MAKALAH ETIKA

37
BAB 1 ETIKA, NORMA-NORMA, KAIDAH, DAN ETIKED 1.1 .ETIKA Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk. Etika dan moral hampir sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai berikut: a. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). b. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskantentang pembahasan etika sebagai berikut: 1. Terminius Techicus

description

MAKALAH ETIKA PROFESI

Transcript of MAKALAH ETIKA

Page 1: MAKALAH ETIKA

BAB 1

ETIKA, NORMA-NORMA, KAIDAH, DAN ETIKED

1.1 .ETIKA

Pengertian etika  (etimologi)  berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak

kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral

yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu  mos  dan dalam bentuk jamaknya  mores,  yang

berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik

(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral hampir sama

pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau moralitas

digunakan untuk penilaian  perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk

pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai

berikut:

a. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik

(su).

b. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.

Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskantentang pembahasan

etika sebagai berikut:

1. Terminius Techicus

Pengertian etika dalam hal ini, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang

mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.

2. Manner dan Custom

Membahas etika yang berkaitan dengan  tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat

dalam kodrat manusia  (Inherent in human nature)  yang terikat dengan pengertian

"baik dan buruk" suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang “benar atau salah” dalam  tingkah

laku atau perilaku manusia  (Right  or  wrong in human conduct).  Pengertian etika menurut

beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R. Poedjawijatna, dalam

bukunya  Etika,  mengemukakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari

Page 2: MAKALAH ETIKA

kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika

adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan

manusia manakah yang baik.

Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal

kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-

gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai

tujuan yang dapat merupakan perbuatan.

Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya  Rights and Reason Ethic  (1953), etika

berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai

antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak pada

aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral  karena bersandar pada kaidah-kaidah

keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika

adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai “kelakuan benar dan tidak benar”

manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.

Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya  An Introduction to Ethics  adalah

“The normative science of conduct of human beings living in societies is a science which judge

this conduct to be  right or wrong to be good or bad, or in some similar way. This definition says,

first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a systematic and more or less

complete body of knowledge about a particular set of related events or objects.”

Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli tersebut di atas berbeda-beda pokok

perhatiannya, antara lain:

a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan

sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the

nature of the right);

b. pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama

dari kegiatan manusia.  (The rules of conduct, 4 recognize in respect to a

particular class of human actions);

Page 3: MAKALAH ETIKA

c. Ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual

(The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an

individual);

d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty). Berkaitan

dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat

ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan

seseorang yang dapat menimbulkan 'penilaian' dari pihak lainnya akan baik-

buruknya perbuatan yang bersangkutan disebut etika.”

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau

etis sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia yang disebut etis ialah manusia yang

secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan

antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan

antara manusia sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya

membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika. Terdapat dua macam etika

(Keraf, 1991: 23) sebagai berikut:

1. Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan 12 perilaku manusia,

serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya,

etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku

manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat

disimpulkan  bahwa kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat

yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

2.  Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap  dan perilaku yang ideal  dan seharusnya

dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang

bernilai dalam hidup ini. jadi, etika normatif merupakan norma-norma yang  dapat menuntun

manusia agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan

kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Ditinjau teori dasar dari Etika Normatif tersebut, terdapat dua dasar teori sebagai berikut:

Page 4: MAKALAH ETIKA

a. Teori Deontologis

Deontologis berasal dari bahasa Yunani, deon yang berarti kewajiban  (duty).  Artinya,

etika  deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan

itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan 13 baik dari tindakan

tersebut, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya, motivasi,

kemauan dengan niat yang baik dan dilaksanakan berdasarkan kewajiban, serta bernilai

moral.

b. Teori Teleologis

Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu  telos  yang artinya tujuan. Teleologis

menjelaskan benar-salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan yang hendak dicapai,

atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik

kalau berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu yang baik pula. (Sony, 1993: 29-30).

1.2 Norma-Norma

Pengertian Norma adalah patokan perilaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Norma

disebut pula sebagai peraturan sosial atau ukuran yang digunakan oleh masyarakat tentang

tindakan yang dilakukan seseorang ataupun kelompok. Keberadaan norma dalam masyarakat

bersifat memaksa agar bertindak sesuai dengan aturan dalam masyarakat. Norma dalam

masyarakat berisi tata tertib, aturan dan petunjuk standar dari perilaku yang pantas dan wajar di

dalam kehidupan masyarakat.

Norma menetapkan larangan untuk bertindak atau tidak bertindak dan memerintahkan

untuk berbuat dan tidak berbuat. Larangan dan perintah tersebut untuk menuntun individu agar

tidak berbuat buruk serta dapat membahayakan pergaulan hidup dan memerintah agar berbuat

baik bagi kehidupan bersama.

Dengan Norma, kelompok berusaha menunjukkan perbuatan yang baik dan yang buruk

dalam bertingkah laku. Individu yang patuh pada norm, maka pergaulan kelompoknya adalah

individu yang normal, individu yang wajar dimana tidak mengalami kelainan. Individu Normal

ialah mereka yang perilakunya tidak menyeleweng dari norma kelompoknya.

Page 5: MAKALAH ETIKA

Macam-macam Norma, sebagai berikut :

a) Norma Agama, yaitu bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar. Norma agama

ditentukan oleh tiap-tiap agama dan kepercayaan. Pelanggaran terhadap norma

agama dikatakan sebagai dosa dan hukumannya neraka.

b) Norma Kesusilaan merupakan yang paling halus, dimana dibuat untuk menghargai

harkat dan martabat seseorang. Norma ini bersumber dari perasaan manusia.

c) Norma Kesopanan, yaitu peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang

berkenaan dengan cara seseorang bertingkah laku wajar. Norma ini bersumber dari

perasaan manusia.

d) Norma Kebiasaan ialah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau

peraturan yang dibuat secara sadar maupun tidak. Perilaku ini dilakukan berulang-

ulang sehingga menjadi kebiasaan.

e) Norma Hukum adalah aturan sosial dimana dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu,

pemerintah, sehingga sanksi pelanggaran ini tegas dan jelas.

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian norma dan macam-macam norma,

semoga tulisan saya mengenai pengertian norma dan macam-macam norma dapat bermanfaat.

1.3 Kadidah

Kaidah merupakan patokan atau ukuran sebagai pedoman bagi manusia dalam

bertindak.Kaidah juga dapat dikatakan sebagai aturan yang mengatur prilaku manusia dan

prilaku kehidupan bermasyarakat.Secara umum kaidah dibedakan atau dua hal yaitu kaidah etika

atau kaidah hukum.Kaidah etika merupakan kaidah yang meliputi norma susila, norma agama

dan norma kesopanan.Pada dasarnya kaidah etika datang dari diri dalam manusia itu sendiri

contohnya menghormati orangnya yang lebih tua, berbuat baik pada orang tua, saling

menghargai, atau malu jika berbuat salah.Namun tidak jarang kaidah etika merupakan kaidah

yang datang dari diri manusia misalnya dari ajaran agama contohnya tidak boleh berprilaku jahat

pada orang lain.Kaidah hukum merupakan kaidah yang memiliki sanksi tegas. Kaidah hukum

ialah kaidah yang mengatur hubungan atau intraksi antar pribadi, baik secara langsung atau tidak

langsung oleh karena itu kaidah hukum ditujukan untuk kedamaian, ketentraman, dan ketertiban

hidup bersama.Kaidah hukum biasanya ada paksaan yang berwujud ancaman bagi para

pelanggarnya.

Page 6: MAKALAH ETIKA

1.4 Etiket

Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut

memiliki arti yang berbeda walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan

sebelumnya berkaitan dengan moral  (mores),  sedangkan kata etiket berkaitan dengan nilai

sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku

manusia secara normatif yang etis. Artinya, memberikan pedoman atau norma-norma tertentu

yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu

perbuatan.

Istilah etiket berasal dari etiquette (Prancis) yang berarti dari awal suatu kartu

undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan

resmi, pesta, dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan

tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi,

seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara

bertamu dengan sikap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau

resmi.

Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan

kumpulan tata cara  dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain

mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu

dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik

dan menyenangkan.

Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, selain memiliki persamaan etika dan

etiket juga memiliki empat perbedaan secara umum sebagai berikut::

1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat

baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket menetapkan cara untuk melakukan perbuatan benar

sesuai dengan yang diharapkan.

2. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya

timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya

penuh dengan sopan santun dan kebaikan.

3. Etika  bersifat absolut, artinya ticlak dapat ditawar-tawar lagi. Kalau perbuatan baik mendapat

pujian dan yang salah harus mendapat sanksi. Etiket bersifat relatif, yaitu hal yang dianggap

tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, belum tentu di daerah lainnya juga tidak

Page 7: MAKALAH ETIKA

sopan.

4. Etika berlaku tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya

berlaku jika ada orang lain yang hadir. jika tidak ada orang lain, etiket itu tidak berlaku.

Dalam buku “Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller

(ART)” yang diterbitkan oleh Urusan Operasional KAntor Pusat BRI, menjelaskan bahwa:

“etiket adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang berkaitan

dengan:

a. Sikap dan Perilaku

yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam menghadapi suatu situasi.

b. Ekspresi Wajah

yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam menghadapi suatu situasi,

misalnya dalam melayani tamu.

c. Penampilan

yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri, misalnya: cara duduk, cara

berdiri adalah wajar dan tidak dibuat-buat dan sebagainya.

d. Cara Berpakaian

yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam mengenakan pakaian, baik

menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian model yang tidak menyolok dan lain-

lain.

e. Cara Berbicara

yaitu tata cara/sopan santun anda dalam berbicara caik secara langsung maupun tidak

langsung.

f. Gerak-gerik

yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara langsung berhadapan

dengan tamu.

Page 8: MAKALAH ETIKA

BAB II

ETIKA PROFESI

2.1 Pengertian Etika

Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris),

mengandung banyak pengertian.

Dari segi etimologi (asal kata), istilah etikaberasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti

kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila

sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa

etikaadalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana

yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik atau dapat diartikan sebagai

aturan normatif yang mengatur tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan seseorang di

dalam suatu lingkungan sosial tertentu.

Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan

(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-

persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai

filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etikaialah

penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk.

Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia,

melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etikajuga merupakan

filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang

menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.

Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang “benar atau salah” dalam  tingkah

laku atau perilaku manusia  (Right  or  wrong in human conduct).  Pengertian etika menurut

beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R. Poedjawijatna, dalam

bukunya  Etika,  mengemukakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari

kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika

adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan

manusia manakah yang baik.

Page 9: MAKALAH ETIKA

Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal

kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-

gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai

tujuan yang dapat merupakan perbuatan.

Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya  Rights and Reason Ethic  (1953), etika

berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai

antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak pada

aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral  karena bersandar pada kaidah-kaidah

keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika

adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai “kelakuan benar dan tidak benar”

manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.

Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya  An Introduction to Ethics  adalah

“The normative science of conduct of human beings living in societies is a science which judge

this conduct to be  right or wrong to be good or bad, or in some similar way. This definition says,

first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a systematic and more or less

complete body of knowledge about a particular set of related events or objects.”

2.2 Pengertian Profesi

            Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut

keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian

yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang

dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut

professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan

orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam

mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu :

2.2.1 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis

Seorang professional harus memiliki pengetahuan teoretis  dan keterampilan mengenai

bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya

dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Asosiasi Profesional

Page 10: MAKALAH ETIKA

Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh anggota profesi

yang bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.

2.2.3 Pendidikan yang Ekstensi

Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang

pendidikan tinggi.Seorang professional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang

pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.

2.2.4 Ujian Kompetisi

Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu

tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.

2.2.5 Pelatihan institutional

Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana

calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh

organisasi.Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga

dipersyaratkan.

2.2.6 Lisensi

Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang

memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

2.2.7 Otonomi kerja

Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar

terhindar adanya intervensi dari luar.

2.2.8 Kode etik

Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur

pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

2.2.9 Mengatur diri

Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan

pemerintah.Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau

mereka yang berkualifikasi paling tinggi.

2.2.10 Layanan publik dan altruism

Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan

dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan

masyarakat.

Page 11: MAKALAH ETIKA

2.2.11 Status dan imbalan yang tinggi

Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang

layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap

layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

2.3 Pengertian Etika Profesi

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup

berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh

ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban

terhadap masyarakat. Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional

tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan

tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,

perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar

professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya

kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.

Page 12: MAKALAH ETIKA

BAB III

APLIKASI KODE ETIK PROFESI DOSEN

3.1 Pengertian Kode Etik Profesi dan Dosen

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

teknologi,dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Tentunya tugas dosen lebih dari sekedar transfer ilmu saja, tetapi seorang dosen hendaknya

mampu menghantarkan generasi muda menuju kemandirian, kematangan berfikir dan

keteguhan prinsip dalam ketaatan kepada sang pencipta. Sebagaimana Tri Dharma

Perguruan Tinggi menjelaskan tugas seorang dosen mencakup tiga aspek, yaitu pengajaran,

penelitian dan pengabdian.

Dalam menjalankan profesinya sebagai dosen,dosen memiliki etika yang harus dijadikan

haluan dalam menjalaknan tugas yakni antara lain :

1. Seorang dosen adalah “g.u.r.u” yang artinya “ digugu” dan “ditiru”, sehingga harus bisa

menjadi teladan dalam lisan, maupun dalam perbuatan.

2. Dosen hendaknya berwawasan luas dan mengenal psikologi pendidikan.Pengalaman benar

atau salah tetap bermanfaat bagi anak didik sebagai dasar untuk aktivitas belajar. .

3. Dosen seharusnya terbuka untuk menyampaikan apa saja ilmu yang dia miliki pada

mahasiswanya, demi kemajuan umat, bangsa dan Negara.

4. Dosen juga melakukan pengabdian kepada masyarakat, sebagai bentuk memanfaatkan ilmu

yang dimiliki.

5. Dosen tidak menjadikan kegiatan belajar mengajar sebagai BISNIS yang berorientasi

materi, tetapi merupakan pengabdian atas ilmu yang di miliki.

6. Dosen hendaknya memberikan kemudahan kepada anak didiknya.

7. Dosen harus pandai menghargai anak didiknya, sehingga tumbuh semangat belajar yang

baik.

Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara

tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi

professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang

Page 13: MAKALAH ETIKA

harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional

memberikan  jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik

akan melindungi perbuatan yang tidak professional.

Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi

3.1.1 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi  tentang

prinsip profesionalitas yang digariskan

3.1.2 Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat  atas profesi

yang bersangkutan

3.1.3 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi  profesi

tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi

3.2 Kedudukan, Peran, dan Fungsi Dosen

Menurut undang-undang no 14 tahun 2005 dapat kita lihat bahwa guru dan dosen

memiliki kewajiban dalam mencerdaskankan kehidupan bangsa dengan menjalankan peran dan

fungsinya. Yang mana tertera dalam undang-undang no 14 tahun 2005 pasal 2,3,4,5,dan 6, yaitu:

KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Page 14: MAKALAH ETIKA

Pasal 3

(1) Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi

yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2)Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

                                    

Pasal 4

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pasal 5

Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran,

pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pasal 6

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem

pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Page 15: MAKALAH ETIKA

Sesuai dengan kedudukan, fungsi dan peran guru dan dosen yang tertera pada undang-

undang nomor 14 tahun 2005 guru dan dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional pada

jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diatur

undang –undang. Dimana guru mempunyai peran dalam pendidikan dasar.  Sedangkan

kedudukan dosen sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan dosen disini sebagai pencetak pada

perguruan tinggi bagi mahasiswa. Dimana Kedudukan guru sebagai tenaga profesional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Peran dan fungsi guru dan dosen, guru memiliki

fungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, bagi siswa sekolah dasar, menengah

pertama dan sekolah menengah atas. Dosen memiliki fungsi untuk meningkatkan martabat dan

peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,

serta pengabdi kepada masyarakat. Dalam rangka mencerdaskan kehidpan bangsa.

Guru dan dosen memiliki peran dan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas, sebagai

kewajiban pada Negara. Sebagai pelajar khususnya kita sebagai mahasiswa juga memiliki

kewajiban dan hak dalam mendapatkan pendidikan sebagaimana fungsi guru dan dosen

sebagaimana dijelaskan di atas. Sebagai mahasiswa khususnya dan pelajar pada umumnya sudah

pasti kita memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan juga memilki

kewajiban untuk mengikuti dengan baik dan akhirnya mendapatkan yang terbaik dan  tujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.

3.3 Pelanggran Etika profesi Dosen

Butir-butir Aturan Tentang Etika

Page 16: MAKALAH ETIKA

a)Busana

(1)Pakaian dosen sopan dan disesuaikan dengan peran dan lingkungan.

(2)Pakaian dosen di kantor dan di kelas/ruang kuliah adalah pakaian formal.

(3)Pakaian dosen di luar kelas, dalam peran sebagai utusan fakultas/universitas untuk

menghadiri undangan resmi adalah pakaian formal dan disesuaikan dengan

syarat/permintaan pengundang.

(4)pakaian dosen untuk acara yudisium sarjana adalah pakaian bebas rapi. 

b) Waktu

(1) Dosen melakukan tatap muka dikelas setiap kali pertemuan sesuai dengan jadwal

perkuliahan.

(2)Dosen memulai dan mengakhiri tatap muka di kelas tepat waktu.

(3) Dosen memenuhi komitmen waktu yang telah dijanjikan kepada mahasiswa baik dalam

memberikan layanan di luar acara tatap muka di kelas maupun dalam bimbingan skripsi dan

bimbingan akademik.

(4)Dosen memenuhi jam kerja yang telah ditentukan. 

c) Interaksi

(1) Dosen terbuka untuk menerima pernyataan dari mahasiswa mengenai pelajaran yang

diasuhnya dan siap membantu mahasiswa yang mengajukan pertanyaan di kelas maupun

di tempat lain.

(2) Dosen terbuka dan berani menerima perbedaan pendapat yang menyangkut ilmu

pengetahuan dengan mahasiswa mengingat ilmu pengetahuan senantiasa berubah dan

berkembang.

(3) Dosen memiliki integritas dan dedikasi tinggi dalam mengevaluasi hasil ujian dan

bentuk penugasan lain dalam memenuhi komitmen yang telah disusun dalam silabus.

(4) Dosen Pembimbing Akademik wajib memberikan bimbingan kepada mahasiswa

bimbingan. 

(5) Dosen senantiasa berusaha meningkatkan mutu dunia akademis melalui proses belajar

mengajar, penelitian dan kepedulian sosial dalam bentuk pengabdian kepada

masyarakat.

Page 17: MAKALAH ETIKA

(6) Dosen bebas menyampaikan pendapat sesuai dengan kebebasan akademik dan mimbar

akademik.

d) Lingkungan

(1) Dosen memiliki kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan

(2) Dosen tidak merokok dalam ruangan kelas dan ruangan kantor di lingkungan

Fakultas/Kampus.

(3) Dalam menggunakan telpon fakultas, dosen berbicara seperlunya, dan menggunakan

air, listrik sehemat mungkin.

Setiap dosen yang melanggar kode etik, disiplin, tata tertib, dan peraturan yang berlaku dikenai

sanksi. Sanksi yang dikenakan kepada dosen dapat berupa :

1. Teguran lisan

2. Teguran tertulis

3. Peringatan keras

4. Penundaan kenaikan gaji berkala

5. Penundaan kenaikan pangkat

6. Penundaan sertifikasi dosen

7. Pembebasan tugas

8. Pemberhentian.

Page 18: MAKALAH ETIKA

BAB IV

ETIKA DOSEN

4.1 Kompetensi

Kompetensi/Kemampuan adalah kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara

konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki

(Perencanaan pengajaran, 2007). Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah

kesanggupan atau kecakapan dosen dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara

dosen dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya

mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut

agar tercapai tujuan pengajaran (Subroto, 2002). Menurut Wibowo kemampuan Dosen mengacu

PP No 19 Tahun 2005 tentang standart Nasional Pendidikan dan UU No 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, meliputi :

a. Kemampuan Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi kemampuan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran:

- Mampu memahami karakteristik peserta didik

- Menerapkan teori belajar, teori pembelajaran yang relevan dengan peserta didik dan

sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang dia punya - Mampu mengelola

pembelajaran yang sesuai dengan karateristik peserta didik

- Mampu merancang pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

b. Kemampuan kepribadian adalah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

bijaksana, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, berahlak mulia, mengevaluasi

kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan;

Page 19: MAKALAH ETIKA

- Mampu bertindak secara konsisten yang sesuai dengan norma agama, hukum ,sosial,

dan kebudayaan nasional Indonesia

- Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, setabil, dewasa arif,

berwibawa, dan berakhlak mulia

- Mempunyai rasa bangga menjadi dosen, dapat bekerja mandiri, mempunyai etos kerja,

rasa percaya diri, dan tanggung jawab yang tinggi

- Mampu bersikap dan berprilaku yang disegani - Mampu menjadi teladan bagi peserta

didik dan masyarakat

- Mempunyai kejujuran

- Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi dosen

c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan dosen yang meliputi kemampuan untuk: -

Berkomunikasi lisan, tulisan, dan / atau isyarat

- Mengunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

- Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua / wali peserta didik dan bergaul secara santun denga masyarakat sekitar. d.

Kemampuan profesional ada yang meliputi :

- Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

- Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian

- Kemampuan mengembangkan dan menyebar luaskan inovasi dalam bidang ilmu

pengetahuan, tekhnologi dan / atau seni; dan

- Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat.

Kemampuan dosen diatas merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki dosen.

Kemampuan tersebut dikembangkan berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilaksanakan

oleh dosen. Oleh karena itu kemampuan dosen tersebut secara operasional akan mencerminkan

fungsi dan peranan dalam membelajarkan anak didik. Melalui pengembangan kompetensi profesi

diusahakan agar penguasaan Akademis cepat terpadu secara serasi dengan kemampuan

mengajar.

Page 20: MAKALAH ETIKA

Kemampuan lebih spesifik yang harus dimiliki oleh seorang dosen khususnya lulusan

THP yaitu dibagi menjadi dua, antara lain hard skill dan soft skill.

a. Kemampuan Hard Skill

1. Penguasaan keilmuan sesuai bidang ilmu ke-THP-an

2.Penguasaan ketrampilan laboratorium

3.Personal organization and time management (mampu memanfaatkan potensi pribadi

dan mengatur waktu)

4. Problem solving and analytical thinking (mempunyai kemampuan memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan akademis dan mampu berfikir analitis)

5. Mampu berfikir komprehensif

6.Coordinating (mampu bekerja dalam tim)

7. Directing (mampu mengarahkan mahasiswa)

8. Interpersonal communication skill (mampu bekerjasama)

9.Written communication skill (mempunyai kemampuan menulis yang baik untuk

penulisan proposal, laporan, dan publikasi ilmiah)

10. Ability to conceptualize (mempunyai kemampuan berfikir konseptual)

11.Creativity innovation, change (mempunyai ide yang kreatif, inovatif, dan mampu

mengikuti perkembangan teknologi)

b. Kemampuan soft skill

1. Learning ability (mempunyai kemauan dan kemampuan untuk belajar)

2. Oral communication skill (mampu mentransfer ilmu dengan baik)

3. Personal strength (mempunyai karakter yang kuat)

4. Good personal character

5. Mempunyai jiwa mendidik

4.2 Profesionalisme

Dosen sebagai pendidik yang profesional memiliki sikap profesionalisme yakni

Page 21: MAKALAH ETIKA

alah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana

yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Yang dicirikan dengan:

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.

2. Meningkatkan dan memelihara imej profesion

3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat

meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.

4. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion

Dalam pengaplikasian sikap profesionalisme dosen dibagi menjadi dua yakni dalam

bidang akademik maupun non akademik :

Dalam bidang Akademik

Dosen sebagai penasehat akademik, wajib memberikan waktu untuk bimbingan

kemajuan kepada mahasiswa bimbingannya.

Dosen sebagai pembimbing skripsi, berkewajiban untuk membimbing dengan seksama,

teliti, dengan menulis usulan, memberikan arahan dan pertimbangan untuk kemajuan

mahasiswanya.

Dosen sebagai pembimbing Praktik Pengalaman Lapangan, berkewajiban melakukan

interaksi dengan membimbing dan mengarahkan mahasiswanya; melaksanakan supervisi

lapangan sampai penulisan laporan akhir PPL dan mengujinya.

Dosen sebagai pembimbing Kuliah Kerja Nyata, hendaknya membina kerjasama dengan

perangkat desa, aparat pemerintah, instansi atau dinas dan lembaga mitra terkait juga

masyarakat tempat pelaksanaan KKN.

Dalam bidang Non akademik

Busana Pakaian dosen seyogyanya sopan dan disesuaikan dengan peran dan lingkungan,

baik di kantor,ruang kelas dengan pakaian formal.

Waktu Dosen melakukan tatap muka dikelas setiap kali pertemuan sesuai dengan jadwal

perkuliahan dengan tepat waktu.

Beban Kerja Dosen.

Beban kerja dosen dinyatakan dalam bentuk Ekuivalensi Waktu Mengajar Penuh

(EWMP) sebanyak 12 SKS .

Page 22: MAKALAH ETIKA

Interaksi. Dosen sangat terbuka untuk menerima pernyataan, asumsi dan pendapat

mahasiswa mengenai bahan ajar yang diampunya, mengingat ilmu pengetahuan

senantiasa berubah dan berkembang.

Page 23: MAKALAH ETIKA

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN DOSEN

Tentang tugas dosen, hak dan kewajibannya sebagaimana diatur dalamUndang-undang

Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Secara sederhana, dosen adalah tenaga pendidik

pada pendidikan tinggi. Namun menurut Pasal 1 angka 2 UU Guru dan Dosen disebutkan bahwa

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Jika mengamati definisi tersebut, sepertinya sangat berat tugas dan beban tanggung jawab

yang ada dipundak dosen. Meski sulit dan berat, tetapi itulah tuntutan terhadap seorang dosen. Ia

harus menjadi tenaga pendidik yang profesional, sekaligus seorang ilmuan. Kebanyakan profesi,

seperti perbankan dan perusahaan hanya menuntut kemampuan profesional yang tinggi. Tetapi

sebagai dosen, disamping profesional, juga harus jadi ilmuan. Lalu, tugas utama dosen adalah

mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Apakah ini sudah kita

dilakukan ?

Pemahaman terhadap hak dan kewajiban ini penting agar kita dapat menjalankan tugas

secara optimal dan bagi institusi yang terkait dengan tugasnya memberi hak dosen, juga dapat

berupaya semaksimal mungkin. Saya pikir kita sepakat untuk menyeimbangkan pelaksanaan

antara hak dan kewajiban. Jadi kita tidak hanya bisa menuntut hak, tetapi juga melaksanakan

kewajiban. Karena pada hakekatnya, ketika kita hanya menuntut hak dan mengabaikan

kewajiban, maka kita telah melanggar hak pihak lain. Sebab kewajiban kita merupakan hak dari

pihak lain/institusi

5.1 Hak Seorang Dosen

Hak sebagai seorang dosen yakni memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup

minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai

dengan tugas dan prestasi kerja;memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak

atas kekayaan intelektual; memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses

Page 24: MAKALAH ETIKA

sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat;memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi

keilmuan;memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta

didik memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.

Menurut Pasal 51 ayat (1) UU Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, dosen berhak:

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan

sosial;

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar,

informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat;

e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;

f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta

didik; dan

g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi

keilmuan.

5.2 Kewajiban Seorang Dosen

Kewajiban sebagai seorang dosen yakni melaksanakan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat;merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai

dan mengevaluasi hasil pembelajaran;meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik

dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni;bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik

dalam pembelajaran;menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik,

serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Page 25: MAKALAH ETIKA

.Menurut Pasal 60 UU Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

dosen berkewajiban:

a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;

b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran;

c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,

suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam

pembelajaran;

e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai

agama dan etika; dan

f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.