Makalah Etika Epidemiologi

download Makalah Etika Epidemiologi

of 88

Transcript of Makalah Etika Epidemiologi

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    1/88

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,

    menegah, dan meng!bati pen"akit serta memulihkan kesehatan mas"arakat perlulah

    disediakan dan diselenggarakan pela"anan kesehatan mas"arakat # public health services$

    "ang sebaik%baikn"a.

    &ntuk dapat men"ediakan dan men"elenggarakan pela"anan kesehatan tersebut, ban"ak "ang

    harus diperhatikan.'ang paling penting adalah pela"anan mas"arakat "ang dimaksud harus

    sesuai dengan kebutuhan mas"arakat.Namun sekalipun terdapat kesesuaian "ang seperti ini

    telah menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari%hari tidaklah mudah

    dalam men"ediakan dan men"elenggarakan pela"anan kesehatan "ang dimaksud.

    &ntuk mengatasin"a, telah diper!leh semaam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhankesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimas"arakat. (engan

    kesepakatan "ang seperti ini diupa"akanlah menemukan masalah kesehatan "ang ada

    dimas"arakat tersebut. (emikianlah, berped!man pada kesepakatan "ang seperti ini,

    dilakukan berbagai upa"a untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan

    dimas"arakat. &pa"a tersebut dikaitkan dengan menentukan )rekuensi, pen"ebaran serta

    )akt!r%)akt!r "ang mempengaruhi )rekuansi dan pen"ebaran disuatu masalah kesehatan

    dimas"arakat terakup dalam suatu abang ilmu khusus "ang disebut dengan nama

    Epidemi!l!gi.

    *ubjek dan !bjek epidemi!l!gi adalah tentang masalah kesehatan.(itinjau dari sudut

    epidemi!l!gi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa pen"akit amatlah penting.Karena sebenarn"a berbagai masalah kesehatan "ang bukan pen"akit han"a akan mempun"ai

    arti apabila ada hubungann"a dengan s!al pen"akit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak 

    sangkut pautn"a dengan s!al pen"akit., maka pada la+imn"a masalah kesehatan tersebut tidak 

    terlalu diperi!ritaskan penanggulangann"a.

    (emikianlah karena pentingn"a s!al pen"akit ini, maka perlulah dipahami dengan sebaik%

     baikn"a hal ikhwal "ang berkaitan dengan pen"akit tersebut.Kepentingan dalam epidemi!l!gi

     paling tidak untuk mengenal ada atau tidakn"a suatu pen"akit di mas"arakat sedemikian rupa

    sehingga ketika dilakukan pengukuran tidak ada "ang sampai luput atau terampur dengan

     pen"akit lainn"a "ang berbeda.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    2/88

    BAB II

     TINJAUAN PUSTAKA

    .1 -ENGERTAN E-(E/0L0G

    ika ditinjau dari asal kata, epidemi!l!gi berarti ilmu "ang memepelajari tentang penduduk 

    #"unani2 epi 3 pada atau tentang, dem!s 3 penduduk, l!g!s 3 ilmu$. -ada saat ini

    epidemi!l!gi diartikan sebagai ilmu "ang mempelajari tentang )rekuensi dan pen"ebaran

    masalah kesehatan pada sekel!mp!k manusia serta )akt!r%)akt!r "ang mempengaruhin"a.

    Beberapa pengertian seara umum dan setengah awam, dapat dibaa dalam kamus atau

    ensikl!pedia umum antara lain sebagai berikut2

    1. 4ebster5s New 4!rld (iti!nar" !) the Amerian Languange, Epidemi!l!gi adalah abang

    ilmu ked!kteran "ang men"elidiki pen"ebab%pen"ebab dan ara pengendalian wabah%wabah.

    2. Kamus Besar Bahasa nd!nesia terbtan Balai -ustaka, (ep (ik Bud 16672 Epidemi!l!gi

    adalah ilmu tentang pen"ebaran pen"akit menular pada manusia dan )akt!r%)akt!r "ang dapat

    mempengaruhi pen"ebarann"a.

    3. Ensikl!pedia Nasi!nal nd!nesia terbitan -T 8ipta Adi -ustaka , akrta 1696 2

    Epidemi!l!gi adalah suatu ara untuk meneliti pen"ebaran pen"akit atau k!ndisi kesehatan

     penduduk termasuk )akt!r : )akt!r "ang men"ebabkann"a.

    . -ENELTAN E-(E/0L0G

    *eara sederhana, *tudi epidemi!l!gi dapat dibagi menjadi dua kel!mp!k sebagai berikut 2

    ..1. E-(E/0L0G (E*KR-T;

    "aitu Cross Sectional Study

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    3/88

    (imana penelitian dapat melakukan manipulasi

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    4/88

    kesehatan, dapatlah disusun langkah%langkah penanggulangan selanjutn"a dari masalah

    kesehatan tersebut.

    . R&ANG LNGK&- E-(E/0L0G

    *eperti berbagai abang ilmu lainn"a, epidemi!l!gi juga mempun"ai ruang lingkup kegiatantersendiri. Ruang lingkup "ang dimaksud seara sederhana dapat dibedakan atas tiga maam

    "akni2

    1 /asalah kesehatan sebagai subjek dan !bjek epidemi!l!gi

    Epidemi!l!gi tidak han"a sekedar mempelajari masalah%masalah pen"akit%pen"akit saja,

    tetapi juga menakup masalah kesehatan "ang sangat luas ditemukan di

    mas"arakat.(iantaran"a masalah keluarga berenana, masalah kesehatan lingkungan,

     pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagain"a.(engan demikian,

    subjek dan !bjek epidemi!l!gi berkaitan dengan masalah kesehatan seara keseluruhan.

    /asalah kesehatan pada sekel!mp!k manusia

    -ekerjaan epidemi!l!gi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan meman)aatkan data dari

    hasil pengkajian terhadap sekel!mp!k manusia, apakah itu men"angkut masalah pen"akit,

    keluarga berenana atau kesehatan lingkungan. *etelah dianalisis dan diketahui pen"ebabn"a

    dilakukan upa"a%upa"a penanggulangan sebagai tindak lanjutn"a.

    ? -eman)aatan data tentang )rekuensi dan pen"ebaran masalah kesehatan dalam merumuskan

     pen"ebab timbuln"a suatu masalah kesehatan.

    -ekerjaan epidemi!l!gi akan dapat mengetahui ban"ak hal tentang masalah kesehatan dan

     pen"ebab dari masalah tersebut dengan ara menganalisis data tentang )rekuensi dan

     pen"ebaran masalah kesehatan "ang terjadi pada sekel!mp!k manusia atau mas"arakat.

    (engan meman)aatkan perbedaan "ang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat

    dirumuskan pen"ebab timbuln"a masalah kesehatan.

    . /AN;AAT E-(E/0L0G

    dari batasan dan ruang lingkup pengertiann"a , maka epidemi!l!gi sebagai kumpulan met!da

     pengamatan "ang menakup berbagai bidang ilmu juga mempun"ai man)aat "ang ukup luas,

    terutama dalam ilmu kesehatan mas"arakat maupun ilmu ked!kteran pada umumn"a.

    /eskipun demikian man)aat utama epidemi!l!gi pada hakekatn"a seara garis besarn"a

    dapat epidemi!l!gi pada hakekatn"a seara garis besarn"a dapat dikel!mp!kkan antara lain

    sebagai berikut2

    1 &ntuk mengenali dan memahami pen"akit dan masalah kesehatan lainn"a. *esuai dengan

     batasann"a ,maka epidemi!l!gi berman)aat untuk dapat menguraikan dan memahami pr!ses

    terjadin"a dan pen"ebarann"a pen"akit dan masalah kesehatan, serta )akt!r%)akt!r "ang

    mempengaruhin"a.

    &ntuk melengkapi Cb!d" !) kn!wledge5 dan Criwa"at ilmiah pen"akit5. *uatu pengamatan

    epidemi!l!gis hendakn"a selalu merupakan upa"a Cpenelitian5 "ang hasiln"a diharapkan akan

    dapat lebih melengkapi C riwa"at alamiah pen"akit5 "ang sekaligus juga merupakan Cb!d" !) 

    kn!wledge5 dari pen"akit atau masalah kesehatan "ang bersangkutan.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    5/88

    ? &ntuk dapat diaplikasikan dalam upa"a pengendalian dan penanggulangan pen"akit atau

    maslah kesehatan. *egala upa"a untuk selalu lebih melengkapi pemahaman kita tentang

    Criwa"at alamiah pen"akit5 tidak lain maksudn"a adalah agar kita dapat menemukan jalan

    keluar dalam upa"a menanggulangi masalah pen"akit tadi.

    .D -ERANAN (ALA/ -E/E8A@AN /A*ALA@ KE*E@ATAN /A*'ARAKAT

    /eninjau dari penjelasan tentang pengertian epidemi!l!gi, serta ruang lingkupn"a, se!rang

    ahli epidemi!l!gi atau epidemi!l!g memiliki peran%peran penting dalam kesehatan

    mas"arakat. Ada beberapa peranan epidemi!l!g dalam kesehatan mas"arakat, diantaran"a

    adalah2

    1 /enari < mengidenti)ikasi )akt!r "ang mempengaruhi timbuln"a gangguan kesehatan atau

     pen"akit dalam suatu mas"arakat tertentu dalam usaha menari data untuk penanggulangan

    serta ara penegahann"a.

    /en"iapkan data < in)!rmasi untuk keperluan pr!gram kesehatan dengan menilai status

    kesehatan dalam mas"arakat serta memberikan gambaran tentang kel!mp!k penduduk "angteranam.

    ? /embantu menilai beberapa hasil pr!gram kesehatan.

    /engembangkan met!d!l!gi dalam menganalisis pen"akit serta ara mengatasin"a, baik 

     pen"akit per!rangan # tetapi dianalisis dalam kel!mp!k $ maupun kejadian luar biasa # KLB $

    < wabah dalam mas"arakat.

    Epidemi!l!gi juga memiliki man)aat penting dalam men"elesaikan masalah kesehatan

    mas"arakat "aitu memberikan gambaran #deskripsi$ tentang pen"ebaran #distribusi$, besar 

    dan luasn"a masalah kesehatan dan lainn"a ,menjelaskan interaksi )akt!r%)akt!r agent, h!st

    and en=ir!nment ,menguraikan kel!mp!k -enduduk "ang dalam risik! dan risik! tinggi

    terhadap kel!mp!k -enduduk "ang tidak mempun"ai Risik! ,menge=aluasi e)ekti=itas dan

    e)isiensi serta keberhasilan kegiatan , membantu pekerjaan administrati) kesehatan "aitu

     planning #perenanaan$ ,m!nit!ring #pengamatan$ ,dan e=aluati!n #e=aluasi$ , menerangkan

     pen"ebab masalah kesehatan sehingga dapat disusun langkah%langkah penanggulangann"a.

    2.7 HUKUM WABAH PENYAKIT

    Pemerintah mempunyai kewenangan untuk membuat peraturan perundang-udangan

    sebagai bagian dari kedudukan hukumnya sebagai penguasa. Kesemua bentuk

    instrumen pemerintahan tersebut dibuat karena konsekuensi lain dari konsep negara

    kesejahteraan adalah kewenangan pemerintah untuk mencampur tangani kehidupanwarganya sampai ke hal-hal yang paling pribadi sekalipun. Di ibaratkan bahwa

    campur tangan negara terhadap kehidupan warganya adalah mulai lahir sampai

    mati, jadi tak ada satu sisi kehidupan warga masyarakatpun yang tidak dicampur 

    tangani oleh negara. Bentuk campur tangan pemerintah tersebut diwujudkan dalam

    pengaturan hukum dengan menerbitkan instrumen hukum sebagaimana disebutkan

    di atas, berikut pelaksanaannya dalam bentuk berbagai kebijakan pemerintah.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    6/88

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    7/88

    mencegah penularan yang lebih luas dan menanggulangi wabah penyakit

    menular.

     Jika konsekuen dengan pemberlakuan pasal 14 UU wabah, maka

    siapapun yang termasuk dalam kategori menghalang-halangi penanggulangan

     wabah, baik yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya, seharusnya dapatdikenai sanksi pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

    (LIHAT KASUS PEMBAHASAN KE TUJUH PADA HALAMAN ….)

    UU Wabah Tahun 1984 seharusnya dapat mengatasi masalah tersebut

     bahkan dapat mencegah kejadian berulang dan peningkatan kejadian. Hal

    inilah yang menunjukkan bahwa dalam kenyataannya undang-undang ini

    tidak pernah diperhatikan dan diterapkan. Oleh karenanya menjadi suatu

    pemikiran bahwa undang-undang ini perlu ditinjau kembali berdasarkan

     berbagai pertimbangan, antara lain:

    1. Bahwa penyakit merupakan kejadian yang tidak mengenal batas wilayah

     baik wilayah dalam negara maupun wilayah antar negara. Dalam beberapa hal

     juga tidak membedakan status sosial, ras, jenis kelamin untuk mengalami

     jenis-jenis penyakit tertentu baik menular maupun tidak menular. Dewasa ini

    KLB/wabah juga dapat timbul akibat penyakit-penyakit tidak menular seperti

    kejadian kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban baik yang cidera

    maupun yang meninggal dengan proporsi kejadian yang sangat tinggi akibat

    ulah manusia yang tidak mematuhi peraturan yang ada. Menurunnya kualitas

    lingkungan hidup akibat eksploitasi yang berlebihan, pencemaran lingkungan

     yang diakibatkan ulah manusia seperti industri maupun domestik dapat

    menimbulkan penyakit tidak menular yang bersifat manahun tetapi juga dapat

    menimbulkan kasus keracunan yang bersifat akut serta massal. Beberapa

    macam penyakit baru juga muncul antara lain adalah H7N9, H5N1, Flu babi

    (H1N1), NBC Terorisme.

    2. Bahwa dalam penanggulangan wabah penyakit menular masih terlihat

    belum adanya koordinasi yang bagus antara pemerintah pusat dan daerah

    karena belum adanya pembagian kewenangan yang jelas misalnya dalam hal

    penetapan dan pencegahan, Pemda dan pemerintah pusat kadang-kadang

    melakukan hal yang sama, disamping itu kerja sama internasional belum

     berjalan lancar karena payung hukumnya belum tersedia.

    3. Penanggulangan wabahbelum memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

    dan teknologisecara optimal sehingga pelaksanaann masih terhambat, baik

    pada tahap pencegahan, pada saat terjadi penyebaran penyakit

    maupun pada tahap pasca penyebaran/pasca penyembuhan. Melalui metode

    event based surveillance,hal tersebut dapat diketahui dan ditanggulangi

    dengan cepat.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    8/88

    4.Belum tersedianya sarana prasarana, tenaga profesional, dan dana yang

    memadai sehingga penanggulangan wabah banyak mengalami hambatan.

    5. Upaya preventif belum menjadi prioritas penanggulangan wabah, penekanan

    masih di bidang kuratif sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan sarana

    prasarana, tenaga profesional, dan dana.

    6. Peran masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam penanggulangan

     wabah penyakit menular masih sangat terbatas.

    7. Perlindungan terhadap tenaga kesehatan yang terlibat dalam

    penanggulangan wabah penyakit menular termasuk tenaga peneliti di

    laboratorium, belum dilakukan secara maksimal karena regulasinya belum

    mengatur secara komplit.

    8. Terkait dengan Penetapan Kasus KLB dalam Praktek terjadi ketidakakuratan

    data yang menyebabkan terjadinya kendala penanggulangan penyakit wabahseperti:

    a. belum optimalnya kinerja petugas surveillance mulai dari tingkat kecamatan

    sampai pusat sehingga penetapan tejadinya KLB tidak dapat ditegakkan yang

    mengakibatkan terlambatnya penanggulangan.

     b. Mekanisme pelaporan yang belum terpola dengan baik.

    c. Pengambilan keputusan penanggulangan wabah tidak dilaksanakan dengan

     baik

    Dalam praktek penanggulangan wabah, diantaranya penetapan KLB.Kriteria penetapan KLB sebagaimana diatur dalam Permenkes RI No.

    1501/Menkes/Per/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang

    Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan, sebagai berikut :

    1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

    2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu

    dalam jam, hari, atau minggu berturut-turut emnurut jenis penyakitnya.

    3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan

    periode dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.

    4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu (1 (satu) bulan menunjukkan

    kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan

    dalam tahun sebelumnya.

    5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun

    menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata

     jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.

    6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)

    kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    9/88

    lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode

    sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

    7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode

    menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya

    dalam kurun waktu yang sama.31 Ketika sudah memenuhi salah satu dari 7 kriteria tersebut maka

    seharusnya ditetapkan sebagai daerah yang mengalami KLB. Akan tetapi,

    seringkali di beberapa daerah yang terjadi peningkatan kasus suatu penyakit

     belum ditetapkan sebagai KLB meskipun sudah memenuhi salah satu kriteria

    KLB di atas. Sehingga upaya pengendalian KLB menjadi sulit karena sudah

    menyebar dan meluas ke daerah-daerah sekitarnya.

    8. Masih lemahnya sistem surveilans penyakit.

    Peraturan pendukung untuk penyelenggaraan surveilans ini salah satunya

    adalah Kep Menkes no. 1116/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman

    Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan yang

    mencantumkan dalam sasaran penyelenggaraan sistem surveilans adanya

    prioritas surveilans kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan sebagai

     bagian dari surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra. Sedangkan Permenkes

    no 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggara-an Sistem

    Kewaspadaan Dini KLB yang telah jelas mencantumkan istilah wabah dan KLB

    serta pengorganisasian SKD-KLB. Pada kenyataan di lapangan hasil

    penyelidikan epidemiologi KLB, pada umumnya sistem kewaspadaan dini KLB belum dapat mendeteksi kejadian tersebut. KLB dilaporkan ber- sumber

    laporan dari RS (SKD-RS), sedangkan dari SKD-Puskesmas belum berjalan

    dengan baik. SKD-RS secara cepat dapat diketahui dan ditindaklanjuti oleh

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tetapi dari Puskesmas belum berjalan

    efektif.

     bphn32

    9. Lingkup penangulangan wabah dalam UU no. 4 Tahun 1984 Tentang wabah

    penyakit menular lebih dititikberatkan pada Penanggulangan belum mencakup

    aspek pencegahan wabah. Dengan upaya pencegahan akan dapat memperkecilrisiko penularan penyakit maupun kerugian yang dapat ditimbulkan. Upaya ini

    melibatkan masyarakat untuk dapat mengenal penyakit, faktor risikonya dan

    upaya pengendaliannya. Salah satu upaya pencegahan adalah membangun dan

    memperkuat surveilans penyakit yang melibatkan tidak hanya petugas

    kesehatn dan masyarakat saja tetapi juga melibatkan lintas sektor terkait.

    Penanggulangan wabah perlu mencakup fase sebelum wabah (pencegahan),

    saat wabah terjadi, dan pasca wabah. Saat wabah berlangsung harus dipantau

    dan dilaporkan 1 x 24 jam.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    10/88

    10. Dengan adanya otonomi daerah perlu ditekankan kewajiban penganggaran

     yang cukup untuk upaya penanggulangan wabah.

    Perlu adanya anggaran kontingensi untuk wabah seperti halnya pada bencana,

    sehingga penanggulangan wabah dapat segera ditanggulangi dan dilokalisir. Di

    samping itu, perlu dilakukan koordinasi penanggulang wabah terkait

    pembagian urusan pemerintahan khususnya di bidang penanggulangan

    penyakit.

    11. KLB penyakit menular hanya bertumpu pada Kementerian Kesehatan dan

     jajarannya saja, padahal persoalan penyakit menular sesungguhnya bagian

    dari dampak persoalan di bidang lainnya (seperti pariwisata, pertanian,

     bioteknologi, industri, imigrasi, perdagangan, agama). Peran sektor laindan

    masyarakat sangat besar khususnya dalam upaya pencegahan ataupun

    pengendalian factor risiko (Hilir). Hal ini sangat penting untuk dicantumkan

    peran keterlibatan unsur pemerintah (lintas sektor) dan masyarakat.

    12. UU No 4 Tahun 1984 hanya membahas wabah penyakit menular yang

    memang mempunyai risiko menelan korban jiwa, tapi juga penyakit tidak

    menular dan akibat perkembangan IPTEK yang dapat berdampak pada korban

     jiwa seperti kimia, pestisida perlu diatur dalam UU Wabah.

    2.7.2 JANGKAUAN ARAH PENGETAHUAN DAN MATERI MUATAN

    2.7.2.1 JANGKAUAN ARAH PENGETAHUAN

     Jangkuan dan arah pengaturan penggantian UU Wabah 1984 ini antara lain:

    1. Rancangan undang-undang yang akan disusun mengatur mengenai wabah

    penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular termasuk kejadian luar

     biasa. Dalam lingkup area penularan, pengaturannya meliputi penyakit yang

    ditularkan melalui darat, laut, dan udara. Dengan demikian bahwa persoalan

     wabah tidak saja menjadi persoalan nasional tetapi juga dapat menjadi

    persoalan internasional, dan sangat berkaitan erat dengan hak asasi manusia,

    sehingga penanggulangannya menjadi tanggung jawab negara.

    2. Bahwa persoalan wabah tidak saja menyangkut persoalan kesehatan tetapi

     juga menyangkut dengan persoalan hukum, politik, ekonomi, sosial dan

     budaya, agama, serta keamanan.

    3. Arah pengaturan dari rancangan undang-undang tentang wabah adalah

    untuk diselaraskan dengan peraturan perundang-undangan terkait yang sudah

    ada dan ketentuan-ketentuan internasional.

    2.7.2.2 MATERI MUATAN

    Bagian ini berisi materi muatan yang akan diatur dalam RUU Wabah

    sebagai pengganti UU Wabah Tahun 1984, yaitu:

    1. Ketentuan Umum.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    11/88

    Bagian ini mengatur mengenai definisi yang dipakai dalam RUU Wabah yang

     baru, antara lain:

    a. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular atau tidak

    menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata

    melebihi dari pada

    keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan

    malapetaka.

     b. Penyakit menular adalah jenis penyakit yang dapat menjalar dari orang ke

    orang atau dari orang ke binatang atau dari binatang ke orang melalui media

    udara, oral-fekal, darah, cairan tubuh, vektor, air, dan lain lain yang

    penyebabnya bisa berupa virus, bakteri, jamur, dan sebagainya.

    c. Kejadian Luar Biasa adalah Timbulnya suatu penyakit menular tertentu

     yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah; Peningkatan

    kejadian penyakit terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari,

    minggu atau bulan berturut-turut menurut jenis penyakitnya; Peningkatan

    kejadian penyakit dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode dalam

    kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya; jumlah

    penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan

    dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam

    tahun sebelumnya; rata-rata jumlah kejadian penyakit per bulan selama 1

    (satu) tahun menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan

    rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya; Angkakematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun

     waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih

    dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode

    sebelumnya dalam kurun waktu yang sama; Angka proporsi penyakit

    (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan

    kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun

     waktu yang sama.

    d. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden RepublikIndonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945.

    e. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

    daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    f. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang Kesehatan.

    g. Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan

    pencegahan, penanggulangan, dan pemberantasan/penanganan penyakit yangdapat menimbulkan wabah dengan cara berperilaku hidup sehat;

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    12/88

    meningkatkan ketahanan keluarga; aktif dalam kegiatan promosi, pencegahan,

    perawatan, dukungan, pengobatan, dan pendampingan terhadap penderita.

    h. Lembaga Swadaya Masyarakat selanjutnya disebut LSM adalah lembaga non

    pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pencegahan,

    penanggulangan, dan pemberantasan/penanganan wabah menurut prinsipdan ketentuan perundangan yang berlaku.

    i. Tenaga Kesehatan adalah Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

    kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

    pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

    kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

     j. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang

    dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk

    memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentukpencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan

    pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

    k. Penanggulangan Wabah adalah upaya-upaya dalam pemberantasan wabah

     yang meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan/atau rehabilitatif serta

    upaya pencegahan penyebaran wabah antar daerah dan/atau pemberantasan

     wabah di dalam lingkungan.

    l. Perawatan dan pengobatan adalah upaya tenaga medis untuk meningkatkan

    derajat kesehatan.

    m. Surveilans adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan

    interpretasi dengan maksud untuk mengetahui prevalensi dan meningkatnya

    kejadian penyakit dan faktor risiko supaya dapat dilakukan atau dapat

    dilaksanakan penanggulangan penyakit.

    n. Kewaspadaan umum adalah prosedur-prosedur yang harus dijalankan oleh

    petugas kesehatan untuk mengurangi risiko penularan penyakit yang

     berhubungan dengan bahan-bahan terpajan oleh darah dan cairan tubuh lain yang infeksius.

    o. Upaya promotif adalah upaya yang dilakukan melalui penyuluhan, informasi

    dan edukasi tentang hidup sehat dan aktifitas yang tepat untuk mencegah

    kondisi sehat.

    p. Upaya preventif primer adalah upaya melalui imunisasi, edukasi dan

    penanganan yang tepat pada kondisi sehat untuk mencegah sakit /penyakit.

    q. Upaya preventif sekunder adalah upaya yang dilakukan terhadap pasien

     yang sakit agar penyakitnya tidak bertambah berat.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    13/88

    r. Upaya preventif tersier adalah upaya yang dilakukan terhadap pasien yang

    sakit berat agar tidak menjadi cacat.

    s. Upaya kuratif adalah upaya penanganan melalui paduan intervensi medik,

    keterapian fisik, dan upaya rehabilitatif untuk mengatasi penyakit /kondisi

    sakit untuk mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi.

    t. Upaya rehabilitatif adalah upaya yang dilakukan dengan penanganan melalui

    paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya rehabilitatif lainnya

    melalui pendekatan psiko-sosial-edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi

    penyakit/ kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan

    kemampuan fungsi, meningkatkan kemampuan beraktifitas.

    u. Disfungsi sosial adalah ketidakmampuan seseorang dalam melakukan

    interaksi sosial dengan lingkungannya.

     v. Koersif adalah tindakan pemaksaan dalam proses rehabilitasi.

     w. Karantina adalah salah satu tindakan penanggulangan dan pencegahan

    penularan wabah.

    2. Wabah

    Pada bagian ini diterangkan mengenai wabah penyakit menular dan wabah

    penyakit tidak menular. Pada wabah perlu diketahui sumber penularannya dan

     jenis-jenis penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Tidak hanya agent

     biologis yang menjadi penyebab penyakit menular melainkan juga nuklir danterorisme kimia menjadiagentpenyebab wabah penyakit tidak menular

    (misalnya gaya hidup tidak sehat). Sumber penularan dapat melalui darat, laut,

    dan udara.

     b. Mengenai Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah

    Daerah.

    Pembagian kewenangan ini terkait dengan UU Pemda sesuai dengan skala

    kewenangan yang diatur. Dalam penanggulangan penyakit diperlukan peran

    pemerintah pusat dan daerah. Hal ini terkait dengan pembagian urusan

    kewenangan dan tanggungjawab. Beberapa jenis penyakit menular memilikikarakter penularan yang lintas batas sehingga diperlukan koordinasi di dalam

    penanggulangannya. Pembagian kewenangan antara pusat dan daerah lihat UU

    Pemda No. 32 Tahun 2004. Pemerintah wajib menyediakan sarana dan

    prasarana pendukung pencegahan, penanggulangan, dan

    pemberantasan/penanganan wabah diantaranya berupa Laboratorium

    Diagnostik terkait wabah minimal tingkatBio Safety Level(BSL) 3 pada setiap

    provinsi.

     A.Sistem Penanggulangan Wabah. Penanggulangan meliputi Sistem

    Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    14/88

    Penanggulangan Wabah bertujuan untuk:

    1) meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga mampu mencegah

     wabah.

    2) memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dan pelayanan kesehatan yang cukup, aman, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

    sehingga mampu menanggulangi wabah.

    3) melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan kejadian yang dapat

    menimbulkan wabah.

    4) memberikan kemudahan pelayanan dalam upaya penanggulangan wabah.

    5) meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam pencegahan,

    penanggulangan, dan pemberantasan/ penanganan wabah.Penyelenggaraan penanggulangan wabah dilakukan secara menyeluruh,

    terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan penanggulangan ini meliputi

    kegiatan pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan wabah. Upaya

    pencegahan meliputi:

     Tindakan Pencegahan Primer

    Merupakan pencegahan terhadap orang yang masih sehat agar jangan sampai

    sakit. Tindakan ini berupa perubahan gaya hidup ke arah yang lebih sehat,

     yang meliputi promosi kesehatan (antara lain KIE-Komunikasi Informsai dan

    Edukasi), imunisasi dan fumigasi/pengasapan. Yang dimaksud dengan

    Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)” adalah suatu proses penyampaiandan penerimaan pesan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan

    pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang, kelompok, dan atau

    masyarakat sehingga mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi.

     Tindakan Pencegahan Sekunder

    Merupakan bagian dari tindakan pengendalian dan pemberantasan. Tindakan

    ini untuk mencegah agar yang sakit menular agar tidak menularkan ke orang

    lain melalui diagnosis dini, pengobatan dini, dan advokasi ke penderita dan

    masyarakat.

     Tindakan Pencegahan Tersier

    Merupakan bagian dari tindakan pengendalian dan pemberantasan. Tindakan

    ini mencegah yang sakit jangan sampai cacat melalui limitasi dari hendaya

    (Disability Limitation) Upaya Penanganan atau Penanggulangan Wabah

    dilakukan melalui upaya perawatan, dukungan, pengobatan dan

    pendampingan penderita yang dilakukan berdasarkan pendekatan berbasis

    klinis, keluarga, kelompok dukungan sebaya, organisasi profesi dan

    masyarakat. Upaya penanganan Wabah penyakit menular dilakukan dengan:

    1) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang melakukan

    perawatan, dukungan, pengobatan dan pendampingan;

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    15/88

    2) mendukung kelompok dukungan sebaya;

    3) menyediakan obat dan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan

    4) menyediakan alat kesehatan dan layanan pemeriksaan

    5) menyediakan layanan perawatan, dukungan, pengobatan, danpendampingan kepada setiap orang yang menderita penyakit;

    6) melaksanakan surveilans epidemiologi

    RUU Wabah yang baru juga mengatur tentang rehabilitasi baik rehabilitasi

    penderita, medik, maupun sosial. Rehabilitasi Medik merupakan pelayanan

    kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh

    keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik,

    keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsioptimal. Rehabilitasi medik meliputi upaya kesehatan berupa upaya promotif,

    upaya preventif, upaya kuratif, dan upaya rehabilitatif. Sedangkan Rehabilitasi

    sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan penderita jenis

    penyakit yang dapat menimbulkan wabah yang mengalami disfungsi sosial agar

    dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi ini dapat

    dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga,

    masyarakat maupun panti sosial. Rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk

    motivasi dan lain-lain yang akan diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri

     yang terkait.

     A.Penanganan dan Pemulihan Paska terjadinya wabah penyakit

    menular dan berbahaya.

    Penanganan dan pemulihan sebagaimana dimaksud antara lain dengan:

    1) Pemberian perlindungan sosial untuk mencegah dan menangani risiko dari

    guncangan, kerentanan sosial, stigma, diskriminasi, seseorang, keluarga,

    kelompok dan/atau masyarakat, agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi

    sesuai dengan kebutuhan dasar minimal, serta untuk melindungi masyarakat

    dari penularan penyakit berbahaya. Perlindungan sosial dilaksanakan melalui

     bantuan sosial; advokasi sosial; dan bantuan hukum.

    2) Selain itu, juga diberikan bantuan sosial yang bersifat sementara dan/atau

     berkelanjutan dalam bentuk bantuan langsung; penyediaan aksesibilitas

    dan/atau penguatan kelembagaan.

    3) Advokasi sosial.

    Upaya ini untuk melindungi dan membela seseorang, keluarga, kelompok,

    dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya akibat terjangkitnya wabah dalam

     bentuk penyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.

    4) Bantuan hukum

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    16/88

    Diselenggarakan untuk mewakili seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau

    masyarakat yang menghadapi masalah hukum akibat status terjangkitnya

     wabah baik di dalam maupun diluar pengadilan. Bantuan hukum diberikan

    dalam bentuk pembelaan dan konsultasi hukum.

    B.Peran Serta Masyarakat.

    Masyarakat berperan serta dalam kegiatan pencegahan, penanggulangan, dan

    pemberantasan/penanganan penyakit yang dapat menimbulkan wabah dengan

    cara berperilaku hidup sehat; meningkatkan ketahanan keluarga; aktif dalam

    kegiatan promosi, pencegahan, perawatan, dukungan, pengobatan, dan

    pendampingan terhadap penderita.

    C.Kerjasama Nasional dan Internasional.

    Mengingat penyebaran wabah tidak hanya di dalam satu negara melainkan

     juga dapat lintas batas negara maka dalam pennaggulangannya dapatdilakukan kerjasama lintas sektor baik melalui jejaring nasional maupun

    internasional.

    D.Surveilans.

     Tiga prinsip dalam Surveilans:timeliness(tepat waktu),rapid analysis(analisis

     yang cepat), danimmediate respons(respon yang segera).

    E. Pembiayaan.

    Pembiayaan pencegahan, penanggulangan, dan pemberantasan/penanganan wabah bersumber dari APBN, APBD, dan sumber dana lain yang sah dan tidak

    mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

    F.Pembinaan dan Pengawasan

    Dalam hal pembinaan, pemerintah melakukannya terhadap semua kegiatan

     yang berkaitan dengan pencegahan, penanggulangan, dan

    pemberantasan/penanganan wabah. Pembinaan diarahkan untuk:

    1) mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sehingga

    mampu mencegah dan mengurangi penularan wabah;

    2) terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan informasi dan pelayanan

    kesehatan yang cukup, aman, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan

    masyarakat sehingga mampu mencegah dan mengurangi penularan penyakit;

    3) melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan kejadian yang dapat

    menimbulkan penularan penyakit;

    4) memberikan kemudahan dalam rangka menunjang peningkatan upaya

    penanggulangan penyakit

    5) meningkatkan mutu tenaga kesehatan dalam upaya penanggulangan wabah.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    17/88

    Pembinaan dilakukan dengan cara:

    - Sosialisasi lembaga pemerintah dan swasta kepada individu, kelompok dan

     warga masyarakat;

    - Pendidikan dan pelatihan pencegahan, penanggulangan, dan

    pemberantasan/penanganan wabah kepada individu, kelompok dan wargamasyarakat

    Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan surveilans dan

    program penanggulangan yang dilakukan oleh lembaga yang bertanggung

     jawab dalam P2PL (Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan).

    Prosedur Penyidikan.

     Adanya kewenangan PPNS dalam melakukan penyidikan terkait pelanggaran

    norma dalam UU Wabah yang baru. PPNS memberitahukan dimulainya

    penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya melalui Penyidik POLRI

    kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

    3. Ketentuan Sanksi

     Jika melakukan pelanggaran terhadap norma dalam UU wabah yang baru

    maka akan dikenakan sanksi secara berjenjang yang jenisnya meliputi:

    a. sanksi administratif

     b. sanksi perdata

    c. Sanksi pidana

    Sanksi administratif dikenakan kepada orang atau badan hukum sebagai

    subjek hukumnya berupa teguran/peringatan tertulis. Teguran/Peringatan

    tersebut diberikan paling banyak 3 (tiga) kali. Apabila peringatan tertulis tidak

    dihiraukan maka akan dilakukan pencabutan izin; dan/atau sanksi

    administratif lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

     berlaku. Sanksi perdata dikenakan kepada setiap subjek hukum yang

    melakukan perbuatan melawan hukun dan menimbulkan kerugian baik

    materil maupun materil. Sanksi pidana merupakan ultimum remedium. Sanksi

    pidana diberikan kepada setiap orang yang dengan kesengajaan atau

    kelalaiannya menghalang-halangi pencegahan, penanggulangan, dan

    pemberantasan/ penanganan Wabah. Sanksi pidananya berupa kerja sosial

     yang sifatnya pembinaan. Pidana lainnya yang berupa penjara, kurungan,

    dan/atau denda untuk perbuatan melawan hukum yang berat (misalnya

    bioterorimedanchemicalterorisme).

    4. Laboratorium Diagnostik 

    terkait wabah wajib disediakan oleh pemerintah minimal tingkatBio SafetyLevel(BSL) 3 pada setiap provinsi.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    18/88

    5. Ketentuan Penutup

    Pada saat berlakunya undang-undang ini maka UU Wabah 1984 dinyatakan

    dicabut dan tidak berlaku lagi dan peraturan pelaksana yang ada yang

     berkaitan dengan wabah dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

     bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan undang-undang ini.

    2.8 UU KARANTINA KESEHATAN

    RUU PENJELASAN

    RANCANGAN

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR … TAHUN …

     TENTANG

    KEKARANTINAAN KESEHATAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    RANCANGAN

    PENJELASAN

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK

    INDONESIA

    NOMOR …… TAHUN ……

     TENTANG

    KEKARANTINAAN KESEHATAN

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    19/88

    RUU PENJELASAN

    Menimbang :a.bahwa dalam rangka

    pelaksanaan pembangunan

    manusia Indonesia

    seutuhnya diperlukan

    adanya perlindungan

    kesehatan bagi seluruh

    masyarakat Indonesia yang

    tersebar di berbagai pulau

     besar maupun kecil yang

    terletak pada posisi yang

    sangat strategis dan berada

    pada jalur perdagangan

    internasional, yang berperan

    penting dalam lalu lintas

    orang dan barang;

     b.bahwa kemajuan teknologi

    transportasi dan era

    perdagangan bebas, dapat

     berisiko menimbulkan

    gangguan kesehatan dan

    penyakit baru atau penyakit

    lama yang muncul kembali

    dengan penyebaran yang

    lebih cepat dan berpotensi

    menimbulkan kedaruratan

    kesehatan masyarakat,

    sehingga menuntut adanya

    upaya cegah tangkal

    penyakit dan faktor risiko

    kesehatan yang

    komprehensif dan

    terkoordinasi, serta

    membutuhkan sumber daya,

    peran serta masyarakat, dan

    kerjasama internasional;

    c.bahwa Undang-Undang

    Nomor 1 Tahun 1962

    I.UMUM

    Pembangunan kesehatan

    diarahkan untuk

    mencapai derajat

    kesehatan setinggi-

    tingginya yang besar

    artinya bagi

    pembangunan dan

    pembinaan sumber daya

    manusia Indonesia dan

    sebagai modal dasar bagi

    pelaksanaan

    pembangunan nasional

     yang pada hakekatnya

    adalah pembangunan

    manusia Indonesia

    seutuhnya dan

    pembangunan seluruh

    masyarakat Indonesia.

    Indonesia merupakan

    negara kepulauan dengan

     jumlah pulau 17.504

     yang terdiri dari pulau

     besar dan kecil dan

    memiliki posisi sangat

    strategis karena diapit

    oleh dua benua dan dua

    samudera dan berada

    pada jalur lalu lintas dan

    perdagangan

    internasional. Kondisi

    tersebut menyebabkan

     banyaknya pintu masuk

    ke wilayah Indonesia yang

    merupakan faktor risiko

    terjadinya penyebaran

    penyakit dan gangguan

    kesehatan. Berdasarkanhasil sensus penduduk

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    20/88

    RUU PENJELASAN

    tentang Karantina Laut dan

    Undang-Undang Nomor 2

     Tahun 1962 tentang

    Karantina Udara sudah

    tidak sesuai lagi dengan

    perkembangan, tuntutan

    dan kebutuhan hukum

    dalam masyarakat, sehingga

    perlu dicabut dan diganti

    dengan Undang-Undang

     yang baru mengenai

    Kekarantinaan Kesehatan;

    d.bahwa berdasarkan

    pertimbangan sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a,

    huruf b, dan huruf c, perlu

    membentuk Undang-Undang

    tentang Kekarantinaan

    Kesehatan;

    Mengingat :1.Pasal 5 ayat (1), Pasal 20,

    Pasal 28 H ayat (1), Pasal 34

    ayat (3) Undang-Undang

    Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945;

    2.Undang-Undang Nomor 36

     Tahun 2009 tentang

    Kesehatan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia

     Tahun 2009 Nomor 144,

     Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor

    5063);

    terakhir, Indonesia

    memiliki jumlah

    penduduk 230 juta orang

    dan menduduki nomor

    tiga terbesar didunia yang

    tersebar di berbagai

    pulau dengan kepadatan

     yang berbeda diantaranya

    pulau Jawa dan Bali yang

    memiliki tingkat

    kepadatan yang tinggi.

    Demikian juga dengan

    status sosial ekonomipenduduk Indonesia

    tergolong rendah

    dibandingkan negara-

    negara lain. Keadaan ini

    akan menimbulkan

    masalah kesehatan,

    diantaranya penyebaran

    penyakit infeksi, status

    gizi kurang dan penyakit

    lainnya.

    Kecenderungan

    permasalahan kesehatan

    dalam jangka panjang di

    Indonesia dari waktu ke

     waktu tampaknya akan

    menjadi luas dan

    semakin kompleks.Indonesia sebagai negara

    kepulauan yang

    mempunyai letak strategis

    (posisi silang), berperan

    penting dalam lalu lintas

    orang dan barang.

    Dengan meningkatnya

    pembangunan, maka

    pergerakan dan

    perpindahan penduduk

    antar pulau akan

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    21/88

    RUU PENJELASAN

    Dengan Persetujuan Bersama:

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA

    dan

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG

    KEKARANTINAAN

    KESEHATAN.

    meningkat. Demikian

     juga dengan

    perkembangan teknologi

    transportasi yang

    menyebabkan

    meningkatnya kecepatan

     waktu tempuh perjalanan

    antar negara yang lebih

    cepat dari masa inkubasi

    penyakit sehingga

    memperbesar risiko

    masuk dan keluar

    penyakit menular (newinfection diseases,

    emerging infections

    diseases dan re-emerging

    infections diseases),selain

    itu kemajuan teknologi di

     berbagai bidang lainnya

     berdampak pada

    perubahan pola penyakit

    dan meningkatnya risiko

    kesehatan yang

    diakibatkan Nuklir,

    Biologi, Kimia (Nubika)

    oleh teknologi industri

    dan dapat pula

    dimanfaatkan sebagai

    sarana teror.

    Sebagai bagianmasyarakat dunia,

    Indonesia juga

     berkewajiban melakukan

    upaya untuk mencegah

    terjadinya kedaruratan

    kesehatan yang

    meresahkan

    dunia /Public Health

    Emergency of

    International Concern

    sebagaimana yang

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    22/88

    RUU PENJELASAN

    diamanatkan dalam

    International Health

    Regulation  (IHR) 2005,

    dan dalam melaksanakan

    amanat ini Indonesia

    harus menghormati

    sepenuhnya martabat,

    hak asasi manusia,

    dasar-dasar kebebasan

    seseorang dan

    penerapannya secara

    universal.

    International Health

    Regulation  (IHR) 2005

    mengharuskan Indonesia

    meningkatkan kapasitas

    dan kemampuan dalam

    surveilans dan respon

    serta kekarantinaan pada

    pintu-pintu masuk

    (pelabuhan/bandara/PLB

    D) dan karantina wilayah.

    Untuk itu diperlukan

    penyesuaian perangkat

    peraturan perundang-

    undangan, organisasi, dan

    sumber daya yang

     berkaitan dengan

    kekarantinaan dan

    organisasi pelaksananyamengingat perundang-

    undangan kekarantinaan

     yang ada yaitu Undang-

    Undang Nomor 1 Tahun

    1962 tentang Karantina

    Laut dan Undang-Undang

    Nomor 2 Tahun 1962

    tentang Karantina Udara

    sudah tidak relevan

    dengan kondisi saat ini.

    Pada saat itu kedua

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    23/88

    RUU PENJELASAN

    undang-undang tersebut

    mengacu pada peraturan

    kesehatan internasional

     yang disebutInternational

    Sanitary Regulations(ISR)

    1953. Kemudian ISR

    tersebut diganti dengan

    International Health

    Regulation  (IHR) 1968

    dengan pendekatan

    epidemiologi yang

    didasarkan kepada

    kemampuan sistimsurvailans epidemiologi.

    Pada Sidang Majelis

    Kesehatan sedunia tahun

    2005 telah berhasil

    merevisi IHR 1969

    tersebut menjadi IHR

    Revisi 2005 yang

    diberlakukan sejak

    tanggal 15 Juni 2007.

    Undang-Undang tentang

    Karantina Kesehatan ini

    mengatur hal-hal sebagai

     berikut:

    -  Tanggung Jawab

    Pemerintah dan

    Pemerintah Daerah

    - Hak dan Kewajiban- Kedaruratan

    Kesehatan Masyarakat

    - Penyelenggaraan

    Kekarantinaan

    Kesehatan Pintu

    Masuk

    - Penyelenggaraan

    Kekarantinaan

    Kesehatan di Wilayah

    - Dokumen Karantina

    Kesehatan- Sumber Daya

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    24/88

    RUU PENJELASAN

    Kekarantinaan

    Kesehatan

    - Informasi

    KekarantinaanKesehatan

    - Pembinaan dan

    Pengawasan

    - Penyidikan

    - Ketentuan Pidana

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam undang-undang ini yang dimaksud

    dengan:

    1.Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya

    mencegah dan menangkal keluar atau

    masuknya penyakit dan/atau faktor

    risiko kesehatan masyarakat yang

     berpotensi menimbulkan kedaruratan

    kesehatan masyarakat.

    2.Karantina adalah pembatasan kegiatan

    dan/atau pemisahan seseorang yang

    terpapar penyakit menular sebagaimana

    ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan meskipun belum

    PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    25/88

    RUU PENJELASAN

    menunjukkan gejala apapun atau sedang

     berada dalam masa inkubasi, dan

    pemisahan peti kemas, alat angkut, atau

     barang apapun yang diduga

    terkontaminasi dari orang dan/atau

     barang yang mengandung penyebab

    penyakit atau kontaminan lain untuk

    mencegah kemungkinan penyebaran ke

    orang dan/atau barang di sekitarnya.

    3.Isolasi adalah pemisahan orang sakit

    dari orang sehat yang dilakukan di

    fasilitas pelayanan kesehatan untuk

    mendapatkan pengobatan dan

    perawatan.

    4.Karantina Rumah adalah pembatasan

    penghuni dalam suatu rumah beserta

    isinya yang diduga terinfeksi penyakit

    dan/atau terkontaminasi sedemikian

    rupa untuk mencegah kemungkinan

    penyebaran penyakit atau kontaminasi.

    5.Karantina Rumah Sakit adalah

    pembatasan seseorang dalam rumah

    sakit yang diduga terinfeksi penyakit

    dan/atau terkontaminasi sedemikianrupa untuk mencegah kemungkinan

    penyebaran penyakit atau kontaminasi.

    6.Karantina Wilayah adalah pembatasan

    penduduk dalam suatu wilayah

    termasuk wilayah pintu masuk beserta

    isinya yang diduga terinfeksi penyakit

    dan/atau terkontaminasi sedemikian

    rupa untuk mencegah kemungkinan

    penyebaran penyakit atau kontaminasi.

    7.Pembatasan sosial berskala besar adalahpembatasan kegiatan tertentu penduduk

    dalam suatu wilayah yang diduga

    terinfeksi penyakit dan/atau

    terkontaminasi sedemikian rupa untuk

    mencegah kemungkinan penyebaran

    penyakit atau kontaminasi.

    8.Status Karantina adalah keadaan alat

    angkut, orang, dan barang yang berada

    di suatu tempat atau zona untuk dapat

    menyelenggarakan tindakan

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    26/88

    RUU PENJELASAN

    kekarantinaan kesehatan.

    9.Zona Karantina adalah area atau tempat

    tertentu untuk dapat menyelenggarakan

    tindakan kekarantinaan kesehatan.

    10.Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

    adalah kejadian kesehatan masyarakat

     yang bersifat luar biasa dengan ditandai

    penyebaran penyakit menular dan/atau

    kejadian yang disebabkan oleh radiasi

    nuklir, pencemaran biologi, dan

    kontaminasi kimia (NUBIKA), dan

    pangan yang menimbulkan bahaya

    kesehatan dan berpotensi menyebar

    lintas wilayah atau lintas negara.

    11.Pintu Masuk adalah tempat masuk dan

    keluarnya alat angkut, orang, serta

     barang, baik berbentuk bandar udara,

    pelabuhan, maupun pos lintas batas

    darat negara.

    12.Barang adalah produk nyata, hewan,

    tumbuhan, dan jenazah/abu jenazah

     yang dibawa dan/atau dikirim melalui

    perjalanan, termasuk benda/alat yang

    digunakan dalam alat angkut.13. Alat Angkut adalah kapal, pesawat

    udara, dan kendaraan darat yang

    digunakan dalam melakukan perjalanan

    sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    14.Kapal adalah kendaraan air dengan

     bentuk dan jenis tertentu, yang

    digerakkan dengan tenaga angin, tenaga

    mekanik, energi lainnya, ditarik atau

    ditunda termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di

     bawah permukaan air, serta alat apung

    dan bangunan terapung yang tidak

     berpindah-pindah.

    15.Pesawat Udara adalah setiap mesin atau

    alat yang dapat terbang di atmosfer

    karena gaya angkat dari reaksi udara,

    tetapi bukan karena reaksi udara

    terhadap permukaan bumi yang

    digunakan untuk penerbangan.16. Awak Kapal adalah orang yang bekerja

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    27/88

    RUU PENJELASAN

    atau dipekerjakan di atas kapal oleh

    pemilik atau operator kapal untuk

    melakukan tugas di atas kapal sesuai

    dengan jabatannya yang tercantum

    dalam buku sijil.

    17. Awak Penerbangan adalah orang yang

     bekerja atau dipekerjakan di atas

    pesawat udara oleh pemilik atau operator

    pesawat udara untuk melakukan tugas

    di atas pesawat udara sesuai dengan

     jabatannya.

    18.Nakhoda adalah salah seorang dari Awak

    Kapal yang menjadi pemimpin tertinggi

    di kapal dan mempunyai wewenang dan

    tanggung jawab tertentu sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    19.Kapten Penerbang adalah penerbang

     yang ditugaskan oleh perusahaan atau

    pemilik pesawat udara untuk memimpin

    penerbangan dan bertanggung jawab

    penuh terhadap keselamatan

    penerbangan selama pengoprasian

    pesawat udara sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    20.Pelabuhan adalah tempat yang terdiri

    atas daratan dan/atau perairan dengan

     batas-batas tertentu sebagai tempat

    kegiatan pemerintahan dan kegiatan

    pengusahaan yang dipergunakan sebagai

    tempat kapal bersandar, naik turun

    penumpang, dan/atau bongkar muat

     barang, berupa terminal dan tempat

     berlabuh kapal yang dilengkapi denganfasilitas keselamatan dan keamanan

    pelayaran dan kegiatan penunjang

    pelabuhan serta sebagai tempat

    perpindahan intra dan antarmoda

    transportasi.

    21.Bandar Udara adalah kawasan di

    daratan dan/atau perairan dengan

     batas-batas tertentu yang digunakan

    sebagai tempat pesawat udara mendarat

    dan lepas landas, naik turunpenumpang, bongkar muat barang, dan

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    28/88

    RUU PENJELASAN

    tempat perpindahan intra dan

    antarmoda transportasi, yang dilengkapi

    dengan fasilitas keselamatan dan

    keamanan penerbangan, serta fasilitas

    pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

    22.Pos Lintas Batas Darat Negara adalah

    pintu masuk orang, barang, dan alat

    angkut melalui darat lintas negara.

    23.Pengawasan Kekarantinaan Kesehatan

    adalah kegiatan pemeriksaan dokumen

    karantina kesehatan dan faktor risiko

    kesehatan masyarakat terhadap

    kedatangan alat angkut, orang beserta

     barang bawaan/muatan oleh pejabat

    karantina kesehatan.

    24.Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat

    adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang

    dapat mempengaruhi kemungkinan

    timbulnya pengaruh buruk terhadap

    kesehatan masyarakat.

    25. Terjangkit adalah kondisi seseorang yang

    menderita penyakit yang dapat menjadi

    sumber penular penyakit yang berpotensi

    menyebabkan kedaruratan kesehatanmasyarakat.

    26. Terpapar adalah kondisi

    orang/barang/alat angkut yang terpajan,

    terkontaminasi, dalam masa inkubasi,

    insektasi, pestasi, ratisasi (tertikuskan)

    termasuk kimia dan radiasi.

    27.Pejabat Karantina Kesehatan adalah

    Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di

     bidang kesehatan   yang diberi

    kewenangan oleh Menteri untukmelaksanakan tindakan kekarantinaan

    kesehatan.

    28.Dokumen Karantina Kesehatan adalah

    surat keterangan kesehatan yang dimiliki

    setiap alat angkut, orang, dan barang

     yang memenuhi persyaratan baik

    nasional maupun internasional.

    29.Pemerintah Pusat yang selanjutnya

    disebut Pemerintah adalah Presiden

    Republik Indonesia yang memegang

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    29/88

    RUU PENJELASAN

    kekuasaan Pemerintah Negara Republik

    Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

    Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945.

    30.Pemerintah Daerah adalah Gubernur,

    Bupati atau Walikota dan perangkat

    daerah sebagai unsur penyelenggara

    pemerintahan daerah.

    31.Menteri adalah menteri yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan

    di bidang kesehatan.

    Pasal 2

    Kekarantinaan Kesehatan diselenggarakan

    dengan berasaskan:

    a.perikemanusiaan;

     b.manfaat;

    c.perlindungan;

    d.keadilan;

    e.non diskriminatif;

    f. kepentingan umum;

    g.keterpaduan;

    h.kesadaran hukum; dan

    i. kedaulatan negara.

    Pasal 2

     Yang dimaksud dengan asas:

    a.perikemanusiaan adalah

     bahwa penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatan

    harus dilandasi atas

    perlindungan dan

    penghormatan pada nilai-

    nilai kemanusiaan yang

     beradab dan universaldengan tidak membeda-

     bedakan suku, agama, ras,

    golongan, bangsa, status

    sosial dan gender

     b.manfaat adalah bahwa

    kekarantinaan kesehatan

    harus memberikan manfaat

     yang sebesar-besarnya bagi

    perlindungan kepentingan

    nasional dalam rangka

    peningkatan derajatkesehatan masyarakat

    c.perlindungan adalah bahwa

    kekarantinaan kesehatan

    harus mampu melindungi

    seluruh masyarakat dari

    penyakit yang berpotensi

    menimbulkan kedaruratan

    kesehatan.

    d.keadilan adalah bahwa

    dalam penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatanharus mampu memberikan

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    30/88

    RUU PENJELASAN

    pelayanan yang adil dan

    merata kepada setiap

    orang.

    e.non diskriminatif adalah bahwa dalam

    penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatan

    tidak membedakan

    perlakuan atas dasar

    agama, suku, jenis kelamin,

    dan status sosial yang

     berakibat pelanggaran

    terhadap hak asasi

    manusia.

    f. kepentingan umum adalah bahwa dalam

    penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatan

    harus mengutamakan

    kepentingan umum di atas

    kepentingan pribadi atau

    golongan tertentu.

    g.keterpaduan adalah bahwa

    penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatan

    dilakukan secara terpadumelibatkan lintas sektor.

    h.kesadaran hukum adalah

     bahwa dalam

    penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatan

    menuntut peran serta

    kesadaran dan kepatuhan

    hukum dari masyarakat.

    i. kedaulatan negara adalah

     bahwa dalam

    penyelenggaraankekarantinaan kesehatan

    harus mengutamakan

    kepentingan nasional dan

    ikut meningkatkan upaya

    pengendalian kedaruratan

    kesehatan masyarakat yang

    meresahkan dunia.

    Pasal 3

    Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan

    Pasal 3

    Huruf a

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    31/88

    RUU PENJELASAN

     bertujuan untuk :

    a.melindungi masyarakat dari penyakit

    dan/atau Faktor Risiko KesehatanMasyarakat yang berpotensi menimbulkan

    Kedaruratan Kesehatan Masyarakat;

     b.mencegah dan menangkal penyakit dan/atau

    Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang

     berpotensi menimbulkan Kedaruratan

    Kesehatan Masyarakat;

    c.meningkatkan ketahanan nasional di bidang

    kesehatan masyarakat; dan

    d.memberikan perlindungan dan kepastian

    hukum bagi masyarakat dan petugas

    kesehatan.

    Cukup jelas

    Huruf b

    Cukup jelas

    Huruf c

     Yang dimaksud

    dengan ketahanan

    nasional di bidang

    kesehatan

    masyarakat adalah

    kemampuan cegah

    tangkal

    pemerintah

     bersama

    masyarakat dalam

    menghadapi

    masalah

    kesehatan, baik

     yang berasal dari

    dalam maupun

    luar negeri.

    Huruf d

    Cukup jelas

    BAB II

     TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN

    PEMERINTAH DAERAH

    Pasal 4

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung

     jawab melindungi kesehatan masyarakat dari

    penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan

    Masyarakat yang berpotensi menimbulkan

    kedaruratan kesehatan masyarakat melalui

    penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.

    Pasal 4

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    32/88

    RUU PENJELASAN

    Pasal 5

    (1)Pemerintah bertanggung jawab

    menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan

    di Pintu Masuk dan di wilayah secara

    terpadu.

    (2)Pemerintah dalam menyelenggarakan

    Kekarantinaan Kesehatan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan

    Pemerintah Daerah.

    Pasal 5

    Cukup jelas

    Pasal 6

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung

     jawab terhadap ketersediaan sumber daya yang

    diperlukan dalam penyelenggaraan

    Kekarantinaan Kesehatan.

    Pasal 6

    Cukup jelas

    BAB III

    HAK DAN KEWAJIBAN

    Pasal 7

    Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

    memperoleh perlakuan penyelenggaraan

    Kekarantinaan Kesehatan.

    Pasal 7

     Yang dimaksud dengan

    setiap orang dalam

    ketentuan ini adalah

    orang perseorangan

    atau badan, baik yang

     berbentuk badan

    hukum maupun tidak

     berbadan hukum.

     Yang dimaksud dengan

    “perlakuan yang sama”

    adalah bahwa dalam

    penyelenggaraan

    kekarantinaan

    kesehatan tidak boleh

     bersifat diskriminatifatau membeda-bedakan

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    33/88

    RUU PENJELASAN

    perlakuan.

    Pasal 8

    Setiap orang mempunyai hak mendapatkan

    pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan

    medis, kebutuhan pangan, dan kebutuhan

    kehidupan sehari-hari lainnya selama Karantina.

    Pasal 8

     Yang dimaksud dengan

    setiap orang dalam

    ketentuan ini adalah

    orang perseorangan.

     Yang dimaksud dengan“kebutuhan kehidupan

    sehari-hari lainnya”

    antara lain kebutuhan

    pakaian dan

    perlengkapan mandi,

    cuci, dan buang air.

    Pasal 9

    (1)Setiap orang berkewajiban mematuhi

    penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.

    (2)Setiap orang berkewajiban turut serta dalam

    penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.

    Pasal 9

    Cukup jelas

    BAB IV

    KEKARANTINAAN KESEHATAN

    Pasal 10

    (1)Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk dan

    di wilayah dilakukan melalui kegiatan

    surveilans epidemiologi penyakit dan Faktor

    Risiko Kesehatan Masyarakat terhadap alat

    angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan,

    serta respon terhadap Kedaruratan Kesehatan

    Masyarakat dalam bentuk tindakan

    Kekarantinaan Kesehatan.

    (2) Tindakan Kekarantinaan Kesehatan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

    a.karantina, isolasi, pemberian vaksinasi/profilaksis, rujukan, disinfeksi,

    Pasal 10

     Ayat (1)

    Cukup Jelas

     Ayat (2)

    Huruf a

     Yang dimaksud dengan:

    - isolasi adalah

    pemisahan orang sakit

    dari orang sehat yang

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    34/88

    RUU PENJELASAN

    dan/atau dekontaminasi terhadap orang

    sesuai indikasi;

     b.Pembatasan Sosial Berskala Besar;

    c.disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi,dan/atau deratisasi terhadap alat angkut

    dan barang; dan/atau

    d.penyehatan, pengamanan, dan

    pengendalian terhadap media lingkungan.

    (3)Penyehatan, pengamanan, dan pengendalian

    terhadap media lingkungan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf d dilaksanakan

    sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan

    Kekarantinaan Kesehatan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan

    Peraturan Menteri.

    dilakukan di fasilitas

    pelayanan kesehatan

    untuk mendapatkan

    pengobatan dan

    perawatan.

    - pemberian vaksinasi

    adalah pemberian

     vaksin yang khusus

    diberikan dalam

    rangka menimbulkan

    atau meningkatkan

    kekebalan seseorang

    secara aktif terhadap

    suatu penyakit,

    sehingga apabila

    suatu saat terpajan

    dengan penyakit

    tersebut tidak akan

    sakit atau hanya

    mengalami sakit

    ringan.

    - pemberian profilaksis

    adalah suatu tindakan

    medis pemberian obat

    tertentu untuk

    memberikan

    perlindungan

    terhadap penyakit

    menular tertentu

    dalam jangka waktu

    tertentu.

    - rujukan adalah

    rujukan ke fasilitas

    pelayanan kesehatan

    untuk mendapatkan

    pemeriksaan

    kesehatan lanjutan

    dan/atau

    perawatan/pengobata

    n.

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    35/88

    RUU PENJELASAN

    -

    Disinfeksi adalah

    tatacara dimana

    tindakan penyehatan yang dilakukan untuk

    mengendalikan atau

    membasmi bibit

    penyakit pada

    permukaan tubuh

    manusia atau hewan

    atau didalam atau

    pada bagasi, kargo,

    petikemas, alat

    angkut, barang-

     barang dan paket pos,secara pemaparan

    langsung dengan

     bahan kimia atau

     bahan fisika.

    -

    Dekontaminasi adalah

    tatacara dimana

    tindakan penyehatan

    dilakukan untuk

    menghilangkan bibit

    penyakit atau bahan beracun atau zat pada

    permukaan badan

    manusia atau hewan,

    didalam atau pada

    produk untuk

    konsumsi atau pada

     benda mati lainnya,

    termasuk alat angkut

     yang dapat

    menimbulkan risiko

     bagi kesehatanmasyarakat.

    Huruf b

     Yang dimaksud

    pembatasan sosial

     berskala besar adalah

    upaya mencegah

    meluasnya penyebaran

    penyakit yang berpotensi

    menimbulkan

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    36/88

    RUU PENJELASAN

    kedaruratan kesehatan

    masyarakat yang sedang

    terjadi antar orang di

    suatu wilayah tertentu

    antara lain meliputi

    peliburan sekolah dan

    tempat kerja,

    pembatasan kegiatan

    keagamaan, dan

    pembatasan kegiatan di

    tempat/fasilitas umum

    lain.

    Huruf c

     Yang dimaksud dengan:

    -

    Disinfeksi adalah

    tatacara dimana

    tindakan penyehatan

     yang dilakukan

    untukmengendalikan atau

    membasmi bibit

    penyakit pada

    permukaan tubuh

    manusia atau hewan

    atau didalam atau

    pada bagasi, kargo,

    petikemas, alat

    angkut, barang-

     barang dan paket

    pos, secarapemaparan langsung

    dengan bahan kimia

    atau bahan fisika;

    -

    Dekontaminasi

    adalah tatacara

    dimana tindakan

    penyehatan

    dilakukan untuk

    menghilangkan bibit

    penyakit atau bahan beracun atau zat

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    37/88

    RUU PENJELASAN

    pada permukaan

     badan manusia atau

    hewan, didalam atau

    pada produk untukkonsumsi atau pada

     benda mati lainnya,

    termasuk alat angkut

     yang dapat

    menimbulkan risiko

     bagi kesehatan

    masyarakat;

    -

    Disinseksi, adalah

    tatacara dimana

    tindakan penyehatandilakukan untuk

    mengendalikan atau

    membunuh vektor

    serangga yang

    menyebabkan

    penyakit pada

    manusia, yang

    terdapat dalam

     bagasi, kargo,

    petikemas,alat

    angkut, barang- barang dan paket

    pos;

    -

    Deratisasi adalah

    tatacara dimana

    tindakan penyehatan

    diambil untuk

    mengendalikan atau

    membasmi vektor-

     vektor rodent

    penyakit yangterdapat didalam

     bagasi, kargo,

    petikemas, alat

    angkut, fasilitas-

    fasilitas, barang-

     barang dan paket pos

    di pintu masuk;

    Huruf d

     Yang dimaksud dengan:

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    38/88

    RUU PENJELASAN

    -

    Penyehatan adalah

    upaya pencegahan

    penurunan danupaya peningkatan

    kualitas media

    lingkungan.

    Penyehatan

    dilakukan terhadap

    media lingkungan

     berupa air, udara,

    tanah, pangan serta

    sarana dan

     bangunan melalui

    pengawasan,perlindungan dan

    peningkatan kualitas.

    -

    Pengamanan adalah

    upaya perlindungan

    terhadap kesehatan

    masyarakat dari

    faktor risiko

    kesehatan atau

    gangguan kesehatan.

    Pengamanandilakukan terhadap

    limbah bahan

     berbahaya dan

     beracun serta

    radioaktif melalui

    antara lain

    dekontaminasi

    -

    Pengendalian adalah

    upaya untuk

    mengurangi ataumelenyapkan faktor

    risiko penyakit

    dan/atau gangguan

    kesehatan.

    Pengendalian

    sebagaimana

    dimaksud pada ayat

    (4) dilakukan

    terhadap vektor dan

     binatang penular

    penyakit melaluiantara lain disinfeksi,

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    39/88

    RUU PENJELASAN

    disinseksi, dan

    deratisasi

     Ayat (3)

    Cukup Jelas

    Pasal 11

    (1) Tindakan Kekarantinaan Kesehatan terhadap

    alat angkut, orang, barang, dan/atau

    lingkungan ditetapkan oleh pejabat karantina

    kesehatan.

    (2)Dalam pelaksanaan tindakan KekarantinaanKesehatan, pejabat karantina kesehatan

    dapat berkoordinasi dengan pihak terkait.

    Pasal 11

    Cukup jelas

    Pasal 12

    (1)Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk

    diselenggarakan di pelabuhan, bandar

    udara, dan pos lintas batas darat negara.

    (2)Penyelenggaraan Kekarantinaan

    Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dilaksanakan oleh pejabat

    karantina kesehatan yang berwenang.

    Pasal 12

    Cukup jelas

    Pasal 13

    (1)Kekarantinaan Kesehatan di wilayah

    diselenggarakan di tempat/lokasi yang

    diduga terjangkit penyakit menular dan/atau

    terpapar faktor risiko kesehatan yang dapatmenimbulkan kedaruratan kesehatan

    masyarakat.

    (2)Penentuan tempat/lokasi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada

    hasil penyelidikan epidemiologi dan/atau

    pengujian laboratorium.

    (3)Tempat/lokasi penyelenggaraan

    kekarantinaan kesehatan di wilayah dapat

     berupa rumah, area, dan rumah sakit.

    Pasal 13

     Ayat (1)

     Yang dimaksud dengan

    tempat atau lokasiadalah wilayah episenter

    kedaruratan kesehatan

    masyarakat.

     Ayat (2)

    Cukup jelas

     Ayat (3)

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    40/88

    RUU PENJELASAN

    Cukup jelas

    BAB V

    KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT

    Pasal 14

    (1)Menteri menetapkan dan mencabut

    Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

    (2)Menteri menetapkan dan mencabut

    penetapan Pintu Masuk dan/atau wilayah di

    dalam negeri yang terjangkit Kedaruratan

    Kesehatan Masyarakat.(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

    penetapan dan pencabutan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

    Peraturan Menteri.

    Pasal 14

    Cukup jelas

    Pasal 15

    Dalam hal Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

    menjadi bencana, penanggulangan dilaksanakan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 15

    Cukup jelas

    Pasal 16

    Sebelum menetapkan Kedaruratan Kesehatan

    Masyarakat, Menteri terlebih dahulu menetapkan

     jenis penyakit dan faktor risiko yang dapat

    menimbulkan Kedaruratan Kesehatan

    Masyarakat.

    Pasal 16

    Cukup jelas

    Pasal 17

    (1)Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan

    pada Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

    dilaksanakan oleh Pemerintah dan

    Pemerintah Daerah secara cepat dan tepat

     berdasarkan besarnya ancaman, efektifitas,

    dukungan sumber daya, teknis operasional,

    pertimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan

    keamanan.(2)Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan

    Pasal 17

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    41/88

    RUU PENJELASAN

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

     berkoordinasi dan bekerjasama dengan dunia

    internasional.

    (3)Ketentuan lebih lanjut mengenaipenanggulangan Kedaruratan Kesehatan

    Masyarakat diatur dengan Peraturan

    Menteri.

    Pasal 18

    Dalam hal Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

    merupakan kejadian yang meresahkan dunia,

    Pemerintah memberitahukan kepada pihak

    internasional sesuai ketentuan hukum

    internasional.

    Pasal 18

    Cukup jelas

    Pasal 19

    Pada kejadian Kedaruratan Kesehatan

    Masyarakat yang meresahkan dunia, Pemerintah

    melakukan koordinasi dengan negara lain untuk

    mengidentifikasi gejala, pola penyebaran, potensi

    dampak yang ditimbulkan, atau diagnosis, kasus,serta informasi tentang risiko penyakit,

    kontaminan, vektor dan binatang pembawa

    penyakit yang dikategorikan sebagai faktor risiko

    kesehatan dan menyelenggarakan tindakan

    kekarantinaan kesehatan.

    Pasal 19

    Cukup jelas

    Pasal 20

    (1)Dalam keadaan kedaruratan kesehatan

    masyarakat yang meresahkan dunia,

    Menteri dapat menetapkan karantina

     wilayah di pintu masuk.

    (2)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

    cara pelaksanaan karantina wilayah di

    pintu masuk sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

    Menteri.

    Pasal 20

    Cukup jelas

    BAB VI

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    42/88

    RUU PENJELASAN

    PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN

    KESEHATAN PINTU MASUK

    Bagian Kesatu

    Pengawasan di Pelabuhan Laut

    Paragraf 1

    Kedatangan Kapal

    Pasal 21

    (1)Setiap kapal yang:

    a. datang dari luar negeri;

     b. dari pelabuhan wilayah terjangkit di dalam

    negeri; atau

    c.mengambil orang dan/atau barang dari

    kapal sebagaimana dimaksud pada huruf

    a dan huruf b;

     berada dalam Status Karantina.

    (2)Nakhoda kapal yang berada dalam Status

    Karantina dilarang menurunkan atau

    menaikkan orang dan barang sebelum

    memperoleh izin karantina kesehatan.

    (3)Nakhoda kapal yang berada dalam Status

    Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) wajib memberikan deklarasi kesehatan

    maritim secara tertulis kepada pejabatkarantina kesehatan pada saat kedatangan

    kapal.

    (4)Izin karantina kesehatan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah

    dilakukan pemeriksaan kekarantinaan

    kesehatan berupa pemeriksaan dokumen

    karantina kesehatan, pemeriksaan faktor

    risiko kesehatan masyarakat dan

    pemeriksaan kesehatan terhadap orang.

    (5)Izin karantina kesehatan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:a. Izin karantina bebas (free pratique),

    Pasal 21

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    43/88

    RUU PENJELASAN

    dalam hal tidak ditemukan penyakit

    dan/atau faktor risiko yang berpotensi

    menimbulkan kedaruratan kesehatan

    masyarakat dan/atau dokumenkarantina kesehatan dinyatakan lengkap

    dan berlaku.

     b. Izin karantina terbatas (restricted

     pratique), dalam hal ditemukan penyakit

    dan/atau faktor risiko yang berpotensi

    menimbulkan kedaruratan kesehatan

    masyarakat dan/atau dokumen

    karantina kesehatan dinyatakan tidak

    lengkap dan tidak berlaku.

    (6)Ketentuan lebih lanjut mengenai tatalaksana

    pemeriksaan kekarantinaan kesehatan dipelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

    Pasal 22

    Kapal yang memperoleh izin karantina terbatas

    (restricted pratique) sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 21 ayat (5) huruf b harus dilakukan

    tindakan kekarantinaan kesehatan dan/atau

    penerbitan atau pembaharuan dokumen

    karantina kesehatan.

    Pasal 22

    Cukup jelas

    Pasal 23

    Nakhoda kapal menyampaikan permohonan

    untuk memperoleh izin karantina kesehatan atau

    memberitahukan suatu keadaan di kapal dengan

    memakai isyarat sebagai berikut:

    a.pada siang hari berupa:

    1.Bendera Q, yang berarti kapal saya sehat

    atau saya minta izin karantina;

    2.Bendera Q di atas panji pengganti kesatu,

     yang berarti kapal saya tersangka; dan

    3.Bendera Q di atas bendera L, yang berarti

    kapal saya terjangkit.

     b.pada malam hari berupa lampu merah di

    atas lampu putih dengan jarak maksimum

    Pasal 23

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    44/88

    RUU PENJELASAN

    1,80 meter, yang berarti saya belum

    mendapat izin karantina.

    Pasal 24

    (1)Jika dalam waktu berlakunya izin karantina

    kesehatan timbul suatu kematian atau

    penyakit yang berpotensi menimbulkan

    kedaruratan kesehatan masyarakat, maka

    izin karantina kesehatan dapat dicabut dan

    dinyatakan tidak berlaku.

    (2)Kapal yang izin karantina kesehatannyadicabut dan dinyatakan tidak berlaku

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

    menuju ke suatu zona karantina untuk

    mendapat tindakan kekarantinaan kesehatan

    dan/atau karantina.

    Pasal 24

    Cukup jelas

    Pasal 25

    (1) Kapal yang tidak mematuhi peraturankekarantinaan kesehatan tidak diberikan izin

    karantina kesehatan.

    (2) Kapal sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) diperintahkan supaya berangkat lagi atas

    tanggungan sendiri dan tidak diberikan izin

    memasuki pelabuhan lain di wilayah

    Indonesia.

    (3) Kapal sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) diberikan izin untuk mengambil bahan

     bakar, air, dan bahan makanan di bawah

    pengawasan pejabat karantina kesehatan.

    Pasal 25

    Cukup jelas

    Pasal 26

    Kekarantinaan kesehatan terhadap kapal perang,

    kapal negara, dan kapal tamu negara diatur

    dengan Peraturan Menteri berkoordinasi dengan

    menteri/lembaga terkait.

    Pasal 26

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    45/88

    RUU PENJELASAN

    Paragraf 2

    Keberangkatan Kapal

    Pasal 27

    (1)Sebelum keberangkatan kapal, Nakhoda

    kapal wajib melengkapi dokumen karantina

    kesehatan yang masih berlaku.

    (2)Setelah dokumen karantina kesehatan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dinyatakan lengkap dan pada pemeriksaan

    oleh pejabat karantina kesehatan tidak

    ditemukan indikasi faktor risiko kesehatan

    masyarakat, maka kepada nakhoda dapat

    diberikan surat persetujuan berlayar

    karantina kesehatan ( port health quarantine

    clearance).

    Pasal 27

    Cukup jelas

    Pasal 28

    (1)Apabila pada saat keberangkatan kapal

    ditemukan adanya faktor risiko kesehatan

    masyarakat, maka terhadap kapal tersebut

    dilakukan tindakan kekarantinaan

    kesehatan.

    (2)Untuk pelabuhan yang tidak memungkinkan

    dilakukan tindakan kekarantinaan

    kesehatan, maka harus dilakukan dipelabuhan tujuan berikutnya.

    Pasal 28

    Cukup jelas

    Bagian Kedua

    Pengawasan di Bandar Udara

    Paragraf 1

    Kedatangan Pesawat Udara

    Pasal 29 Pasal 29

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    46/88

    RUU PENJELASAN

    (1)Setiap pesawat udara yang datang dari luar

    negeri berada dalam status karantina.(2)Sebelum kedatangan pesawat udara

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pilot

     wajib memberikan informasi awal mengenai

    deklarasi kesehatan penerbangan kepada

    pejabat karantina kesehatan melalui otoritas

     bandar udara dengan menggunakan teknologi

    telekomunikasi.

    (3) Terhadap pesawat udara sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) yang menyatakan

    pesawat udara sehat dalam informasi awal

    mengenai deklarasi kesehatan penerbangansebagaimana dimaksud pada ayat (2), petugas

    karantina kesehatan langsung memberikan

    izin karantina kesehatan.

     Ayat (1)

    Cukup jelas

     Ayat (2)

    Cukup jelas

     Ayat (3)

     Yang dimaksud pesawat

    udara sehat adalah

    pesawat yang tidakterdapat orang yang

    terjangkit/terpapar atau

    diduga

    terjangkit/terpapar

    faktor risiko kesehatan

    masyarakat.

    Pasal 30

    (1) Setiap pesawat udara yang:

    a. datang dari bandar udara wilayah yang

    terjangkit;

     b.terdapat orang hidup atau mati yang

    diduga terjangkit; atau

    c.terdapat orang/barang diduga terpapar didalam pesawat;

     berada dalam status karantina.

    (2) Kapten Penerbang pesawat udara wajib

    memberikan informasi awal mengenai

    keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) kepada pejabat karantina kesehatan

    melalui otoritas bandar udara dengan

    menggunakan teknologi telekomunikasi.

    Pasal 30

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    47/88

    RUU PENJELASAN

    Pasal 31

    Setelah kedatangan pesawat udara, Kapten

    Penerbang wajib memberikan dokumen deklarasi

    kesehatan penerbangan kepada pejabat karantina

    kesehatan.

    Pasal 31

    Cukup jelas

    Pasal 32

    (1)Kapten Penerbang pesawat udara

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat

    (1) yang tidak memberikan informasi awal

    mengenai deklarasi kesehatan penerbangan

    atau Kapten Penerbang pesawat udara

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat

    (1) dilarang menurunkan atau menaikkan

    orang dan barang sebelum memperoleh izin

    karantina kesehatan.

    (2)Terhadap pesawat udara sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) pejabat karantinakesehatan memberikan izin karantina

    kesehatan setelah dilakukan pemeriksaan

    kekarantinaan kesehatan berupa

    pemeriksaan dokumen karantina kesehatan,

    pemeriksaan faktor risiko kesehatan

    masyarakat, dan pemeriksaan kesehatan

    terhadap orang.

    (3)Izin karantina kesehatan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

    a. izin karantina bebas (free pratique),

    dalam hal tidak ditemukan penyakit

    dan/atau faktor risiko yang berpotensi

    menimbulkan kedaruratan kesehatan

    masyarakat.

     b. izin karantina terbatas (restricted

     pratique), dalam hal ditemukan penyakit

    dan/atau faktor risiko yang berpotensi

    menimbulkan kedaruratan kesehatan

    masyarakat.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai

    tatalaksana pemeriksaan kekarantinaan

    kesehatan di bandar udara diatur dengan

    Peraturan Menteri.

    Pasal 32

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    48/88

    RUU PENJELASAN

    Pasal 33

    Pesawat yang memperoleh izin karantina terbatas

    (restricted pratique) sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 32 ayat (3) huruf b harus dilakukan

    tindakan kekarantinaan kesehatan dan/atau

    penerbitan atau pembaharuan dokumen

    karantina kesehatan.

    Pasal 33

    Cukup jelas

    Paragraf 2

    Keberangkatan Pesawat Udara

    Pasal 34

    (1)Sebelum keberangkatan pesawat udara,

    Kapten Penerbang wajib melengkapi dokumen

    karantina kesehatan yang masih berlaku.

    (2)Pejabat karantina kesehatan dapat menundakeberangkatan pesawat udara dalam hal

    Kapten Penerbang belum melengkapi

    dokumen karantina kesehatan sesuai standar

    kekarantinaan kesehatan.

    Pasal 34

    Cukup jelas

    Pasal 35

    (1)Pejabat karantina kesehatan sewaktu-waktu

    dapat melakukan pemeriksaan faktor risiko

    kesehatan masyarakat sebelum

    keberangkatan pesawat udara.

    (2)Pesawat yang ditemukan faktor risiko

    kesehatan masyarakat pada pemeriksaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

    dilakukan tindakan kekarantinaan

    kesehatan.

    Pasal 35

    Cukup jelas

    Bagian Ketiga

    Pengawasan di Pos Lintas Batas Darat Negara

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    49/88

    RUU PENJELASAN

    Paragraf 1

    Kedatangan Kendaraan Darat

    Pasal 36

    (1) Setiap kendaraan darat yang:

    a. datang dari wilayah yang terjangkit;

     b.terdapat orang hidup atau mati yang

    diduga terjangkit; atau

    c.terdapat orang/barang diduga terpapar di

    dalam kendaraan darat;

     berada dalam pengawasan kekarantinaan

    kesehatan.

    (2) Kendaraan darat sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus dilakukan pemeriksaan faktor

    risiko kesehatan masyarakat oleh pejabat

    karantina kesehatan.

    (3)Kendaraan darat yang ditemukan faktor

    risiko kesehatan masyarakat pada

    pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) harus dilakukan tindakan

    kekarantinaan kesehatan.

    (4)Setiap kendaraan darat di luar ketentuan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    sewaktu waktu dapat dilakukanpemeriksaan faktor risiko kesehatan

    masyarakat oleh pejabat karantina

    kesehatan.

    (5)Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan

    kekarantinaan kesehatan di Pos Lintas Batas

    Darat Negara sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

    Pasal 36

    Cukup Jelas

    Pasal 37 Pasal 37

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    50/88

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    51/88

    RUU PENJELASAN

    (3)Awak/personel dan penumpang yang

    terpapar dilakukan tindakan sesuai dengan

    prosedur penanggulangan kasus.

    (4)Terhadap awak/personel dan penumpang yang tidak terjangkit dan/atau terpapar

    dapat melanjutkan perjalanannya dan

    diberikan kartu kewaspadaan kesehatan.

     Ayat (3)

     Awak/personel dan

    penumpang yang

    terpapar misalnya

    untuk pesawat 3

    (tiga) baris ke

    depan dan 3 (tiga)

     baris ke belakang

    dari baris/tempat

    duduk orang yang

    terduga (suspect)

    sesuai ketentuan

    peraturan

    perundang-

    undangan.

     Ayat (4)

    Kartu kewaspadaan

    kesehatan adalah

    kartu yang

    diberikan dengan

    tujuan untuk

    mempermudah

    pelacakan kasus

    penyakit.

    Pasal 40

    (1)Setiap orang yang datang dari negara

    dan/atau wilayah kedaruratan kesehatan

    masyarakat yang meresahkan dunia

    dan/atau endemis, pejabat karantina

    kesehatan melakukan:

    a.skrining;

     b.pemberian kartu kewaspadaan;

    c.pemberian informasi tentang cara

    pencegahan, pengobatan dan pelaporansuatu kejadian kedaruratan kesehatan

    Pasal 40

    Cukup Jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    52/88

    RUU PENJELASAN

    masyarakat yang meresahkan dunia;

    dan

    d.pengambilan spesimen dan/atau sampel.

    (2) Apabila hasil skrining terhadap orangditemukan gejala klinis sesuai dengan jenis

    penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat

     yang meresahkan dunia, pejabat karantina

    kesehatan melakukan rujukan dan isolasi.

    Pasal 41

    Dalam hal orang sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 39 dan Pasal 40 tidak bersedia dilakukan

    tindakan kekarantinaan kesehatan, maka pejabat

    karantina kesehatan berwenang mengeluarkan

    rekomendasi untuk deportasi.

    Pasal 41

    Cukup jelas

    Pasal 42

    (1)Setiap awak/personel dan penumpang:

    a. yang datang dari negara endemis, negara

    terjangkit, dan/atau negara yang

    mewajibkan adanya vaksinasi; atau b. yang akan berangkat ke negara endemis,

    negara terjangkit, dan/atau negara yang

    mewajibkan adanya vaksinasi;

     wajib memiliki sertifikat vaksinasi

    internasional yang masih berlaku.

    (2)Setiap awak/personel dan penumpang

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

     yang tidak memiliki sertifikat vaksinasi

    internasional dilakukan tindakan

    kekarantinaan kesehatan oleh pejabat

    karantina kesehatan.(3)Setiap awak/personel dan penumpang

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

     yang tidak memiliki sertifikat vaksinasi

    internasional, dapat dilakukan penundaan

    keberangkatannya oleh pejabat karantina

    kesehatan.

    (4) Terhadap awak/personel dan penumpang

    sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus

    diberikan vaksinasi sesuai persyaratan dan

    standar yang berlaku.

    (5)Ketentuan mengenai tata laksana vaksinasidan pemberian sertifikat vaksinasi

    Pasal 42

    Cukup jelas

  • 8/17/2019 Makalah Etika Epidemiologi

    53/88

    RUU PENJELASAN

    internasional diatur dengan Peraturan

    Menteri.

    Pasal 43

    (1)Setiap awak/personel dan penumpang yang

    akan berangkat harus dilakukan

    pengawasan.

    (2)Pada saat pengawasan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) ditemukan

    awak/personel dan penumpang memiliki

    faktor risiko kesehatan masyaraka