MAKALAH Dermatitis

14
PENDAHULUAN Dermatits Atopi adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat familial, dengan riwayat atopi pada diri sendiri ataupun keluarganya. Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh kecenderungan individu untukmembentuk antibodi berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan dengan alergen yang umum dijumpai, serta kecenderungan untuk mendapatkan penyakit- penyakit asma, rhinitis alergika dan DA, serta beberapa bentuk urtikaria. Istilah atopi berasal dari kata atopos (out of place).Berbagai faktor dapat memicu DA, antara lain allergen makanan, alergen hirup, berbagai bahan iritan, dan stres. Tetapi, seberapa besar peran alergen makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial. Meski pada pasien DA kerap dijumpai peningkatan IgE spesifik terhadap kedua jenis alergen ini, tetapi tidak selalu dijumpai korelasi dengan kondisi klinisnya. Hasil tes positif terhadap suatu alergen, tidak selalu menyatakan alergen tersebut sebagai pemicu DA, tetapi lebih menggambarkan bahwa pasien telah tersensitasi terhadapnya. Secara umum, alergen makanan lebih berperan pada DA usia dini. Seiring dengan penambahan usia, maka peran alergen makanan akan digantikan oleh alergen hirup. Selain itu, memang terdapat sekitar 20% penderita DA tanpa peningkatan IgE spesifik, yang dikenal sebagai DA tipe intrinsik. Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat atopik (dalam keluarga maupunsendiri). Secara klinis, terdapat 3 fase/bentuk yang lokasi dan morfologinya berubah sesuai dengan pertambahan usia. Pada fase bayi lesi terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu. Pada tipe anak, terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku dan lutut. Sedangkan pada tipe dewasa lebih sering dijumpai pada tangan, kelopak mata dan areola mammae. Penyebab pasti kekhususan pada distribusi anatomi ini belum diketahui. Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA, misalnya

description

kulit farmasi

Transcript of MAKALAH Dermatitis

Page 1: MAKALAH Dermatitis

PENDAHULUAN

Dermatits Atopi adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang

kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat familial, dengan riwayat

atopi pada diri sendiri ataupun keluarganya. Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh

kecenderungan individu untukmembentuk antibodi berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan

dengan alergen yang umum dijumpai, serta kecenderungan untuk mendapatkan penyakit-penyakit asma, rhinitis

alergika dan DA, serta beberapa bentuk urtikaria.

Istilah atopi berasal dari kata atopos (out of place).Berbagai faktor dapat memicu DA, antara lain

allergen makanan, alergen hirup, berbagai bahan iritan, dan stres. Tetapi, seberapa besar peran alergen makanan

dan alergen hirup ini masih kontroversial. Meski pada pasien DA kerap dijumpai peningkatan IgE spesifik

terhadap kedua jenis alergen ini, tetapi tidak selalu dijumpai korelasi dengan kondisi klinisnya. Hasil tes positif

terhadap suatu alergen, tidak selalu menyatakan alergen tersebut sebagai pemicu DA, tetapi lebih

menggambarkan bahwa pasien telah tersensitasi terhadapnya. Secara umum, alergen makanan lebih berperan

pada DA usia dini. Seiring dengan penambahan usia, maka peran alergen makanan akan digantikan oleh alergen

hirup. Selain itu, memang terdapat sekitar 20% penderita DA tanpa peningkatan IgE spesifik, yang dikenal

sebagai DA tipe intrinsik.

Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat atopik (dalam keluarga

maupunsendiri). Secara klinis, terdapat 3 fase/bentuk yang lokasi dan morfologinya berubah sesuai dengan

pertambahan usia. Pada fase bayi lesi terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu. Pada tipe anak,

terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku dan lutut. Sedangkan pada tipe dewasa lebih sering

dijumpai pada tangan, kelopak mata dan areola mammae. Penyebab pasti kekhususan pada distribusi anatomi ini

belum diketahui.

Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA, misalnya kriteria Hanifin dan Rajka,

kriteria Williams, kriteria UK Working Party, SCORAD (the scoring of atopic dermatitis) dan EASI (the eczema

area and severity index). Selama 2 dekade terakhir ini, berbagai upaya dilakukan untuk membuat standar

evaluasi DA. Idealnya, kriteria ini harus efisien, sederhana, komprehensif, konsisten, dan fleksibel.Selain itu

juga dapat menilai efektivitas terapi yang diberikan. Tetapi, kriteria yang sering digunakan karena relatif praktis

ialah kriteria Hanifin dan Rajka. Pada kriteria ini, diagnosis DA dietegakkan bila setidaknya dijumpai 3 kriteria

mayor dan 3 kriteria minor, sebagai berikut: Faktor gatal (dengan derajat bervariasi dari yangringan sampai yang

berat) merupakan Faktor terpenting. Bahkan dikatakan bahwa DA tidak akan muncul bila pada rasa gatal

tersebut tidak dilakukan garukan. Oleh karena itu, dalam penanganan DA, tugas utama kita adalah untuk

mengatasi rasa gatal ini.

I. CASE

Seorang wanita Ny. M, umur 58 tahun datang ke Poliklinik Kulit RSUD dengan keluhan gatal pada

daerah lipat tangan dan lipatan lutut. Pada riwayat penyakit diketahui pasien merasakan gatal pada lipatan siku

dan lipatan lutut sejak 6 hari yang lalu. Pasien mengaku pertama kali muncul di lipatan siku hanya berupa

Page 2: MAKALAH Dermatitis

bentol-bentol kecil, kemudian pasien menggaruknya hingga lecet dan menjadi besar. Pasien hanya merasakan

gatal, tanpa nyeri dan panas. Pasien belum memeriksakan keluhan ini sebelumnya. Pada riwayat pribadi terdapat

riwayat keluhan serupa sejak tiga tahun terakhir dan sering kambuh-kambuhan. Pasien juga memiliki riwayat

alergi terhadap debu. Pada riwayat keluarga tidak ditemukan keluhan serupa maupun keluhan atopik lainnya.

Pada pemeriksaan kulit Ujud Kelainan Kulit (UKK) yang ditemukan berupa plak dengan dasar eritem, berbatas

tegas, ukuran plakat, bentuk tidak teratur, bilateral pada lipatan regio cubiti sinistra et dextra, dan regio genue

sinistra et dextra. Disertai dengan skuama, ekskoriasi dan krusta. Dokter mendiagnosa pasien tersebut dengan

dermatitis atopik.

Diskusi

Manifestasi klinis dari Dermatitis Atopik pada pasien berupa adanya perasaan gatal, adanya

plak eritematosa, berbatas tegas, dengan daerah eksematous yang berkrusta, skuama dan eksoriasi.

Keluhan yang dirasakan pasien bersifat kronik residif (sering kambuh-kambuhan). Pada pasien juga

terdapat riwayat alergi terhadap debu yang menandakan bahwa pasien termasuk individu yang atopik.

Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas, beberapa penderita memiliki

kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan, misalnya

immunoglobulin E sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda.

Berdasarkan gambaran klinis dan umur penderita, Dermatitis Atopik terbagi dalam 3 type, yaitu

Tipe Bayi ( infantil ) dimana biasanya timbul pada usia 2 bulan - 2 tahun. Umumnya diawali sebagai

suatu plak eritematous yang cukup gatal pada pipi disertai dengan berkembangnya vesikel-vesikel

intraepidermal yang kemudian ruptur dan pecah menghasilkan lesi kulit basah dengan daerah berkrusta.

Predileksinya biasa terdapat pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki

atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Tipe Anak-anak

(Childhood), biasanya timbul pada usia 4-10 tahun. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali

muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian

depan atau di belakang lutut. Lesi biasanya kurang eksudatif atau tidak basah dan dimulai dengan

eritem yang cukup gatal, papel infiltrat dengan sedikit bersisik (skuama). Bila proses berlangsung

kronis sering terlihat adanya likenifikasi awal serta hiperpigmentasi. Tipe Dewasa ( adult ), merupakan

tipe lanjutan infantil, ataupun dapat timbul pertama kali. Bentuk lesi dari tipe ini selalu kering, diawali

dengan plak eritem, vesikel atau papel, bersisik (squama) disertai gatal hebat dan adanya likenifikasi.

Predileksi kulit secara klasik ditemukan pada daerah fossa cubiti dan poplitea, leher depan dan

belakang, dahi serta daerah sekitar mata.

Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik seperti stres emosional, perubahan

suhu atau kelembaban udara, infeksi kulit oleh bakteri, kontak dengan bahan pakaian yang bersifat

Page 3: MAKALAH Dermatitis

iritan (terutama wol), pada beberapa anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopik.

Pengobatan yang spesifik untuk dermatitis atopik belum ada. Pengobatan sistemik berupa sedativa atau

antihistamin untuk mengatasi gatalnya dapat diberikan. Selain itu untuk mengobati gatal dan inflamasi

dapat diberikan kortikosteroid. Namun penggunaan kortikosteroid jika kelainan telah meluas saja,

dikarenakan kortikosteroid bisa menimbulkan efek samping yang serius, karena itu hanya digunakan

sebagai pilihan terakhir.

Terapi

Pasien mendapatkan terapi topikal betamethasone valerate 0,05%, 2-3 kali pemberian sehari,

diberikan pada tempat lesi sampai lesi dermatitis hilang. Farmakoterapi oral dengan antihistamin

dipenhydramin 5 mg/KgBB peroral, terbagi menjadi 3-4 dosis perhari dan pasien diedukasi untuk

mengenali dan menghindari faktor pencetus.

Penulisan resep

R/ betamethasone valerat 0,05% cream tube No. I

Sue

R/ dipenhydramin 5 mg tab No. X

S 3 dd 1 pc

II. DEFINISI

Dermatitis atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa

gatal; seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota

keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma.

III. ETIOLOGI

Terdapat beberapa teori yang dapat dikaitkan dengan etiologi DA : Faktor Herediter

Riwayat keluarga ditemukan sekitar 70% pada semua kasus. Pada kondisi atopi kontrol dari produksi

IgE di bawah pengaruh suatu gen dominan pada kromosom 11q13. Imunologik Adanya peningkatan

dari antibodi IgE total dan IgE spesifik di dalam serum terhadap antigen dari makanan atau inhalasi.

Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik:

1. Stres emosional

2. Perubahan suhu atau kelembaban udara

3. Infeksi kulit oleh bakteri

4. Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).

5. Pada beberapa anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopik.

Penderita dermatitis atopik biasanya memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara

dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang

Page 4: MAKALAH Dermatitis

sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E)

sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda.

Penderita derematitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatiitis

dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan

untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah

rangsangan yang berbeda.

IV. PATOFISIOLOGI

Patogenesis penyakit terdiri dari 3 teori, yaitu : a. Teori Genetik Dasar imunopatogenesis

penyakit dermatitis atopik diatur oleh gen atau lokus genetik. Meskipun demikian ada 4 dasar

fenomena imunopatogenesis penyakit dermatitis atopik yang diatur oleh gen atau lokus genetik :

1. Peningkatan IgE spesifik

2. Peningkatan respon IgE total

3. Peningkatan aktifitas sel-sel inflamasi, misalnya sel mast, basofil dan eosinofil, serta sel

helpet 2 (Th2) setelah paparan allergen

4. Hiperaktifitas jaringan

b. Teori Imunologi

Teori imunologik didasarkan pada :

1. Sebagian besar (75%) menderita dermatitis atopik yang mempunyai riwayat atopik pada diri

sendiri atau keluarganya.

2. Penderita Dermatits atopik sering memberikan reaksi positif pada uji klinik yang memakai

antigen makanan dan antigen lingkungan.

3. Kira-kira 80% penderita dermatitis atopik memberikan reaksi positif terhadap lebih dari 1

alergen pada uji kulit tipe cepat.

c. Teori Psikosomatik

Teori psikosomatik menyatakan bahwa dermatitis atopik disebabkan oleh neurosis yang

mengakibatkan respon vegetatif abnormal yang menahun. Neurosis itu dapat disebabkan oleh

kecemasan, perasaan bermusuhan, frustasi, perasaan bersalah dan sebagainya.

V. GEJALA

Manifestasi klinis dari Dermatitis Atopik adalah adanya perasaan gatal, adanya macula

eritematosa, papel, atau papulovesikel, daerah eksematous yang berkrusta, likenifikasi dan

eksoriasi. Kekeringan dari kulit dan infeksi sekunder. Berdasarkan gambaran klinis dan umur

penderita, Dermatitis Atopik terbagi dalam 3 type, yaitu :

Tipe Bayi ( infantil )

Page 5: MAKALAH Dermatitis

Biasanya timbul pada usia 2 bulan - 2 tahun. Umumnya diawali sebagai suatu plak

eritematous yang cukup gatal pada pipi disertai dengan berkembangnya vesikel-vesikel

intraepidermal yang kemudian ruptur dan pecah menghasilkan lesi kulit basah dengan

daerah berkrusta. Predileksinya biasa terdapat pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup

popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna

merah dan berair.

Tipe Anak-anak ( Childhood )

Biasanya timbul pada usia 4-10 tahun. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul

dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian

depan atau di belakang lutut. Lesi biasanya kurang eksudatif atau tidak basah dan dimulai

dengan eritem yang cukup gatal, papel infiltrat dengan sedikit bersisik (skuama). Bila

proses berlangsung kronis sering terlihat adanya likenifikasi awal serta hiperpigmentasi.

Tipe Dewasa ( adult )

Merupakan tipe lanjutan infantil, ataupun dapat timbul pertama kali. Bentuk lesi dari tipe

ini selalu kering, diawali dengan lak eritem, vesikel atau papel, bersisik (squama) disertai

gatal hebat dan adanya likenifikasi. Predileksi kulit secara klasik ditemukan pada daerah

fossa cubiti dan poplitea, leher depan dan belakang, dahi serta daerah sekitar mata.

VI. DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakkan dengan berdasarkan gejala-gejala, hasil pemeriksaan fisik dan riwayat

penyakit rinitis alergika atau asma pada keluarga penderita. Gejala-gajala dermatitis atopik umumnya sangat

mengganggu, berupa rasa gatal yang amat sangat dan menimbulkan kelainan kulit yang kurang menarik

dipandang dari segi kosmetik (kulit kering disertai penebalan, erythema disertai garis-garis garukan). Stres

psikologis ikut berperan untuk berkembangnya penyakit dermatitis, misal konflik perkawinan dan masalah

orang tua yang terlalu dominan atau menguasai dapat diikuti dengan rasa gatal yang hebat. Selain itu penyakit

dermatitis sendiri dapat menimbulkan perasaan tidak puas yang kemudian dapat berganti menjadi suatu

kecemasan, depresi dan rasa jengkel. Hal ini pun akan menimbulkan garukan yang lebih parah lagi. Faktor

psikososial selain ikut berperan untuk berkembangnya penyakit dermatitis juga dapat menjadi faktor pencetus

atau presipitasi terjadinya eksaserbasi. Faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor suhu udara

(dingin atau panas) dan kelembaban udara. Seperti halnya penyakit alergi lain (hay fever dan asma brohichiale),

dermatitis atopik umumnya memiliki riwayat keluarga. Artinya sering ditemukan faktor predispesisi yang

diturunkan . Kulit dianggap sebagai cermin keadaan jiwa, terlihat jelas, misal pada peristiwa marah kulit muka

menjadi kemerah-merahan dan berkeringat, pada saat takut kulit menjadi pucat dan dingin. Fiske et al

mengatakan bahwa kecemasan dan rasa permusuhan dihubungkan dengan menggaruk (keadaan luka garukan).

HISTOPATOLOGI

Page 6: MAKALAH Dermatitis

Gambaran yang dapat terlihat sangat tergantung pada perjalanan penyakit dari seorang penderita. Pada

penderita tanpa lesi kulit, secara histopatologik akan terdapat suatu hiperkeratosis ringan, hyperplasia

epidermisdan sebukan ringan sel radang limfosit di daerah dermis. Pada penderita dengan lesi akut,

histopatologik akan terdapat suatu edema intraseluler (spongiosa) di epidermis dan edema intrasel.

Sebukan ringan sel radang limfosit di epidermis serta dermis daerah perivenul. Pada lesi kronik

berlikenifikasi, histopatologik akan tampak epdermis hiperplasia disertai perpanjangan rete ridges,

hiperkeratosis yang menyolok, dan spongiosis ringan. Jumlah sel langerhans di epidermis bertambah

dan sebukan sel radang mononuklear di dermis didominasi oleh makrofag. Gambaran histopatologik

dermatitis atopik tidak spesifik dan sesuai dengan berbagai fase dermatitis lainnya sehingga

histopatologik tidak dipakai sebagai parameter untuk kriteria diagnosis.

PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan :

IgE serum

IgE serum dapat diperiksa dengan metode ELISA. Ditemukan 80 % pada penderita dermatitis

atopik menunjukkan peningkatan kadar IgE dalam serum terutama bila disertai gejala atopi

( alergi ) Eosinofil

Kadar serum dapat ditemukan dalam serum penderita dermatitis atopik. Berbagai mediatore

berperan sebagai kemoatraktan terhadap eosinofil untuk menuju nke tempat peradangan dan

kemudian mengeluarkan berbagai zat antara lain Major Basic Protein (MBP). Peninggian kadar

eosinofil dalam darah terutama pada MBP.

TNF-a

Konsentrasi plasma TNF-a meningkat pada penderita dermatitis atopik dibandingkan penderita

asma bronkhial.

Sel T

Limfosit T di daerah tepi pada penderita dermatitis atopik mempunyai jumlah absolut yang normal

atau berkurang. Dapat diperiksa dengan pemeriksaan imunofluouresensi terlihat aktifitas sel T

helper menyebabkan pelepasan sitokin yang berperan pada patogenesis dermatitis atopik.

Uji tusuk

Pajanan alergen udara (100kali konsentrasi) yang dipergunakan untuk tes intradermal yang dapat

memacu terjadinya hasil positif.

Pemeriksaan biakan dan resistensi kuman

Pemeriksaan dilakukan bila ada infeksi sekunder untuk menentukan jenis mikroorganisme patogen

serta antibiotika yang sesuai. Sampel pemeriksaan diambil dari pus tempat lesi penderita.

Page 7: MAKALAH Dermatitis

b. Dermatografisme Putih Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan 3 respon, yakni :

akan tampak garis merah di lokasi penggoresan selama 15 menit, selanjutnya mennyebar ke daerah

sekitar, kemudian timbul edema setelah beberapa menit. Namun, pada penderita atopik bereaksi

lain, garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi timbul kepucatan dan tidak timbul edema.

c. Percobaan Asetilkolin

Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang

normal. Pada orang DA. akan timbul vasokontriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.

d. Percobaan Histamin

Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita D.A. eritema akan berkurang, jika disuntikkan

parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.

VII. TERAPI

a. Menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat memperparah ataupun menimbulkan

kekambuhan pada lesi, misalnya :

b. Mencegah garukan yang dapat menyebabkan infeksi i kulit.

c. Menghindari perubahan suhu yang mendadak, misalnya jika mandi,sebaiknya menggunakan

air yang sesuai suhu tubuh.

d. Menghindari alergen yang dapat menimbulkan terjadinya alergi pada penderita.

e. Menghindari stres emosional.

f. Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekitar.

Pengobatan Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal. Krim

corticosteroid yang dioleskan pada daerah yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebakan

masalah kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah. Jika krim atau salep sudah tidak

efektif lagi, maka digantikan oleh jeli minyak selama 1 minggu atau lebih. Mengoleskan jeli minyak atau

minyak sayur bisa membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit. Jika digunakan kembali setelah

pemakaiannya dihentikan sesaat, corticosteroid menjadi efetif kembali. Pada beberapa penderita, ruam semakin

memburuk setelah mereka mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan

dengan handuk bisa menyebabkan iritasi. Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat

mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim

pelembab kulit). Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek

sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari. Kuku jari tangan

sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi. Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit pada dermatitis atopik

(yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan, terdapat gurat-gurat merah dan demam). Jika terjadi infeksi,

diberikan antibiotik. Tablet dan kapsul corticosteroid bisa menimbulkan efek samping yang serius, karena itu

Page 8: MAKALAH Dermatitis

hanya digunakan sebagai pilihan terakhir pada kasus yang membandel. Obat ini bisa menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan, kelemahan tulang, penekanan kelenjar adrenal dan masalah lainnya, terutama pada anak-anak.

Selain itu, efeknya yang menguntungkan hanya bertahan sebentar. Pada dewasa bisa dilakukan terapi dengan

sinar ultraviolet ditambah psoralen dosis oral. Terapi ini jarang dilakukan pada anak-anak karena efeks samping

jangka panjang yang berbahaya, yaitu kanker kulit dan katarak. Penanggulangan yang dianjurkan adalah melalui

pendekatan eklektik holistik, maka selain diberi pengobatan simptomatis juga psikoterapi (biological priority and

psychological supremacy) di mana faktor biologis merupakan prioritas (keutamaan), sementara aspek psikologis

dan sosial merupakan supremasi (keunggulan). Pada penatalaksanaan dermatitis, prioritas umum adalah

pengobatan aspek biologis (medikamentosa), yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan salep, bersamaan

dengan itu tetap mengutamakan proses psikologis. Intervensi psikoterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara,

tergantung spesifisitas tiap kasus, dapat dilakukan dengan terapi individu (psikoterapi suportif individual),

psikoterapi kelompok, medifikasi lingkungan serta terapi perilaku.

Terapi individu dapat dilakukan dengan prinsip dinamik. Target atau tujuan terapi individu adalah

menolong penderita untuk meningkatkan tilikan ke dalam, pengertian mengapa dan bagaimana faktor psikologis

dapat menyebabkan eksaserbasi, gejala fisik serta mengenali konflik di bawah sadar serta mekanisme secondari

gain. Yang dimaksud dengan secondary gain atau keuntungan sekunder adalah karena sakitnya penderita

memperoleh perhatian dari lingkungannya atau terbebas dari menjalankan tugas yang tidak menyenangkan atau

menimbulkan stres. Terapi kelompok menyediakan dukungan dari kelompok dan forum sebagai wadah untuk

memperbaiki keterampilan bersosialisasi dan berinteraksi di dalam kelompok. Kelompok itu dapat

mengeksplorasi masing-masing ketergantungan yang hebat, proteksi berlebihan dari orang tua atau keluarga,

menggunakan gejala sebagai alat manipulsi, menyetujui dan menerima terapi medis yang diberikan serta

menanamkan kebutuhan untuk kontrol kembali. Bagi penderita yang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi

(pendiam, tertutup, pemalu serta sulit bergaul) terapi kelompok merupakan pilihan utama. Menjauhkan penderita

dari situasi atau lingkungan yang menimbulkan stres merupakan salah satu cara modifikasi lingkungan, misalnya

modifikasi lingkungan banyak digunakan untuk penyakit-penyakit alergi (dermatitis dan asma bronchiale).

Penderita ini harus berada di lingkungan yang bebas dari segala hal yang dapat menimbulkan eksaserbasi atau

serangan, misalnya untuk penderita asma, rumah harus selalu bersih bebas debu, cukup ventilasi dan mendapat

sinar matahari. Untuk penderita dermatitis, hindari zat-zat atau kosmetik yang yang dapat menimbulkan iritasi

pada kulit atau menghindari situasi dan makanan yang dapat menyebabkan eksaserbasi. Cara lain adalah dengan

terapi keluarga (family therapy). Keluarga diharapkan dapat mengerti pola interaksi di dalam suasana keluarga

tersebut, sehingga keluarga dapat menolong untuk menciptakan model interaksi yang lebih sehat yang dapat

membebaskan penderita dari sikap mempertahankan penyakit. Selain itu bila ditemukan ada konflik dalam

perkawinan (bermasalah), dianjurkan untuk menjalani konsultasi perkawinan dengan tujuan untuk memperbaiki

kehidupan perkawinan dan memperkuat ikatan perkawinan serta memelihara ikatan antara tiap generasi.Terapi

perilaku merupakan komponen penting. Banyak penderita gangguan psikosomatik termasuk dermatitis adalah

seorang dengan kepribadian pemalu, pasrah dan kurang punya rasa percaya diri. Salah satu tujuan dari terapi

Page 9: MAKALAH Dermatitis

perilaku adalah meningkatkan rasa percaya diri dan belajar, bagaimana mengekspresikan penderitaannya secara

Sesuai.Menghilangkan secondary gain dari gejala yang dialami adalah sangat sulit. Dengan memberikan imbalan

terhadap usaha dan hasil yang dicapai dalam mengatasi dan mengontrol gejala (dengan token therapy) lama-

kelamaan perilaku yang diinginkan tersebut akan menjadi kebiasaan (conditioning). Mengajarkan penderita

mengenal patofisiologis bagaimana terjadinya kecemasan serta hubungannya dengan gejala-gejala dermatitis,

dapat membantu penderita dalam mempersiapkan diri untuk mengatasi kecemasan dan gejala-gejala dermatitis

tersebut.