Makalah Blok 16

21
Appendisitis Akut Atvionita Sinaga 102012369 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tingkat 1 Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Abstrak: Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kata Kunci : Apendisitis, akut abdomen Abstrac: Appendicitis is an inflammation of the appendix occur suddenly and is one of the cases of acute abdomen are the most common. Appendix is also called the appendix. Appendicitis often mistaken for appendicitis term, because the appendix is 1

description

Makalah Blok 16

Transcript of Makalah Blok 16

Page 1: Makalah Blok 16

Appendisitis Akut

Atvionita Sinaga

102012369

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tingkat 1

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

Abstrak:

Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan

merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga

umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu

sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan

berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing

ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Apendisitis akut adalah penyebab paling

umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum

untuk bedah abdomen darurat.

Kata Kunci : Apendisitis, akut abdomen

Abstrac:

Appendicitis is an inflammation of the appendix occur suddenly and is one of the

cases of acute abdomen are the most common. Appendix is also called the appendix.

Appendicitis often mistaken for appendicitis term, because the appendix is actually a caecum.

Acute appendicitis is a bacterial inflammation triggered a variety of factors. Among

lymphoid tissue hyperplasia, fekalith, tumors of the appendix and ascaris worms can also

cause blockages. Acute appendicitis is the most common cause of acute inflammation in the

right lower quadrant of the abdominal cavity, the most common causes of emergency

abdominal surgery.

Keywords: Appendicitis, acute abdomen

1

Page 2: Makalah Blok 16

I. PENDAHULUAN

Apendiks atau umbai cacing adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang

terletak pada proximal colon. Apendix dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix

vermiformis, ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.

Apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi

tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara

aktif berperan dalam sekresi immunoglobin (Ig-A) walaupun dalam jumlah kecil. Apediks

berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena

pengosongannya yang tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi

tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.

Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya

kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir

1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya

dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan

salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat

immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan

dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah

IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil

sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.Apendisitis dapat

mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih sering menyerang

laki-laki berusia 10-30 tahun.

Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan

dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen

darurat.Jadi, dapat disimpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada

umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam proses penelusuran suatu penyakit, kita harus mempunyai pengetahuan

mengenai keluhan-keluhan yang dialami pasien serta langkah-langkah dalam mendiagnosa

suatu penyakit.

2.1 Anamnesa

2

Page 3: Makalah Blok 16

2.2 Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,

sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

- Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan

kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan

nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan

apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut

kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).

- Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk

menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan

pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang

terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis

pelvika.

- Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk

mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan

otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul

kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m.

psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji

obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi

terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang

merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

- jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas

75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.

- pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat

b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam

urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding

3

Page 4: Makalah Blok 16

seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang

hampir sama dengan appendicitis.

2. Radiologis

a. Foto polos abdomen

Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya

peritonitis) tampak:

- scoliosis ke kanan

- psoas shadow tak tampak

- bayangan gas usus kananbawah tak tampak

- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak

- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak

- Appendicogram hasil positif bila : non filling partial filling mouse tail cut off.

(Aksara Medisina 1997)

b. . USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,

terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat

dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,

adnecitis dan sebagainya. (www.jama.com 2001)

c.Barium enema

Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis

pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada appendicitis akut memperlihatkan

tidak adanya pengisian apendiks dan efek massa pada tepi medial serta inferior

dari seccum; pengisisan lengkap dari apendiks menyingkirkan appendicitis.

(Schwartz 2000)

d. CT-Scan

Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat

menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.

e. Laparoscopi

4

Page 5: Makalah Blok 16

Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan

dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini

dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan

ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung

dilakukan pengangkatan appendix.

(www.medicastore.com 2006)

sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/appendicitis-akut-dan-

appendicitis.html#ixzz31ynfGJsW

Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

1. Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-

20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan

jumlah serum yang meningkat.

2. Radiologi, terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan

ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi

pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang

menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami

inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

2.3 Diagnosis

Working Diagnosis

Gonorrheae dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh

Neisseria Gonorrheae.

Differential Diagnosis

Diagnosis appendisitis memiliki kemiripan dengan diagnosa penyakit lainnya,

karena itulah pada sekitar 15-20% kasus terjadi kesalahan diagnosis klinis. Penyakit

yang memiliki gejala mirip antara lain:

2.4 Anatomi Fisiologi

5

Page 6: Makalah Blok 16

Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi

seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Posisi apendiks terletak posteromedial caecum. Di

daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen dan posisinya bervariasi. Appendiks

terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian

posterior dan medial dari saekum.

Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik

appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang

menghubungkan sias kanan dengan pusat. Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 –

0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.Apendiks

menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan

selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya

berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)

yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu

sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks

tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika

dibandingkan dengan jumahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.

Gambar 1 : Appendix

2.5 Etiologi Parotitis

6

Page 7: Makalah Blok 16

Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang

bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan

limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa

merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapa faktor yang

mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :

1. Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang

diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan

lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab

lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang

disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut

diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65%

pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis

akut dengan rupture.

2. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.

Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan

memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks,

pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes

fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes

splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob

sebesar 96% dan aerob<10%.

3. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,

apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah

terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam

keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolith dan

mengakibatkan obstruksi lumen.

4. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa

kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari

Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya

terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi

7

Page 8: Makalah Blok 16

serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke

pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.

5. Faktor infeksi saluran pernapasan

Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza

dan pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena

penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan

apendisitis.

2.6 Epidemiologi

Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin

pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit

ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita

pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000)

sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per

100.000). Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang.

Tentang 300,000-500,000 kasus gonore dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat. Gonore

lebih umum di pusat kota dan homoseksual populasi. Risiko tertular gonore dari pasangan

yang terinfeksi melalui hubungan heteroseksual adalah 50% untuk perempuan dan 20% untuk

laki-laki setelah paparan tunggal. Manusia adalah tuan rumah hanya dikenal dari N

gonorrhoeae, dan Infeksi terjadi melalui kontak seksual. Di dunia diperkirakan terdapat 200

juta kasus baru setiap tahunnya.3

2.7 Patofisiologi

Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh

lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir)

setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke

sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian

terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas

dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan

intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe,

sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada

saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di

sekitar umbilikus.

8

Page 9: Makalah Blok 16

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini

akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus

dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum

setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut

dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang

disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika

dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada

dalam keadaan perforasi.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses

peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus,

sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat

apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami

perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa

periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan

dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan

terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya

gangguan pembuluh darah.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan

jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut

kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan

mengalami eksaserbasi.

2.8 Manifestasi Klinis

Gejala utama terjadinya apendisitis adalah adanya nyeri perut. Nyeri perut yang klasik

pada apendisitis adalah nyeri yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam akan dirasakan

berpindah ke daerah perut kanan bawah (sesuai lokasi apendiks). Namun pada beberapa

keadaan tertentu (bentuk apendiks yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di daerah lain (sesuai

posisi apendiks). Ujung apendiks yang panjang dapat berada pada daerah perut kiri bawah,

punggung, atau di bawah pusar. Anoreksia (penurunan nafsu makan) biasanya selalu

menyertai apendisitis. Mual dan muntah dapat terjadi, tetapi gejala ini tidak menonjol atau

9

Page 10: Makalah Blok 16

berlangsung cukup lama, kebanyakan pasien hanya muntah satu atau dua kali. Dapat juga

dirasakan keinginan untuk buang air besar atau buang angin.

Demam juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh yang terjadi tidak lebih

dari 1 C (37,8 – 38,8 C). Jika terjadi peningkatan suhu yang melebihi 38,8 C. Maka

kemungkinan besar sudah terjadi peradangan yang lebih luas di daerah perut (peritonitis).

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang

tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak

terlalu terasa. Bila apendiks pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang

bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

Ada beberapa hal yang penting dalam gejala penyakit apendisitis yaitu:

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar

ke perut kanan bawah. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan

dengan apendiks oleh inflamasi.

2. Muntah dan mual oleh karena nyeri viseral. Nutrisi kurang dan volume cairan yang

kurang dari kebutuhan juga berpengaruh dengan terjadinya mual dan muntah.

3. Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat (karena kuman yang menetap di dinding usus).

4. Rasa sakit hilang timbul

5. Diare atau konstipasi

6. Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan

7. Perut kembung

8. Hasil pemeriksaan leukosit meningkat 10.000 - 12.000 /ui dan 13.000/ui bila sudah

terjadi perforasi

9. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,

menghindarkan pergerakan.

Selain gejala tersebut masih ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat

dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.

Berikut gejala yang timbul tersebut adalah :

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh

sekum). Tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan

peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan

gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena

adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

10

Page 11: Makalah Blok 16

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

a. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan

rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan

menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

b. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi

peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan

diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya

baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis

tidak jelas dan tidak khas adalah :

1. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa

menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah-muntah dan

anak menjadi lemah. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah

perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita

baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

3. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa

dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul,

atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala

apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang

biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks

terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi

lebih ke regio lumbal kanan.

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas

maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan sehingga berupa massa

yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan keluk usus.

1. Perforasi

11

Page 12: Makalah Blok 16

Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap paslen apendisitis akut.

Perforasi disertai dengan nyeri yang lebih hebat dan demam tinggi (sekitar 38,3 0C).

Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada apendiktektomi yang

dilakukan pada pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun, ditemukan 50

% nya telah mengalami perforasi . Akibat perforasi ini sangat bervariasi mulai dari

peritonitis umum, sampai hanya berupa abses kecil yang tidak akan mempengaruhi

manifestasi kliniknya.

2. Peritonitis

Peritonitis lokal dapat disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis umum

dikarenakan telah terjadinya perforasi yang nyata. Bertambahnya nyeri dan kekakuan

otot, ketegangan abdomen dan adinamic ileus dapat ditemui pada pasien apendisitis

dengan perforasi.

3. Apendikal abses (massa apendikal)

Perforasi yang bersifat lokal dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh

omentum dan viseral yang berdekatan . Manifestasi kliniknya sarna dengan apendisitis

biasa disertai dengan ditemukannya massa di kwadran kanan bawah. Pemeriksaan USG

dan CT scan bermanfaat untuk menegakan diagnosis.

4. Pielofleblitis

Pielofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistem vena portal.

Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat ditemukan

abses hepar, merupakan pertanda telah tetjadinya komplikasi ini. Pemeriksaan untuk

menemukan trombosis dan udara di vena portal yang paling baik adalah CT scan.

Pada beberapa keadaan apendisitis akut agak sulit di diagnosis sehingga tidak ditangani

pada waktunya dan terjadi kornplikasi misalnya:

- Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak mau makan, tidak bisa melukiskan

nyerinya, sehingga dalam beberapa jam kemudian terjadi muntah-muntah, lemah dan

letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga apendisitis diketahui setelah terjadi

komplikasi.

- Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah nyeri perut mual dan muntah.

Pada wanita hamil trimester pertama juga terjadi mual muntah. Pada kehamilan lanjut

sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di

perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan.

12

Page 13: Makalah Blok 16

- Pada usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sering terjadi terlambat

diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami perforasi.

2.9 Penatalaksanaan

III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Gonore merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang diakibatkan oleh

bakteri Neisseria gonorhoeae . Penularan gonore terjadi melalui kontak seksual , berupa

genital-genital, genital-anorektal, oro-genital atau oro-anal serta dapat juga ditransmisikan

dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Gonore mempunyai masa inkubasi yang relatif

singkat, pada laki-laki yaitu 2-5 hari sedangkan pada wanita sulit dideteksi karena bersifat

asimtomatik.

Pecegahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya tidak melakukan

hubungan seksual, setia dengan pasangan, menggunakan kondom, terbuka terhadap

pasangan. Pengobatan gonore dapat dilakukan dengan memberikan penisilin kepada

penderitanya atau dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau

dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut). Jika gonore telah menyebar melalui

aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena

(melalui pembuluh darah, infus)..

13

Page 14: Makalah Blok 16

III.2 Daftar Pustaka

1. A.S. Grimble. M. R. C. P. 1897. McLahlan’s Handbook of Diagnosis and Treatment

of Venereal Diseases. London: E. & S. Livingstone Ltd.h.176-9

2. Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah

Kedokteran: Yogyakarta.h.345-8

3. Dr. Marwali Harahap. 1990. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka.h.124-7

4. Prof. Dr.dr. Adhi Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:

Balai penerbit FKUI.h.140-5

5. Fauci K.B., Jameson H.B., 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th

Edition. USA : Mc Graw Hill Companies.h.243-9

6. Djuanda A. dkk, 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Indonesia.h.141-5

14