Makalah b.indonesia

26
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap penulisan sebuah karangan, makalah, cerita ataupun essay yang lain penggunaan paragraf sangatlah penting, karena penggunaan paragraf merupakan salah satu ciri dari suatu permulaan sebuah karangan ataupun makalah. Dalam penulisan sebuah makalah ataupun wacana masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisannya, oleh karena itu, diperlukan sebuah penguasaan konsep dan pemahaman agar dapat membuat sebuah paragraf, makalah ataupun wacana dengan baik. B. Rumusan Makalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan paragraf ? 2. Bagaimana membuat sebuah paragraf ? 3. Apakah yang dimaksud dengan wacana ? 4. Bagaimana membuat sebuah wacana ? 5. Apakah yang dimaksud dengan makalah ? 6. Bagaimana membuat sebuah makalah ? C. Tujuan Makalah

Transcript of Makalah b.indonesia

Page 1: Makalah b.indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap penulisan sebuah karangan, makalah, cerita ataupun essay yang

lain penggunaan paragraf sangatlah penting, karena penggunaan paragraf

merupakan salah satu ciri dari suatu permulaan sebuah karangan ataupun makalah.

Dalam penulisan sebuah makalah ataupun wacana masih terdapat banyak

kesalahan dalam penulisannya, oleh karena itu, diperlukan sebuah penguasaan

konsep dan pemahaman agar dapat membuat sebuah paragraf, makalah ataupun

wacana dengan baik.

B. Rumusan Makalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan

masalah berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan paragraf ?

2. Bagaimana membuat sebuah paragraf ?

3. Apakah yang dimaksud dengan wacana ?

4. Bagaimana membuat sebuah wacana ?

5. Apakah yang dimaksud dengan makalah ?

6. Bagaimana membuat sebuah makalah ?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan makalah ini yaitu supaya dapat membuat paragraf, makalah

dan wacana dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.

Page 2: Makalah b.indonesia

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. PARAGRAF

Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau

"tertulis di samping"). Secara etimologi paragraf berasal dari kata phara dan

grafein yang artinya awal menulis, atau alinea yang berasal dari kata a dan linea

yang artinya sebuah garis baru.

Paragraf adalah kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan mengangkat

satu ide yang sama sehingga mengandung satu informasi yang utuh, jelas, dan

bermakna. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok

yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf juga merupakan satuan terkecil

sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan

yang disampaikan penulis dalam karangannya. Selain itu sebuah karangan juga

hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam

runtunan yang logis.

2. Unsur-unsur Paragraf

Struktur paragraf dapat dibedakan atas beberapa unsur utama yaitu :

a. Ide pokok

Ide pokok yait merupakan gagasan dasar yang selalu ada dalam sebuah

paragraf dan merupakan jiwa sebuah paragraf. Satu paragraf hanya boleh

memiliki satu ide pokok yang ise pokok ini selanjutnya akan dikembangkan

melalui bebepara ide-ide penjelas.

b. Kalimat utama

Kalimat utama yaitu merupakan wadah dari ide pokok. Keberadaannya pun

sifatnya tidak mutlak. Ada yang memiliki kalimat utama, dan ada juga yang tidak

memiliki kalimat utama. Paragraf yang memiliki kalimat utama dapat meletakkan

kalimat utamanya di awal (deduktif), atau meletakkan kalimat utamanya di akhir

(induktif). Tetapi ada juga yang kalimat utamanya itu di awal dan di akhir

(campuran). Sedangkan pada paragraf yang tidak memiliki kalimat utama, ide

Page 3: Makalah b.indonesia

3

pokoknya itu mnyebar di seluruh kalimat paragraf. Paragraf ini biasanya adalah

paragraf narasi dan paragraf deskripsi.

c. Kalimat penjelas

Kalimat penjelas yaitu kalimat yang menjelaskan kalimat pokok atau

menguraikan secara mendetail ide pokok paragraf. Kalimat penjelas ini

keberadaannya mutlak ada dalam sebuah paragraf. Semakin rinci sebuah ide

pokok dijelaskan oleh kalimat penjelas semakin baik paragraf tersebut.

d. Kalimat transisi

Kalimat transisi merupakan bagian awal paragraf yang bersifat mengantarkan

pada isi paragraf atau menyambungkan paragraf dari paragraf sebelumnya. Tidak

semua paragraf memilki kalimat transisi.

3. Ciri-ciri dan Syarat Paragraf

Ciri-ciri paragraf yaitu berkenaan dengan bentuk fisik dan bentuk isi paragraf.

Ciri-cirinya yaitu ntara lain sebagai berikut :

a. Kalimat pertama bertakik ke dalam tujuh ketukan atau satu tab tik

komputer. Kalimat pertama juga bisa ditulis tidak bertakik asal jarak spasi

antara satu paragraf dengan paragraf lainnya berbeda dengan jarak satu

baris dari baris lain.

b. Paragraf memiliki ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik ataupun

tersebar pada seluruh isi paragraf.

c. Setiap paragraf memiliki satu ide utama dan selebihnya merupakan ide-ide

penjelas yang dikembangkan menjadi kalimat penjelas yang fungsinya

menjelaskan ide paragraf.

Adapun syarat-syarat paragraf yaitu :

a. Kesatuan

Paragraf yang baik hanya mengandung satu ide pokok atau satu topik.

Paragraf dianggap memiliki kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu

tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya.

b. Kepaduan

Kepaduan dalam sebuah paragraf dititikberatkan pada hubungan antara

kalimat dengan kalimat lain. Artinya, dalam suatu paragaf harus dibangun dengan

Page 4: Makalah b.indonesia

4

kalimat-kalimat yang saling berhubungan dengan satu ide okok sebagai benang

merah penghubungnya.

Untuk menciptakan paragraf yang padu, penulis harus memperhatikan unsur

kebahsaan, yaitu antara lain :

Penggunaan repitisi atau pengulangan kata kunci,

Penggunaan kata ganti,

Penggunaan kata transisi,

Selain itu, kepaduan paragraf juga dapat dibangun dengan memperhatikan

urutan isi paragraf, misalnya :

Kronologis (menurut urutan waktu)

Logis (sebab-akibat, umum-khusus)

Urutan ruang (spasial)

Proses

Sudut pandang.

c. Kelengkapan

Paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup

untuk menunjang kejelasan ide pokok. Paragraf harus dikembangkan secara

procedural, yakni adanya ide utama, dikembangkannya ide utama menjadi ide-ide

penjelas, dikembangkannya sebuah kalimat utama (kalau perlu), dan

dikembangkannya beberapa ide penjelas itu menjadi beberapa kalimat penjelas.

4. Kegunaan Paragraf

Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik, atau

pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya. Adapun kegunaaan paragraf

lainnya yaitu :

a. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran

dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis,

dalam suatu kesatuan.

b. Menandai peralihan gagasan baru lagi karangan yang terdiri dari beberapa

paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.

c. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan

pemahaman bagi pembacanya.

Page 5: Makalah b.indonesia

5

d. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas

beberapa variabel.

5. Macam-macam Paragraf

a. Berdasarkan sudut pandang isi atau pikiran yang dikemukan paragraf :

narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi.

b. Berdasarkan sudut pandangan penalaran : induktif, deduktif, campuran,

alamiah, sebab-akibat, akibat-sebab, klimaks-anti klimaks, dan

antiklimaks-klimaks.

c. Berdasarkan letak kalimat utama : deduktif, induktif, campuran, dan

paragraf tanpa kalimat utama.

d. Berdasarkan sudut pandang fungsi karangan : analogi, definisi operasional,

perbandingan, pertentangan, pembuktian, ilustrasi/contoh, analisis,

pembuktian, definisi luas, dan klasifikasi.

e. Berdasarkan sudut pandang tempat dan fungsinya di dalam karangan :

paragraf pembuka, inti, dan penutup.

6. Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf yang memperhatikan unsur kesatuan dan kepaduan

harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Tetaplah pada satu buah ide pokok.

b. Perincilah ide pokok tersebut dengan beberapa ide penjelas.

c. Susunlah kalimat utama yang berisi ide pokok dengan baik dan layak.

d. Tempatkanlan kalimat utama pada posisi mencolok.

e. Dukunglah kalimat utama tersebut dengan kalimat-kalimat penjelas yang

dikembangkan berdasarkan ide-ide penjelas.

f. Gunakan unsur kebahasaan, pola pengembangan, dan atau frase untuk

menghubungkan kalimat-kalimat penjelas.

Selain itu, ada pula metode/teknik pengembangan paragraf, yaitu :

a. Alamiah

Susunan logis ini mengenal 2 macam urutan yaitu :

Urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke satu

titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruangan.

Page 6: Makalah b.indonesia

6

Urutan waktu (urutan kronologis), yang menggambarkan terjadinya

peristiwa, perbuatan atau tindakan.

b. Klimaks dan Anti-klimaks

Klimaks yaitu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan

bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-

angsur deengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya.

Sedangkan antiklimaks sebaliknya.

c. Umum khusus – khusus umum

Umum khusus yaitu gagasan utama diletakkan pada awal paragraf, kemudian

diikuti perincian-perinciannya. Sedangkan khusus umum sebaliknya.

Ada pula teknik lain yang dapat digunakan, yaitu teknik pengembangan

paragraf berdasarkan fungsi paragraf tersebut dalam suatu karangan, seperti :

a. Perbandingan dan Pertentangan : paragraf yang berusaha memperjelas

paparannya dengan jalan membandingkan dan mempertentangkan hal-hal

yang dibicarakan.

b. Analogi : biasanya untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal

umum dengan yang belum atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk

menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.

c. Contoh : paragraf yang disusun untuk enjelaskan sebuah generalisasi yang

terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca.

d. Sebab-akibat : paragraf yang bertujuan menunjukkan adanya hubungan

kausal antara sua hal yang dibahasnya.

e. Definisi Luas : paragraf yang digunakan untuk memberikan batasan

tentang sesuatu, sehingga perlu menguraikan dengan beberapa kalimat,

bahkan bberapa paragraf.

f. Klasifikasi : pengelompokan sesuatu berdasarkan kesamaan dan perbedaan

sifat yang diperinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih

kecil.

Page 7: Makalah b.indonesia

7

B. WACANA

1. Sejarah Singkat Kajian Wacana

Pada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern,

yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji

bahasa secara ilmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada

masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur

makna (semantik). Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak

permasalahan bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli

mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baru yang disebut analisis

wacana.

Analisis wacana menginterprestasi makna sebuah ujaran dengan

memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks

meliputi konteks linguistik dan konteks etnografii. Konteks linguistik berupa

rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti sedangkan konteks

etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya,

misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.

Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat

bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.

2. Pengertian Wacana dan Analisis Wacana

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan

untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa

rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat

bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan,

dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa,

sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari

pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana

disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang

meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam

bentuk tulis maupun lisan.

Page 8: Makalah b.indonesia

8

3. Persyaratan Terbentuknya Wacana

Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran

(meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa

rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu,

prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu

mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan

padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga

menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.

4. Elemen-elemen Wacana

Elemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-

elemen itu tertata secara sistematis dan hierarkis. Berdasarkan nilai informasinya

ada elemen inti dan elemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang berisi

informasi utama, informasi yang paling penting. Elemen luar inti adalah elemen

yang berisi informasi tambahan, informasi yang tidak sepenting informasi utama.

Berdasarkan sifat kehadirannya, elemen wacana terbagi menjadi dua kategori,

yakni elemen wajib dan elemen manasuka. Elemen wajib bersifat wajib hadir,

sedangkan elemen manasuka bersifat boleh hadir dan boleh juga tidak hadir

bergantung pada kebutuhan komunikasi.

5. Relasi Antarelemen dalam Wacana

Ada berbagai relasi antarelemen dalam wacana. Relasi koordinatif adalah

relasi antarelemen yang memiliki kedudukan setara. Relasi subordinatif adalah

relasi antarelemen yang kedudukannya tidak setara. Dalam relasi subordinatif itu

terdapat atasan dan elemen bawahan. Relasi atribut adalah relasi antara elemen

inti dengan atribut. Relasi atribut berkaitan dengan relasi subordinatif karena

relasi atribut juga berarti relasi antara elemen atasan dengan elemen bawahan.

Relasi komplementatif adalah relasi antarelemen yang bersifat saling

melengkapi. Dalam relasi itu, masing-masing elemen memiliki kedudukan yang

Page 9: Makalah b.indonesia

9

otonom dalam membentuk teks. Dalam jenis ini tidak ada elemen atasan dan

bawahan.

6. Struktur Wacana Bahasa Indonesia

Struktur wacana adalah bangun konstruksi wacana, yakni organisasi elemen-

elemen wacana dalam membentuk wacana. Struktur wacana dapat diperikan

berdasarkan peringkat keutamaan atau pentingnya informasi dan pola pertukaran.

Berdasarkan peringkat keutamaan informasi ada wacana yang mengikuti pola

segitiga tegak dan ada wacana yang mengikuti pola segitiga terbalik. Berdasarkan

mekanisme pertukaran dapat dikemukakan pola-pola pertukaran berikut: (1) P-S,

(2) T-J, (3) P-T, (4) T-T, (5) Pr-S, dan (6) Pr-T.

7. Referensi dan Inferensi Wacana Bahasa Indonesia

Referensi dalam analisis wacana lebih luas dari telaah referensi dalam kajian

sintaksis dan semantik. Istilah referensi dalam analisis wacana adalah ungkapan

kebahasaan yang dipakai seorang pembicara/penulis untuk mengacu pada suatu

hal yang dibicarakan, baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks

nonlinguistik. Dalam menafsirkan acuan perlu diperhatikan, (a) adanya acuan

yang bergeser, (b) ungkapan berbeda tetapi acuannya sama, dan (c) ungkapan

yang sama mengacu pada hal yang berbeda.

Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks

penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur.

Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan

oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).

8. Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia

Istilah kohesi mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang

ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan

salah satu unsur pembentuk koherensi. Oleh sebab itu, dalam sebuah teks

koherensi lebih penting dari kohesi. Namun bukan berarti kohesi tidak penting,

Jenis alat kohesi ada tiga, yaitu substitusi, konjungsi, dan leksikal.

Page 10: Makalah b.indonesia

10

Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana. Kohesi

merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Cara lain adalah

menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan

hipotaksis (parataxis and hypotaxis). Hubungan parataksis itu dapat diciptakan

dengan menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar (coordinative) dan

subordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara beruntun.

9. Wacana Lisan dan Tulis

Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana

dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana

tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan

subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa

benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis

cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti

hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.

10. Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog

Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada

tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu

komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta

yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian,

pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi

itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau

sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam

komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang

dihasilkan disebut polilog.

11. Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi

Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana

dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan

membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan.

Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan

wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar

Page 11: Makalah b.indonesia

11

yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep

dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk

memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi

bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan

yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun

emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung.

Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan

tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini,

digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk

mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang

tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.

Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu,

pelaku, dan peristiwa.

12. Hakikat Konteks

Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi

lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa

konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks

linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah

teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-

hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat,

waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi

(dialog, monolog, atau polilog)

Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan

bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain,

pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks

yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.

13. Macam-macam Konteks

Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis

besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan

konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-

Page 12: Makalah b.indonesia

12

unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja,

kata kerja bantu, dan proposisi positif

Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan

dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah

teks.Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan

wacana.

Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur

bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau

kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang

berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup

penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa

beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan

dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan

dalam wacana.

Dalam menganalisis wancana sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat

tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks

linguistik ataupun konteks ekstralinguistik.

Tiga manfaat konteks dalam analisis wancana.

a. Penggunaan konteks untuk mencari acuan, yaitu pembentukan acuan

berdasarkan konteks linguistik.

b. Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan, yaitu bahwa

maksud sebuah tuturan ditentukan oleh konteks wancana.

c. Penggunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar yaitu bentuk yang

memiliki unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya

dapat ditentukan berdasarkan konteks.

14. Prinsip Interpretasi Lokal dan Prinsip Analisis

Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal

dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi

berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks

Page 13: Makalah b.indonesia

13

nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya

berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan

partisipan.

Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana

berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Dengan

interpretasi analogi itu, analis sudah dapat memahami wacana dengan konteks

yang relevan saja. Hal itu berarti bahwa analis tidak harus memperhitungkan

semua konteks wancana.

15. Skemata dalam Analisis Wacana

Skemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan

manusia. Skemata itu memiliki struktur pengendalian, yakni cara pengaktifan

skemata sesuai dengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam

struktur itu, yakni (1) cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) cara

pengaktifan dari bawah ke atas. Pengaktifan atas ke bawah adalah proses

pengendalian skemata dari konsep ke data atau dari keutuhan ke bagian.

Pengaktifan bawah ke atas adalah proses pengendalian skemata dari data ke

konsep atau dari bagian ke keutuhan.

Skemata berfungsi baik bagi pembaca/pendengar wacana maupun bagi analis

wacana. Bagi pendengar/pembaca, skemata berfungsi untuk memahami wacana.

Bagi analis wacana, di samping berfungsi untuk memahami wacana, skemata juga

berfungsi untuk melakukan analisis berbagai aspek wacana: elemen wacana,

struktur wacana, acuan kewacanaan, koherensi dan kohesi wacana, dan lain-lain.

Kegagalan pemahaman wacana terjadi karena tiga kemungkinan. Pertama,

pendengar/pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai dengan teks

yang dihadapinya. Kedua, pendengar/pembaca mungkin sudah mempunyai

skemata yang sesuai, tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan oleb penulis tidak

cukup memberikan saran tentang skemata yang dibutuhkan. Ketiga, pembaca,

mungkin mendapatkan penafsiran wacana secara tetap sehingga gagal memahami

maksud penutur.

Page 14: Makalah b.indonesia

14

16. Analisis Kohesi dan Koherensi

Praktik analisis wacana dilaksanakan dengan menerapkan prinsip interpretasi

lokal dan prinsip interpretasi analogi. Analisis wacana dapat diarahkan pada:

struktur, kohesi, dan koherensi, yang dapat dioperasionalkan antara lain untuk

menetapkan hubungan antarelemen wacana dan alat-alat kohesi yang berlaku

dalam sebuah teks. Dalam analisis itu diterapkan konteks yang relevan dengan

kebutuhan analisis.

C.  MAKALAH 

1. Pengertian Makalah

Makalah adalah suatu karya tulis ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik

tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah ini

umumnya merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan,

baik berupa kajian pustaka maupun hasil Skegiatan perkuliahan lapangan.

2. Karakteristik Makalah

Makalah mahasiswa yang dimaksudkan dalam hal ini memiliki karakteristik

sebagai berikut:

a.    Diangkat dari suatu kajian literatur dan atau laporan pelaksanaan

kegiatan lapangan.

b.    Ruang lingkup makalah berkisar pada cakupan permasalahan dalam

suatu mata kuliah.

c.     Memperlihatkan kemampuan mahasiswa tentang permasalahan teoritis

yang dikaji atau dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip atau teori

yang berhubungan dengan perkuliahan.

d.    Memperlihatkan kemampuan para mahasiswa dalam memahami isi dari

sumber-sumber yang digunakan.

e.    Menunjukkan kemampuan mahaiswa dalam merangkai berbagai sumber

informasi sebagai satu kesatuan sintesis yang utuh.

Page 15: Makalah b.indonesia

15

3. Sistematika Makalah

Secara garis besar makalah yang ditulis mahasiswa terdiri dari tiga bagian

pokok sebagai berikut :

a.     Pendahuluan, memuat tentang persoalan yang akan dibahas antara lain

meliputi latar belakang masalah, fokus dan rumusan masalah, prosedur

pemecahan masalah dan sistematika uraiannya.

b.    Isi, yakni bagian yang memuat tentang kemampuan penulis dalam

mendemonstrasikan kemampuannya untuk menjawab persoalan atau

masalah yang dibahasnya. Pada bagian isi boleh terdiri dari lebih satu

bagian sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

c.    Kesimpulan, yakni bagian yang memuat pemaknaan dari penulis

terhadap diskusi atau pembahasan masalah berdasarkan kriteria dan

sumber-sumber literatur atau data lapangan. Kesimpulan ini mengacu

kepada hasil pembahasan permasalahan dan bukan merupakan

ringkasan dari isi makalah.

Page 16: Makalah b.indonesia

16

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, bahwa paragraf itu sangatlah

penting kegunaannya. Karena dalam setiap karangan, wacana, ataupun makalah

paragraf sering digunakan dan kedudukan paragraf pun mempermudah kita untuk

mengetahui awal dari suatu kalimat ataupun karangan. Begitu pula dengan

wacana. Wacana sangat bermanfaat bagi pengguna media massa, karena wacana

merupakan media informasi dalam konteks sosial. Adapun manfaat dari makalah

yaitu untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah atau pelajaran pada

mahasiswa atau siswa.

Dalam menulis sebuah paragraf, wacana, ataupun makalah harus selalu

memperhatikan aturan yang benar agar paragraf, wacana, makalah itu menjadi

lebih mudah dimengerti dan terlihat indah.

Page 17: Makalah b.indonesia

17

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2009). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.

Bandung : CV. Maulana Media Grafika.

http://organisasi.org/

pengertian_paragraf_alinnea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia

http://fpmipa.upi.edu/bi/pdf/menulis_paragraf.pdf

http://sepitri.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/14474/slide+Paragraf.ppt

http://www.azuar.tripod.com/pedomanpenelitian.html