Makalah Blok 9
-
Upload
raymond-edwin-lubis -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of Makalah Blok 9
Makalah PBL Blok 9
Mekanisme Kerja Hepar, Pankreas, dan Hati
Oleh:
Raymond Edwin Lubis
10.2010.142
Kelompok: C1
18 Juli 2011
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6 – Jakarta Barat
e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien (setelah
memodifikasinya), air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan
internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi yang kemudian digunakan
oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbgaia aktifitas bergantung energi,
misalnya transport aktif, kontraksi, sintesi, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan
untuk perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh.
Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul organik yang terdapat di
sekitar makanan tersedia bagi sel untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai
bahan pembangunan. Mula-mula makanan harus dicerna atau diuraikan menjadi molekul-
molekul kecil-ringkas yang dapat diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi
untuk didistribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95% dari makanan yang masuk
tersedia untuk digunakan oleh tubuh.
Anatomi dan Histologi Hepar
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia
terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang
sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 – 1600 gram. Permukaan atas
terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-
organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh
peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan
mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum
disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan
organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamennya:1
1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak di antara
umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig. falciformis ;
merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yang telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan bagian dari
omentum minus yang terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah
2
4. proksimal ke hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan
duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari
Foramen Wislow.
5. Ligamentum Coronaria Anterior ki–ka dan Lig coronaria posterior ki-ka :Merupakan refleksi
peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
6. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan
posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan
melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan
dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara
topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.1
Kemudian secara mikroskopis, hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut
kolagen dan jaringan elastis yang disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
3
Gambar 1: Anatomi Hepar
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar
seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana
akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid
tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel
yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yang disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel
yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang
lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid.
Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah
lobuli terdapat 1 vena sentralis yang merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang
menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan
jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung
cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan
Sistem
bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yang terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan
turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis,
4
Gambar 2: Histologi Hepar
dibawa ke dalam empedu yang lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung
empedu.1
Anatomi dan Histologi Pankreas
Pankreas merupakan organ lunak dengan permukaan berlobus-lobus dengan panjang
sekitar 12 -20 cm, terletak melintang di bagian atas abdomen daerah epigastrium dan
hipokondrium kiri, di belakang gaster dalam ruang retroperitoneal. Di bagi atas, kaput dengan
prosessus uncinatus, kolum, korpus dan kauda. Kaput pankreas terletak setinggi vertebra L2
dekat midline. Sedangkan kauda pankreas terletak setinggi vertebrata L1 bagian atas kaput
pankreas dihubungkan dengan korpus pankreas oleh kolum pankreas yaitu bagian pankreas yang
lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm. Bagian superior pankreas berhubungan dengan foramen
gastroepiploicum yang ditutupi oleh omentum minus dan struktur-struktur yang mengisi di
dalam omentum tersebut. Di bagian anterior, pars superior duodenum menutupi bagian superior
kaput pankreas dan dibawahnya, mesokolon tranversa terletak melintang.2
Adapun batas-batas dari bagian pankreas adalah sebagai berikut :2
5
Gambar 3: Anatomi Pankreas
1. Kaput Pankreas meluas ke kanan sampai pada lengkungan duodenum, terletak sebelah anterior
dari vena cava inferior dan vena renalis kiri.
2. Processus uncinatus yang merupakan bagian dari kaput pankreas terletak di bawah vena
mesenterika superior.
3. Kolum pankreas yang merupakan hubungan antara korpus dan kaput pankreas terletak di atas
pembuluh darah mesentrika superior dan vena porta.
4. Korpus pankreas berbentuk segitiga dan meluas hingga ke hilus ginjal kiri. Terletak di atas
aorta, vena renalis kiri, pembuluh darah limpa dan pangkal vena mesenterika inferior.
5. Kauda pankreas terletak pada ligamentum lienorenal dan berakhir pada hilus limpa.
Saluran pankreas utama (Wirsungi) dimulai dari kauda pankreas sampai ke hulu pankreas
berjalan bersisian dengan saluran empedu beberapa millimeter sebelum akhirnya bergabung
dengan saluran empedu di ampula hepatiko-pankreatika dan bermuara pada papilla vater (papilla
mayor) ke dalam duodenum sepanjang 1,5 cm. Saluran pankreas minor (Santorini) atau duktus
pankreatikus asessorius di papilla minor terletak 2 cm di kranial papilla vater. Diameter saluran
pankreas yang awalnya pada dewasa muda sebesar 3 – 4 mm.2
Pada pangkal ampula hepatiko-pankreatika terdapat sfingter Oddi. Sfingter Oddi
merupakan otot yang berkembang dari otot duodenum, mengelilingi saluran utama tempat
bermuara saluran empedu dan saluran pankreas pada ampulla vater. Sebagian otot dari sfingter
ini akan membentuk sfingter choledochal dan sfingter duktus pankreas, yang berfungsi untuk
mencegah refluks cairan empedu ke dalam pankreas ataupun sekresi pankreas ke dalam sistem
biliar.2
Pankreas cukup kaya dengan pasokan darah yang berasal dari trunkus seliakus dan arteri
mesenterika superior. Umumnya (dari 90 % orang), trunkus seliakus mempercabangkan arteri
hepatika kommunis, splenika dan gastrika sinistra. Arteri hepatika kommunis akan
mempercabangkan a. gastroduodenalis yang berikutnya akan mempercabangkan arteri anterior
dan posterosuperior pankreatikoduodenalis dan memperdarahi bagian kaput pankreas. Dan
membentuk kolateral dengan arteri anterior dan posterior inferior pankreatikaduodenale yang
berasal dari arteri mesenterika superior. Arteri dorsalis pankreas yang berasal dari a. splenika
akan menyuplai daerah kaput dan a. transversalis pankreatika akan memperdarahi korpus dan
kauda pankreas. Beberapa cabang dari arteri splenika akan beranastomose dengan arteri
tranversalis yang juga mensuplai darah untuk korpus dan kauda pankreas.
6
Kaput pankreas dialiri oleh vena yang paralel dengan arterinya yang pada bagian anterior dari
kaput akan bermuara pada mesenterika superior dan bagian posterior bermuara pada vena porta.
Sehingga pada reseksi kaput pankreas, vena-vena tersebut harus diligasi dengan hati-hati, sedang
aliran vena dari korpus dan kauda pankreas akan bermuara langsung pada vena splenika melalui
vena pankreatika inferior ke vena mesenterika inferior dan superior.2
Aliran limfatik dari pankreas sangatlah kaya dan mengikuti aliran dari vena-vena pankreas.
Nodus superior terletak sepanjang permukaan superior dari pankreas, mengumpulkan cairan
limfe dari setengah kelenjar pankreas bagian anterior dan superior. Nodus inferior terletak pada
bagian inferior pankreas dari kaput dan korpus, mengaliri setengah kelenjar pankreas di bagian
anterior dan posterior bawah. Keduanya terletak dekat dengan pylorus, sebelah anterior di antara
pankreas dan duodenum dan distal mesenterium dari kolon tranversum. Nodus posterior
mengaliri permukaan posterior kaput pankreas dan terletak di bagian posterior di antara pankreas
dan duodenum, sepanjang duktus biliaris empedu, aorta setinggi pangkal dari trunkus seliakus
dan pangkal dari arteri mesenterika superior. Sedang nodus splenika mengalir pada kauda
pankreas. Aliran limfe ini penting diketahui untuk mengetahui penyebaran dari karsinoma
pankreas, yang kebanyak berasal dari kaput pankreas. Pankreas menerima persarafan dari
7
Gambar 4: Histologi Pankreas
simpatis melalui nervus splanikus dan parasimpatis melaui nervus vagus. Umumnya nervus
mengikuti perjalanan pembuluh darah dan duktus pankreas dalam perjalanannya menuju ke sel
asini pankreas. Nervus splanikus membawa serat afferen nyeri visera melalui pleksus dan
ganglia seliakus.2
Anatomi Kandung Empedu
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat
dibawah lobus kanan hepar. Pada orang dewasa panjangnya sekitar 7-10 cm, yang berfungsi
untuk menyimpan empedu dengan kapasitas ± 45 ml. Empedu yang disekresi secara terus
menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hepar. Saluran empedu yang
kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan
bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus
hepatikus komunis.3
Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus
koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus
membentuk ampulla Vateri (bagian duktus yang melebar pada tempat menyatu) sebelum
bermuara ke duodenum. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut
otot sirkular, dikenal sebagai sfingter Oddi.3
Duktus Bilier Intrahepatik: Ujung atau bagian hulu dari biliaris intrahepatik berpangkal
dari saluran paling kecil yang disebut kanalikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi
empedu melalui duktus interlobaris ke duktus lobaris, dan selanjutnya ke duktus hepatikus di
hilus. Duktus hepatikus kiri mengaliri 3 segmen hepar kiri (segmen II, III, IV). Duktus hepatikus
kiri berasal dari hepar dan berakhir di duktus hepatikus kommunis. Setelah melakukan bifurkasio
pada duktus hepatikus kanan-kiri, duktus epatikus kiri akan turun ke fissure umbilikalis
sepanjang permukaan bawah segmen IVb di atas dan samping cabang kiri vena porta. Beberapa
cabang arteri kecil dari lobus quadratus (segmen IV) dan lobus kaudatus (segmen I) masuk ke
duktus kiri pada daerah ini. Duktus hepatikus kiri membentuk fissure umbilikalis oleh cabang
segmen III (lateral) dan bagian IVb (medial) duktus. Segmen II dan IVa membentuk cabang
setelah berjalan mengikuti fissure umbilicalis ventrikal ke arah bawah menuju ligamentum
falciform.3
8
Duktus Bilier Ekstrahepatik: Sistem bilier ekstrahepatik berisi bifurkasi dari duktus hepatik
kiri dan kanan, duktus hepatik kommunis dan duktus bilier, duktus sistikus dan kantung empedu.
Duktus hepatik kiri dibentuk oleh drainase duktus segmen II, III dan IV dari hepar. Berjalan
horizontal sepanjang basis segmen IV dengan panjang 2 cm atau lebih. Duktus hepatik kanan
dibentuk oleh bagian posterior kanan duktus hepatik (segmen VI dan VII) dan anterior kanan
(segmen V dan VIII) dan merupakan bagian ekstrahepatik yang terpendek. Duktus hepatik
kommunis terletak di sebelah anterior dari ligamentum ekstrahepatik dan gabungan duktus
sistikus.3
Duktus sistikus sebagai pintu masuk ke duktus hepatik kommunis menjadi awal dari duktus
biliaris kommunis, yang akan berjalan inferior ke arah duodenum pada tepi bebas omentum ke
sebelah kanan arteri hepatic dan anterior vena porta. Duktus biliaris kommunis berjalan melewati
samping dari bagian pertama duodenum. Mukosanya berupa epitel kuboid, dan dindingnya
dibentuk oleh jaringan fibrosa dengan otot polos yang sedikit jumlahnya.3
Duktus Sistikus merupakan lanjutan dari fesica fellea, terletak pada porta hepatic. Duktus
sistikus berasal dari infundibulum kandung empedu dan bejalan medial dan inferior dan
bergabung menjadi duktus hepatikus kommunis. Duktus sistikus mempunyai diameter 1-3 mm
9
Gambar 5: Anatomi Kandung Empedu
dan panjang antara 1 mm sampai 6 mm. Duktus ini menghubungkan kandung empedu dengan
duktus biliaris kommunis dan katup berbentuk spiral Heiser yang mensuplai aliran keluar.3
Kandung empedu divaskularisasi oleh arteri sistikus yang merupakan percabangan arteri
hepatik dekstra, sedangkan vena sistikus berasal dari permukaan hati melawati vesika vellea dan
masuk ke lobus quadratus. Sistem persarafan kandung empedu oleh sistem simpatis dan
parasimpatis yang keduanya melalui pleksus seliakus. Saraf simpatis preganglionik berasal dari
level T8 dan T9 sedangkan saraf parasimpatis postganglionik berada pada pleksus seliakus dan
berjalan sepanjang arteri hepatis dan vena porta menuju kandung empedu. Drainase limfatik
kendung empedu melewati nodus hepatikus melalui nodus sistikus dekat dengan kollum kandung
empedu dimana alirannya menuju limfonodus seliakus.3
Pankreas adalah Campuran Jaringan Eksokrin dan Endokrin
Pankreas adalah kelenjar yang memanjang yang terletak di belakang dan bawah lambung,
di atas lengkung pertama duodenum. Pankreas merupakan kelenjar campuran yang mengandung
jaringan eksokirn dan endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-
kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantung-kantung atau asinus, yang
berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara ke duodenum. Bagian endokrin yang lebih
kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau Langerhans, yang tersebar
di seluruh pankreas. Hormon terpenting yang disekresikan oleh sel-sel pulau Langerhans adalah
insulin dan glukagon. Pankreas eksokrin dan endokrin tidak memiliki kesamaan, kecuali
menempati lokasi yang sama.4
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: sekresi
enzimatik poten dan sekresi alkali encer (cari) kaya akan natrium bikarbonat. Enzim-enzim
pankreas secara aktif disekresikan oleh sel asinus. Komponen NaHCO3 encer disekresikan secara
aktif oleh sel duktus yang melapisi bagian awal duktus pankreatikus, dan kemudian mengalami
modifikasi sewaktu melewati duktus. Seperti pepsinogen, enzim pankreas disintesis oleh
retikulum endoplasma dan kompleks Golgi sel asinus, dan kemudian disimpan dalam granula
zimogen dan dikeluarkan melalui proses eksotisosis bila diperlukan. Sel-sel asinus mengeluarkan
tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori makanan. Enzim-enzim
pankreas tersebut penting karena mereka mampu mencernakan hampir semua makanan secara
sempurna tanpa bantuan sekresi pencernaan lain. Ketiga jenis enzim pankreas tersebut adalah (1)
10
enzim-enzim proteolitik, yang berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan cara serupa
dengan amilase liur; dan (3) lipase pankreas, satu-satunya enzim yang penting dalam pencernaan
lemak.4
Tiga enzim proteolitik utama yang disekresikan oleh pankreas adalah tripsinogen,
kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam bentuk
inaktif. Setelah disekresikan ke dalam lumen duodenum, tripsinogen diaktifkan menjadi bentuk
aktifnya, tripsin, oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di batas luminal sel-sel yang
melapisi mukosa duodenum. Tripsin kemudian secar otokatalisis mengaktifkan lebih banyak
tripsinogen. Seperti pepsinogen, tripsinogen harus tetap inaktif dalam pankreas untuk mencegah
enzim proteolitik mencerna sel-sel tempat ia terbentuk. Dengan demikian, tripsinogen tetap
inaktif sampai enzim tersebut mencapai lumen duodenum, tempat enterokinase memicu proses
pengaktifan, yang kemudian berlangsung secara otokatalisis. Sebagai perlindungan tambahan,
jaringan pankreas juga menghasilkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai inhibitor tripsin, yang
menghambat kerja tripsin jika enzim ini secara tidak sengaja diaktifkan dalam pankreas.4
Kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pankreas lainnya, diubah
oleh tripsin masing-masing menjadi bentuk-bentuk aktif mereka, kimotripsin dan
karboksipeptidase, di dalam lumen duodenum. Dengan demikian, setelah enterokinase
mengaktifkan sebagian tripsin, tripsin kemudian bertanggung jawab untuk menyelesaikan proses
pengaktifan selanjutnya. Tiap-tiap enzim proteolitik tersebut menyerang ikatan peptida yang
berbeda. Produk akhir yang dihasilkan dari tindakan tersebut adalah campuran asam amino dan
rantai peptida pendek. Mukus yang disekresikan oleh sel-sel usus membentuk proteksi bagi
dinding usus halus terhadap proses pencernaan oleh enzim-enzim proteolitik aktif tersebut.4
Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan penting dalam pencernaan karbohidrat
dengan mengubah polisakarida menjadi disakarida. Amilase disekresikan melalui getah pankreas
dalam bentuk aktif karena amilase tidak membahayakan sel-sel sekretorik. Lipase pankreas
sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim yang disekresikan di seluruh sistem
pencernaan yang dapat menuntaskan pencernaan lemak. Lipase pankreas menghidrolisis
trigliserida makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang
dapat diserap. Seperti amilase, lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada resiko
penceraan-sendiri pankreas oleh lipase.4
11
Apabila terjadi defisiensi enzim-enzim pankreas, pencernaan makanan menjadi tidak
sempurna. Karena pankreas merupakan satu-satunya sumber lipase yang bermakna, defisiensi
enzim pankreas menyebabkan maldigesti lemak yang serius. Gambaran klinis utama insufiensi
pankreas eksokrin adalah steatorea, atau kelebihan lemak yang tidak dicerna di feses. Sekitar
60% - 70% lemak yang masuk akan dieksresikan melalui feses. Pencernaan protein dan
karbihidrat kurang begiru terganggu karena enzium-enzim liur, lambungm dan usus berperan
dalam pencernaan kedua jenis makanan tersebut.4
Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal dalam lingkungan yang netral atau sedikit basa,
namun isi lambung yang masuk ke duodenum bersifat sangat asam. Penting sekali bahwa kimus
yang sangat asam ini harus segera di netralkan di lumen duodenum, bukan saja agar enzim-
enzim pankreas berfungsi optimal tetapi juga untuk mencegah kerusakan mukosa duodenum oleh
asam. Oleh karena itu, cairan alkalis (yang kaya natrium bikarbonat) yang disekresikan oleh
pankreas ke dalam lumen duodenum melakukan fungsi penting, yaitu menetralkan kimus asam
yang akan dikosongkan duodenum dari lambung. Sekresi natrium bikarbonat encer tersebut
sampai saat ini merupakan komponen sekresi pankreas terbesar. Volume sekresi pankreas
berkisar antara 1 dan 2 liter per hari, bergantung pada jenis dan derajat stimulasi.4
Sekresi pankreas diatur terutama oleh mekanisme hormon. Selama fase sefalik pencernaan,
terjadi sekresi pankreas dalam junlah kecil yang diinduksi oleh sistem parasimpatis, disertai
peningkatan lebih lanjut selama fase lambung sebagai respon terhadap gastrin. Namun stimulasi
utama untuk sekresi pankreas terjadi selama fase usus pencernaan pada saat kimus berada di
dalam usus halus. Pengeluaran dua enterogastron utama, sekretin dan kolesistokinin (CCK),
sebagai respon terhadap keberadaan kimus di duodenum berperan penting dalam kontrol sekresi
pankreas. Dari faktor-faktor yang merangsang pengeluaran enterogastron, stimulus utama yang
secara spesifik memicu pengeluaran sekretin adalah adanya asam di duodenum. Sekretin, pada
gilirannya, diangkut oleh darah ke pankreas untuk merangsang sel-sel duktus meningkatkan
sekresi cairan kaya natrium bikarbonat mereka ke dalam duodenum. Walaupun rangsangan lain
dapat menyebabkan pengeluaran sekretin, jelaslah bahwa rangsangan terkuat adalah asam karena
sekretin meningkatkan sekresi pankreas alkalis yang menetralkan asam tersebut. Mekanisme ini
merupakan sistem kontrol untuk mempertahankan netralitas kimus di usus. Jumlah sekretin yang
dikeluarkan setara dengan jumlah asam yang masuk ke duodenum, sehingga jumlah natrium
bikarbonat yang disekresikan sejalan (seimbang) dengan keasaman duodenum.4
12
Kolesistokinin, di pihak lain, penting untuk mengatur sekresi enzim-enzim pankreas.
Stimulus utama dari sekresi CCK dari mukosa duodenum adalah adanya lemak dan protein
dengan tingkat yang lebih rendah. Sistem ini merangsang sel-sel asinus pankreas untuk
meningkatkan sekresi enzim. Enzim-enzim tersebut diantaranya lipase dan proteolitik, yang
meningkatkan penceranaan lemak dan protein lebih lanjut yang memulai respons dan juga
membantu mencernakan karbohidrat tampaknya tidak memiliki pengaruh langsung pada sekresi
enzim pankreas.4
Ketiga jenis enzim pankreas itu terkemas bersama-sama dalam granula zimogen, sehingga
semua enzim pankreas dibebaskan jika granula tersebut mengalami eksositosis. Dengan
demikian, walaupun jumlah total enzim-enzim yang dikeluarkan bervariasi sesuai dengan jenis
makanan yang masuk (paling banyak disekresikan sebagai respons terhadap lemak), proposrsi
enzim-enzim yang dibebaskan tidak berbeda dari satu makanan ke makanan yang lain. Jadi,
makanan tinggi-protein tidak menyebabkan peningkatan proporsi enzim proteolitik yang
dikeluarkan. Namun, bukti-bukti mengisyaratkan bahwa dapat terjadi penyesuaian jangka
panjang proporsi jenis enzim yang diproduksi sebagai respon adaptif terhadap perubahan diet
yang berkepanjangan. Sebagai contoh, enzim-enzim proteolitik dengan proporsi yang lebih besar
dihasilkan pada perubahan jangka panjang diet ke makanan tinggi-protein. Kolesistokinin
mungkin berperan dalam adaptasi enzim pankreas terhadap perubahan makanan. Seperti gastrin
yang bersifat trofik bagi lambung dan usus halus, CCK dan sekretin memiliki efek trofik pada
pankreas eksokrin untuk mempertahankan integritas bagian tersebut.4
Sekresi Empedu dan Hati
Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah untk mengeluarkan empedu, normalnya antara
600-1000 ml/hari. Empedu melakukan dua fungsi penting:5
Pertama, empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak,
bukan karena enzim di dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam
empedu dalam empedu melakukan dua hal: (1) asam empedu membantu mengemulsikan
partikel-partikel lemak yang besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil, permukaan
partikel tersebut dapat diserang oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan
(2) asam empedu membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui membran
mukosa intestinal.
13
Kedua, empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan
yang penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari
pengahancuran hemoglobin, dan kelebihan kolestrol.
Empedu disekresikan dalam dua tahap oleh hati: 5
1. Bagian awal disekresikan oleh sel-sel fungsional utama hati, yaitu sel hepatosit; sekresi
awal ini mengandung jumlah besar asam empedu, kolestrol, dan zat-zat organik lainya.
Kemudian empedu disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang terletak di
antara sel-sel hati.
2. Kemudian, empedu mengalir di dalam kanalikuli menuju septa interlobularis, tempat
kanalikuli mengeluarkan empedu ke dalam duktus biliaris terminal dan kemudian
secara progresif ke dalam duktus yang lebih besar, akhirnya mencapai duktus hepatikus
dan duktus biliaris komunis. Dari sini empedu langsung dikeluarkan ke dalam
duodenum atau dialihkan dalam hitungan menit sampai beberapa jam melalui duktus
sistikus ke dalam kandung empedu.
Dalam perjalanannya melalui duktus-duktus biliaris, bagian kedua dari sekresi hati
ditambahkan ke dalam sekresi empedu yang pertama. Sekresi tambahan ini merupakan larutan
ion-ion natrium dan bikarbonat encer yang di sekresikan oleh sel-sel epitel sekretoris yang
mengelilingi duktulus dan duktus. Sekresi kedua ini kadang meningkatkan jumlah empedu total
sampai 100%. Sekresi kedua ini dirangsang terutama oleh sekretin, yang menyebabkan
pelepasan sejumlah ion bikarbonat tambahan sehingga menambah jumlah ion bikarbonat dalam
sekresi pankreas (untuk menetralkan asam yang dikeluarkan dari lambung ke duodenum).5
Pemekatan, Komposisi, dan Pengosongan Empedu
Empedu disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel hati, namun sebagian besar
normalnya disimpan dalam kandung empedu sampai diperlukan di dalam duodenum. Volume
maksimal yang dapat ditampung kandung empedu hanya sampai 30-60 ml. meskipun demikian,
sekresi empedu selama 12 jam (biasanya sekitar 450 ml) dapat disimpan dalam kandung empedu
karena air, natrium, klorida, dan kebanyakan elektrolit kecil lainnya secara terus menerus di
absorpsi melalui mukosa kandung empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu yang mengandung
garam empedu, kolestrol, lesitin, dan bilirubin. Kebanyakan absorpsi kandung empedu ini
disebabkan oleh transpor aktif natrium melalui epitel kandung empedu, dan kebanyakan zat-zat
14
terdifusi lainnya. Empedu secara normal dipekatkan sebanyak 5 kali lipat dengan cara ini, tetapi
dapat dipekatkan sampai maksimal 20 kali lipat.5
Zat yang paling banyak disekresikan dalam empedu adalah garam empedu, yang
banyaknya setengah dari toatal zat-zat yang juga terlarut dalam empedu. Bilirubin, kolestrol,
lesitin, dan elektrolit yang biasa terdapat dalam plasma, juga disekresikan atau dieksresikan
dalam konsentrasi besar. Dalam proses pemekatan di kandung empedu, air dan elektrolit dalam
jumlah besar (kecuali ion kalsium) direabsorpbsi oleh mukosa kandung empedu; pada dasarnya
zamua zat lain, terutama garam empedu dan zat-zat lemak kolestrol dan lesitin, tidak direasorbsi
dan, karena itu, menjadi sangat pekat dalam empedu di kandung empedu.5
Ketika makanan mulai dicerna di dalam traktus gastrointestinal bagian atas, kandung
empedu mulai dikosongkan, terutama sewaktu makanan berlemak mencapai duodenum sekitar
30 menit setelah makan. Mekanisme pengosongan kandung empedu adalah kontraksi ritmis
dinding kandung empedu, tetapi pengosongan yang efektif juga membutuhkan relaksasi
bersamaan dari Sfingter Oddi, yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam
duodenum. Sejauh ini rangsangan yang paling poten menyebabkan kontraksi kandung empedu
adalah hormon kolesistokinin. Hormon ini adalah hormon yang telah dibicarakan sebelumnya
yang menyebabkan peningkatan sekresi enzim pencernaan oleh sel-sel asinar pankreas.
Rangsangan untuk memasukkan kolesistokinin ke dalam darah dari muksoa duodenum terutama
dalah kehadiran makanan berlemak di duodenum.5
Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh serabut-
serabut saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik usus. Keduanya
adalah saraf yang sama yang meningkatkan motilitas dan sekresi dalam bagian lain traktus
gastrointestinal bagian atas.5
Fungsi Garam-Garam Empedu pada Pencernaan dan Absorpsi Lemak
Sel hati menyintesis sekitar 6 gram garam empedu setiap harinya. Prekursor dari garam
empedu adalah kolestrol, baik yang da dalam diet atau yang disintesisa dalam sel-sel hati selama
berlangsungnya metabolisme lemak. Kolestrol pertama diubah menjadi asam kolat atau asam
kenodeoksilat dalam jumlah yang sama. Asam-asam ini selanjutanya akan berkombinasi
terutama dengan glisin dan , dalam jumlah yang sedikit, dengan taurin untui membentuk asam
empedu terkonjugasi-gliko dan tauro-. Garam-garam dari asam ini, terutama garam natrium,
15
kemudian akan disekresi dalam empedu. Berikut merupakan dua kerja penting dari garam
empedu pada traktus gastrointestinal:5
1. Garam-garam ini bekerja sebagai deterjen pada partikel lemak dalam makanan. Hal ini
mengurangi tegangan permukaan partikel dan memungkinkan agitasi dalam traktus
intestinal untuk memecahkan tetesan-tetesan lemak menjadi bentuk yang kecil. Proses
ini disebut emulsifikasi atau fungsi deterjen dari garam-garam empedu.
2. Garam-garam empedu membantu absorpsi dari asam lemak, monogliserida, kolestrol,
dan lemak dalam traktus intestinal. Garam empedu melakukan fungsi ini dengan cara
membentuk kompleks-kompleks fisik yang sangat kecil dengan lemak ini; kompleks ini
disebut micel, dan bersifat semi larut di dalam kimus akibat muatan listrik dari garam-
garam empedu. Lemak usus “diangkut” dalam bentuk ini ke mukosa usus, tempat
lemak kemudian diabsorpsi ke dalam tubuh. Tanpa adanya garam-garam empedu di
dalam traktus intestinal, 40% lemak yang dicerna akan dikeluarkan bersama tinja, dan
pasien seringkali mengalami defisit metabolisme akibat hilangnya nutrien ini.
Sembilan puluh sampai 95% garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian diserap
melalui difusi nonionik, tetapi sebagian besar garam empedu diserap dari ileum terminal oleh
suatu sistem kotranspor Na+-garam empedu yang sangat efisien dan dijalankan oleh Na, K-
ATPase basolateral. Sala satu kotranspor garam yang berperan pada sistem transpor aktif
sekunder ini telah berhasil diklon, dan terdaapt bukti bahwa setidaknya terdapat satu kotranspor
lain. Sisa garam empedu sebesar 5-10% masuk ke dalam kolon dan diubah menjadi garam asam
deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat realtif tidak larut dan sebgaian besar diekskresikan
dalam tinja; hanya 1% yang diserap, namun deoksikolat diserap. Garam empedu yang diserap
disalurkan kembali ke hati dalam vena porta dan dieksresikan kembali dalam empedu (siklus
enterohepatik). Garam yang keluar melalui tinja diganti melalui sintesis zat ini di hati; kecepatan
normal sintesis garam empedu adalah 0,2-0,4 gram/hati. Jumlah total garam empedu yang
mengalami siklus berulang-ulang melalui sirkulasi enterohepatik adalah sekitar 3,5 gram; telah
diperhitungkan bahwa jumlah total tersebut bersirkulasi dua kali per waktu makan dan enam
sampai delapan kali per hari. Bila empedu tidak ada dalam usus, hampir 50% lemak yang
dimakan akan keluar melalui feses dan akan terjadi malabsorpsi berat vitamin larut-lemak. Jika
reabsorpsi garam empedu terhalang akibat reseksi ileum terminal atau suatu penyakit di bagian
usus halus ini, jumlah lemak dalam tinja juga akan meningkat jika sirkulasi enterohepatik
16
terputus, sedangkan hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan garam empedu
untuk dapat mengompensasi kehilangan yang terjadi.6
Batu Empedu
Kolelitiasis, yaitu adanya batu empedu, merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Insidens batu empedu meningkat seiring dengan pertambahan usia, sehingga di Amerika Serikat,
sebanyak 20% wanita dan 5% pria berusia antara 50 dan 65 memiliki batu empedu. Batu ini
terdiri atas dua tipe: batu kalsium bilirubinat dan batu kolestrol. Di Amerika Serikat dan Eropa,
85% batu empedu adalah batu kolestrol. Tampaknya terdapat tiga faktor yang berperan pada
pembentukan batu kolestrol. Salah satunya adalah stasis empedu; yaitu batu yang terbentuk
dalam empedu yang mengalami sekuestrasi di kandung empedu dan bukan empedu yang
mengalir dalam duktus koledokus. Faktor kedua adalah supersaturasi empedu dan kolestrol.
Kolestrol sangat tidak larut dalam empedu, dan zat ini dipertahankan di larutan dalam bentuk
misel, hanya pada nilai konsentrasi tertentu pada garam empedu dan lesitin. Faktor ketiga adalag
faktor nukleasi yang memudahkan terbentuknya batu empedu yang sangat jenuh tersebut. Di luar
tubuh, empedu pasien kolelitasis membentuk batu dalam 2-3 hari, sedangkan waktu yang
diperlukan oleh empedu orang normal untuk membentuk batu adalah lebih dari 2 minggu. Sifat
pasti faktor nukleasi masih belum diketahui, walaupun melibatkan glikoprotein dalam mukus
kandung empedu. Selain itu, masih belum dapat dipastikan apakah batu terbentuk akibat
pembentukan berlebihan komponen yang memudahkan nukleasi atau akibat berkurangnya
pembentukan komponen antinukleasi yang mencegah pembentukan batu pada orang normal.6
Metabolisme Xenobiotik
Suatu xenobiotik adalah senyawa yang asing bagi tubuh. Kelas-kelas utama xenobiotik yang
relevan dari segi medis adalah obat, karsinogen kimia, dan berbagai senyawa yang melalui satu
dan lain cara, sampai di lingkungan kita, misalnya polychlorinated biphenyls (PCB) dan
insektisida tertentu. Lebih dari 200.000 bahan kimia buatan terdapat di lingkungan. Sebagian
besar bahan kimia ini mengalami metabolisme (perubahan kimiawi) di dalam tubuh manusia
dengan hati sebagai organ yang terutama berperan; kadang-kadang suatu xenobiotik yang
disekresikan tanpa mengalami perubahan. Setidaknya terdapat 30 enzim yang mengkatalisis
17
berbagai reaksi yang terlibat dalam metabolisme xenobiotik; namun, bab ini hanya membahas
sebagian di antaranya.7
Untuk menyederhanakan, metabolisme xenobiotik dibagi menjadi dua fase. Pada fase 1,
reaksi utama hidroksilasi yang dikatalisis oleh anggota suatu kelas enzim yang disebut mono-
oksigenase atau sitokrom P450. Hidroksilasi dapat mengehntikan kerja suatu obat, meskipun
tidak selalu demikian. Selain hidroksilasi, enzim-enzim ini mengkatalisis berbagai reaksi,
termasuk reaksi yang melibatkan deaminasi, dehalogenasi, desulfurasi, epoksidasi,
peroksigenasi, dan reduksi. Reaksi-reaksi yang melibatkan hidrolisis (mis. yang dikatalisis oleh
esterase) dan reaksi lain yang tidak dikatalisis oleh P450 juga terjadi di fase 1.7
Pada fase 2, senyawa yang telah terhidroksilasi atau diproses dengan cara lain pada fase 1
diubaha oleh enzim spesifik menjadi berbagai metabolit polar oleh konjugasi dengan asam
glukoronat, sulfat, asetat, glutation, atau asam amino tertentu, atau oleh metilasi. Tujuan
keseluruhan kedua fase metabolisme xenobiotik ini adalah meningkatkan kelarutan xenobiotik
dalam air (polaritas) sehingga ekskresinya dari tubuh juga meningkat. Xenobiotik yang sangat
hidrofobik akan menetap di jaringan adiposa hampir selamanya jika tidak diubah menjadi betnuk
yang lebih polar. Pada kasus tertentu, reaksi metabolik fase 1 mengubah xenobiotik dari senyawa
yang secara biologis inaktif menjadi aktif. Dalam hal ini, xenobiotik asal disebut sebagai
“prodrug” atau “prokarsinogen”. Pada kasus lain, reaksi fase 1 tambahan (mis.reaksi hidroksilasi
lebih lanjut) mengubah senyawa aktif menjadi bentuk yang kurang aktif atau inaktif sebelum
konjugasi. Pada kasus lain lagi, reaksi konjugasi ini sendiri yang mengubah produk aktif pada
reaksi fase 1 menjadi bentuk yang kurang atau tidak aktif, yang kemudian disekresikan dalam
urine atau empedu. Konjugasi sangat jarang meningkatkan aktivitas bioogis suatu xenobiotik.7
Kata “detoksifikasi” kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan reaksi-reaksi yang
terlibat dalam metabolisme xenobiotik. Namun, kata ini tidak selalu sesuai karena, seperti
disebutkan sebelumya, pada sebagian kasus reaksi-reaksi tersebut telah meningkatkan aktivitas
biologis atau toksisitas xenobiotik.7
Kesimpulan
Berdasarkan berbagai pustaka yang telah ditelaah untuk mempelajari mekanisme kerja
hepar, pankreas, dan hati. Dapat disimpulkan bahwa ketiga organ ini bekerja secara bersamaan
untuk mencerna kimus dari lambung agar dapat diserap dengan baik di duodenum.
18
Daftar Referensi
1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed 6. Jakarta: EGC; 2006.h.207-
33
2. Anatomi Pankreas. Diunduh dari: http://ilmubedah.info/pankreas-anatomi-
20110317.html, 16 Juli 2011
3. Anatomi Kandung Empedu. Diunduh dari: http://ilmubedah.info/batu-empedu-
patofisiologi-anatomi-20110207.html, 16 Juli 2011
4. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001.h.563-4
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2008.h.843-6
6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 22. Jakarta: EGC; 2008.h.520-3
7. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta: EGC;
2009.h.653
19