Makalah bahaya kehamilan

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan yang benar. Karena ini semua berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas itu. Ini terbukti dengan angka kematian yang tinggi di negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan memacu untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan. Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit komplikasi dan lain-lain. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu. Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan untuk mengurangi penyulit saat inpartu. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan

Transcript of Makalah bahaya kehamilan

Page 1: Makalah bahaya kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia. Dalam

melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan yang benar. Karena

ini semua berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas itu. Ini terbukti dengan angka

kematian yang tinggi di negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support dan

memacu untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.

Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang

mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk mencegah

dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit komplikasi dan

lain-lain.

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan

sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara

penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya

kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan

yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care

diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.

Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya

disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk itu

ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan

untuk mengurangi penyulit saat inpartu.

Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan

neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memeberikan pelayanan sesuai dengan

standart yang diterapkan.

1.2  Rumusan Masalah

            Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Apa saja gangguang-gangguan yang dapat

terjadi saat kehamilan?

1.3  Tujuan Penyusunan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui

gangguang-gangguan yang dapat terjadi saat kehamilan.

1.4  Manfaat Penyusunan

Page 2: Makalah bahaya kehamilan

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Dapat mengetahui

gangguang-gangguan yang dapat terjadi saat kehamilan.

   

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  PATOLOGI KEHAMILAN

Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu

saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan

dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan

bagian tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi

anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji

perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologis tubuh.

Patologi anatomi adalah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit

berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel.

Di banyak negri, dokter yang berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi

klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.

Patologi anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara

klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pameriksaan visual

kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang

dimanfaatkan untuk menvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan dikelilingi sel. Kini,

patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperolah informasi klinis

tambahan dari spesimen yang sama. Ada beberapa macam patologi kebidanan yang harus di

antisipasi oleh setiap bidan dan tenaga kesehatan lainnya : patologi kehamilan, patologi

persalinan, patologi nifas, asuhan kebidanan patologi. Patologi kehamilan terdiri atas : Mola

hidatidosa, Ketuban pecah dini, Abortus, Kehamilan lewat waktu, Persalinan preterm,

Kehamilan ektopik, Solusio plasenta, Pre eklamsia, Eklamsia, Plasenta previa (Sujiatini, 2009).

Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang

dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau

tidakterdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

2.2 KOMPLIKASI-KOMPLIKASI SEBAGAI AKIBAT LANGSUNG KEHAMILAN

A. Gestosis

1. Hiperemesis Gravidarum

a. Definisi

Page 3: Makalah bahaya kehamilan

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu

pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan

yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid

terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala

ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009:40).

b. Etiologi

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengarui

oleh berbagai faktor berikut ini:

1.        Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.

2.        Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat

kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.

3.        Faktor psikologis

c. Patofisiologi

Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah

sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang terjadi secara terus menerus

dapat mengakibatkan dehidrasi,hiponatremia, hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang

selanjutnya mengakibatkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan

menyebabkan tertimbunya zat toksik.

Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak

sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan

selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.Selaput lendir esophagus dan

lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss),sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal

(Mitayani, 2009:40-41).

d. Manifestasi klinis

Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga

tingkatan:

1. Tingkat I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,menimbulkan rasa lemah,

penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya

naik menjadi 100 kali/menit,tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan

mata cekung.

2. Tingkat II

Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh terkadang

naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi,

oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.

3. Tingkat III

Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil,

suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.

Page 4: Makalah bahaya kehamilan

e. Penatalaksanaan

Bila pencegahan tidak berhasil, maka diprlukan pengobatan dengan tahapan sebagai

berikut:

1.        Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori

diberiakan secara perenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter

sehahri.

2.        Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.

3.        Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum sedikit demi sedikit.

4.        Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.

5.        Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida,

atau klopromazin.

6.        Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bias disembuhkan serta

menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi hiperemasis

(Mitayani,2009:40-41).

2. Preeklampsia-eklampsia

a. Pengertian Pre Eklamsi dan Eklamsi

Pre Eklamsi dan Eklamsi adalah : Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu

hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu : hipertensi, proteinuria, dan

odema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.pada ibu, namun hal tersebut tidak

menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.(Muchtar. 1998. hal. 272-

273 ).

Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan

gejala utama penyakit hipertensi yang akut pada wanita hamil dan dalam masa nifas. Pada

tingkat tanpa kejang disebut pre eklamsia dan pada tingkat dengan kejang disebut eklamsi

(Djamhoer. 2005.hal. 68).

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa pre eklamsi dan eklamsi

merupakan merupakan penyakit yang dapat timbul pada saat kehamilan.

b. Etiologi

Faktor pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun. Distensi rahim berlebihan

pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil mola, Penyakit yang menyertai kehamilan

seperti diabetes mellitus, dan kegemukan.

c. Gejala Klinis

Kenaikan tekanan darah, Odema kaki, tangan sampai muka, Terjadi gejala

subjektif : Kenaikan tekanan darah, Penglihatan kabur, Nyeri pada epigastium, Sesak nafas,

Berkurangnya urin, Penurunan kesadaran ibu hamil sampai koma, Terjadinya kejang.

d. Komplikasi

1) Komplikasi pada ibu: Lidah tergigit, Terjadi perlukaan dan fraktur, Gangguan pernafasan,

Page 5: Makalah bahaya kehamilan

Perdarahan otak, Solusio plasenta, Merangsang persalinan.

2) Komplikasi pada janin: Kematian bayi dalam kandungan (KJDK), Lahir prematur.

B. Perdarahan dalam kehamilan

Perdarahan Hamil Muda

1. Abortus

a. Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang

dari 500 gram (Murray,2002).

b. Etiologi

Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :

1.        Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelaina kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna,

dan pengaruh luar.

2.        Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.

3.        Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks,

dan retroversion uterus.

4.        Kelainan plasenta.

c. Klasifikasi

Klasifikasi abortus dalah sebagai berikut :

1.        Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.

2.        Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

3.        Abortus inkompletus adalah pengeliaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.

4.        Abortus kompletus adalan abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan.

5.        Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus

ekternum yang tidak membuka, sehinga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus

menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding.

6.        Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak

dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

7.        Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.

8.        Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam

peredaran darah atau peritoneum.

d. Manifestasi klinis

Page 6: Makalah bahaya kehamilan

Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang

perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas

dan keluhan rasa perut nyeri bagian bawah.

e. Penatalaksanaan

Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama

kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi. Tetapi intravena atau

transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk

mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin

tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda

sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani, 2009:22-23).

2. Mola Hidatidosa

a. Definisi

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda

berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah

anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam,

dkk, 1998:238 dalam Sujiatini,2009).

Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas

plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.

Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumot jinak yang terjadi

sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan permukaan

membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).

b. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah

:

1.        Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2.        Imunoselektif dari tropobalast.

3.        Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.

4.        Kekurangan protein.

5.        Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam, 1998: 238 dalam

Sujiyatini,2009).

c. Patofisiologi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1.        Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

2.        Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit

trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi

gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya

Page 7: Makalah bahaya kehamilan

terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah

abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang berlebihan ke

dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola

hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak

adanya embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal yang terus-

menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya

selama pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).

d. Gambaran klinik

Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola hidatidosa” adalah:

1.        Amenore dan tanda-tanda kehamilan.

2.        Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut

kadang keluar gelembung mola.

3.        Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

4.        Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus

membesar setinggi pusat atau lebih.

5.        Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu (Mansjoer, Arif, dkk,

2001:266 dalam sujiyatini, 2009).

e. Penatalaksanaan Medik

1.        Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah : Diagnosis dini kan

menguntungkan prognosis.

2.        Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. Pada

fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan

focus pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak teratus atau spotting,

c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan

pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.

3.        Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.

4.        Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi uterus).

5.        Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009:8-9).

3. Kehamilan Ektopik

a. Definisi       

Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.

Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian

kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).

b. Etiologi

Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang memegang

peranan adalah sebagai berikut.

1.        Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.

Page 8: Makalah bahaya kehamilan

2.        Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba congenital.

3.        Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.

4.        Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.

c. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah senagai berikut :

1.        Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukkan

gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang

tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan lembek, walaupun

mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi

karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.

2.        Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang tiba-tiba

dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat

diagnosisnya.

3.        Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut

bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang

menyebabkan ibu pingsan dan masuk dalam syok.

4.        Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan

ektopik tergamggu (KET). Hal ini menunjukkan kematian janin.

5.        Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore

bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi (Mitayani, 2009:30).

d. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi.dalam tindakan

demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:

1.        Kondisi ibu pada saat itu

2.        Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.

3.        Lokasi kehamilan ektopik.

4.        Kondisi anatomis organ pelvis.

5.        Kemampuan teknik bedah mikro dokter.

6.        Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada

kehamilan tuba Atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk,

misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik

di pars ampularis tuba yang belim pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi

untuk menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009:29-31).

Perdarahan Hamil Tua

1. Plasenta Previa

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar

Page 9: Makalah bahaya kehamilan

dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang

pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport

aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin.

Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan

menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan

pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,

yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir

(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki

Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal

plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri

(Prawirohardjo, 2008).

Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang

meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :

1. Umur

2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)

3. Hipoplasia endometrium

4. Korpus luteum bereaksi lambat

5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium

6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta

7. Kehamilan kembar

8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui

pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan

anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat

berubah setiap waktu misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang

lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang

menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment opname” yaitu saat penderita

diperiksa (Mochtar, 2002).

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

1.        Plasenta previa totalis, Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.

2.        Plasenta previa parsialis, Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri

internum.

3.        Plasenta previa marginalis, Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri

internum.

4.        Plasenta previa letak rendah, Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium

uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).

Page 10: Makalah bahaya kehamilan

a. Pengertian

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang

abnormal: yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya

pembukaan jalan lahir (Mochtar.1998. Hal. 269). Plasenta Previa adalah plasenta yang

berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya ostium uteri internumn (prae

= didepan, vias=jalan) (Djamhoer. 2005. hal. 83).

Dari beberapa defenisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa merupakan

plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.

b. Etiologi

Faktor pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun (usia tua).

Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang. Adanya tumor seperti mioma uteri

dan polip endometrium. Kadang-kadang pada ibu yang malnutrisi.

c. Gejala Klinis

Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada perdarahan

yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari encer sampai menggumpal

(Muchtar. 1998. hal. 272-273 ).

d. Komplikasi

Komplikasi pada ibu adalah : Letak janin tidak normal, sehingga menyebabkan partus

akan menjadi patologik, Perdarahan sampai syok, Infeksi karena perdarahan yang banyak,

Robekan-robek jalan lahir.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau mati (KJDK),

(Muchtar.1998. hal. 272-273 ).

2. Solusio Plasenta

a. Pengertian

Solusio plasenta adalah: pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang

normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi pada setiap waktu setelah

kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002. hal. 274).

Solusio plasenta adalah: pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari tempatnya

berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998. hal. 110). Solusio plasenta adalah: suatu

keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.

Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.

Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae, abruption plasentae,

accidental hemorrhage dan premature separation of the normali implated placent (Mochtar.

1998. hal. 297).

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa solusio plasenta merupakan

lepasnya plasenta dari tempatnya yang normal dan pelepasan terjadi pada saat janin belum lahir.

b. Etiologi

Page 11: Makalah bahaya kehamilan

Faktor pencetus predisposisi terjadinya adalah: Hamil pada pada usia tua diatas 35

tahun, Mempunyai tekanan darah tinggi., Bersamaan dengan terjadinya pre eklamsia dan

eklamsia., Dan trauma langsung lainya., Tali pusat yang pendek (Hanifa. 1999. hal. 377).

c. Gejala klinisnya adalah:

Perdarahan dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerakan janin berkurang/tidak terasa

lagi bergerak, Pada palpasi gerakan janin sulit diraba., Auskultasi jantung janin (-) / tidak

terdengar, Dinding perut sakit, Pada pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol,Uterus

terjadi ganguan kontraksi dan atonia uteri (Manuaba. 1998. hal. 256-260).

d.Komplikasi

Komplikasi pada ibu : Perdarahan dapat menimbulkan : Variasi turunya tekanan darah

sampai keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anenis bahkan

sampai syok. Keadaan bervariasi dari baik sampai koma, Gangguan pembekuan darah dapat

menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah yang menyebabkan pembekuan

darah intravaskuler dan disertai hemolisis. Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen

dapat mengganggu pembekuan darah. Oliguria terjadi sumbatan glomerulus ginjal dan dapat

menimbulkan produksi urin makin berkurang, perdarahan postpartum, Pada solusio plasenta

sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah kedalam otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi

dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan pembekuan darah dapat menambah

beratnya perdarahan.

Komplikasi pada janin yang dikandung adalah : Perdarahan yang tertimbun dibelakang

plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah janin, sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan

sampai berat, juga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Manuaba. 1998. hal.

261-262).

C. Kelainan dalam lamanya kehamilan

1. Partus Prematurus

Firmansyah (2006) mengatakan  partus prematur adalah kelahiran bayi  pada saat masa

kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998)

partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000

sampai 2500 gram. Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37

minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003). Sedangkan

menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah persalinan yang terjadi di bawah umur

kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500 gram.

Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Partus Prematurus

adalah persalinan yang terjadi pada saat usia kehamilan ibu 20 sampai  37 minggu dengan berat

badan bayi kurang dari 2500 gram.

Menurut Manuaba (1998), faktor predisposisi partus prematurus adalah sebagai berikut:

1. Faktor ibu

Page 12: Makalah bahaya kehamilan

Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan

bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh

darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.

2. Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil

seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.

3. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

Pencegahan

a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur

b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan

preterm.

c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,

memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,

menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui

dan diawasi / diobati.

d. Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba,

1998).

Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan mengambil langkah-

langkah berikut ini :

a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).

b. Perbaiki keadaan sosial ekonomi

c. Cegah infeksi saluran kencing

d. Berikan makana ibu yang baik, cukup lemak , dan protein

e. Cuti hamil

f. Prenatal care yang baik dan teratur

g. Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak

2. Partus Serotinus

Menurut Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi

waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu

atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Menurut Parwirohardjo (2005), kehamilan lewat

waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu. Jadi

dari pengertian diatas dapat disimpulkan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari

42 minggu.

Etiologi : Etiologi belum diketahui  secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah

hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan

Page 13: Makalah bahaya kehamilan

sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena

postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).

Patofisiologi Serotinus :Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin

sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan

kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran

CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba,

1998).

Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Biasanya

terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila tanggal hari

pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila

wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan

USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air

ketuban (Muchtar, 1998).

Menurut Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :

a). Terhadap Ibu :

Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir,

maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.

b). Terhadap Bayi :

Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari

kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh

postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan

ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam

kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage.

D. Kehamilan Ganda

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kejadian kehamilan ganda

dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur dan paritas.

Gejala dan tanda: Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan,

gerakan janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi bagian kecil

teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen, terdengar 2 denyut

jantung janin.

Penanganan dalam kehamilan: Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan

kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

E. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila

ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada

kehamilan prematur (Sarwono, 2008).

Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes

Page 14: Makalah bahaya kehamilan

(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Sebagian besar

ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu

banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini, Meskipun banyak publikasi tentang

ketuban pecah dini (KPD), namun penyebabnya secara langsung masih belum diketahui dan tidak

dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat

dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit diketahui (Sualman, 2009).

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan

peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia

yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena selaput ketuban rapuh.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester tiga selaput ketuban

mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi

rahim, dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.

Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,

misalnya infeksi yang menjalar dari vagina (Sarwono, 2008).

Tanda dan Gejala : Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini

adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak

seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan

demam/menggigil, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami amnionitis

(Saifuddin, 2002).

2.3 PENYAKIT DAN KELAINAN YANG TIDAK LANGSUNG BERHUBUNGAN DENGAN

KEHAMILAN

1. Anemia

Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses

persalinan (BKKBN, 2003, p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 g

% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak

buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin,

cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008, p. 281).

Gejala dan tanda: Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi

masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh

yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009)

Penanganan umum: Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi

makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen

besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, p. 187).

2. Malaria

Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat

mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran.

Page 15: Makalah bahaya kehamilan

Gejala dan tanda: Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan malaria berat

lainnya.

Penanganan: Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300

mg/minggu.

3. TBC paru

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium

tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan

perubahan pada sistem pernafasan.

Gejala dan tanda: Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering.

Penanganan: Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan

wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal.

Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah

sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan

makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur. (Mansjoer, 2001, p. 287).

4. Penyakit jantung

Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-hati. Jangan sampai

terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa berkurang.

Gejala dan tanda: Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak napas apabila

disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda, dan

mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.

5. Diabetes mellitus

Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam

jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal.

Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari

darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.

Gejala dan tanda: Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami

cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat

napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning.

Penanganan: Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus

memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi

penyakit pada penderita penyakit ini. (Prawirohardjo, 2008, p. 290).

6. Infeksi menular seksual pada kehamilan

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut (Sjaiful,

2008, p. 921).

  

BAB III

PENUTUP

Page 16: Makalah bahaya kehamilan

3.1       Kesimpulan

Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu

saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga

mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah

merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6

minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual

muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani,

2009:40). Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya bahaya

yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau

tidakterdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

3.2       Saran

Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya

disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk itu

ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan

untuk mengurangi penyulit saat inpartu. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk

memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil

memeberikan pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.