makalah dermatitis seboroik.doc
-
Upload
chindy-rosari -
Category
Documents
-
view
398 -
download
26
Transcript of makalah dermatitis seboroik.doc
BAB I
KASUS 3
Seorang mahasiswa 18 tahun berambut panjang mengeluh gatal-gatal diwajah berupa kemerahan
dilipat hidung dan pipi juga kedua alis dan kadang-kadang belakang telinga juga terasa gatal.
Rambut sering rontok dan kulit kepala gatal-gatal dan bersisik, yang bersangkutan cuci rambut
dengan shampo yang mereknya berganti-ganti juga sering melakukan creambath disalon 2
minggu sekali .
Keluhannya ini terutama timbul apabila yang bersangkutan sedang menghadapi ujian.
TUGAS :
1. Bahas dan terjemahkan serta analisa dan skenario diatas untuk menuju suatu
diagnose dan diagnose banding.
2. Pemeriksaan dan tindakan selanjutnya yang diinginkan.
Buatlah rancangan seluruh kejadian pada pasien ini dan juga obat dan nasehat apa yang didapat
sehingga pasien sembuh dan tidak pernah gatal lagi. Jelaskan patogenesis penyakitnya dan
semua kemungkinan yang dapat terjadi pada pasien ini.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS(9)
A.Skenario kasus
1.Identitas:
Nama: x Umur:18 tahun Jenis kelamin:wanita Pekerjaan:mahasiswi Keluhan utama:Gatal-gatal
2.Riwayat penyakit sekarang:
gatal-gatal &kemerahan diwajah,hidung,pipi juga kedua alis dan di belakang telinga. Rambut rontok serta kulit kepala gatal dan bersisik
3.Riwayat kebiasaan
Sering gonta-ganti shampoo
Sering creambath dua minggu sekali
4.Riwayat penyakit dahulu
Keluhan sering timbul apabila sedang mau ujian.
C.Pembahasan masalah
Umur pasien 18 tahun yang menyebabkan produksi minyak yang berlebih(glandua
sebasea lebih aktif) yang juga dapat menyebabkan penyakit kulit
Riwayat kebiasaan pasien yang mana suka bergonta ganti shampoo kemungkinan mengakibatkan dia mengalami gatal dan kemerahan di kulit kepala,karena shampoo nya tidak cocok dan malah mengiritasi kulit kepala
Ditambah lagi pasien sering creambath dua kali seminggu,yang mana ini terlalu sering dilakukan.kemungkinan Os tidak cocok dengan obat kimia yang digunakan untuk creambath dan kemungkinan mengiritasi kulit lebih besar lagi
Kelainan kulit pada pasien bisa juga disebabkan dari factor pencetus seperti stress yang
dialami Os jika sedang mau ujian. Stress dapat Merangsang glandula sebasea sehingga
kulit termasuk kulit kepala menjadi mudah berminyak,dan dapat menyebakan
penyakit kulit,
D.Etiologi yang mungkin pada pasien ini
Genetik Hormonal Neurogenik Faktor lain:Gonta ganti shampoo
Untuk genetic dapat kita ketahui dengan anamnesis tambahan.apakah sebelumnya pernah ada keluarga pasien yang seperti ini.
Faktor genetic berperan sebagai factor predisposisi yaitu kelainan konstitusi berupa status seboroik.
E.EtioPatogenesis
1.Genetik Status seboroik
2.Neurogenik Gland.sebasea lebih terangsang
3.Shampo Profilerasi flora normal kulit aktivasi sel Tdan langerhans
4.Hormonal Gland.sebasea lebih aktif
Peningkatan sebum dapat meningkatkan unsur inflamatogenik yang menimbulkan berbagai macam gejala klinis pada dermatitis seboroik
F.Diagnosis banding:
PENINGKATAN SEBUM
1. Dermatitis seboroik
- Gejala klinis
Terdapat eritema dan skuama yang beminyak agak kekuningan, gatal, predileksi pada
tempat-tempat seboroik, dapat menyebabkan kerontokan rambut pada daerah yang
terkena. Bisa terdapat pitriasis sika yaitu skuama yang kering pada kulit kepala, selain
itu bisa juga terdapat skuama yang beminyak yaitu pitriasis steatoides.
- Anamnesis yang perlu ditambahkan
Apakah ada riwayat keluarga (orang tua) yang pernah mengalami gejala yang sama
seperti os? karena D.S. bisa diturunkan
2. Psoriasis seboroik
- Gejala klinis
Terdapat eritema dan skuama berlapis yang agak beminyak dan lunak, gatal ringan,
predileksi pada tempat-tempat seboroik, dapat menyebabkan kerontokan rambut pada
daerah yang terkena.
- Anamnesis yang perlu ditambahkan
Apakah ada riwayat keluarga (orang tua) yang pernah mengalami gejala yang sama
seperti os? karena psoriasis bisa diturunkan
3. Tinea kapitis bentuk Grey patch ringworm
- Gejala klinis
Terdapat eritema dan skuama, gatal, terdapat papul merah, rambut berubah warna
menjadi abu-abu, predileksi pada kulit dan rambut kepala, dapat menyebabkan
kerontokan rambut pada daerah yang terkena. .
4. Tinea favosa
- Gejala klinis
Terdapat bercak merah kekuningan pada kulit kepala, kemudian berubah menjadi
krusta berbentuk cawan (skutula),gatal, rambut menjadi mudah rontok, tercium bau
tidak sedap seperti tikus (muosy odor).
G.Perbedaan dermatitis seboroik dan psoriasis seboroik
Dermatitis seboroik Psoriasis seboroik
Klinis Eritema dan skuama yang lebih berminyak dan agak kekuningan
Skuama berlapis, putih, kasar, transparan, berminyak
Skuama berlapis dikarenakan proses deskuamasi yang berlangsung cepat (3-4 hari, normalnya: 27 hari)
Predileksi Di tempat-tempat yang terdapat kelenjar sebasea
Di tempat-tempat yang terdapat kelenjar sebasea
Sifat Kronis, residif
Etiologi Genetik Autoimun, genetik
H.Diagnosis kerja
Berdasarkan gejala yang ada pada pasien ini maka kami mendiagnosa pasien ini mengalami:
Dermatitis Seboroik
I.Pemeriksaan dan Tindakan Selanjutnya.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding adalah sebagai
berikut :
Dermatitis seboroik
o Pemeriksaan Fisik
Dicari kelainan berupa eritema dan skuama yang berbatas tegas. Skuama dapat
Skuama dapat kering, halus, tebal, dan berminyak (pitriasis steatoides). Pada kulit
kepala tampak skuama patch ringan sampai dengan menyebar, tebal, krusta keras.
Inspeksi
Skuama
Skuama bersifat kering , tebal dan berminyak (pitiriasis steatoides).
Biasanya disertai dengan erosi krusta yang berwarna kekuningan.
Krusta
o Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Histopatologi
Hasil dari pemeriksaan histopatologis tidak spesifik. Dapat ditemukan
hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.
Pemeriksaan KOH 10-20%
Negatif, tidak ada hifa maupun blastokonidia
Pemeriksaan Biopsi
Pada hasil biopsi dari dermatitis seboroik, dapat ditemukan neutrofil
dalam skuama krusta pada sisi ostia follicular.
Psoriasis Seboroik
o Pemeriksan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala-gejala sebagai berikut :
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berminyak
Skuama berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Pada psoriasis yang mengenai scalp, ditemukan skuama lebih
tebal, putih seperti mika dan kelainan kulit pada perbatasan wajah
dan scalp
o Pemeriksaan Khusus
Fenomena Tetesan Lilin
Skuama berubah warnanya menjadi putih pada goresan. Hal ini
disebabkan oleh perubahan indeks bias.
Fenomena Auspitz
Pada fenomena auspitz akan tampak serum atau darah berbintik-bintik.
Cara mengerjakannya adalah dengan mengkerok skuama yang berlapis-
lapis. Setelah skuama habis, pengerokan terus dilakukan secara perlahan.
Jika didapatkan hasil yang (+) pada pemeriksaan khusus ini, maka dapat
dipastikan bahwa orang sakit menderita psoriasis.
Tinea Kapitis
o Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi bersisik, kemerah-merahan, dan alopesia.
Dapat ditemukan warna rambut yang berubah menjadi abu-abu dan menjadi tidak
mengkilat.
o Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan dengan lampu wood
Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat flouresensi hijau
kekuning-kuningan pada daerah yang sakit melampaui batas-batas grey
patch tersebut.
Pemeriksaan Mikologi
Pemeriksaan mikologik terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah
dan biakan.
Sediaan Basah
Hasil dari pemeriksaan langsung sediaan basah, dapat ditemukan
hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang,
maupun spora berderet (artospora).
Sediaan Biakan
Pemeriksaan ini digunakan untuk menyokong pemeriksaan
langsung sediaan basah dan menentukan spesies jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menanamkan bahan klinis
pada media buatan yaitu medium agar Sabouraud.
Tinea Favosa atau favus
o Pemeriksaan Fisik
Ditemukan titik-titik kecil di bawah kulit kepala yang berwarna merah
kuning dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula).
Rambut akhirnya tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas.
Pada keadaan yang sudah parah, dapat ditemukan bercak-bercak
kebotakan dan maninggalkan parut.
o Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sama seperti tinea kapitis yaitu
pemeriksaan langsung sediaan basah dan sediaan biakan.
J.Tindakan
Non medikamentosa Medikamentosa
Menghindari factor predisposisi seperti stress dan kelelahan
Menghindari penggantian shampoo berulang kali, gunakan satu jenis shampoo saja
Menghindari penyisiran rambut setelah dikeramas
Menjaga kebersihan diri terutama rambut dan wajah
Kortikosteroid topical:Krim hidrokortison 2,5 %
Jika kortikosteroid topical tidak berhasil serta tidak ada riwayat penyakit lambung, kortikosteroid sistemik dapat digunakan (prednisone 20-30mg/hari)
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2-3 kali scalp dikeramasi dengan selenium sulfide (selsun) 2,5%
Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%
Pelembab rambut setelah memakai shampoo
G.Prognosis
Ad bonam
Alasan:
Bila penatalaksanaan tepat, gejala-gejala yang dikeluhkan pasien dapat diatasi dengan baik (simtomatis).
Meskipun penyakit ini sukar disembuhkan secara kausatif karena factor konstitusi (genetik), penyakit ini dapat dikontrol secara simtomatis.
Secara keseluruhan, penyakit ini tidak mengganggu jiwa dan raga pasien
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
De rmatitis Seboroik
DefinisiDermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superfisial5, didasari oleh faktor konstitusi6.
EpidemiologiDermatitis seboroik merupakan penyakit inflamasi kronik yang mengenai daerah kepala dan badan di mana terdapat glandula sebasea1. Prevalensi dermatitis seboroik sebanyak 1% - 5% populasi.2 Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita1. Penyakit ini dapat mengenai bayi sampai dengan orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada usia 3 bulan sedangkan pada dewasa pada usia 30-60 tahun(3)
Secara internasional frekuensinya sebanyak 3-5%. Ketombe yang merupakan bentuk ringan dari dermatitis ini lebih umum dan mengenai 15 - 20% populasi4.)
EtiologiEtiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam faktor seperti faktor hormonal1, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik diduga berhubungan dengan kondisi ini3. Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik6.Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali setelah pubertas3. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun5.Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal3. Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea (misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen4.Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi belum ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bias terjadi3. Peningkatan sebum dapat menjadi tempat berkembangnya P. ovale sehingga menginduksi dermatitis seboroik1.Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan predisposisi pada populasi tertentu, seperti penyakit komorbid, untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis seboroik hanya terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis seboroik (ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui1.Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seborok. Obat-obat tersebut adalah
auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin, ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines, psoralens, stanozolol, thiothixene, and trioxsalen4.
. Klasifikasi dan Manifestasi KlinikDermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan anogenital1.
Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:1. Pada remaja dan dewasa 2.Pada bayi
Tapi yang akan kita bahas disini adalah yang pada remaja dan dewasa karena sesuai dengan kasus ini.
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi3.Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur3.
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:
1.Seboroik kepalaPada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuning-kuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut Pitriasis Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan berlapis-lapis dan sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe)5. Pasien mengeluhkan gatal di kulit kepala disertai dengan ketombe. Pasien berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul dari kulit kepala yang kering kemudian pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo, sehingga menyebabkan akumulasi lebih lanjut. Inflamasi akhirnya terjadi dan kemudian gejala makin memburuk1.Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga. Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang terjadi pada kepala bayi disebut Cradle cap 5.Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan juga sensasi terbakar pada wajah yang
terkena. Dermatitis seboroik bisa menjadi nyata pada orang dengan kumis atau jenggot, dan menghilang ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan. Jika dibiarkan tidak diterapi akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat terjadi infeksi bakterial1.
2.Seboroik mukaPada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain terdapat makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Bila sampai palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bisa didapati di daerah berambut, seperti dagu dan di atas bibir, dapat terjadi folikulitis. Hal ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur janggut dan kumisnya. Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe5.
3.Seboroik badan dan sela-selaJenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama, umbilicus, krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang pada permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di daerah intertrigo, kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder5.
Diagnosis
1. AnamnesisBentuk yang banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/ dandruft. Walaupun demikian, masih terdapat kontroversi para ahli. Sebagian mengganggap dandruft adalah bentuk dermatitis seboroik ringan tetapi sebagian berpendapat lain8.
2. Pemeriksaan fisikSecara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna putih sampai berminyak kekuningan, umumnya tidak disertai rasa gatal8.Kulit kepala tampak skuama patch ringan sampai dengan menyebar, tebal, krusta keras. Bentuk plak jarang. Dari kulit kepala dermatitis seboroik dapat menyebar ke kulit dahi, belakang leher dan belakang telinga4.
Distribusi mengikuti daerah berambut pada kulit dan kepala seperti kulit kepala, dahi, alis lipatan nasolabial, jenggot dan belakang telinga. Perluasan ke daerah submental dapat terjadi4.
3. HistologisPemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis4.Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit sejenis. Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama krusta pada sisi ostia follicular. AIDS berkaitan dengan dermatitis seboroik tampak sebagai parakeratosis, nekrotik keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis. Ragi kadang tampak dalam keratinosites dengan pengecatan khusus3.
Diagnosis Banding
.1. PsoriasisPada psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti mutiara dan tak berminyak. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis5. Tanda lain dari psoriasi seperti pitting nail atau onycholysis distal dapat untuk membantu membedakan3.
2. TineaPada tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai kerion. Pada tinia kapitis dan tine kruris eritem lebih menonjuo di pinggir dan pinggirnya lebih aktif dibandingkan tengahnya (Hrahap, 2000). Tinea capitis, facei dan korporis dapat ditemukan hipa pada pemeriksaan sitologik dengan potassium hydroksida3.
Penatalaksanaan
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik yaitu obat anti inflamasi (immunomodulatory), keratolitik, anti jamur dan pengobatan alternatif3.
1.Obat anti inflamasi (immunomodulatory)Terapi konvensional untuk dermatitis seboroik dewasa pada kulit kepala dengan steroid topikal atau inhibitor calcineuron. Terapi tersebut pemberiannya dapat berupa shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio steroid topikal, losio yang dioleskan pada kulit kepala atau krim pada kulit7.Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Efek utama penggunaan kortikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi, efek anti inflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi akan mengakibatkan berkurangnya eritema. Adanya efek anti inflamasi yang terutama terhadap leukosit akan efektif terhadap berbagai dermatoses yang didasari oleh proses inflamasi seperti dermatitis. Sedangkan adanya efek antimitosis terjadi karena kortikosteroid bersifat menghambat sintesis DNA berbagai jenis sel8.Terapi dermatitis seboroik pada dewasa umumnya menggunakan steroid topikal satu atau dua kali sehari, sering diberikan sebagai tambahan ke shampo. Steroid topikal potensi rendah efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada bayi terletak di daerah lipatan atau dewasa pada persisten recalcitrant seborrheic dermatitis. Topikal azole dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (dosis tunggal perhari selama dua minggu)3. Akan tetapi penggunaan kortikosteroid topikal ini memiliki efek samping pada kulit dimana dapat terjadi atrofi, teleangiectasi dan dermatitis perioral7.
Topikal inhibitor calcineurin (misalnya oinment tacrolimus (Protopix), krim pimecrolimus (Elidel)) memiliki efek fungisidal dan anti inflamasi tanpa resiko atropi kutaneus. Inhibittor calcineurin juga baik untuk terapi dimana wajah dan telinga terlibat, tetapi efeknya baru bisa dilihat setelah pemberian tiap hari selama seminggu3.
2.KeratolitikTerapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik. Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar, asam salisiklik dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memliki efek keratolitik non spesifik dan anti fungi, dapat diberikan dua atau tiga kali per minggu. Pasien sebaiknya membiarkan rambutnya dengan shampo tersebut selama lima
menit agar shampo mencapai kulit kepala. Pasien dapat menggunakannya juga untuk tempat lain yang terkena seperti wajah3.
3.Anti fungiSebagian besar anti jamur menyerang Malassezia yang berkaitan dengan dermatitis seboroik. Dosis satu kali sehari gel ketokonazol (Nizoral) dalam dua minggu, satu kali sehari regimen desonide (Desowan) dapat berguna untuk dermatitis seboroik pada wajah. Shampo yang mengandung selenium sulfide (Selsun) atau azole dapat dipakai. Shampo tersebut dapat diberikan dua sampai tiga kali seminggu. Ketokonazole (krim atau gel foaming) dan terbinfin (Lamisil) oral dapat berguna. Anti jamur topikal lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan flukonazole (Diflucan) mempunyai efek anti inflamasi juga3.Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium sulfasetamid dan topical terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik1.
4.Pengobatan AlternatifTerapi alami menjadi semakin popular. Tea tree oil (Melaleuca oil) merupakan minyak essensial dari seak belukar Australia. Terapi ini efektif dan ditoleransi dengan baik jika digunakan setiap hari sebagai shampo 5%3.
1.Penatalaksanaan dermatitis seboroik pada kulit kepala dan daerah jenggotBanyak kasus dermatitis seboroik di kulit kepala dapat diterapi secara efektif dengan memakai shampo tiap hari atau berselang satu hari dengan shampo anti ketombe yang mengandung 2,5 persen selenium sulfide atau 1-2 persen pyrithione zinc. Alternatif lain shampo ketoconazole dapat dipakai. Shampo sebaiknya mengenai kulit kepala dan daerah jenggot selama 5 sampai 10 menit sebelum dibilas. Shampo moisturizing dapat dipakai setelah itu untuk mencegah kerontokan rambut. Setelah penyakit dapat dikendalikan frekuensi memakan shampo dapat dikurangi menjadi dua kali seminggu atau seperlunya. Solusio topical terbinafin 1 % efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada kulit kepala1.Jika kulit kepala tertutupi oleh skuama difus dan tebal, skuama dapat dihilangkan dengan memberikan minyak mineral hangat atau minyak zaitun pada kulit kepala dan dibersihkan dengan deterjen seperti dishwashing liquid atau shampoo tar beberapa jam setelahnya1.Skuama ekstensif dengan peradangan dapat diterapi dengan moistening kulit kepala dan kemudian memberikan fluocinolone asetonid 0,01% dalam minyak pada malam hari diikuti dengan shampo pada pagi harinya. Terapi ini dilakukan sampai dengan peradangan bersih, kemudian frekuensinya diturunkan menjadi satu sampai tiga kali seminggu. Solusio kortikostreroid, losion atau ointment dipakai satu atau dua kali sehari di tempat fluocinolon acetonid dan dihentikan pada saat gatal dan eritema hilang. Pemberian kortikosteroid dapat diulang satu sampai tiga minggu sampai gatal dan eritemanya hilang dan kemudian dipakai lagi jika diperlukan. Pemeliharaan dengan shampo anti ketombe dapat secara adekuat. Pasien dianjurkan agar memakai steroid topikal poten dengan hemat sebab pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan atrofi dan telangiectasi pada kulit1..
2.Penatalaksanaan pada wajahDaerah pada wajah yang terkena dapat sering di cuci dengan shampo yang efektif untuk seborik. Alternatif lain dapat dipakai kream ketokonazone 2%, diberikan 1-2 kali. Hidrokortison 1% sering kali diberikan 1-2 kali dan akan menghasilkan proses resolusi eritema dan gatal. Losion
Sodium sulfacetamide 10% juga efektif sebagai agen topikal untuk dermatitis seboroik.
4.Penatalaksanaan dermatitis seboroik beratPada pasien dengan dermatitis seboroik berat yang tidak responsif dengan terapi topikal yang biasa dapat di terapi dengan isotretionoin. Isotretinoin dapat menginduksi pengecilan glandula sebasea sampai dengan 90% dengan mengurangi produksi sebum. Isotretinoin juga dapat dipakai sebagai anti inflamasi. Terapi dengan isotretinoin 0,1 – 0,3 mg/ kg BB/ hari dapat memperbaiki dermatitis seboroiknya. Kemudian dosis pemeliharaan 5-10 mg/ hari efektif untuk beberapa tahun. Akan tetapi isotretinoin memiliki efek samping serius, yaitu teratogenik, hiperlipidemia, neutropenia, anemia dan hepatitis. Efek samping mukokutaneus mencakup khelitis, xerosis, konjungtivitis, uretritis dan kehilangan rambut. Penggunaan jangka panjang berhubungan dengan perkembangan diffuse idiopathic skeletal hyperostosis (DISH) 1.Pendekatan lain pada pasien yang sulit dengan mencoba berbagai macam kombinasi yang berbeda dari obat-obat yang biasa dipakai: shampo anti ketombe, anti jamur dan steroid topikal. Jika ini gagal dapat dipakai steroid topikal poten jangka pendek . Pilihan terapinya mencakup steroid kelas III non fluorinate seperti mometasone furoate (Elocon) atau menggunakan steroid ekstra poten kelas I atau steroid topikal kelas II seperti clobetasol propionate (Temovate) atau fluocinonude (Lidex). Steroid topikal kelas III harus dipakai lebih dulu, tetapi jika masih tidak resposif dapat menggunakan kelas I. Obat tersebut dapat diberikan satu sampai dua kali sehari, bahkan untuk wajah, tetapi harus dihentikan setelah dua minggu sebab terjadinya peningkatan efek samping. Jika pasien respon sebelum dua minggu, obat harus di stop sesegera mungkin1.Sebagian besar kortikosteroid tersedia sebagai solusio, losion, kream dan ointment. Penggunaan vehikulum ini tergantung pasien dan lokasi terapi. Losion dan kream sering digunakan pada wajah dan tubuh sedangkan solusio dan ounment sering digunakan pada kulit kepala. Umumnya pemakaian solusio kulit kepala lebih dipilih pada orang kulit putih dan asia, untuk orang kulit hitam mungkin terlalu kering, ointment merupakan pilihan yang lebih baik1.
SaranPenderita harus diberitahu bahwa penyakit berlangsung kronik dan sering kambuh. Harus dihindari factor pencetus seperti stress emosional, makanan berlemak dan sebagainya5.
PrognosisPada sebagian kasus yang mempunyai factor konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan6.
DAFTAR PUSTAKA
1.Johnson, B. A., Nunley, J. R., 2000, Treatment of Seborrheic Dermatitis, American Family Physician Vol. 61/ No. 9 (May 1, 2000).
2.Scheinfeld, N. S., 2005, Seborrheic Dermatitis, SKINmed. 2005; 4 (1): 49-50. ©2005 Le Jacq Communications, Inc, http://www.medscape.com/viewarticle/499706
3.Schwartz, R. A., Janusz, C. A., Janniger, C. K., 2006, Seborrheic Dermatitis: An Overview, University of Medicine and Dentistry at New Jersey-New Jersey Medical School, Newark, New Jersey, American Family Physician, Volume 74, Number 10 July 1, 2006, www.aafp.org/afp
4.Selden, S., 2005, Seborrheic Dermatitis, http://www.emedicine.com
5.Harahap, M., 2000, Dermatitis seboroik pada buku Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta.
6.Djuanda, A., 1999, Dermatosis eritroskuamosa dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
7.Gupta, A. K., Bluhm, R., 2004, Coclopirox Shampoo For Treating Seborrheic Dermatitis, Skin Therapy Left 9(6):4-5, http://www.medscape.com.
8. Ardhie, A. M, 2004, Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya, DEXA MEDIA, No. 4, Vol. 17, Oktober - Desember 2004
9.Djuanda adi,budimulia gunandar.”dermatitis seboroik”dan “tinea kapitis”dalam Djuanda adi.ilmu penyakit kulit dan kelamin.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.edisi ke3.Hal 93-95,183-185.Balai penerbit FK UI,Jakarta,2002.
DERMATITIS SEBOROIK
Kelompok I
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
JAKARTA
20 MEI 2009
Kelompok I
030.05.027 Andrew Leonardo
030.05.079 Dwi Putri Ayu
030.07.001
030.07.002
030.07.003
030.07.004
030.07.005
030.07.007
030.07.008
030.07.010
030.07.011
030.07.012
030.07.013
030.07.014
030.07.015
030.07.016
A Hadi Pradipta
Ade Mayasari
Adelin Litan
Adhy Hermawan
Adi Agung Ananta
Aditya Prasetya S
Aditya Zulkarnaen
Adri Dwi Anggayana
Adrian Ridski Harsono
Agus Kresnadi
Agustania Beta P
Airis Meyfitri
Aji Mustika Ningrum
Anatasyalia