Makalah Gangguan Somatoform

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan. 1,2 Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada kelainan 1

description

makalah gangguan somatoform untuk kepaniteraan klinik

Transcript of Makalah Gangguan Somatoform

Page 1: Makalah Gangguan Somatoform

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah

cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada

pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan

sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan

penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk

onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak

disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.1,2

Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala

fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal

tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut

terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik

dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita

somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalah diagnosiskan menjadi

somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak

menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada DSM-IV ada 5 kategori

penting dari somatoform disorder, yaitu hipokhondriasis, gangguan somatisasi,

gangguan konversi, gangguan dismorfik tubuh dan gangguan nyeri somatoform.1

1

Page 2: Makalah Gangguan Somatoform

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa

perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.3

1.2. Tujuan

Makalah ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti aktivitas

koasisten di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran. Makalah ini diharapkan

dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai somatoform sehingga pembaca

dapat lebih mengenal tentang gangguan ini dan lebih akurat dalam

mendiagnosanya.

Pemahaman tentang diagnosis somatoform yang baik diharapkan dapat

memberikan potensi untuk prognosis yang lebih baik dengan diagnosis dini,

mencegah terjadinya kesalahan diagnosis, mencegah terjadinya kesalahan

pengobatan, dan memungkinkan untuk mencegah penyakit berlarut-larut.

2

Page 3: Makalah Gangguan Somatoform

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat.1

Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom fisik yang

mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang

dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan

penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di

dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan

oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.1

2.2. Etiologi

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam

transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan

metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer

non dominan.1

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai

berikut:1

a. Faktor-faktor Biologis

3

Page 4: Makalah Gangguan Somatoform

Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada

gangguan somatisasi).

b. Faktor Psikososial

Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe

komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan

emosi atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (contoh:

nyeri pada usus seseorang).

2.3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala

fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah

berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa

tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.1,2

Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau

menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah

seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis

sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala,

sejumlah simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti

“kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem

saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana

seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang

serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.1,4

4

Page 5: Makalah Gangguan Somatoform

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa

perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.3

Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka

menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat

ditemukan.1

Gambaran keluhan gejala somatoform:

Neuropsikiatri:

- “Kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik”;

- “Saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”

Kardiopulmonal:

- “Jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”

Gastrointestinal:

- “Saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum

ada dokter yang dapat menyembuhkannya”

Genitourinaria:

- “Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan

pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”

Musculoskeletal

- “Saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan

sepanjang waktu”

Sensoris:

5

Page 6: Makalah Gangguan Somatoform

- “Pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan

kacamata tidak akan membantu”

Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan

konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

2.4. Klasifikasi dan Diagnosis

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:3

F.45.0 gangguan somatisasi

F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

F.45.2 gangguan hipokondriasis

F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

F.45.5 gangguan somatoform lainnya

F.45.6 gangguan somatoform YTT

DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari

PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.

Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan

somatisasi dan hipokondriasis.

6

Page 7: Makalah Gangguan Somatoform

2.5 F. 45.0 Gangguan Somatisasi1,3,4,5

2.5.1 Definisi

Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan

somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun

biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan

berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti

dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan.

Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ

yang berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem

menstruasi/seksual, orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik,

gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang

sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya

beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter. Orang dengan

gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan

medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau

melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui.

Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu

sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat

yang sama.

7

Page 8: Makalah Gangguan Somatoform

2.5.2 Etiologi

Belum diketahui. Teori yang ada yaitu teori belajar, terjadi karena individu

belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan

kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain.

2.5.3 Epidemiologi

- Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda

- Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun

- Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform

(berisiko 10-20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat).

2.5.4 Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi

Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal

berikut:

A. Riwayat banyak keluhan fisik, yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang

terjadi selama periode lebih dari beberapa tahun dan menyebabkan pencarian

pengobatan atau hendaya dalam fungsi soaial, pekerjaan dan fungsi penting

lainnya

B. Tiap kriteria berikut harus memenuhi, dengan gejala individual yang terjadi

kapan pun selama perjalanan dari gangguan:

4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan

(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum,

selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

8

Page 9: Makalah Gangguan Somatoform

2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya

mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau

intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya

indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak

teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)

1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang

mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri

(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi

urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,

ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya

kesadaran selain pingsan).

C. Salah satu (1) atau (2):

Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau

efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau

alkohol)

Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau

pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan

dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

D. Gejala-gejalanya tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti

gangguan buatan atau pura-pura).

9

Page 10: Makalah Gangguan Somatoform

Contoh Penulisan Diagnosis multiaksial:

Aksis I : Gangguan somatoform, somatisasi

Aksis II : Tidak ada diagnosis aksis II

Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III

Aksis IV : Masalah dengan keluarga

Aksis V : GAF Scale 51-60: gejala sedang, disabilitas sedang

2.5.5 Tatalaksana

Tujuan pengobatan

1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan

pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk

kehidupan nyata

2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis,

treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu

3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah

kondisi).

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial

1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama

2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai

3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah

sosial.

10

Page 11: Makalah Gangguan Somatoform

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas

2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

3. Anti anxietas dan antidepressant.

OBAT ANTI – ANXIETAS

1. Golongan Benzodiazepin

Diazepam (Lovium, Mentalium, Valium dll.)

Chlordiazepoxide ( Cetabrium, Tensinyl, dll.)

Bromazepam (Lexotan)

Lorazepam (Ativan, Renaquil, Merlopan)

Alprazolam (Xanax, Alganax, Calmlet, dll.)

Clobazam (Frisium)

2. Golongan Non- Benzodiazepin

Buspirone (Buspar, Tran-Q, Xiety)

Sulpiride (Dogmatil-50)

Hydroxyzine (Iterax)

OBAT ANTI – DEPRESI

1. Golongan Tricyclic Compound

Amitriptyline (Amitriptyline)

Imipramine (Tofrani)

11

Page 12: Makalah Gangguan Somatoform

Clomipramine (Anafranil)

Tianeptine (stablon)

2. Golongan Tetracyclic Compound

Maprotiline (Ludiomil)

Mianserin (Tolvon)

Amoxapine (asendin)

3. Golongan Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI)- Reversible

Moclobemide (Aurorix)

4. Golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)

Sertraline (Zoloft)

Paroxetine (Seroxat)

Fluvoxamine (Luvox)

Fluoxetine (Prozac, Nopres)

Citalopram (Cipram)

5. Golongan atypical Antidepresants

Trazodone (Trazone)

Mirtazapine (Remeron)

2.5.6 Prognosis

Dubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman

pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada percobaan bunuh diri.

12

Page 13: Makalah Gangguan Somatoform

BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gangguan somatoform adalah tidak

disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan. Gambaran yang

penting dari ganguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada

kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti

positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya

faktor psikologis atau konflik.

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala

fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah

berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa

tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi: gangguan

somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis,

disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap, gangguan

somatoform lainnya, dan gangguan somatoform YTT. Sedangkan pada DSM-IV,

ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah

dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.

13

Page 14: Makalah Gangguan Somatoform

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I., Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis

Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa

Aksara

2. Mansjoer, A., dkk (editor), 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.

Penerbit Media Aesculapicus : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

3. Departemen Kesehatan R.I., 1995. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI

4. Elvira, S. D., dkk (editor), 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

5. Setio, M. (editor), 1994. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

14