B.indonesia kelompokk
Transcript of B.indonesia kelompokk
PENERAPAN KAIDAH BAHASA TULIS
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Bahasa Indonesia yang
Dibina oleh Haerudin, M.Pd.
Disusun oleh :
Aditya Hadi ( 1584202075 )
Deby Ratulia ( 1584202165 )
Indah Permata Sari ( 1584202117 )
Nurul Isnaini Wahida ( 1584202157 )
Rafika Dinda ( 1584202081 )
Ricki Kurniawan ( 1584202088 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015
Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
– Nya telah mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “
Penerapan Kaidah Bahasa Tulis “. Makalah ini mengenai penggunaan ejaan dalam karya
tulis. Meskipun secara umum bahasa memiliki sifat bebas, namun bahasa tetap memiliki
aturan-aturan yang sebaiknya diikuti untuk mendapatkan penulisan ejaan dalam karya tulis
yang benar dan tepat.
Penggunaan tanda baca yang relatif banyak digunakan dalam karya tulis
menimbulkan kesulitan pemahaman, terutama jika seseorang yang belum memahami
penggunaan tanda baca yang tepat. Tidak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing atas arahan serta bimbingannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun demikian, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para
pembaca, terutama dalam hal pengembangan pembelajaran Kaidah Bahasa Tulis.
Tangerang, 14 Desember 2015
Penulis
Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
1. Penggunaan Huruf
2. Penulisan Kata dan Partikel
3. Pemakaian Tanda Baca
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa tulis memiliki karakteristik yang sangat jauh berbeda dengan karakteristik
bahasa lisan. Didalam bahasa lisan, makna kalimat akan lebih mudah dipahami karena
ada ekspresi pembicaraan, intonasi, dan gerak-gerik tubuh pembicara yang membantu
pemahaman penyimak. Berbeda halnya dengan bahasa lisan, bahasa tulis tidak bias
memanfaatkan hal-hal tadi. Untuk membantu menggambarkan maksud tulisan, penulis
hendaknya menguasai tata cara penulisan agar tulisannya mudah untuk dipahami .
Materi penerapan kaedah bahasa tulis ini diarahkan untuk membantu mahasiswa
dalam berekspresi dengan menggunakan bahasa tulis. Materi ini akan melliputi
penjelasan serba singkat tentang penggunaan huruf kapital dan huruf miring tertib
penulisan kata dasar, bentuk dasar, dan kata berimbuhan; dan aturan umum penggunaan
tanda baca yang meliputi ketentuan penggunaan kata titik, tanda koma, titik koma, tanda
seru, dan lain-lain.
2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana cara penggunaan huruf yang benar ?
2.2 Bagaimana cara penulisan kata dan partikel yang tepat ?
2.3 Bagaimana cara pemakaian tanda baca yang sesuai ?
3. Tujuan
3.1 Agar pembaca memahami penggunaan huruf yang benar
3.2 Agar pembaca memahami cara penulisan kata dan partikel yang tepat
3.3 Agar pembaca memahami cara pemakaian tanda baca yang sesuai
4. Manfaat
4.1 Pembaca dapat memahami penggunaan huruf yang benar
4.2 Pembaca dapat memahami cara penulisan kata dan partikel yang tepat
4.3 Pembaca dapat memahami cara pemakaian tanda baca yang sesuai
2 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
BAB II PEMBAHASAN
1. Penggunaan Huruf
1.1 Huruf Kapital
Huruf kapital atau besar digunakan sebagai huruf pertama unsur: nama, singkatan, gelar,nama
diri, hari, bulan, tahun, kota, dan negara.
Contoh:
a. Dr. Haryadi Pusposudarmomo, S.H.
b. Dia dilahirkan pada hari Senin, tanggal 3 November 1987, di Rumah Sakit Al Islam,
Bandung, Jawa Barat.
c. Menteri Luar Negeri Iran, Thareq Azis, selama dua pekan melakukan kunjungan balasan
ke Indonesia, Filiphina, dan Malaysia.
1.2 Huruf Miring
Huruf ‘miring’ italic dalam cetakan termasuk pengetikan dengan computer dipakai untuk
menuliskan nama judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, termasuk
dalam penulisan daftar pustaka. Dalam tulisan tangan atau ketikan biasa kata-kata yang harus
ditulis dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah.
Contoh yang salah :
a. Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia
b. Buku Bahasa dan Kekuasaan disusun oleh Yudi Latif dan Idi Isbandy.
c. Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata.
Contoh yang benar :
a. Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia
b. Buku Bahasa dan Kekuasaan disusun oleh Yudi Latif dan Idi Isbandy.
c. Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata
.
3 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
1.3 Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau petikan yang akan dicetak
tebal, diberi garis bawah ganda. Huruf tebal ini berfungsi untuk menandai kata-kata yang
dianggap penting, atau perlu mendapat perhatian, seperti : judul dan subjudul dalam karangan,
nama (judul) tabel, atau kata yang menuntut perhatian khusus.
Contoh :
BAB I PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Pembahasan Masalah
2. Penulisan Kata
2.1 Penulisan Kata Dasar
Penulisan kata dasar sering dihadapkan pada penulisan baku dan tidak baku. Penulisan karangan
ilmiah, karangan yang didokumentasi, dan surat-menyurat resmi harus menggunakan kata baku.
Contoh :
Baku Tidak Baku Baku Tidak baku
Aerobic Erobik Kualitas Kwualitas
Akuarium Aquarium Kuantitas Kwantitas
Alquran alkuran kuintasi kwitansi
Apotek apotik kurva kurve
Arkais arkhais metode metoda
Atlet atlit misi missi
Biaya beaya objek obyek
2.2 Penulisan Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian angka
dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya di batasi pada tulisan cepat atau
pencatatan internal saja. Pada tulisan-tulisan resmi kata ulang itu harus ditulis secara
lengkap.
4 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
Baku Tidak baku
Jalan-jalan Jalan2
Dibesar-besarkan di-besar2-kan
Menulis-menulis Me-nulis2-kan
Gerak-gerik Gerak gerik
Sayur-mayur Sayu mayor
2.3 Gabungan Kata
Gabungan kata-termasuk yang lazim disebut kata majemuk-bagian-bagiannya ditulis
terpisah. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang
mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, gabungan itu haruslah
dituliskan serangkai dengan unsur lainnya. Bandingkanlah bentuk baku dan tidak baku.
Baku Tidak baku
Ibu kota Ibukota
Tata bahasa Tatabahasa
Kerja sama Kerjasama
Duta besar Dutabesar
Bulu tangkis Bulutangkis
2.4 Penulisan Kata Ganti
Kata ganti dalam bahasa Indonesia, seperti aku,saya, kita, kau, kamu, engkau, dia, dan
mereka yang digunakan secara lengkap seperti itu harus ditulis terpisah. Akan tetapi,
kata ganti yang dipendekkan : aku mejadi – ku, kamu menjadi – mu, engkau menjadi
kau- atau dia menjadi-nya harus ditulis serangkai kata ganti ku- dank kau-dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan –ku, -mu, dan –nya dituliskan
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
Benar : kauamati, kuperjuangkan, bukumu, bukunya
Salah : kau amati, ku perjuangkan, buku mu, buku nya.
2.5 Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikuti, kecuali jika berupa
gabungan kata yang sudah padu benar, seperti kepada dan dari pada.
Contoh :
a. Di mana ada Romi, di situ ada Yuli .
5 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
b. Ibu sedang memasak di dapur.
c. Saya pergi ke pasar.
2.6 Penulisan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah. Unsure
serapan dari bahasa asing dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Pertama, unsur asing
yang sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia tetapi tulisan dan ucapannya masih
seperti bahasa aslinya.
Contoh :
Reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme par I’homme.
Kedua, unsure asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini hanya dilakukan penyesuaian ejaan seperlunya.
Contoh :
Kata Asing Pennyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar
System Sistim System
Effective Effektif, effektip Efektif
Technique Tehnik Teknik
Echelon Esselon Eselon
Method Metoda Metode
2.7 Penulisan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka arab atau angka romawi.
Angka digunakan untuk menyatakan :
1) Ukuran panjanng, berat dan isi;
2) Satuan waktu, dan;
3) Nilai uang;
b. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut ini. Bandingkan
bentuk baku dan tidak baku.
Tidak Baku Baku
Duaratus tigapuluh lima orang Dua ratus tiga puluh lima orang
Seratus empatpuluh delapan Seratus empat uluh delapan
Satu dua per tiga Satu dua pertiga
Satu dua per sepuluh Satu dua persepuluh
Delapan tiga per lima Delapan tiga perlima
6 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
c. Penulisan kata bilanggan tingkah dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
Contoh
Bentuk tidak baku
1. Abad XX ini di kenal juga seebagai abad teknologi.
2. Abad ke – 20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3. Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
Bentuk baku
1) Abad XXI ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
2) Abad ke-21 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3) Abad kedua puluh satu ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
d. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an dan lambang bilangan yang dapat
dinyatakkan dengan satu-dua kata, bila ditulis dengan huruf mengikuti cara sebagai
berikut
Contohnya:
1) angkatan 50-an
2) keluaran tahun 70-an
3) burhan membeli tiga belas ekor ayam jantan
3. Pemakaian Tanda Baca
3.1 Tanda titik (.)
Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat, singkatan nama rang, singkatan yang sudah
umum dan singkatan gelar, pangkat dan jabatan .
Contohnya:
a. Dkk. A.n. d.a. tsb. Dsb. S.d.
b. Sdr. Ketua yang terhormat.
c. Dr.(doktor), dr.(dokter), Drh. (dokter hewan), Drg. (dokter gigi).
7 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
3.2 Tanda Koma (,)
Ada dua ketentuan yang menyangkut pemakaian tanda koma dalam tulisan, yaitu : (1) tanda
koma wajib digunakan dan (2) tanda koma tidak boleh digunakan.
1. Tanda koma wajib digunakan untuk kalimat unsure – unsure dalam suatu pembilanggan
dan pada kalimat majemuk.
Contoh :
A. Air kelapa diberi bumbum lengkuas, daun salam, bawang putih dan garam.
B. Dosen menerangkan EYD, dan mahasiswa memperhatikan materi tersebut penuh
semangat.
C. Ia memilih melanjutkan studi ke Jerman, kemudian ia melaporkan pilihannya itu kepada
rector di unuversitasnya.
2. Tanda koma tidak di gunakan pada kalimat majemuk bertingkat diawali dengan induk
kalimat.
Contoh :
Ia membatalkan rencana itu karena harus menyelesaikan tugasnya.
3.3 Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai penganti kata penghubung.
Contoh :
Ayah membaca Koran di ruang tamu; Ibu mengurus tanaman bunga dikebun.
3.4 Tanda Titik Dua (:)
Titik dua sering digunakan secara tepat, terutama dalam kalimat yang menggandung rincian. Hal
itu tidak akan terjadi jika para penulis memperhatikan kaidah berikut.
8 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
A. Tanda titik ddua digunkan pada kalimat lengkap yang diberi rincian berupa kata atau
prasa.
B. Titik dua tidak digunakan sebelum rincian yang merupakan pelengkap kalimat yang
mengakhiri pernyataan.
C. Titik dua harus diganti dengan titik satu pada kalimat lengkap yang diikuti suatu rincian
berupa kalimat lengkap, dan tanda akhir rincian diakhiri.
3.5 Tanda Hubung ( - )
Tanda hubung digunakan untuk (a) memperjelas hubungan antara bagian-bagian ungkapan ; (b)
untuk merangkaikan se- dengan kata yang berhuruf awal huruf capital; ( c ) merangkaikan ke-
dengan angka penunjuk bilanggan tingkat; ( d ) perangkai angka dengan akhiran- an; dan ( e )
untuk merangkaikan afisk- awalan dengan kata yang berhurup awal huruf kapital atau hurup
kapital singkatan.
3.6 Tanda Pisah ( - )
Tanda pisah diguunakan untuk mengapit kata atau kalimat yang disisipkan sebagai penjelasan;
atau menegaskan adanya keterangan aposisi; atau keterangan lain sehingga kalimat menjadi
semakin jelas. Bila dipakai diantara dua bilangan atau tanggal tanda pisah itu berarti ‘sampai
dengan’; atau bila ditempatkan diantara nama dua kota berarti ‘ke’ atau ‘sampai’.
3.7 Tanda Petik (“…”)
Tanda petik digunakan untuk mengapit kutipan langsung yang kurang dari lima baris; untuk
menandai judul artikel, judul lagu, judul syair, dan mengapit suatu kata atau istilah yang
mempunyai ati khusus.
9 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
3.8 Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik atau tanda kutip tunggal digunakan untuk mengapit kata bahasa Indonesia yang
merupakan padanan kata bahasa asing yang dituliskan bersama-sama. Kata asingnya dicetak
miring kata padanannya diapit oleh dua tanda petik tunggal.
10 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa tulis memiliki karakteristik yang sangat jauh berbeda dengan
karakteristik bahasa lisan. Didalam bahasa lisan, makna kalimat akan lebih mudah dipahami
karena ada ekspresi pembicaraan, intonasi, dan gerak-gerik tubuh pembicara yang membantu
pemahaman penyimak. Dalam penerapan kaedah bahasa tulis kita dapat memperhatikan
beberapa hal seperti memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar,tanda baca yang
benar,lalu kita harus memperhatikan kata dasar.
3.2 Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah pemahaman tentang kaidah bahasa
tulis yang benar kiranya dapat membantu kita untuk meningkatkan kualitas berbahasa yang baik.
Dengan demikian,kita dapat menggunakan penulisan yang baik dan benar saat kita membuat
suatu karya tulis.
11 Penerapan Kaidah Bahasa Tulis
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kebahasaan PGSD. 2013. Bahasa Indonesia. Tamgerang : Universitas Muhammadiyah
Tangerang
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Daeng Nurjamal dkk. 2014. Terampil Berbahasa. Bandung : Alfabeta
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Cetakan ke-3 edisi revisi 2012. Jakarta : Grasindo