Makalah Blok 7 Arwi

17
Wajah Membiru disertai Sesak Nafas Arwi Wijaya 10.2012.294 / B7 [email protected] Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Pendahuluan Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda tetapi saling berhubungan: pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler adalah proses di mana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik. Pernapasan mekanik adalah proses melalui mana kebutuhan oksigen diserap dari atmosfir ke dalam sistem vaskular darah dan proses melalui mana karbon dioksida dikeluarkan ke atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam sistem pernapasan. Sistem pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan O2 (oksigen) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk proses metabolisme tubuh dan memproduksi serta mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang dihasilkan sel-sel hasil metabolisme tubuh ke atmosfer bersama dengan air. Sistem pernafasan mencakup paru dan sistem saluran bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara digerakan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks, otot interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Secara fungsional, 1

Transcript of Makalah Blok 7 Arwi

Wajah Membiru disertai Sesak NafasArwi Wijaya10.2012.294 / [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

PendahuluanPernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda tetapi saling berhubungan: pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler adalah proses di mana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik. Pernapasan mekanik adalah proses melalui mana kebutuhan oksigen diserap dari atmosfir ke dalam sistem vaskular darah dan proses melalui mana karbon dioksida dikeluarkan ke atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam sistem pernapasan.Sistem pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan O2 (oksigen) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk proses metabolisme tubuh dan memproduksi serta mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang dihasilkan sel-sel hasil metabolisme tubuh ke atmosfer bersama dengan air. Sistem pernafasan mencakup paru dan sistem saluran bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara digerakan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks, otot interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Secara fungsional, struktur-struktur tersebut membentuk bagian konduksi sistem yang tersusun atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan sebagian bronkiolus yaitu bronkiolus terminalis. Saluran bagian konduksi ini pada umumnya berifat kaku dan selalu terbuka. Proses pertukaran gas sendiri pada paru-paru sudah mulai terjadi pada bronkiolus respiratorius dan utamanya terjadi di alveoli. Alveoli merupakan tempat utama bagi fungsi utama paru, yaitu pertukaran O2 dan CO2 antara udara yang dihirup dan darah, berstruktur mirip kantung yang membentuk sebagian besar bagian paru.1

Struktur Sistem PernapasanHidung (Nasal)Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra penciuman. Berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar yang tersusun dari kerangka kerja tulang pada bagian batang, kartolagohialin pada cuping hidung, jaringan fibroareolar dan otot skelet. Septum nasi membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Terdapat lubang hidung sebagai tempat masuk udara yaitu nares anterior (lubang hidung depan) dan nares posterior (lubang hidung belakang). Sementara kulit luar dipalisi oleh epitel berlapis gepeng bertanduk bersama dengan kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.2

Rongga HidungRongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur: vestibulum di luar dan rongga hidung (fossa nasalis) di dalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar di setiap rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares yang berlanjut ke dalam vestibulum dan memiliki kelenjar keringat, kelenjar sabasea, dan vibrisae yang menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi. Di dalam vesibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan akan beralih menjadi epitel respiratorik sebelum memasuki fossa nasalis. Rongga hidung berada didalam tengkorak yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral, terdapat tiga tonjolan bertulang disebut conchae. Conchae terdiri atas conchaenasalis superior, medius, inferior dimana meatusnasi superior, medius, inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak dibawah conchae. Di dalam lamina propia conchae terdapat pleksus venosus yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies) yang berperan untuk menghangatkan udara, juga terdapat glandula nasalis yang sekretnya berfungsi untuk melembabkan udara. 1

Sinus ParanasalisSinus paranasalis adalah rongga yang menghubungkan tulang tengkorak dengan kavum nasi. Terletak bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid, dan sfenoid tengkorak. Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan sedikit sel goblet. Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum dibawahnya. Sinus paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui lubang-lubang kecil. Mukus yang dihasilkan dalam sinus ini terdorong ke dalam hidung sebagai akibat dari aktivitas sel-sel epitel bersilia. Terdapat empat pasang sinus paranasalisyaitu sinus frontalis, ethmoidalis, spenoidalis, dan maxillaris.2 Sinus frontalis bermuara melalui infundibulum berbentuk corong, kedalam perluasaan sebelah posterior hiatus semilunaris. Derajat meluasnya sinus kedalam tulang dahi, sangat bervariasi dan biasanya sinus ini tidak simetris. Di dekatnya terletak lekuk tengkorak depan dan ataporbita. Sinus ethmoidalis terbagi atas sinus ethmoidalis anterior, medius, dan posterior. Kelompok anterior (sinus infundibular) bermuara kedalam ductus nasolacrimalis. Kelompok medius (bullar) bermuara ke meatus nasi medius. Kelompok posterior bermuara di meatus nasi superior. Batas-batasnya adalah orbita, lekuk tengkorak depan dan rongga hidung dan terpisah dari alat-alat ini oleh lamela-lamela yang setipis kertas. Sinus spenoidalis bermuara dari recessus sphenopalatina rongga hidung, dipisahkan oleh sebuah sekat sagital, kadang-kadang sekat ini tidak lengkap. Atap sinus spenoidalis dibentuk oleh sela dasar tengkorak. Sinus maksilaris (antrum) bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus semi lunaris, meluas di bawah orbita dan dasarnya dipisahkan dari akar gigi-gigi molar dan premolar oleh sebuah lempeng tulang.

FaringFaring merupakan tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring merupakan ruangan di belakang cavum nasi yang menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring, dan laringofaring.2 Nasofaringberada di sebelah dorsal hidungdansebelah cranial palatummolle. Osteum faringeum tuba eustachii (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Bagian posteriornya terdapat jaringan limfoid untuk membentuk tonsila faringea. Epitel penyusunnya merupakan epitel bertingkat toraks bersel goblet. Orofaring terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dimana pada orofaring terdapat tonsila palatina. Laringofaring mengelilingi mulut esophagus dan laring, merupakan gerbang untuk system respiratorik selanjutnya. Laringofaring memiliki epitel bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Kearah caudal laringofaring dilanjutkan sebagai oesofagus.

LaringLaring adalah saluran kaku yang pendek untuk udara antar faring dengan trakea. Dindingnya diperkuat oleh kartilago hialin berupa tiroid, krikoid, aritenoid dan kartilago elastis yang lebih kecil berupa epiglotis, kuneiformis dan komikulata, yang semuanya dihubungkan oleh ligamen. Selain menjaga agar jalan napas terbuka, pergerakan kartilago ini oleh otot rangka berperan pada produksi suara selama fonasi dan epiglotis berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuknya makanan yang ditelan melalui trakea. Epiglotis yang terjulur keluar dari tepian laring, meluas ke dalam faring dan memiliki lapisan pars lingualis dan pars laringeal. Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada beberapa titik permukaan laringeal di epiglotis, epitelnya beralih menjadi epitel bertingkat toraks bersel goblet. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa di lamina propria. Di bawah epiglotis, mukosa laring menjulurkan dua pasang lipatan ke lumen laring. Pasangan atas, yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu, yang sebagian besar dilapisi epitel respiratorik yang dibawahnya banyak kelenjar seromukosa. Pasangan lipatan bawah membentuk plica vokalis atau pita suara sejati. Lipatin-lipatan tersebut dilapisi oleh epitel paralel dan berkas otot rangka m.vocalis. Otot tersebut mengatur ketegangan setiap pita tersebut beserta ligamenya. Jika udara dipaksa masuk di antara lipatan-lipatan tersebut, berbagai tegangan pita suara tersebut menghasilkan berbagai jenis suara. Semua struktur dan ruang di saluran napas di atas pita suara terlibat dalam memodifikasi resonansi suara.1

TrakeaTrakea adalah saluran dengan panjang 12-14 cm dan dilapisi mukosa respiratorik khas. Di lamina Propria, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkan mukus encer dan di submukosa, 16 - 20 cincin kartilago hialin berbentuk c menjaga agar lumen trakea tetap terbuka. Ujung terbuka dari cincin kartiago ini terdapat di permukaan posterior trakea, menghadap esofagus dan dihubungkan oleh suatu berkas otot polos (m. trachealis) dan suatu lembar jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi oleh lapisan adventisia. Trakea menjadi relaks selama menelan untuk mempermudah phase makanan dan memungkinkan esofagus menonjol ke dalam lumen trakea, dengan lapisan elastis yaitu jaringan fibroelastis dan ligamentum anulare yang mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks batuk, otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trakea dan melonggarkan materi pada pasase udara.1

Percabangan BronkusTrakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru di hilus beserta arteri, vena, dan pembuluh limfe. Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur kebawah dan keluar dan membentuk tiga bronkus sekunder dalam paru kanan dan dua buah di paru kiri, dan masing-masing memasok sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan membentuk bronkus tersier. Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang terminal yang disebut bronkiolus terminalis.3,4 Bronkus, pada setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang yang mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar secara struktur sama dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan otot polos dan kartilagonya. Di lamina propria bronkus terdapat berkas menyilang otot polos yang tersusun spiral. Lamina propria juga mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar mukosa dengan saluran yang bermuara dalam lumen bronkus. Bronkiolus sebagai jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, terbentuk setelah generasi kesepuluh percabangan dan tidak memiliki kartilago maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya masih epitel bersilia, tetapi makin memendek dan sederhana menjadi selapis silindris bersilia. Sebagai bagian konduksi bronkiolus akan terus berjalan sampai di bronkiolus terminalis.Bronkiolus respiratorius berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respiratorik sistem pernafasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktur sama dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi banyak alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng. 3

Paru-paruParu-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot-otot intercostalis externus dan internus pada rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berototkuat.Vena, arteri, dan nervus intercostalis juga ikut memparsarafi bagian rongga dada ini. Paru-paru terdiri atas dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Pada paru-paru kiri terdapat incisura yaitu incisura obligus. Incisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kanan memiliki dua insisura yaitu incisura obligue dan incisura interlobularis sekunder.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasaldari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Pada paru-paru juga terdapat ductus alveolaris dan alveolus.Ductus alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Di lamina proprianya yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman sel otot polos, yang menghilang di sakus alveolaris.Sejumlah besar matriks serat elastin dan kolagen memberikan sokongan pada duktus dan alveolusnya.2,5

AlveolusAlveolus merupakan evaginasi mirip kantong di bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan sakus alveolaris. Alveoli bertangung jawab atas terbentuknya struktur berongga pada paru. Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan saran lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan dalam. Umumnya, setiap dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan sehingga disebut sebagai septum interalveolus. Satu septum intreralveolar memiliki sel dan matriks ekstrasel jaringan ikat, terutama serat elastin dan kolagen, yang dipendarahi oleh sejumlah besar jalinan kapiler tubuh. Pada dinding alveolus terdapat lubang yang memungkinkan udara mengalir dari satu alveolus ke alveolus lain yang dikenal sebagai stigma alveolaris. Dinding sel alveolus sendiri terdiri atas pneumosit tipe 1, pneumosit tipe 2 untuk sekresi surfaktan, sel alveolar fagosit berupa dust cell atau sel debu dan endotel kapiler yang melapisi membran kapiler paru.6

Keseimbangan Asam Basa (Asidosis Alkalosis)Ph darah arteri normal adalah kurang lebih 7,40 atau di antara 7,35 7.45. Proses perubahan ph ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik, karena perubahan konsentrasi ion bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme. Dan proses perubahan yang bersifat respiratorik, karena perubahan tekanan parsial CO2 disebabkan gangguan respirasi. Perubahan pCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. PH darah akan turun atau yang disebut asidosis jika pCO2 naik (asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3- turun (asidosis metabolik primer). PH darah akan naik atau yang disebut alkalosis jika pCO2turun (alkalosis respiratorik primer) atau jika HCO3- naik (alkalosis metabolik primer) (respirologi).7Proses asidosis respiratorik terjadi jika terdapat akumulasi CO2 sehingga terjadi peningkatan pCO2. Karena pCO2 naik, pH darah akan turun. Pada proses asidosis yang baru saja terjadi, setiap perubahan pCO2 sebesar 10 mmHg akan menurunkan pH darah sebesar 0,08 unit, sedangkan pada proses asidosis yang telah lama terjadi dan telah terdapat hasil upaya ginjal untuk mengompensasi, perubahan pCO2 sebesar 10 mmHg hanya menurunkan pH darah sebesar 0,03 unit. Sebaliknya pada alkalosis respiratorik, menurunnya pCO2 akan meningkatkan pH darah, setiap perubahan sebesar 10 mmHg akan terjadi perubahan darah sebesar 0,08 unit pada proses akut dan 0,3 unit pada proses kronik.7Pada asidosis metabolik, konsentrasi HCO3- akan turun. Pada keadaan ini dibedakan apakah terdapat peningkatan anion gap atau tidak. Anion gap adalah perbedaan antara umlah muatan ion positif pada Na+ dan jumlah muatan ion negatif pada Cl- dan HCO3-. Anion HCO3- turun karena kehadiran anion lain. Karena anion HCO3- turun, akan terdapat peningkatan harga anion gap atau anion gap melampaui angka normal. Sedangkan pada alkalosis metabolik,terjadinya peningkatan anion HCO3- . Kejadian ini diakibatkan oleh hilangnya ion H+. Sebagai upaya kompensasi, paru akan berusaha menciptakan keadaan hipoventilasi sehingga CO2 tertimbun dan pCO2 naik, dengan demikian pH akan naik kembali.7

Mekanisme PernapasanFungsi utama pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel sel tubuh dalam proses metabolik, yang kemudian dihasilkan zat sisa CO2 yang akan dikeluarkan lagi ke udara. Proses pernafasan dibagi menjadi 2, yaitu:1. Pernafasan seluler: metabolisme intra sel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi okesigen dan produksi CO2 selama pengambilan energi dari molekul nutrient.81. Pernafasan eksternal: urutan jalan kejadian masuknya udara dari udara luar sampai ke sel tubuh. Jalan udara sampai ke sel dibagi menjadi 2, yaitu bagian yang mengalami pertukaran udara dan yang tidak (hanya merupakan saluran ruang rugi). Yang merupakan ruang rugi adalah dari hidung sampai ke bronkiolus terminalis. Sedangkan yang mengalami pertukaran udara dengan kapiler darah, dari bronkiolus respiratorius sampai alveolus. Jalan nafas atau udara dari lingkungan luar sampai terjadi pertukaran udara sampai ditingkat sel ditentukan oleh tekanan gas yang bersangkutan di tempat tempat yang dilewati. Perjalanan udara berjalan dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. Perbedaan tekanan intra alveolar saat inspirasi sebesar -1 mmHg dari udara luar,sedangkan ekspirasi +1 mmHg.8Perjalanan udara : Udara masuk ke hidung faring laring trakea paru kanan bronkus kecil bronkiolus bronkiolus terminalis bronkiolus respiratorius duktus alveolaris sakus alveolaris alveolus.Udara masuk ke dalam paru-paru karena adanya tekanan yang lebih rendah akibat menurunnya otot diafragma. Saat inilah terjadi inspirasi tenang, akibat kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksternus. Sedangkan dalam keadaan istirahat, diafragma berbentuk kubah yang luas permukaannya 250 cm2. Otot diafragma dirangsang oleh n. Phrenicus yang dapat menyebabkan pembesaran rongga dada sekitar 75% oleh diafragma. Sedangkan untuk inspirasi kuat dibutuhkan otot tambahan seperti sternocleidomatoideus, pectoralis mayor dan lain lain. Udara yang masuk ini kemudian melewati jalan nafas. Setelah CO2 sampai ke alveoli, maka terjadilah proses ekspirasi. Proses ini adalah proses pasif, akibat dari relaksasi otot inspirasi sehingga jaringan paru kembali ke kedudukan semula sesudah teregang (daya recoil). Akan tetapi, untuk ekspirasi kuat dibantu oleh otot intercostalis internus dan otot dinding perut (abdomen).8Setelah sampai di alveoli, terjadilah proses difusi. Proses difusi berlangsung terus menerus sebab alveol selalu berisi udara sekitar 2500 ml pada ekspirasi tenang dan aliran darah di kapiler paru juga terus menerus, sewaktu diastol ventrikel dan waktu menahan nafas difusi terus berlangsung.Tiga fase proses difusi gas antara udara alveol dan darah kapiler paru.Yang pertamaadalah fase gasyaitu luas penampang total saluran udara hanya sampai duktus alveolaris, dalam alveol gerakan molekul gas dan pencampuran gas dengan cara difusi. Maka O2 lebih cepat mendifusi daripada CO2 . Selanjutnyafase membranterjadi bila membran respirasi tebal, maka difusi akan sukar.Yang terakhiradalahfase cairandimanaO2 mendifusi ke plasma, kemudian ke eritrosit dan berikatan dengan hemoglobin, kecepatan difusi bergantung kepada daya larut gas. Jadi CO2 lebih mudah larut dalam air daripada O2.6Difusi terjadi akibat perbedaan tekanan parsial gas. Tekanan gas:1. Di paru paru : - O2 di alveoli 104 mmHg, di darah 40 mmHg - CO2 di alveoli 40 mmHg, di darah 45 mmHg1. Di jaringan : - O2di jaringan 40 mmHg, di darah 95 mmHg- CO2di jaringan 45 mmHg, di darah 40 mmHgO2masuk ke jaringan melalui 2 jalur, yaitu larut dalam plasma dan terikat dengan Hb eritrosit (98,5%). Sedangkan CO2 di ekspirasikan dengan 3 jalur, yaitu larut dalam plasma (7%), bentuk carbamino Hb (23%), dan ion bikarbonat (70%).8Otot-otot PernapasanOtot pernafasan, menurut kegunaannya terbagi menjadi tiga, yaitu otot inspirasi utama untuk respirasi tenang, otot inspirasi tambahan untuk inspirasi kuat dan otot ekspirasi tambahan untuk ekspirasi kuat. Otot inspirasi utama terdiri atas M. interkostalis ekternus, Mm. levator costarum, M. seratus posterior, M. subcostalis, M. transversus thoracis, Otot diafragma. Otot inspirasi tambahan terdiri atas M. sternocleidomastoideus, M. scalenus anterior, M. scalenus medius, M. scalenus posterior, M. pectoralis major, M. pectoralis minor, M. latissimus dorsi, M. seratus anterior, M. iliocostalis atas. Otot ekspirasi tambahan M. interkostalis internus, M. longissimus, M. rektus abdominis, M. oblikus abdominis ekternus, M. oblikus abdominis internus, M. iliocostalis bawah.4

SianosisSianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membrane mukosa berwarna kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut. Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku dan telinga. Derajat sianosis ditentukan dari derajat ketebalan kulit yang terlibat. Sebenarnya derajat keakuratan penilaian sianosis ini sulit ditentukan karena derajat penurunan saturasi oksigen yang dapat menyebabkan sianosis berbeda pada tiap ras.7Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan darah pembuluh vena akibat penurunan saturasi oksigen di dalam darah. Sianosis muncul biasanya karena kadar hemoglobin tereduksi minimal 5g/dL pada darah arteri. Namun tidak semua sianosi sini disebabkan oleh peningkatan kadar hemoglobin tereduksi. Penyebab yang lain mungkin karena pigmen yang abnormal, seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin pada eritrosit.7Dalam skenario dikatakan bahwa laki-lakit ersebut sesak dan sulit bernafas disertai wajahnya membiru saat sedang mendaki gunung. Itu termasuk tipe sianosis sentral, pada keadaan ini jumlah saturasi oksigen menurun. Biasanya sianosis sentral ini terdapat pada membrane mukosa dan kulit. Adanya penurunan saturasi oksigen merupakan tanda dari penurunan oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh penurunan laju oksigen tanpa adanya kompensasi dari paru-paru untuk meningkatkan jumlah oksigen tersebut.7KesimpulanSistem Respirasi berfungsi untuk menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan system aliran darah. Saluran pernapasan sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar keparu-paru. Selain itu ia sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. Di dalam skenario diberitahukan bahwa laki-laki tersebut wajahnya kebiruan serta sulit bernapas, itu dapat terjadi karena penurunan saturasi oksigen yang disertai penurunan laju oksigen sehingga akan terjadi penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil yang menyebabkan wajah laki-laki tersebut membiru.

DaftarPustaka1. Mescher AL. Sistem pernafasan. in: Mescher AL. Histologi dasar Junqueira. 12thed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.292.2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.266-77.3. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2007. h.9-17.4. Santoso G. Anatomi system pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. h 51-62.5. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT. Gramedia ; 2006 .h. 211-256. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar.Ed 10. Jakarta: EGC; 2007.h.3557. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. 25th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.8. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.h.499-537.9. Fauci AS, et al. Harrisons Principles of Internal Medicine. Ed 17. Philadelphia: McGraw-Hill; 2008.

1