kanak akan mempegarui individu

dala mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart –

Sundeen,1991).

Faktor presipitasi yang dapat menibulkan persaan kehilangan dapat berupa

stress nyata, ataupun imajinasi individu sepert:

Kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi kehingan

kesehatan, kehilangan fugsi seksualitas, kehilangan peran dalam

keluarga, kehiangan posisi di masyarakat,.

Page 10: makalah gangguan kejiwaan.docx

Kehilanagn sifat pribadi seperti kehilangan harta benda atau orang

yang di cintai, kehilanagn kewarganegaraan dan sebagainya.

2.7 Terapi Kehilangan.

2.7.3 Terapi spiritual

Peran agama terhadap kondisi psikolog dimana orang yang merasa

dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul akan rasa aman.

Contohnya : memperbaiki persepsi kearah yang positi, percaya dengan

Tuhan, mengembangkan emosi positif.

Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau

kegiatan social lainnya secara bersama- sama.

Page 11: makalah gangguan kejiwaan.docx

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Pada tgl 24 mei 2003 Ny.A (39 thn) baru pertama kali di rawat di RSJ menur

karena sejak 1 bulan yang lalu mengurunng diri di kamar, menolak makan,

minum, dan mandi. Hal ini terjadi sejak bercerai dengan suaminya yang ke 3

bulan yang lalu. Berdasarkan hasil observasi saat klien di rawat di RS, klien

tampak selalu menyendiri lebih sering berada di tempat tidur posisi janin, saat

makan selalu duduk di pojok dan berpindah tempat bila ada yang duduk di

sebelahnya. Klien jarang mandi dengan alasan malas. Baju hamper tidak pernah

di ganti, kulit, kuku, dan gigi tamppak kotor. Saat di kaji oleh perawat, klien

mengatakan merasa malu berbaur dengan orang lain karena merasa dirinya

jelek. Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan.

Page 12: makalah gangguan kejiwaan.docx

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Analisa Data

Data Objektif

- Pasien mengatakan merasa malu berbaur dengan orang lain

- Pasien mengataka minder

Data Subjektif

- Klien tampak menyendiri

- Klien tampak bersedih

- Kebersihan gigi, kuku, kulit dan pakaian klien kurang terjaga

- Posisi tidur seperti janin.

4.2 Masalah Keperawatan

1. Isolasi social

2. Gangguan konsep diri

3. Defisit perawatan diri

4.3 Diagnose keperawatan

1. Isolasi social (menarik diri) berhubungan dengan harga diri rendah

2. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhungan dengan koping individu tak

efektik sekunder terhadap respon kehilangan pasangan

3. Deficit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

4.4 Intervensi

1. Intervensi Isolasi social

- Bina hubungan saling percaya dengan klien

- Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya.

- Berikan motivasi kiien untuk menyadari aspek positif dan negative dari

dirinya.

- Beri dukungan dan Ikut sertakan klien dengan aktivitas lingkungan

Page 13: makalah gangguan kejiwaan.docx

2. Intervensi Gangguan Konsep Diri

- Merespon kesadaran diri dengan cara : 1 membina hubungan saling peercaya

dan terbuka. 2. Bekerja dengan klien pada klien dengan tingkat kekuatan ego

yang dimilikinya.

- Membuat perencanaan realistic : Membantu kien untuk mengidentifikasi

pemecahan masalah.

- Bertanggung jawab daam bertindaak : membantu klien untuk melakukan

tindakan yang penting untuk merubah respond an mempertahankan respon

koping dalam proses penyelesaian masalah.

- Mengobservasi tingkat depresi : 1.mengamati prilaku klien. 2. Bersama klien

membahas perasaannya.

3. Intervensi Deficit Perawatan Diri

- Libatkan klien untuk makan bersama di ruang makan

- Mengajurkan klien untuk mandi

- Mengajurkan pasien untuk mencuci baju

- Membantu dan mengajurkan klien untuk menghias diri

- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.

Page 14: makalah gangguan kejiwaan.docx

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data – data yang di peroleh, akhirnya dapat di simpulkan bahwa

kehilangan merupakan suatu keadaan gangguang jiwa yang biasa terjadi pada orang-

orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula( keadaan

yang sebelumnya ada menjadi tidak ada). Kehiangan biasanya meliputi kehilangan

objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri, dan kehilangan

hidup.

Didalam mnengangni pasien dalam respon kehilangan, diperlukan prinsip-

prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau orang tua dengan respon

kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan

mengidentifikasi factor predisposisi dan factor presipitasi.

Dimana factor predisposisi meliputi:

1. Genetik

2. Kesehatan jasmani

3. Kesehatan mental

4. Pengalaman kehilangan di masa lalu

5.2 Saran

Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan respn kehilangan dan berduka (loos and grief), maka kami mengangaap perlu

adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan.

Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:

1. Dalam perencanaan tindakan, harus di sesuaikan dengan kebutuhan klien pada

saat itu.

2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, di prioritaskan sesuai dengan

kebutuhan ataupun kegawatan dari masalah.

3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis

maupun yang tidak.

Page 15: makalah gangguan kejiwaan.docx

DATAR PUSTAKA

1. Dalami, Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah

Psikososial. Jakarta. Trans Info Media.

2. Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung. PT Refika Aditama.

3. Yosep, Iyus. 2014. Keperawatan Jiwa. Bandung. PT Refika Aditama.