Makalah b.indonesia
-
Upload
muhamad-kusdinar -
Category
Documents
-
view
112 -
download
3
Transcript of Makalah b.indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap penulisan sebuah karangan, makalah, cerita ataupun essay yang
lain penggunaan paragraf sangatlah penting, karena penggunaan paragraf
merupakan salah satu ciri dari suatu permulaan sebuah karangan ataupun makalah.
Dalam penulisan sebuah makalah ataupun wacana masih terdapat banyak
kesalahan dalam penulisannya, oleh karena itu, diperlukan sebuah penguasaan
konsep dan pemahaman agar dapat membuat sebuah paragraf, makalah ataupun
wacana dengan baik.
B. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan paragraf ?
2. Bagaimana membuat sebuah paragraf ?
3. Apakah yang dimaksud dengan wacana ?
4. Bagaimana membuat sebuah wacana ?
5. Apakah yang dimaksud dengan makalah ?
6. Bagaimana membuat sebuah makalah ?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini yaitu supaya dapat membuat paragraf, makalah
dan wacana dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PARAGRAF
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau
"tertulis di samping"). Secara etimologi paragraf berasal dari kata phara dan
grafein yang artinya awal menulis, atau alinea yang berasal dari kata a dan linea
yang artinya sebuah garis baru.
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan mengangkat
satu ide yang sama sehingga mengandung satu informasi yang utuh, jelas, dan
bermakna. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok
yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf juga merupakan satuan terkecil
sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan
yang disampaikan penulis dalam karangannya. Selain itu sebuah karangan juga
hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam
runtunan yang logis.
2. Unsur-unsur Paragraf
Struktur paragraf dapat dibedakan atas beberapa unsur utama yaitu :
a. Ide pokok
Ide pokok yait merupakan gagasan dasar yang selalu ada dalam sebuah
paragraf dan merupakan jiwa sebuah paragraf. Satu paragraf hanya boleh
memiliki satu ide pokok yang ise pokok ini selanjutnya akan dikembangkan
melalui bebepara ide-ide penjelas.
b. Kalimat utama
Kalimat utama yaitu merupakan wadah dari ide pokok. Keberadaannya pun
sifatnya tidak mutlak. Ada yang memiliki kalimat utama, dan ada juga yang tidak
memiliki kalimat utama. Paragraf yang memiliki kalimat utama dapat meletakkan
kalimat utamanya di awal (deduktif), atau meletakkan kalimat utamanya di akhir
(induktif). Tetapi ada juga yang kalimat utamanya itu di awal dan di akhir
(campuran). Sedangkan pada paragraf yang tidak memiliki kalimat utama, ide
3
pokoknya itu mnyebar di seluruh kalimat paragraf. Paragraf ini biasanya adalah
paragraf narasi dan paragraf deskripsi.
c. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas yaitu kalimat yang menjelaskan kalimat pokok atau
menguraikan secara mendetail ide pokok paragraf. Kalimat penjelas ini
keberadaannya mutlak ada dalam sebuah paragraf. Semakin rinci sebuah ide
pokok dijelaskan oleh kalimat penjelas semakin baik paragraf tersebut.
d. Kalimat transisi
Kalimat transisi merupakan bagian awal paragraf yang bersifat mengantarkan
pada isi paragraf atau menyambungkan paragraf dari paragraf sebelumnya. Tidak
semua paragraf memilki kalimat transisi.
3. Ciri-ciri dan Syarat Paragraf
Ciri-ciri paragraf yaitu berkenaan dengan bentuk fisik dan bentuk isi paragraf.
Ciri-cirinya yaitu ntara lain sebagai berikut :
a. Kalimat pertama bertakik ke dalam tujuh ketukan atau satu tab tik
komputer. Kalimat pertama juga bisa ditulis tidak bertakik asal jarak spasi
antara satu paragraf dengan paragraf lainnya berbeda dengan jarak satu
baris dari baris lain.
b. Paragraf memiliki ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik ataupun
tersebar pada seluruh isi paragraf.
c. Setiap paragraf memiliki satu ide utama dan selebihnya merupakan ide-ide
penjelas yang dikembangkan menjadi kalimat penjelas yang fungsinya
menjelaskan ide paragraf.
Adapun syarat-syarat paragraf yaitu :
a. Kesatuan
Paragraf yang baik hanya mengandung satu ide pokok atau satu topik.
Paragraf dianggap memiliki kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu
tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya.
b. Kepaduan
Kepaduan dalam sebuah paragraf dititikberatkan pada hubungan antara
kalimat dengan kalimat lain. Artinya, dalam suatu paragaf harus dibangun dengan
4
kalimat-kalimat yang saling berhubungan dengan satu ide okok sebagai benang
merah penghubungnya.
Untuk menciptakan paragraf yang padu, penulis harus memperhatikan unsur
kebahsaan, yaitu antara lain :
Penggunaan repitisi atau pengulangan kata kunci,
Penggunaan kata ganti,
Penggunaan kata transisi,
Selain itu, kepaduan paragraf juga dapat dibangun dengan memperhatikan
urutan isi paragraf, misalnya :
Kronologis (menurut urutan waktu)
Logis (sebab-akibat, umum-khusus)
Urutan ruang (spasial)
Proses
Sudut pandang.
c. Kelengkapan
Paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang kejelasan ide pokok. Paragraf harus dikembangkan secara
procedural, yakni adanya ide utama, dikembangkannya ide utama menjadi ide-ide
penjelas, dikembangkannya sebuah kalimat utama (kalau perlu), dan
dikembangkannya beberapa ide penjelas itu menjadi beberapa kalimat penjelas.
4. Kegunaan Paragraf
Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik, atau
pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya. Adapun kegunaaan paragraf
lainnya yaitu :
a. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran
dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis,
dalam suatu kesatuan.
b. Menandai peralihan gagasan baru lagi karangan yang terdiri dari beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
c. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan
pemahaman bagi pembacanya.
5
d. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas
beberapa variabel.
5. Macam-macam Paragraf
a. Berdasarkan sudut pandang isi atau pikiran yang dikemukan paragraf :
narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi.
b. Berdasarkan sudut pandangan penalaran : induktif, deduktif, campuran,
alamiah, sebab-akibat, akibat-sebab, klimaks-anti klimaks, dan
antiklimaks-klimaks.
c. Berdasarkan letak kalimat utama : deduktif, induktif, campuran, dan
paragraf tanpa kalimat utama.
d. Berdasarkan sudut pandang fungsi karangan : analogi, definisi operasional,
perbandingan, pertentangan, pembuktian, ilustrasi/contoh, analisis,
pembuktian, definisi luas, dan klasifikasi.
e. Berdasarkan sudut pandang tempat dan fungsinya di dalam karangan :
paragraf pembuka, inti, dan penutup.
6. Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf yang memperhatikan unsur kesatuan dan kepaduan
harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Tetaplah pada satu buah ide pokok.
b. Perincilah ide pokok tersebut dengan beberapa ide penjelas.
c. Susunlah kalimat utama yang berisi ide pokok dengan baik dan layak.
d. Tempatkanlan kalimat utama pada posisi mencolok.
e. Dukunglah kalimat utama tersebut dengan kalimat-kalimat penjelas yang
dikembangkan berdasarkan ide-ide penjelas.
f. Gunakan unsur kebahasaan, pola pengembangan, dan atau frase untuk
menghubungkan kalimat-kalimat penjelas.
Selain itu, ada pula metode/teknik pengembangan paragraf, yaitu :
a. Alamiah
Susunan logis ini mengenal 2 macam urutan yaitu :
Urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke satu
titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruangan.
6
Urutan waktu (urutan kronologis), yang menggambarkan terjadinya
peristiwa, perbuatan atau tindakan.
b. Klimaks dan Anti-klimaks
Klimaks yaitu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan
bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-
angsur deengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya.
Sedangkan antiklimaks sebaliknya.
c. Umum khusus – khusus umum
Umum khusus yaitu gagasan utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian
diikuti perincian-perinciannya. Sedangkan khusus umum sebaliknya.
Ada pula teknik lain yang dapat digunakan, yaitu teknik pengembangan
paragraf berdasarkan fungsi paragraf tersebut dalam suatu karangan, seperti :
a. Perbandingan dan Pertentangan : paragraf yang berusaha memperjelas
paparannya dengan jalan membandingkan dan mempertentangkan hal-hal
yang dibicarakan.
b. Analogi : biasanya untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal
umum dengan yang belum atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk
menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
c. Contoh : paragraf yang disusun untuk enjelaskan sebuah generalisasi yang
terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca.
d. Sebab-akibat : paragraf yang bertujuan menunjukkan adanya hubungan
kausal antara sua hal yang dibahasnya.
e. Definisi Luas : paragraf yang digunakan untuk memberikan batasan
tentang sesuatu, sehingga perlu menguraikan dengan beberapa kalimat,
bahkan bberapa paragraf.
f. Klasifikasi : pengelompokan sesuatu berdasarkan kesamaan dan perbedaan
sifat yang diperinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih
kecil.
7
B. WACANA
1. Sejarah Singkat Kajian Wacana
Pada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern,
yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji
bahasa secara ilmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada
masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur
makna (semantik). Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak
permasalahan bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli
mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baru yang disebut analisis
wacana.
Analisis wacana menginterprestasi makna sebuah ujaran dengan
memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks
meliputi konteks linguistik dan konteks etnografii. Konteks linguistik berupa
rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti sedangkan konteks
etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya,
misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.
Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat
bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.
2. Pengertian Wacana dan Analisis Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan
untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa
rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat
bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan,
dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa,
sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari
pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana
disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang
meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan.
8
3. Persyaratan Terbentuknya Wacana
Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran
(meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa
rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu,
prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).
Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu
mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan
padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga
menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.
4. Elemen-elemen Wacana
Elemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-
elemen itu tertata secara sistematis dan hierarkis. Berdasarkan nilai informasinya
ada elemen inti dan elemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang berisi
informasi utama, informasi yang paling penting. Elemen luar inti adalah elemen
yang berisi informasi tambahan, informasi yang tidak sepenting informasi utama.
Berdasarkan sifat kehadirannya, elemen wacana terbagi menjadi dua kategori,
yakni elemen wajib dan elemen manasuka. Elemen wajib bersifat wajib hadir,
sedangkan elemen manasuka bersifat boleh hadir dan boleh juga tidak hadir
bergantung pada kebutuhan komunikasi.
5. Relasi Antarelemen dalam Wacana
Ada berbagai relasi antarelemen dalam wacana. Relasi koordinatif adalah
relasi antarelemen yang memiliki kedudukan setara. Relasi subordinatif adalah
relasi antarelemen yang kedudukannya tidak setara. Dalam relasi subordinatif itu
terdapat atasan dan elemen bawahan. Relasi atribut adalah relasi antara elemen
inti dengan atribut. Relasi atribut berkaitan dengan relasi subordinatif karena
relasi atribut juga berarti relasi antara elemen atasan dengan elemen bawahan.
Relasi komplementatif adalah relasi antarelemen yang bersifat saling
melengkapi. Dalam relasi itu, masing-masing elemen memiliki kedudukan yang
9
otonom dalam membentuk teks. Dalam jenis ini tidak ada elemen atasan dan
bawahan.
6. Struktur Wacana Bahasa Indonesia
Struktur wacana adalah bangun konstruksi wacana, yakni organisasi elemen-
elemen wacana dalam membentuk wacana. Struktur wacana dapat diperikan
berdasarkan peringkat keutamaan atau pentingnya informasi dan pola pertukaran.
Berdasarkan peringkat keutamaan informasi ada wacana yang mengikuti pola
segitiga tegak dan ada wacana yang mengikuti pola segitiga terbalik. Berdasarkan
mekanisme pertukaran dapat dikemukakan pola-pola pertukaran berikut: (1) P-S,
(2) T-J, (3) P-T, (4) T-T, (5) Pr-S, dan (6) Pr-T.
7. Referensi dan Inferensi Wacana Bahasa Indonesia
Referensi dalam analisis wacana lebih luas dari telaah referensi dalam kajian
sintaksis dan semantik. Istilah referensi dalam analisis wacana adalah ungkapan
kebahasaan yang dipakai seorang pembicara/penulis untuk mengacu pada suatu
hal yang dibicarakan, baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks
nonlinguistik. Dalam menafsirkan acuan perlu diperhatikan, (a) adanya acuan
yang bergeser, (b) ungkapan berbeda tetapi acuannya sama, dan (c) ungkapan
yang sama mengacu pada hal yang berbeda.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks
penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur.
Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan
oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
8. Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia
Istilah kohesi mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang
ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan
salah satu unsur pembentuk koherensi. Oleh sebab itu, dalam sebuah teks
koherensi lebih penting dari kohesi. Namun bukan berarti kohesi tidak penting,
Jenis alat kohesi ada tiga, yaitu substitusi, konjungsi, dan leksikal.
10
Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana. Kohesi
merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Cara lain adalah
menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan
hipotaksis (parataxis and hypotaxis). Hubungan parataksis itu dapat diciptakan
dengan menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar (coordinative) dan
subordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara beruntun.
9. Wacana Lisan dan Tulis
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana
dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana
tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan
subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa
benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis
cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti
hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.
10. Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog
Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada
tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu
komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta
yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian,
pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi
itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau
sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam
komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang
dihasilkan disebut polilog.
11. Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi
Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana
dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan
membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan.
Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan
wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar
11
yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep
dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk
memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi
bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan
yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun
emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung.
Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan
tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini,
digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk
mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang
tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.
Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu,
pelaku, dan peristiwa.
12. Hakikat Konteks
Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi
lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa
konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks
linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah
teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-
hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat,
waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi
(dialog, monolog, atau polilog)
Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan
bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain,
pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks
yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
13. Macam-macam Konteks
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis
besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan
konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-
12
unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja,
kata kerja bantu, dan proposisi positif
Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan
dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah
teks.Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan
wacana.
Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur
bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau
kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang
berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup
penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa
beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan
dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan
dalam wacana.
Dalam menganalisis wancana sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat
tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks
linguistik ataupun konteks ekstralinguistik.
Tiga manfaat konteks dalam analisis wancana.
a. Penggunaan konteks untuk mencari acuan, yaitu pembentukan acuan
berdasarkan konteks linguistik.
b. Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan, yaitu bahwa
maksud sebuah tuturan ditentukan oleh konteks wancana.
c. Penggunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar yaitu bentuk yang
memiliki unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya
dapat ditentukan berdasarkan konteks.
14. Prinsip Interpretasi Lokal dan Prinsip Analisis
Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal
dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi
berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks
13
nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya
berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan
partisipan.
Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana
berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Dengan
interpretasi analogi itu, analis sudah dapat memahami wacana dengan konteks
yang relevan saja. Hal itu berarti bahwa analis tidak harus memperhitungkan
semua konteks wancana.
15. Skemata dalam Analisis Wacana
Skemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan
manusia. Skemata itu memiliki struktur pengendalian, yakni cara pengaktifan
skemata sesuai dengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam
struktur itu, yakni (1) cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) cara
pengaktifan dari bawah ke atas. Pengaktifan atas ke bawah adalah proses
pengendalian skemata dari konsep ke data atau dari keutuhan ke bagian.
Pengaktifan bawah ke atas adalah proses pengendalian skemata dari data ke
konsep atau dari bagian ke keutuhan.
Skemata berfungsi baik bagi pembaca/pendengar wacana maupun bagi analis
wacana. Bagi pendengar/pembaca, skemata berfungsi untuk memahami wacana.
Bagi analis wacana, di samping berfungsi untuk memahami wacana, skemata juga
berfungsi untuk melakukan analisis berbagai aspek wacana: elemen wacana,
struktur wacana, acuan kewacanaan, koherensi dan kohesi wacana, dan lain-lain.
Kegagalan pemahaman wacana terjadi karena tiga kemungkinan. Pertama,
pendengar/pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai dengan teks
yang dihadapinya. Kedua, pendengar/pembaca mungkin sudah mempunyai
skemata yang sesuai, tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan oleb penulis tidak
cukup memberikan saran tentang skemata yang dibutuhkan. Ketiga, pembaca,
mungkin mendapatkan penafsiran wacana secara tetap sehingga gagal memahami
maksud penutur.
14
16. Analisis Kohesi dan Koherensi
Praktik analisis wacana dilaksanakan dengan menerapkan prinsip interpretasi
lokal dan prinsip interpretasi analogi. Analisis wacana dapat diarahkan pada:
struktur, kohesi, dan koherensi, yang dapat dioperasionalkan antara lain untuk
menetapkan hubungan antarelemen wacana dan alat-alat kohesi yang berlaku
dalam sebuah teks. Dalam analisis itu diterapkan konteks yang relevan dengan
kebutuhan analisis.
C. MAKALAH
1. Pengertian Makalah
Makalah adalah suatu karya tulis ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik
tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah ini
umumnya merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan,
baik berupa kajian pustaka maupun hasil Skegiatan perkuliahan lapangan.
2. Karakteristik Makalah
Makalah mahasiswa yang dimaksudkan dalam hal ini memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Diangkat dari suatu kajian literatur dan atau laporan pelaksanaan
kegiatan lapangan.
b. Ruang lingkup makalah berkisar pada cakupan permasalahan dalam
suatu mata kuliah.
c. Memperlihatkan kemampuan mahasiswa tentang permasalahan teoritis
yang dikaji atau dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip atau teori
yang berhubungan dengan perkuliahan.
d. Memperlihatkan kemampuan para mahasiswa dalam memahami isi dari
sumber-sumber yang digunakan.
e. Menunjukkan kemampuan mahaiswa dalam merangkai berbagai sumber
informasi sebagai satu kesatuan sintesis yang utuh.
15
3. Sistematika Makalah
Secara garis besar makalah yang ditulis mahasiswa terdiri dari tiga bagian
pokok sebagai berikut :
a. Pendahuluan, memuat tentang persoalan yang akan dibahas antara lain
meliputi latar belakang masalah, fokus dan rumusan masalah, prosedur
pemecahan masalah dan sistematika uraiannya.
b. Isi, yakni bagian yang memuat tentang kemampuan penulis dalam
mendemonstrasikan kemampuannya untuk menjawab persoalan atau
masalah yang dibahasnya. Pada bagian isi boleh terdiri dari lebih satu
bagian sesuai dengan permasalahan yang dikaji.
c. Kesimpulan, yakni bagian yang memuat pemaknaan dari penulis
terhadap diskusi atau pembahasan masalah berdasarkan kriteria dan
sumber-sumber literatur atau data lapangan. Kesimpulan ini mengacu
kepada hasil pembahasan permasalahan dan bukan merupakan
ringkasan dari isi makalah.
16
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, bahwa paragraf itu sangatlah
penting kegunaannya. Karena dalam setiap karangan, wacana, ataupun makalah
paragraf sering digunakan dan kedudukan paragraf pun mempermudah kita untuk
mengetahui awal dari suatu kalimat ataupun karangan. Begitu pula dengan
wacana. Wacana sangat bermanfaat bagi pengguna media massa, karena wacana
merupakan media informasi dalam konteks sosial. Adapun manfaat dari makalah
yaitu untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah atau pelajaran pada
mahasiswa atau siswa.
Dalam menulis sebuah paragraf, wacana, ataupun makalah harus selalu
memperhatikan aturan yang benar agar paragraf, wacana, makalah itu menjadi
lebih mudah dimengerti dan terlihat indah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2009). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Bandung : CV. Maulana Media Grafika.
http://organisasi.org/
pengertian_paragraf_alinnea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia
http://fpmipa.upi.edu/bi/pdf/menulis_paragraf.pdf
http://sepitri.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/14474/slide+Paragraf.ppt
http://www.azuar.tripod.com/pedomanpenelitian.html