Makalah Asma
-
Upload
ahid-safitra -
Category
Documents
-
view
118 -
download
18
description
Transcript of Makalah Asma
KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ASMHA BRONKILE dan TERAPI-
TERAPI KOMPLEMENTER ASMHA BRONKILE
OLEH
1. Shilvia Nisa Noviantika (04121003002)
2. Tri Hartati (04121003010)
3. Made Ayu Hariati (04121003049)
Dosen Pengajar : Putri Widita, S.Kep.,Ns.,M.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data WHO pada tahun 2006 sebanyak 300 juta penduduk dunia
merupakan penyandang asma dan 225 ribu meninggal karena asma. Sebanyak 80
% angka kejadian asma terjadi dinegara berkembang hal tersebut terjadi karena
kemiskinan, kurang pengetahuan dan tingkat pendidikan serta fasilitas
pengobatan.
Pemahaman masyarakat mengenai asma masih belum memadai. Akibatnya
berkembang mitos dan pengobatan yang tidak sesuai semakin aneh
pengobatannya semakin dipercaya masayarakat. Berbagai macam metode
digunakan untuk mengurangi risiko stasis sekresi pulmonar dan mengurangi
risiko penurunan pengembangan dinding dada. Kemajuan di bidang farmakologi
dan terapi dalam pengobatan maupun pencegahan asma, mampu mengurangi
angka insidensi. Namun, semakin majuobat yang ditemukan seiring dengan
bertambahnya biaya dan obat harus dikonsumsi setiap kali terjadi serangan.
Pada usia lanjut terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan anatomi-fisiologi
sistem pernapasan, perubahan daya tahan tubuh, perubahan metabolik tubuh, dan
perubahan lainnya yang memudahkan timbulnya penyakit pernapasan, salah
satunya adalah asma. Pada usia lanjut seseorang juga akan mengalami
kemunduran mental. Pada beberapa individu, stres atau gangguanemosi dapat
menjadi pencetus serangan asma dan bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Stres dapat mengantarkan seseorang pada tingkat kecemasan sehingga
memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien, yang menyebabkan penyempitan
saluran napas dimana ditandai dengan sakit tenggorokan dan sesak napas, yang
pada gilirannya bisa memicu serangan asma.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang
disebabkan oleh penyempitan yang intermitten pada saluran napas di banyak
tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara, sedangkan menurut Surya
(1990), asma adalah obstruksi jalan napas generalisata yang bervariasi dalam hal
spontanitas atau responnya terhadap pengobatan.
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten
yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan
mengi (Baughman, 2000). Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran
nafas yang memberikan gejala–gejala batuk, mengi, dan sesak nafas
(Somantri,2009:52).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.(Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves,
2001 : 48)
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea
dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan (The amarican Thoracic Socieyt,
1962).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai
oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus.(Huddak & Gallo, 1997 )
B. Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu :
1. Asma esktrinsik (Atopic/ Ekstrinsik)
Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang
encer) hay fever dan eksema dapat timbul pada penderita yang
berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap alergen yaitu bahan yang
terdapat dalam udara. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari
dari bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.
2. Asma bronkhial intrinsik (Nonatopic/ Intrinsik)
sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang
menjadi penyebabnya tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari
bronkus terhadap sejumlah stimulus yang non alergi, misal : infeksi
virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang kegiatan jasmani, kadang-
kadang karena menghirup udara dingin.
C. Etiologi
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru,
penyebab asma yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara
imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih
alergen, atau peningkatan kadar IgE serum).
b. Riwayat keluarga
Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu
rumah (dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing,
bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya
b. Infeksi saluran pernapasan
Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya,
1990). Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus.
Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling
sering menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan, dua pertiga
penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh Infeksi
saluran pernapasan (Sundaru, 1991).
c. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak
orang yang medapatkan tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma
terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih
menonjol pada wanita dan anak-anak (Yunus,1994).
d. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma
bila melakukan olaharga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani
(exercise induced asma – EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas
fisik yang cukup berat.
e. Suhu udara
Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan
beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara
dingin menjadi panas ataupun sebaliknya.
f. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/
kendaraan, asap rokok, asap yang mendandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal serta bau yang tajam.
g. Musim
Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui
terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen “air borne”
musiman.
h. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa
makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam
makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain
dalam anggur).
i. Obat-obatan
Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada,
analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan
asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga mempunyai polip
hidung.
j. Lingkungan kerja
Merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan
asma bronkhial (Sundaru, 1991).
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma (Samekto,
2002) disebabkan oleh adanya proses :
1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)
2. Adanya hiperreaktifitas bronkus
3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman (2002) adalah :
1. Gejala umum
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi
2. Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih
kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.
g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat menghilang secara spontan
3. Tanda-tanda lanjut
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia
dan desakan nadi melebar)
4. Reaksi yang berhubungan
a. Eksem
b. Urtikaria
c. Edema angioneurotik
F. Penatalaksanaan
Nonfarmakologi
a) Penyuluhan
Bertujuan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma
sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus,
menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada
pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c) Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan postural draniase, perkusi, dan fibrasi dada.
Farmakologi
a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknyta aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan
metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c) Kortikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon
yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang
lama harus diawasi dengan ketat.
Menurut Baughman (2000) adalah :
1. Terapi obat
- Agonis beta
- Metilsantin
- Antikolinergik
- Kortikosteroid
- Inhibitor sel mast
2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan
anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global
Initiative for Asthma) sebagai berikut :
Menurut Samekto (2000)
Tujuan umum terapi asma adalah :
a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari
b. Pertahankan faal paru mendekati normal
c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi
d. Hindari efek samping obat-obatan asma
3. Pencegahan
Menurut Baughman (2000) adalah :
a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan
b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan
terjadi pada malam hari
c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari
rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang
d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal :
tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika
memungkinkan ubah zona iklim
e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan
inspirasi udara pada 37ºC dan kelembaban relatif 100%
f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang
menyebabkan serangan
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah :
1. Foto ronsen data
Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada
asma yang berat dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan
penebalan dinding dada) atau jika tak terjadi komplikasi, seperti
aspergilosis bronkhopulmonal.
2. Pemeriksaan laboratorium
- Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)
- Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden
- Tes kulit dengan alergen
- Pengukuran kadar IgE serum
3. Pemeriksaan Radiologi
- Normal atau hiperinflasi
- Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak,
pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum, dan lain-lain
4. Tes provokasi bronkus
Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :
- Provokasi beban kerja
- Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin
- Provokasi inhalasi dengan bahan :
a. Spesifik : alergen tertentu
b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5. Anlisa gas darah
Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma
atau gagal nafas.
6. Pemeriksaan EKG
Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap
jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Format Pengkajian Keperawatan Gerontik
1. Identitas Klien
Nama : Erma Senarobe
Umur : 70 tahun
Alamat : Perumahan Mutiara Indah 2 No.56
Indralaya, Ogan Ilir
Pendidikan : SLTP
Tanggal pengkajian : 17 Oktober 2012
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Komering
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
2. Status kesehatan saat ini :
a. Nutrisi :
Berapa kali makan dalam sehari : 2 x/hari
Satu porsi habis atau tidak : habis
Berapa kalori / hari : 1700 kalori
b. Cairan dan elektrolit :
Berapa liter minum / hari : 8 gelas /hari
Jenis cairan : air mineral
c. Aktivitas : pedagang sembako
Keluhan-keluhan kesehatan utama (sekarang) PQRS
P (provocation) : pada saat udara dingin, klien sesak nafas
Q (quality) : sesak seperti ditekan
R (radiation) : dinyeri tidak menjalar ke seluruh tubuh, hanya
disekitar sternum
S (Severity) : nyeri skala 2
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Nutrisi :
Berapa kali makan dalam sehari : 2 x/hari
Satu porsi habis atau tidak : habis
Berapa kalori sehari : 2100 kalori
b. Cairan dan elektrolit :
Berapa liter minum sehari : 8 gelas /hari
Jenis cairan : air mineral
c. Aktivitas : pedagang sembako
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram :
Kel. Baharudin Kel.
Sutiyoso
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
Dan : asma
: tuberkulosis paru
: tinggal satu rumah
Ibu Erma tinggal bersama anak bungsunya, suami anaknya, dan seorang
cucu. Anaknya bekerja sebagai guru SMA dan suami dari anaknya bekerja
sebagai pegawai Bank Swasta. Cucunya masih duduk di SMP kelas IX
(Sembilan).
5. Tinjau sistem
Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang terdapat pada
klien
Keadaan umum : tubuhnya kurus, composmentis.
Integumen : hiperpigmentasi, kulit mengkerut.
Sistem hemopeutik : normal
Kepala : simetris.
Mata : simetris, penglihatan tajam.
Telinga : simetris antara telinga kanan dan kiri,
pendengaran baik.
Mulut dan tenggorokan : bibir tampak kering.
Leher : tidak ada penyakit tiroid.
Payudara : jaringan payudara berkurang, kondisi
menggantung, dan kendur.
Sistem pernapasan : RR 26x per menit, saat dilakukan
pemeriksaan terdengar suara mengi dan retraksi dinding dada, dyspnea
jika udara dingin.
Sistem kardiovaskuler : Nadi 80x per menit, TD 100/70 mmHg.
Sistem gastrointestinal : tidak ada benjolan pada abdomen.
Sistem perkemihan : BAK 7-8x per hari, tidak ada disuria.
Sistem genitoreproduksi : Tidak diperiksa.
Sistem musculoskeletal : Kekuatan otot menurun.
Sistem saraf : GCS 15(eye = 4, motor = 6, verba = 5),
dapat berjalan seimbang dan lurus.
Sistem endokrin : Alergi terhadap udara dingin.
6. Pengkajian psikososial dan spiritual
1. psikososial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang baik, sikap klien
mampu bersosialisasi pada orang lain, dan cukup aktif dalam
lingkungan masyarakat disekitarnya.
2. identifikasi masalah emosional
Apakah klien mengalami susah tidur?
Klien sering mengalami susah tidur, biasanya pada malam hari
klien dapat tidur 5-6 jam.
Apakah klien merasa gelisah?
Klien merasa gelisah pada saat asma klien kambuh.
Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Klien tidak sering murung atau menangis sendiri. Klien
memiliki aktivitas yang baik dan di rumah klien tidak
sendirian, banyak hal yang mengisi keseharian klien dan
membuatnya tidak murung atau bersedih.
Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Klien sering was-was atau khawatir yang berkaitan dengan
asma yang di deritanya terlebih pada saat udara dingin.
Penjelasan pertanyaan diatas :
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 11 kali dalam 1
bulan?
Keluhan yang dirasakan klien sejak setahun yang lalu karena
penyakitnya.
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Tidak ada.
Cenderung mengurung diri?
Tidak ada.
a. Spiritual
Klien beragama Islam, kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan klien yaitu mengikuti pengajian dan yasinan.
Konsep/keyakinan klien tentang kematian bahwa hidup
dan mati sudah ada yang mengatur, harapan klien yaitu
klien ingin tetap menjalankan ibadahnya dengan baik agar
menjadi contoh bagi anak-anak dan cucu-cucunya.
7. Pengkajian fungsional klien
a. KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien?
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), Menggunakan pakaian,
pergi ketoilet, berpindah mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri Kecuali mandi, berpakaian dan salah satu lagi fungsi yang lain
E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan salah satu lagi fungsi yang
lain
F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, berpindah dan salah satu lagi
fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
H Lain – lain
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari
orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
Pasien mempunyai indeks kemandirian pada aktivitas sehari-hari
dengan skore A yaitu mampu dan mandiri dalam melakukan
makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah mandi.
b. Modifikasi dari Barthel
Termasuk yang manakah klien?
No Kriteria Dengan
Bantuan
Mandiri Keterangan Nilai
1. Makan 5 10 Frekuensi :3xseha
ri
Jumlah : sepiring
Jenis :
nasi,sayur,ikan
10
2. Minum 5 10 Frekuensi :
8gelas/hari
Jumlah : >2
Jenis : air mineral
10
3. Berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
5-10 15 Tidak
menggunakan
kursi roda
15
4. Personal toilet (cuci
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
0 5 Frekuensi :
2xsehari
5
5. Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
5 10 Melakukan
kegitan keluar
masuk toilet
mandiri, mencuci
pakaian sendiri,
10
menyeka tubuh
dan menyiram
6. Mandi 5 15 Frekuensi :
2xsehari
15
7. Jalan di permukaan
datar
0 5 Masih dapat
melakukannya
dengan baik
5
8. Naik turun tangga 5 10 Kurang bisa,
terasa lelah jika
menaiki tangga
yg jauh/tinggi
9
9. Mengenakan pakaian 5 10 Melakukan
mandiri
10
10. Kontrol bowl (BAB) 5 10 Frekuensi :1xseha
ri
Konsistensi :
tidak keras dan
tidak encer
9
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 7-
8xsehari
Warna : jernih
9
12. Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
1xsehari
Jenis : jalan pagi
9
13. Rekreasi/pemanfaatan
waktu luang
5 10 Frekuensi :
1xsehari
Jenis : nonton tv
10
JUMLAH SKORE 126
Interprestasi hasil :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
Skore 126 : Mandiri
8. Pengkajian status mental gerontik
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
SPMSQ (Short portable Mental Status Questioner)
Intruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini?
02 Hari apa hari ini?
Jawab:
03 Apa nama tempat ini?
04 Dimana alamat anda?
05 Berapa umur anda?
06 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)
07 Siapa presiden indonesia sekarang ini?
08 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
09 Siapa nama ibu anda?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Score total : 9
Interprestasi hasil :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
Skore salah 1 : Fungsi Intelektual Utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Orientasi
Registrasi
Perhatian
Kalkulasi
Mengingat kembali
Bahasa
No Aspek
Kognitif
Nilai
maksimal
Nilai
Klien
Kriteria
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang berada :
Negara Indonesia
Provinsi Sumsel
Kabupaten Ogan Ilir
Posyandu
Alamat rumah
2 Registrasi 3 3 Sebut 3 nama obyek (sebut oleh
pemeriksa), 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek, kemudian tanyaka kepada
klien ketiga obyek tadi (untuk di
sebut klien)
Pena
Kertas
Sandal
3 Perhatian
dan
kalkulasi
5 3 Minta klien untuk memulai dari
angka dari angka 100 kemudian di
kurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
93
86
79
72
65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek no.2 (registrasi) tadi.
Bila benar, 1 poin untuk masing-
masing obyek
5 Bahasa 9 7 Tunjukkan kepada klien suatu
benda dn tanyakan namanya pada
klien
(Pena)
(Kertas)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut “tak ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila nilai 1 poin
Pertanyaan benar 2 buah : tak ada,
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah :
Ambil kertas di tangan anda
Lipat 2 : Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 poin)
Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar
Tulis satu kalimat, Menyalin
gambar
Total nilai 20
Interpretasi hasil :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
13-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
Score total 20 :Gangguan Kognitif Sedang
9. Pengkajian keseimbangan untuk klien lanjut usia
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen yang utama dalam
bergerak. Dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa
gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut
adalah :
Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Komponen gaya berjalan atau gerakan
a. Perubahan posisi atau Gerakan Keseimbangan
Bangun dari kursi (dimaksudkan dalam analsis)*
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya ke atas dengan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Diberi nilai 1
Jika klien menunjukan kondisi diatas, diberi nilai 0 klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
0
Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)*
Menjatuhkan dari ke kursi, tidak duduk di tengah kursi.Beri nilai 1 jika
klien menunjukan kondisi di atas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukan kondisi tersebut.
Keterangan (*) kursi yang keras dan tanpa lengan
0
Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan mendorong
sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
Menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya.Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi
diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
0
Mata tertutup
Sama seperti diatas (periksa kepercayaan klien tentang input
penglihatan untuk keseimbangan). Beri nilai 1 jika klien menunjukkan
kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi diatas.
0
Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertilago, pusing, keadaan tidak stabil,
beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi tersebut.
0
Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk untuk mengambil obyek-obyek
kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa
berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun.
Beri nilai 1jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien
tidak menunjukkan kondisi tersebut.
0
b. Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan
Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
Ragu-ragu tersandung, memegang obyek untuk dukungan. Beri nilai 1
jika klien menunjukkan diatas, beri nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
0
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (≥2 inci). Beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan
kondisi tersebut.
0
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping
klien)
Setelah langkah-langkah awal tidak konsisten, memulai mengangkat
satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai. Beri nilai 1 jika
klien menunjkkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
0
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Panjang langkah tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki
langkah yang lebih panjang, masalah dapat terjadi pada pinggul, lutut,
pergelangan kaki, atau otot-otot di sekitasnya) beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan
kondisi tersebut.
0
Penyimpangan jalur pada saat terbalik (lebih baik diobservasi
dari belakang pasien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi. Beri
nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien
tidak menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan tersebut.
0
Interprestasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien dan dapat diinterprestasi
sebagai berikut :
0-5 : resiko jatuh rendah
6-10 : resiko jatuh sedang
11-15 : resiko jatuh tinggi
Dari tinetti, ME dan Ginter, SF hal 1191, 1998, Amerika Medical
Association
Evaluasi hasil praktek
Laporan tertulis hasil pengkajian respon yang meliputi : kondisi fisik,
fungsional, psikososial dan spiritual.
Analisa data
No Data Masalah
1. DS :
Pasien mengatakan susah
bernafas
Jika sesak napas sedang
kambuh, pasien susah untuk
beraktivitas
DO:
Retraksi dinding dada
Napas cuping hidung
Keluar secret saat batuk efektif
Terdengar suara mengi
Gangguan jalan nafas tidak
efektif
2. DS :
- Pasien mengatakan tidak tahu
faktor pencetus penyakitnya
- Pasien berpersepsi bahwa
asmanya akan sembuh sendiri
tanpa diobati jika kambuh
DO :
- Pasien tidak mampu
memodifikasi lingkungan
Kurang pengetahuan tentang
asma
- Lingkungan pasien terlihat kotor,
banyak debu, dekat dengan faktor
alergi pasien
3. DS:
- Pasien mengatakan ada riwayat
asma dikeluarga sebelumnya
- Pasien mengatakan dulu tidak
mengikuti imunisasi
- Pasien mengatakan sesak nafas
jika melakukan aktivitas berat
- Pasien mengatakan batuk pada
malam hari disertai keringat
dingin.
DO:
- Pasien ketika berbicara tampak
terengah-engah
- Posisi duduk kedua tangan
memegang lutut, badan
dicondongkan ke depan
- RR : 26 x/mnt
Resiko terjadi serangan asma
berulang
4. DS :
- Pasien mengatakan bahwa pasien
rentan terkena flu, demam, sakit
Resiko tinggi terhadap
infeksi
kepala
- Pasien mengatakan batuk pada
malam hari, kadang disertai
keringat dingin
DO :
- Rr : 26 x/mnt
- N : 80 x/mnt
5. DS :
- Pasien mengatakan bahwa pasien
belum mengerti dan belum tahu
bagaimana cara menanggulangi
asma
DO :
- Ketika ditanya bagaimana cara
mengatasi asma, pasien
mengatakan tidak tahu
- Fungsi intelektual sedang
- Pasien lansia berumur 70 tahun
Kurang pengetahuan
mengenai begaimana cara
mengatasi/menanggulangi
asma
10. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.
2. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.
Intervensi Keeperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme
Hasil yang diharapkan:
mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih danjelas.
Intervensi Rasional
Mandiri
Auskultasi bunyi nafas,
catat
adanya bunyi nafas, ex: mengi
Kaji / pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio
inspirasi /
ekspirasi.
Catat adanya derajat
dispnea,
ansietas, distress pernafasan,
penggunaan obat bantu.
Beberapa derajat spasme
bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dan
dapat/tidak dimanifestasikan
adanya nafas advertisius.
Tachipnea biasanya ada
pada
beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan
atau selama stress/ adanya
proses infeksi akut.
Disfungsi pernafasan
adalah
variable yang tergantung pada
tahap proses akut yang
menimbulkan perawatan di
Tempatkan posisi yang
nyaman
pada pasien, contoh :
meninggikan kepala tempat
tidur,
duduk pada sandara tempat
tidur
Pertahankan polusi
lingkungan
minimum, contoh: debu, asap
dll
Tingkatkan masukan
cairan
sampai dengan 3000 ml/ hari
sesuai toleransi jantung
memberikan air hangat.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai
rumah sakit.
Peninggian kepala
tempat
tidur memudahkan fungsi
pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
Pencetus tipe alergi
pernafasan dapat mentriger
episode akut.
Merelaksasikan otot
halus dan
menurunkan spasme jalan
nafas, mengi, dan produksi
mukosa.
dengan
indikasi bronkodilator.
2. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti
Hasil yang diharapkan :
menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi Rasional
Jelaskan tentang
penyakit
individu
Diskusikan obat
pernafasan,
efek samping dan reaksi yang
tidak diinginkan.
Tunjukkan tehnik
penggunaan inhakler.
Menurunkan ansietas
dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi
pada rencana
pengobatan.
Penting bagi pasien
memahami perbedaan
antara efek samping
mengganggu dan
merugikan.
Pemberian obat yang
tepat
meningkatkan keefektifanya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Di Australia, sekitar 100 penderita asma dengan hiperventilasi diberikan terapi
pernapasan dengan metode Buteyko dan hasilnya menunjukkan adanya penurunan
serangan sebesar 91%. Selain itu, dari beberapa penelitian juga diperoleh hasil
bahwa latihan dengan metode Buteyko dapat menurunkan penggunaan obat
bronkodilator hingga 96% dan obat steroid inhalasi hingga 49% setelah berlatih
selama 12 minggu.8 Permasalahan yang timbul adalah apakah latihan pernapasan
baik dengan metode Buteyko ataupun Senam Asma Indonesia juga dapat
memperbaiki fungsi paru penderita asma dewasa. Pada penelitian Denny (2007)
dengan subjek penelitian penderita asma bronkial dengan diagnosis asma persisten
derajat sedang, usia dewasa (20-50 tahun) dan terdaftar di Yayasan Asma
Indonesia Cabang Yogyakarta dan Bagian Rekam Medis Poliklinik Paru RSUP
Dr. Sardjito sampai bulan Januari 2003. Subjek tidak pernah mengikuti latihan
pernapasan metode apapun, bukan penderita penyakit jantung, epilepsi, penyakit
ginjal ataupun diabetes mellitus, serta bersedia untuk diteliti selama tiga bulan.
Subjek yang memenuhi kriteria dan bersedia menandatangani informed consent
berjumlah 18 orang.Latihan pernapasan menggunakan metode Buteyko serta
Senam Asma Indonesia dapat menurunkan tahanan terhadap aliran udara di
saluran napas pada penderita asma dewasa derajat persisten sedang setelah
berlatih selama tiga bulan, tetapi tidak dapat memperbaiki nilai kapasitas vital.
Latihan juga dapat menurunkan frekuensi serangan dan penggunaan
bronkodilator.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Reffi (2011) dengan sampel 33
orang dari 220 populasi dengan umur 41-50 tahun memperoleh hasil pemberian
posisi semi fowler pada pasien asma dapat efektif mengurangi sesak nafas. Hal ini
dapat diketahui melalui sebelum dan sesudah pemberian semi fowler ada
peningkatan pasien sesak nafas berat ke sesak nafas ringan sebanya 11 pasien
(33%). Pernapasan pada pasien asma yang mengalami sesak napas sebelum
diberikan posisi semi fowler, termasuk sesak nafas berat karena posisi tidur
telentang. Pernapasan pada pasien asma yang mengalami sesak napas sesudah
diberikan posisi semi fowler, termasuk sesak nafas ringan karena posisi tidur
dengan derajat kemiringan 45°. Hasil penelitian dengan perhitungan uji T-test <
0,006 didapatkan ada efektifitas pemberian posisi semi fowler pada pasien asma.
Menurut Rosma (2010), pada kelompok usia 45-64 tahun yang mana pada usia ini
terjadi perkembangan dan perubahan yang cepat yang mempengaruhi hipotalamus
dan mengakibatkan produksi kortisol menurun yang berhubungan dengan
kelainan inflamasi yang umumnya terjadi pada penderita asma. Ada hubungan
yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan serangan asma pada penderita
asma bronkial di BP4 Semarang (hasil uji X2 =17,814 dan p value=0,023).
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,Arif.(2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Agustining, Denny. Dkk. (2007). Latihan Pernapasan Dengan Metode Buteyko
Meningkatkan Nilai Force Expiratory Volume In 1 Second (%fev1)
Penderita Asma Dewasa Derajat Persisten Sedang. Berita Kedokteran
Masyarakat. 23(2). Hlm 52-57
Safitri, Reffi & Annisa Andriani. (2011). Keefektifan Pemberian Posisi Semi
fowler Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma Di Ruang
Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Gaster. 8(2).
hlm783-792
Digiulio, Mary. dkk.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha
Publishing.
Haq, Rosma Harinna.(2010). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Serangan
Asma Pada Penderita Asma Bronkial Dl BP4 Semarang. Jornal
KesMaDaSka.1(1).hlm 26-33
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik – ed 2. Jakarta : EGC.
Samekto, Widiastuti.(2002). Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Surya A, Djaja.(1990). Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara.
http://www.kompas.com diperoleh 25 Oktober 2008.
http://titisajikrisna.blogspot.com/2009/05/askep-gerontik-klien-dengan-
asma.html\