Laporan Makalah Skenario 1 Blok 9
-
Upload
nasnalanda -
Category
Documents
-
view
49 -
download
5
Transcript of Laporan Makalah Skenario 1 Blok 9
LAPORAN MAKALAHSkenario I
“Ada apa dengan kencing Ny. endang.....”
Disusun Oleh : kelompok IVAnggota : Azmi Alfita
Fadhlina Muharmi HrpFeldi Widianto
Husni WidyawatiMaimanah
Mitha PradiniSofi SumarlinUcky SauraWelle Yuriza
Yaoli Susantri
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU
2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas laporan ini.
Laporan ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya dan dapat dipetik pelajarannya. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis juga mengucapkan maaf jika terdapat kekurangan baik dalam
penulisan ataupun penyampaian.
Oleh sebab itu, semua saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini
kedepannya.
Pekanbaru, 4 Januari 2010
Wassalam
Penulis
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar isi............................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
Latar Belakang dan tujuan.....................................................................
Bab 2 Infeksi Saluran Kemih
2.1 Defenisi ISK....................................................................................
2.2 Etiologi ISK...................................................................................
2.3 Epidemiologi ISK............................................................................
2.4 Faktor resiko ISK...........................................................................
2.5 Patogenesis ISK............................................................................
2.6 Klasifikasi ISK..............................................................................
2.7 Diagnosis banding ISK.................................................................
2.8 Diagnosis ISK................................................................................
2.9 Komplikasi ISK..............................................................................
2.10 Tatalaksana ISK........................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB IPERMASALAHAN
1. Latar Belakang
Fakultas Kedokteran Universitas Riau memiliki beberapa program dalam
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum Problem
Based Learning ( PBL ), diantaranya kegiatan tutorial. Tutorial merupakan salah
satu hal penting dalam proses belajar, dimana mahasiswa membangun
pengertian dan pemahaman melalui partisipasi aktif dan berbagi pengetahuan.
Suatu perubahan dalam pemahaman dapat terjadi melalui interaksi sosial
dimana mahasiswa akan menjelaskan suatu topik bahasan kepada peserta
diskusi lain dalam kelompok tutorial. Tutorial diberikan kepada para mahasiswa
untuk mengetahui dan menilai pemahamannya terhadap sesuatu. Sebelumnya
mahasiswa telah mendapatkan beberapa penugasan, kemudian hasilnya
didiskusikan dalam kelompok yang difasilitasi oleh seorang tutor.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan resume ini adalah melengkapi tugas tutorial
dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian blok VIII. Sedangkan bagi
pembaca resume ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang sangat
berguna bagi proses perkuliahan di Fakultas Kedokteran ini.
3. SkenarioAda apa dengan kencing Ny Endang
Nyonya endang umur 40 tahun datang ketempat oprak dokter karena
mengeluh sering kencing yang disertai nyeri semenjak dua minggu yang
lalu. Pasien tidak merasa demam tetapi mengelihkan urinnya bewarna
keruh. Pasien sudah berobat ke Pukesmas seminggu yang lalu dan telah
diberikan antibiotik tetapi tidak ada perubahan. Tidak ada riwayat keluarga
menderita diabetes, tetapi ada riwayat keluarga batuk darah.
Pada pemeriksaan fisik paru dijumpai dalam batas normal. Hanya
ditemukan nyeri tekanan suprapubik.
Pada pemeriksaan urinalisis Urinalisis rutin tidak ditemukan kelainan,
hanya ditemukan urin keruh. Pada kultur urin setelah lima hari bebas
antibiotik tidak dijumpai bakteri, kemudian dokter menganjurkan untuk
pemeriksaan serologi.
4. Terminologi
1. Nyeri tekan supra pubik : nyeri yang dirasakan di atas pubis
2. Urinalisis : suatu pemeriksaan urin yang terdiri dari pemeriksaan
makroskopis ( warna, bau, dan berat jenis), makroskopis ( se- sel
kimiawi), kimiawi (derajat keasaman/Ph, protein dan gula dalam urin)
3. Kultur urin : pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya
infeksi saluran kemih dengan cara membiakkan bakteri untuk
mengidentifikasi bakteri untuk memilih anti biotik yang tepat.
4. Pemeriksaan serologi : pemeriksaan untuk mendeteksi antigen antibodi
invitro.
5. Masalah
Identitas : perempuan 40 tahun
KU : sering kencing, nyeri saat kencing
RPS : urin bewarna keruh, nyeri sejak 2 minggu yang lalu
Riwayat pengobatan : telah diberi antibiotik
Riwayat penyakit keluarga : batuk darah
PF : nyeri tekan suprapubik
P. Urinalisis : urin keruh
Kultur urin : bakteri negatif
6. Analisis masalah
KU
Kenapa bisa Sering kencing ?
1. Karena kapasitas buli- buli menurun dan ketika belum terisi penuh
ransangan miksi telah terjadi
2. Cairan tubuh yang berlebihan
3. Spingter tak mampu menahan
4. Ginjal tidak mampu memfiltrasi dengan baik
Kenapa bisa Nyeri ?
1. Bisa dapat disebabkan adanya infeksi pada vesika urinaria, uretra dan
prostat
2. Biasanya berhubungan denga inflamasi akut pada vesika urinaria, uretra
dan prostat. Dimana wanita lebih rentan terkena ini di sebabbkan karena
wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada uretra pada pria
RPS
1. Partikel padat pada urin seperti sel epitel, lemak, bakteri, kristal mineral
2. Demam tidak muncul karena karena bakteri baru menginfeksi uretra dan
kandung kemih
3. Demam dapat terjadi bila infeksi mengenai ginjal
RIWAYAT PENGOBATAN
Karena tidak sesuai dengan etiologi dengan antibiotik yan diberikan atau
terjadi resistensi
RIWAYAT KWLUWRGA
1. Infeksi, tumor
7. Learning issues
1. ETIOLOGI, EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO ISK
2. PATOGENESIS ISK
3. PEMERIKSAAN FISIK DAN TATALAKSANA ISK
4. KOMPLIKASI ISK
5. DIAGNOSIS BANDING DAN DIAGNOSIS ISK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran
kemih, terutama termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
organisme (Corwin, E.J,2001: 480)
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan
pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, B,1998: 121)
c. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus/ mikroorganisme lain (Waspadji, S,1998: 264)
d. Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
2.2 ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih (ISK) dapat disebabkan oleh bakteri, virus ataupun
jamur. Namun, ISK yang disebabkan oleh virus dan jamur sangat jarang terjadi.
Di bawah ini adalah beberapa bakteri yang dapat menyebabkan ISK :
a. Basil Gram Negatif
E. coli (menyebabkan 80% ISK)
Klebsiella
Enterobacter
Serratia
Proteus
Pseudomonas
Providencia
Morganella
b. Staphylococcus saprophyticus (menyebabkan 10% ISK tak berkomplikasi)
c. Staphylococcus epidermis (biasanya nosokomial)
d. Staphylococcus aureus (dapat menyebar hematogen)
e. Streptococcus agalactiae (biasanya berhub. dgn DM)
f. Enterococcus fecalis (menyebabkan 15% infeksi nosokomial)
g. Anaerob (jarang)
h. Candida albicans (biasanya terjadi bersama DM, pemakaian kateter dan
pasien imunokompromise)
i. Torulopsis glabrata
j. Chlamydia trachomatis
2.3 EPIDEMIOLOGI
a. Epidemiologi ISK Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin
• Untuk rentang usia 1 tahun, bakteriuria lebih banyak ditemukan pada
anak laki-laki dibanding anak perempuan.
– Anak laki-lakià 2.7%
– Anak perempuanà 0.7%
• Untuk rentang usia 6 bulan, pada anak laki-laki yang tidak disirkumsisi,
maka kecenderungan untuk menderita ISK akan lebih besar.
– Anak laki-laki yang disirkumsisià 0,11%
– Anak laki-laki yang tidak disirkumsisià 1,12%
• Untuk rentang usia 1-5 tahun, kecenderungan anak perempuan untuk
menderita ISK naik menjadi 4.5%, sedangkan insidensi pada anak laki-
laki turun menjadi 0.5%. Kebanyakan ISK tersebut dikarenakan
abnormalitas kongenital dari Traktus urinarius seperti pada vesikouretral
reflux atau adanya obstruksi.
• Untuk rentang usia 6-15 tahun, insidensi ISK pada anak perempuan tetap
lebih tinggi (dengan persentase yang sama dengan sebelumnya)
dibanding pada anak laki-laki.
• Di masa dewasa, insidensi ISK pada perempuan meningkat signifikan
hingga 20% sedangkan insidensi ISK pada pria tetap 0,5 %
• Untuk rentang usia 36–65 th, insidensi ISK meningkat baik pada wanita
maupun pria.
– Priaà 20% (Faktor Risiko: hipertrofi atau obstruksi prostat,
kateterisasi, pembedahan)
– Wanitaà 35% (Faktor Risiko : gynecologic surgery dan bladder
prolapse)
• Untuk pasien usia di atas 65 th, Insidens ISK menigkat baik pada pria
maupun wanita. Inkontinensia ataupun pemakaian kateter yang lama
merupakan faktor risiko.
• Tingkat morbiditas dan mortalitas akan lebih tinggi pada anak usia di
bawah 1 th atau pada lansia (>65 th).
b. Pasien Risiko Tinggi
a. Kehamilan
Pada masa kehamilan, terjadi perubahan anatomi maupun fisiologis
saluran kemih yang disebabkan oleh peningkatan kadar progesterone dan
obstruksi akibat pembesaran uterus.
b. Usia Lanjut
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada lansia. Dikatakan
bahwa ISK adalah penyebab bakeriemia terbanyak pada lansia.
c. Diabetes
Prevalensi bakteriuria asimptomatik pada pasien wanita dengan DM lebih
tinggi daripada wanita tanpa DM, demikian pula risiko untuk
mendapatkan penyulit juga akan lebih besar.
2.4 FAKTOR RESIKO
a. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, ISK lebih banyak diderita oleh wanita, hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
Uretra wanita lebih pendek daripada pria
Higienisasi, dalam hal ini salah satu contohnya adalah cara mencebok
pada wanita. Cara mencebok yang benar adalah dari depan ke belakang,
hal ini dilakukan agar flora normal tidak berpindah dari belakang ke
bagian depan seperti pada anus dan vagina.
b. Obstruksi aliran urin
Bila terjadi penumpukan urin, tempat tersebut akan menjadi media
penumpukan bakteri yang nantinya dapat menyebabkan ISK.
c. Diabetes melitus
d. Instrumentasi
Dalam hal ini, contohnya adalah pemakaian kateter.
e. Aktivitas seksual
Jika seseorang tidak buang air kecil sebelum melakukan hubungan seksual,
maka uretranya akan penuh. Jika uretranya pendek, kemudian terkena
gesekan saat berhubungan seks maka kuman-kuman gampang terdorong
masuk ke saluran kencing dan mengakibatkan infeksi
f. Urine sisa dalam vesika urinaria
Urine sisa dalam vesika urinaria menyebabkan di kandung kemih selalu
terdapat air seni yang merupakan media pertumbuhan kuman dan nantinya
berpotensi menyebabkan ISK.
g. Kehamilan
Hal-hal yang menyebabkan ISK mudah terjadi pada saat kehamilan adalah :
Defisiensi estrogen menyebabkan daerah genitalia menjadi lebih kering
sehingga lebih mudah terinfeksi
Keasaman vagina juga berkurang sehingga perlindungan umum daerah
mukosa menjadi berkurang
h. Lansia
Pada lansia, hal yang menyebabkan mudah terjadinya ISK adalah :
Gangguan faal kognitif seperti demensia (terutama demensia sedang
sampai berat) akan mengakibatkan usaha perawatan diri sendiri terganggu
Defisiensi estrogen (pada wanita)
Menurunnya status fungsional pascastroke menyebabkan kemampuan
gerak ekstremitas berkurang yang mengakibatkan ketidakseimbangan
postural serta gangguan koordinasi mengakibatkan usia lanjut menjadi
kurang seksama dalam melaksanakan aktivitas membersihkan diri sendiri,
termasuk daerah genitalia.
2.5 PATOGENESIS ISK
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media
urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
1. ascending
2. hematogen seperti pada penularan M. tuberculosis atau S. aureus
3. limfogen
4. langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara
ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme
memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada
pria) – buli-buli – ureter, dan sampai ke ginjal.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh
karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent
meningkat.
Faktor dari host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah
1. pertahanan lokal dari host
mekanisme pengosongan urine yang teratur dari buli-buli dan
gerakan peristaltik ureter (wash out mechanism)
derajat keasaman (pH) urine yang rendah
adanya ureum di dalam urine
osmolalitas urine yang cukup tinggi
estrogen pada wanita pada usia produktif
panjang uretra pada pria
adanya zat antibakteria pada kelenjar prostat atau PAF (prostatic
antibacterial factor) yang terdiri atas unsur Zn
uromukoid (protein Tamm-Horsfall) yang menghambat
penempelan bakteri pada urotelium
2. Peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas imunitas humoral
maupun imunitas seluler
Kuman E.coli yang menyebabkan ISK mudah berbiak di dalam urine, di
sisi lain urine bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan spesies E
coli. Derajat keasaman urine, osmolalitas, kandungan urea dan asam organik,
serta protein-protein yang ada di dalam urine bersifat beakterisidal.
Protein di dalam urine yang bertindak sebagai bakterisidal adalah
uromukoid atau protein Tamm-Horsfall (THP). Protein ini disintesis sel epitel
tubuli pars ascenden Loop of Henle dan epitel tubulus distalis. Setelah
disekresikan ke dalam urine, uromukoid ini mengikat fimbria bakteri tipe I dan
S sehingga mencegah bakteri menempel pada urotelium. Sayangnya protein ini
tidak dapat berikatan dengan pili P sehingga bekteri yang mempunyai jenis pili
ini, mampu menempel pada urotelium. Bakteri jenis ini sangat virulen
dibandingkan dengan yang lain. Pada usia lanjut, uromukoid mengadakan
ikatan dengan neutrofil sehingga meningkatkan daya fagositosisnya.
Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah
mekanisme wash out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan
kuman-kuman yang ada di dalam urine. Gangguan dari mekanismeitu
menyebabkan kuman mudah sekali mengadakan replikasi dan mempel pada
urotelium. Supaya aliran urine adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash
out adalah jika
1. jumlah urine cukup
2. tidak ada hambatan di dalam saluran kemih
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan pada gagal ginjal,
menghasilkan jumlah urine yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadi
infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang bisa mempengaruhi aliran urine dan menghalangi
mekanisme wash out adalah adanya
1. stagnasi atau stasis urine
2. didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai
tempat persembunyian oleh kuman
Stagnasi urine bisa terjadi pada keadaan
1. miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing
2. obstruksi saluran kemih seperti pada BPH, striktura uretra, batu saluran
kemih atau obstruksi karena sebab lain
3. adanya kantong-kantong di dalam saluran kemih yang tidak dapat
mengalir dengan baik misalkan pada divertikula
4. adanya dilatasi atau refluks sistem urinaria
Batu saluran kemih, benda asing di dalam saluran kemih (di antaranya
adalah pemakaian kateter menetap) dan jaringan atau sel-sel kanker yang
nekrosis kesemuanya merupakan tempat persembunyian bakteri sehingga sulit
untuk dibersihkan oleh aliran urine.
Faktor dari mikroorganisme
Bakteri diperlengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di
permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor
yang ada di permukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya, terdapat 2 jenis
bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu baketri tipe pili 1 ( yang
banyak menimbulkan infeksi pada sistitis) dan tipe pili P (yang sering
menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,
menghasilkan toksin (hemolisin) dan menghasilkan enzim urase yang dapat
merubah suasana urine menjadi basa.
2.6 KLASIFIKASI INFEKSI SALURAN KEMIH
a. Klasifikasi berdasarkan klinis
ISK UNCOMPLICATED
Infeksi terjadi pada saluran kemih yang struktur anatomi dan
fungsionalnya normal
Jarang menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
Sering mengalami infeksi berulang
Pada usia lanjut terutama mengenai wanita
Infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih
ISK COMPLICATED
ISK dengan kelainan anatomi dan fungsi saluran kemih serta pada
pasien dengan penurunan daya tahan (imunocompromise)
Sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
Lebih sering terjadi resistensi bakteri terhadap anti biotika
Respon pengobatan kadang mengecewakan
Terjadi bila terdapat keadaan :
- Kelainan saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter
kandung kencing menetap dan prostatitis.
- Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
- Gangguan daya tahan tubuh
- Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen
Berdasarkan lokasi infeksi:
ISK BAWAH
Persentasi klinis tergantung gender
Perempuan
• Sistitis : persentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna
• Sindrom Uretra Akut (SUA) : persentasi klinis sistitis tanpa
mikroorganisme (steril) / sistitis bakterialis
Laki-laki
• sistitis, prostatitis, epidimidis & uretritis
Gejala:
Nyeri Suprapubik
Disuria
Frekuensi
Hematuria
Urgensi
Stranguria
SINDROM URETRA AKUT (SUA)
3 kelompok pasien :
• Pasien dengan piuria, diakan urin dapat diisolasi E. coli dengan
cfu/ml 103-105
-sumber infeksi berasal dari kelenjar peri-uretral atau uretra
-Respon baik terhadap AB standar spt ampisilin
• Pasien leukosituri 10-50/lapang pamdang tinggi dan kultur urin
steril
-Biakan khusus ditemukan bakteri anaerob
-Pasien tanpa piuri dan biakan urin steril
ISK ATAS
Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
Pielonefritis kronis (PNK)
Akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak
masa kecil.
Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim
ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Gejala :
– Demam
– Kram
– Nyeri punggung
– Muntah
– Skoliosis
– Penurunan Berat Badan
Berdasarkan gejala
BAKTERIURI SIMPTOMATIK
Bakteriuri bermakna tanpa disertai presentasi klinis ISK
BAKTERIURI ASIMPTOMATIK
Bakteriuri bermakna disertai presentasi klinis ISK
berdasarkan epidemiologi
Community Acquired
- Infeksi saluran kemih yang terjadi di masyarakat
- 80% disebabkan oleh E. coli
Hospital/Nosocomial Acquired
- Infeksi saluran kemih yang didapat di rumah sakit
- Berhubungan dengan kateterisasi, sekitar 40% dari infeksi nosokomial
- ISK di ICU lebih sering daripada di ruangan umum yaitu 42%: 13%,
sebagian besar (47%) terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator
mekanik.
- ICU yang menggunakan ventilator mekanik dalam waktu 7,9 hari
setelah pemakaian ventilator dan kemudian menimbulkan kematian
pada 3342% pasien di antaranya
ISK REKURENS
Re-infeksi
ISK dimana episode infeksi dengan interval > 6 minggu dengan
mikroorganisme berlainan
Berulangnya gejala serangan ISK, yang diantarai dengan adanya
interval masa bebas gejala
biasanya akibat reinfeksi oleh bakteri yang sama tetapi dengan spesies
/ serotipe berbeda dan bukan disebabkan oleh gagalnya eradikasi
bakteri dari dalam saluran kemih
Relapsing Infection
ISK yang setiap kali infeksi disebabkan oleh mikroorganisme yang
sama oleh karena sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat
ISK yang relaps ini, biasanya berhubungan dengan adanya kelainan
struktur saluran kemih ataupun karena adanya batu
2.7 DIAGNOSIS BANDING
A. BATU SALURAN KEMIH
Batu saluran kemih (batu urin) terdiri dari produk metabolisme yang ada
pada filtrat glomeruli normal, sering pada konsentrasi yang melewati
kelarutan maksimumnya. Batu saluran Kemih (BSK) atau urin merupakan
masalah kesehatan yang besar yang sudah lama dikenal, dan menempati
urutan ketiga di bidang urology setelah penyakit infeksi saluran kemih (ISK)
dan kelainan prostat Batu Ginjal & Batu Ureter Diagnosis Nyeri (kolik/non-
kolik). Nyeri pada saat miksi (batu terletak disebelah distal ureter).
Hematuria (trauma mukosa pd sal kemih yg disebabkan oleh batu. Pada PF
bisa di dapatkan: Nyeri ketok pad adaerah kostovertebra teraba ginjal pada
sisi sakit akibat hidronefrosis retensi urin terlihat tanda-tanda gagal ginjal
B. BATU BULI-BULI
Gejala klinis: Nyeri kencing/disuria hingga stranguri Perasaan tidak
enak sewaktu kencing Kencing tiba2 terhenti dan lancar kembali dg
perubahan posisi Refered pain pd ujung penis, skrotum,perineum, pinggang
sampai kaki
C. TRAUMA
Kelainan Traumatik GINJAL Penyebab :
• Truma tajam atau trauma tumpul
•Dapat menjadi bagian dari multiple trauama.
Gejala klinis :
• Mungkin tidak ditemukan tanda klinis
•Bengkak dan memar daerah pinggang (swelling & bruising renal angle).
•Distensi abdomen akibat penimbunan darah atau urine
•Dapat terjadi ileus
•Respiratory distress akibat penekanan diafragma
•Tahikardi dan hipotensi oleh karena hipovolemia
•HematuriDiagnosis: Lab .urine, hematuri
• Intravenous pyelografi (IVP).
• USG, Terapi :
Konservatif(Conservative management).Total bed rest. Hemodinamik
( Nadi dan tekanan darah) di monitor Evaluasi renal area adanya memar
atau pembengkanan yang bertambah. Produksi urine tiap hari di
evalauasi.
Antibiotik dan analgesik. Bedah (Surgical management), dilakukan bila:
• Traumanya berat dan ada pergeseran ginjal, Perdarahan yang tidak
teratasi.
• Dilakukan bersama-sama laparotomi.
• Terapi konservatif tidak membaik.
• Trauma ginjal terbuka.
D. KELAINAN TRAUMATIK URETER
Penyebab :
Trauma tajam pada kasus multi trauma. Cedera akibat operasi bedah atau
operasi obstetry dan gynekologi.
Gejala :
• Nyeri daerah ginjal akibat adanya sumbatan ureter
•Olygouria / anuria.
•Terjadi fistula, ureterovaginal fistula.
Diagnosis: IVP, USG.
Terapi :
• Parsial stenosis : dilatasi catater ureter.
• Eksplorasi, reseksi anatomose end to end.
E. KELAINAN TRAUMATIK KANDUNG KEMIH / BLADDER
Penyebab:
• Multiple trauma adalah penyebab paling sering menyebabkan cedera
pada kandung kemih.
• Tindakan operasi : hysterektomi, operasi colon / rectum, operasi
hernia / operasi vagina.
• Endoskopi.
• Spontan.
Gejala klinis
• Umum / general: Shock, Hipotensi, Tachicardi,Demam.
•Lokal: Peritonismus, bengkak dinding abdomen, Perdarahan uretra,
Odem skrotum / labium, Tidak bisa buang air kecil
Diagnosis :
•Klinis: Riwayat tauma, tanda-tanda shock, tidak bisa buang air kecil,
Hematuria.
• Radiology: Cystografi, foto polos abdomen dengan tanda-tanda fraktur
pelvis, cystoscopy.
Terapi :
• Perbaikan hemodinamik
• Operasi
• Antibiotik
Komplikasi :
• Peritonitis
• Infeksi Pelvis dan kandung kemih
• Infeksi ginjal
• Infeksi scrotum dan epididimis
• Fistula .
• Osteitis pubis
F. KELAINAN TRAUMATIK URETER
Penyebab :
• Batu uretra, benda asing
• Instrumentasi pada uretra.
• Trauma dari luar: Straddle injury, biasanya mengenai uretra anterior,
Cedera tulang pelvis, mengenai uretra posterior.
• Persalinan lama
•Ruptur yang spontan (biasanya didahului oleh striktur uretra)
Gejala klinis
• Tergantung derajat kerusakan, dapat menyebabkan kesulitan atau tidak
bisa buang air kecil.
• Perdarahan uretra, darah pada meatus uretra eksternus.
• Ruptur uretra posterior, pada rectal toucher ditemuka “floating prostat”.
Diagnosis: Foto Uretrografi.
Terapi: Sistosmtomi, tidak boleh dipasang kateter, Operasi uretroplasti.
G. NEOPLASMA SALURAN KEMIH
1. Adenokarsinoma Ginjal
Tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimal ginjal.
• Nama lain tumor Grawitz, hipernefroma
• Insiden: Dekade 5-7, 3 % tumor ganas pada dewasa.
Etiologi: Banyak Faktor, Tembakau / rokok, Bahan-bahan kimia.
Gejala klinis ;
• Febris, terbebasnya pirogen endogen / nekrosis tumor
• Anemi
• Hipertensi, terjadi A-V shunt pada massa tumor
• Tanda-tanda metastasis ke paru dan hepar.
Diagnosis: Gejala klinis, IVP, USG, Ct scan Abdomen
Terapi:
• Nefrektomi, dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal
besertakapsula gerota.
• Hormonal, dengan hormon progestagen hasilnya belum banyak
diketahui.
• Immmunoterapi, dengan interferon dan interleukin pemakaiannya
sangat terbatas karena mahal, masih dalam uji coba.
• Radiasi eksterna, tidak efektif karena tumor tidak sensitif terhadap
radiasi.
• Sitostatika, tidak banyak memberi manfaat.
2. Nefroblastoma
Adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak-anak terutama
pada usia kurang 10 tahun, sering pada usia 3,5 tahun. Sering disebut juga
tumor Wilm atau karsinoma sel embrional. Sering diiukuti kelainan
bawaan seperti :
• Aniridia
• Hemihipertropi
• Anomali organ urogenital.
• Neoplasma saluran kemih
• Nefroblastoma.
Gejala klinis :
• Anak dibawah kedokter karena perut membesar, ada bejolan diperut atas
• Kencing berdarah
• Hipertensi.
Diagnosis :
• USG, terdapat massa retropreritoneal sebelah atas.
• IVP, menunjukkan adanya distorsi sistem pelviokalises, mungkin
nonvisualized.Stadium , menurut NWTS ( National Wilm’s Tumor
Study) ada 5 stadium.
1. Tumor terbatas pada ginjal, dapat dieksisi sempurna.
2. Tumor meluas kejaringan sekitar, masih dapat dieksisi sempurna.
3. Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari biopsi atau
ruptur yang terjadi sebelum / selama operasi.
4. Metastase hematogen
5. Tumor bilateral.
Terapi:
• Radikal nefrektomi
• Sitostatika, kombinasi antara Actinomisin D dengan Vincristine
hasilnya cukup baik.
• Radiasi eksterna, bersifat radiosensitif
3. Tumor Ureter
Tumor ureter sangat jarang, angka kejadian kurang 1 % dari tumor
urogenital, 75 % maligna. Gejala klinis: Nyeri pinggang,Hematuri
kambuhan, Gejala obstruksi oleh tumor. Diagnosis: IVP (ditemukan filling
defek didalam lumen ureter, hidronefrosis, atau nonvisualized ginjal),
Uretroskopi (untuk melihat tumor sekaligus biopsy). Terapi:
Nefroureterektomi, mengangkat ginjal, ureter beserta cuff buli-buli sebanya
2 cm disekeliling muara ureter.
4. Tumor Buli-buli / Kandung Kemih
Merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Dua kali lebih
banyak pada laki-laki dari wanita. Etiologi / faktor resiko:
• Pekerjaan, pekerja dipabrik kimia, laboratorium ( senyawa amin
aromatik )
• Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
• Infeksi saluran kemih, E.Coli dan proteus Spp menghasilkan
karsinogen.
• Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka
panjang
dapat meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.
Gejala klinis :
• Hematuri tanpa keluhan nyeri ( painless), kambuhan dan seluruh proses
miksi.
• Retensi urine akibat, bekuan darah.
• Udema tungkai, akibat penekanan saluran limfe atau pembesaran
kelenjar limfe di pelvis.
Diagnosis :
• IVP, ditemukan filling defect, hidronefrosis bila terjadi infiltrasi tumor
ke muara ureter.
• CT scan, MRI.
Terapi :
• Reseksi buli-buli,
• Sistektomi radikal.
• Instilasi intra vesika dengan obat-obat : Mitomisin C, 5 FU,
Siklofospamide.
• Radiasi eksterna.
5. Prostat
• Merupakan keganasan yang terbanyak.
• Insiden meningkat karena, meningkatnya umur harapan hidup,
penegakan diagnosis yang lebih baik dan kewaspadaan yang tinggi.
Etiologi :
• Predisposisi genetik
• Pengaruh hormonal, hormon androgen dari sel leydic testis dan adrenal
• Diet dan lingkungan
• Infeksi.
Gejala klinis :
Gejala obstruksi saluran kencing, retensi urine, hematuri, hidronefrosis
dan gagal ginjal. Keluhan akibat metastasis, nyeri pada tulang, paraplegi,
fraktur patologi dan edema tungkai.
Diagnosis :
• PSA ( prostat spesifik antigen)
• USG trans rektal
• CT scan, MRI dan bone scanning.
Terapi :
• Observasi, stad awal dengan harapan hidup kurang dari 10 tahun.
• Prostatektomi radikal.
• Radiasi.
• Hormonal, menghilangkan sumber androgen dengan operasi atau
medikamentosa.
2.8
2.9 KOMPLIKASI
a. Komplikasi Sistitis Akut
b. Pada gadis kecil sering terjadi penyulit pielonefritis akut, karena insiden
refluk vesiko-ureter meninggi pada usia muda. Pada orang dewasa
relative jarang ditemukan refluk vesiko-ureter.
c. Komplikasi Sistitis Kronik
d. Sistitis kronik dapat menyebabkan penyulit pielonefritis akibat
penyebaran hematogen atau kebocoran dari katup uretero-vesikal.
Fibrosis kandung kemih dapat menyebabkan kontraktur dan menurunnya
kapasitas kandung kemih. Stenosis bagian intramural dari ureter dapat
menimbulkan penyulit hidroureter dan hidronefrosis.
e. Komplikasi Pielonefritis Akut
1. Pielonefritis kronik
Bila diagnosis terlambat atau pengobatan tidak adekuat, infeksi
akut ini menjadi kronik terutama bila terdapat refluks vesiko ureter.
Pielonefritis kronik ini dapat menyebabkan : insufisiensi ginjal; sklerosis
sekunder mengenai pembuluh darah arterial sehingga menyebabkan
iskemi ginjal dan hipertensi; pembentukan batu dan selanjutnya dapat
menyebabkan kerusakan jaringan/ parenkim ginjal lebih parah lagi.
2. Bakteriemia dan septicemia
Bakteriemia dengan atau tanpa septicemia sering ditemukan pada
pasien-pasien dengan pielonefritis berat. Bakteriemia mungkin juga
menyebabkan infeksi atau pembentukan abses multiple pada bagian
kortek dari ginjal kontra lateral. Bakteriemia disertai septikemi terutama
disebabkan mikroorganisme Gram negative.
3. Pionefrosis
Pada stadium akhir dari infected hydronephrosis atau pyonephrosis
terutama pada pasien DM mungkin disertai pembentukan gas intrarenal
sehingga dapat mmeberikan gambaran radiologik air urogram pada foto
polos abdomen.
d. Komplikasi Pielonefritis Kronik
1. Hipertensi renovaskular
2. Pada wanita hamil pielonefritis kronik dapat menyebabkan keracunan
kehamilan (toksemi gravidarum), prematuritas, infeksi fetal
3. Bakteriemia dengan mikroorganisme Gram negative, osteomielitis dan
Endokarditis
2.10 PENTALAKSAAN
Prinsip umum pengobatan ISK
Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
Mengoreksi kelainan anatomis yang merupakan fraktor predisposisi
Tujuan pengobatan ISK
Mencegah dan menghilangkan gejala
Mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria
Mencegah dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif dan murah, aman dengan efek samping yang minimal
ISK bawah (sistitis akut)
Pengobatan umum dapat dilakukan dengan tindakan : • Alkalinisasi urine berikan natrium bikarbonat 16 – 20 gr perhari
• Anti spasme, diberikan untuk mengurangi iritasi kandung kemih
Pengobatan khusus dengan medikamentosa • Nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik, dan tetrasiklin
merupakan obat antibiotik pilihan pertama untuk sistitis akut.
• Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif.
• Obat-obat yang biasa dipakai untuk pengobatan dosis tunggal antara lain:-Amoksilin 3 gram-Trimetoprim-sulfametoksasol 320 mg- 1600 mg-Sulfisoksasol 2 gram-Trimetoprim 400 mg-Kanamisin 500 mg i.m.-Gentamisin 120 mg i.m.
ISK bawah (sistitis kronis)Pengobatan medikamentosa
• Pemilihan antibiotik seharusnya sesuai dengan bakteriogram.
• Nitrofurantoin dan sulfonamit dapat diberikan sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram
ISK atas (pielonefritis akut)
Pengobatan umum • Sifatnya simptomatis
• untuk menghilangkan atau meredakan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah atau atas.
• Misalnya analgetik, anti spasmodik, alkalinisasi urin dengan bikarbonat.
ISK atas (pielonefritis kronis)
Pengobatan medikamentosa • antibiotik selama infeksi eksaserbasi akut, diberikan kemoterapi yang
intensif.
• Pemilihan macam antibiotik tergantung dari bakteriogram.
• Antibiotik harus diberikan selama 2 – 3 minggu, kemudian diikuti terapi supresif selama beberapa bulan atau tahun
•
Pengobatan lokal dengan pembedahan • Eradikasi sumber infeksi kronis perlu dipertimbangkan seperti
prostatektomi untuk prostatitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyono, Slamet ; Waspadji, Sarwono ; Lesmana, Laurentius ; Alwi, Idrus ; Setiati,
Siti ; Sundaru, Heru [et al]. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
2. Purnomo BB. 2003. dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto.
3. Isselbacher et al. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison. Edisi 13. Jakarta :
EGC ; 1999