Makalah Asma

61
KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN ASMHA BRONKILE dan TERAPI- TERAPI KOMPLEMENTER ASMHA BRONKILE OLEH 1. Shilvia Nisa Noviantika (04121003002) 2. Tri Hartati (04121003010) 3. Made Ayu Hariati (04121003049) Dosen Pengajar : Putri Widita, S.Kep.,Ns.,M.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

gerontik

Transcript of Makalah Asma

Page 1: Makalah Asma

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN ASMHA BRONKILE dan TERAPI-

TERAPI KOMPLEMENTER ASMHA BRONKILE

OLEH

1. Shilvia Nisa Noviantika (04121003002)

2. Tri Hartati (04121003010)

3. Made Ayu Hariati (04121003049)

Dosen Pengajar : Putri Widita, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Makalah Asma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data WHO pada tahun 2006 sebanyak 300 juta penduduk dunia

merupakan penyandang asma dan 225 ribu meninggal karena asma. Sebanyak 80

% angka kejadian asma terjadi dinegara berkembang hal tersebut terjadi karena

kemiskinan, kurang pengetahuan dan tingkat pendidikan serta fasilitas

pengobatan.

Pemahaman masyarakat mengenai asma masih belum memadai. Akibatnya

berkembang mitos dan pengobatan yang tidak sesuai semakin aneh

pengobatannya semakin dipercaya masayarakat. Berbagai macam metode

digunakan untuk mengurangi risiko stasis sekresi pulmonar dan mengurangi

risiko penurunan pengembangan dinding dada. Kemajuan di bidang farmakologi

dan terapi dalam pengobatan maupun pencegahan asma, mampu mengurangi

angka insidensi. Namun, semakin majuobat yang ditemukan seiring dengan

bertambahnya biaya dan obat harus dikonsumsi setiap kali terjadi serangan.

Pada usia lanjut terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan anatomi-fisiologi

sistem pernapasan, perubahan daya tahan tubuh, perubahan metabolik tubuh, dan

perubahan lainnya yang memudahkan timbulnya penyakit pernapasan, salah

satunya adalah asma. Pada usia lanjut seseorang juga akan mengalami

kemunduran mental. Pada beberapa individu, stres atau gangguanemosi dapat

menjadi pencetus serangan asma dan bisa memperberat serangan asma yang sudah

ada. Stres dapat mengantarkan seseorang pada tingkat kecemasan sehingga

Page 3: Makalah Asma

memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien, yang menyebabkan penyempitan

saluran napas dimana ditandai dengan sakit tenggorokan dan sesak napas, yang

pada gilirannya bisa memicu serangan asma.

Page 4: Makalah Asma

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang

disebabkan oleh penyempitan yang intermitten pada saluran napas di banyak

tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara, sedangkan menurut Surya

(1990), asma adalah obstruksi jalan napas generalisata yang bervariasi dalam hal

spontanitas atau responnya terhadap pengobatan.

Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten

yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan

mengi (Baughman, 2000). Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran

nafas yang memberikan gejala–gejala batuk, mengi, dan sesak nafas

(Somantri,2009:52).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel

dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu.(Smeltzer, 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi

ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves,

2001 : 48)

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea

dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya

penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara

spontan maupun sebagai hasil pengobatan (The amarican Thoracic Socieyt,

1962).

Page 5: Makalah Asma

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai

oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran

udara dan penurunan ventilasi alveolus.(Huddak & Gallo, 1997 )

B. Klasifikasi

Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu :

1. Asma esktrinsik (Atopic/ Ekstrinsik)

Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang

encer) hay fever dan eksema dapat timbul pada penderita yang

berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap alergen yaitu bahan yang

terdapat dalam udara. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari

dari bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.

2. Asma bronkhial intrinsik (Nonatopic/ Intrinsik)

sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang

menjadi penyebabnya tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari

bronkus terhadap sejumlah stimulus yang non alergi, misal : infeksi

virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang kegiatan jasmani, kadang-

kadang karena menghirup udara dingin.

C. Etiologi

Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru,

penyebab asma yaitu :

1. Faktor Predisposisi

a.  Atopi

Page 6: Makalah Asma

Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara

imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih

alergen, atau peningkatan kadar IgE serum).

b.  Riwayat keluarga

Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis.

2. Faktor Presipitasi

a. Alergen

Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat

menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu

rumah (dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing,

bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya

b. Infeksi saluran pernapasan

Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya,

1990). Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus.

Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling

sering menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan, dua pertiga

penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh Infeksi

saluran pernapasan (Sundaru, 1991).

c. Tekanan jiwa

Tekanan jiwa penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak

orang yang medapatkan tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita

asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma

Page 7: Makalah Asma

terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih

menonjol pada wanita dan anak-anak (Yunus,1994).

d. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat

Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma

bila melakukan olaharga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari

cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah

menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani

(exercise induced asma – EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas

fisik yang cukup berat.

e. Suhu udara

Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan

beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara

dingin menjadi panas ataupun sebaliknya.

f. Polusi udara

Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/

kendaraan, asap rokok, asap yang mendandung hasil pembakaran dan

oksida fotokemikal serta bau yang tajam.

g. Musim

Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui

terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen “air borne”

musiman.

h. Makanan dan minuman

Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa

makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam

Page 8: Makalah Asma

makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain

dalam anggur).

i. Obat-obatan

Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada,

analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan

asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga mempunyai polip

hidung.

j. Lingkungan kerja

Merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan

asma bronkhial (Sundaru, 1991).

D. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma (Samekto,

2002) disebabkan oleh adanya proses :

1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)

2. Adanya hiperreaktifitas bronkus

3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan

antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast

Page 9: Makalah Asma

yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan

bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang

tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel

mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,

diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan

leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal

pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen

bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada

selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa

menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,

maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang

menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma

biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali

melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional

dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat

kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan

barrel chest.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Baughman (2002) adalah :

1. Gejala umum

Page 10: Makalah Asma

a. Batuk

b. Dispnea

c. Mengi

2. Serangan asma

a. Seringkali terjadi pada malam hari

b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada

c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi

d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi

e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea

f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih

kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.

g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan

dapat menghilang secara spontan

3. Tanda-tanda lanjut

a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat

b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia

dan desakan nadi melebar)

4. Reaksi yang berhubungan

a. Eksem

b. Urtikaria

c. Edema angioneurotik

F. Penatalaksanaan

Nonfarmakologi

Page 11: Makalah Asma

a) Penyuluhan

Bertujuan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma

sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus,

menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.

b) Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada

pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor

pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.

c) Fisioterapi

Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat

dilakukan dengan postural draniase, perkusi, dan fibrasi dada.

Farmakologi

a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknyta aerosol,

bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara

semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.

b) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan

metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila

golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.

c) Kortikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon

yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol

dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang

lama harus diawasi dengan ketat.

Page 12: Makalah Asma

Menurut Baughman (2000) adalah :

1. Terapi obat

- Agonis beta

- Metilsantin

- Antikolinergik

- Kortikosteroid

- Inhibitor sel mast

2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan

anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global

Initiative for Asthma) sebagai berikut :

Menurut Samekto (2000)

Tujuan umum terapi asma adalah :

a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari

b. Pertahankan faal paru mendekati normal

c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi

d. Hindari efek samping obat-obatan asma

3. Pencegahan

Menurut Baughman (2000) adalah :

a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan

b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan

terjadi pada malam hari

c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari

rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang

Page 13: Makalah Asma

d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal :

tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika

memungkinkan ubah zona iklim

e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan

inspirasi udara pada 37ºC dan kelembaban relatif 100%

f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang

menyebabkan serangan

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah :

1. Foto ronsen data

Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada

asma yang berat dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan

penebalan dinding dada) atau jika tak terjadi komplikasi, seperti

aspergilosis bronkhopulmonal.

2. Pemeriksaan laboratorium

- Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)

- Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden

- Tes kulit dengan alergen

- Pengukuran kadar IgE serum

3. Pemeriksaan Radiologi

- Normal atau hiperinflasi

- Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak,

pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum, dan lain-lain

Page 14: Makalah Asma

4. Tes provokasi bronkus

Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :

- Provokasi beban kerja

- Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin

- Provokasi inhalasi dengan bahan :

a. Spesifik : alergen tertentu

b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa

5. Anlisa gas darah

Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma

atau gagal nafas.

6. Pemeriksaan EKG

Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap

jantung.

Page 15: Makalah Asma

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Format Pengkajian Keperawatan Gerontik

1. Identitas Klien

Nama : Erma Senarobe

Umur : 70 tahun

Alamat : Perumahan Mutiara Indah 2 No.56

Indralaya, Ogan Ilir

Pendidikan : SLTP

Tanggal pengkajian : 17 Oktober 2012

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Komering

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

2. Status kesehatan saat ini :

a. Nutrisi :

Berapa kali makan dalam sehari : 2 x/hari

Satu porsi habis atau tidak : habis

Berapa kalori / hari : 1700 kalori

b. Cairan dan elektrolit :

Berapa liter minum / hari : 8 gelas /hari

Jenis cairan : air mineral

Page 16: Makalah Asma

c. Aktivitas : pedagang sembako

Keluhan-keluhan kesehatan utama (sekarang) PQRS

P (provocation) : pada saat udara dingin, klien sesak nafas

Q (quality) : sesak seperti ditekan

R (radiation) : dinyeri tidak menjalar ke seluruh tubuh, hanya

disekitar sternum

S (Severity) : nyeri skala 2

3. Riwayat kesehatan dahulu

a. Nutrisi :

Berapa kali makan dalam sehari : 2 x/hari

Satu porsi habis atau tidak : habis

Berapa kalori sehari : 2100 kalori

b. Cairan dan elektrolit :

Berapa liter minum sehari : 8 gelas /hari

Jenis cairan : air mineral

c. Aktivitas : pedagang sembako

Page 17: Makalah Asma

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram :

Kel. Baharudin Kel.

Sutiyoso

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

Dan : asma

: tuberkulosis paru

: tinggal satu rumah

Page 18: Makalah Asma

Ibu Erma tinggal bersama anak bungsunya, suami anaknya, dan seorang

cucu. Anaknya bekerja sebagai guru SMA dan suami dari anaknya bekerja

sebagai pegawai Bank Swasta. Cucunya masih duduk di SMP kelas IX

(Sembilan).

5. Tinjau sistem

Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang terdapat pada

klien

Keadaan umum : tubuhnya kurus, composmentis.

Integumen : hiperpigmentasi, kulit mengkerut.

Sistem hemopeutik : normal

Kepala : simetris.

Mata : simetris, penglihatan tajam.

Telinga : simetris antara telinga kanan dan kiri,

pendengaran baik.

Mulut dan tenggorokan : bibir tampak kering.

Leher : tidak ada penyakit tiroid.

Payudara : jaringan payudara berkurang, kondisi

menggantung, dan kendur.

Sistem pernapasan : RR 26x per menit, saat dilakukan

pemeriksaan terdengar suara mengi dan retraksi dinding dada, dyspnea

jika udara dingin.

Sistem kardiovaskuler : Nadi 80x per menit, TD 100/70 mmHg.

Sistem gastrointestinal : tidak ada benjolan pada abdomen.

Page 19: Makalah Asma

Sistem perkemihan : BAK 7-8x per hari, tidak ada disuria.

Sistem genitoreproduksi : Tidak diperiksa.

Sistem musculoskeletal : Kekuatan otot menurun.

Sistem saraf : GCS 15(eye = 4, motor = 6, verba = 5),

dapat berjalan seimbang dan lurus.

Sistem endokrin : Alergi terhadap udara dingin.

6. Pengkajian psikososial dan spiritual

1. psikososial

Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang baik, sikap klien

mampu bersosialisasi pada orang lain, dan cukup aktif dalam

lingkungan masyarakat disekitarnya.

2. identifikasi masalah emosional

Apakah klien mengalami susah tidur?

Klien sering mengalami susah tidur, biasanya pada malam hari

klien dapat tidur 5-6 jam.

Apakah klien merasa gelisah?

Klien merasa gelisah pada saat asma klien kambuh.

Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?

Klien tidak sering murung atau menangis sendiri. Klien

memiliki aktivitas yang baik dan di rumah klien tidak

sendirian, banyak hal yang mengisi keseharian klien dan

membuatnya tidak murung atau bersedih.

Apakah klien sering was-was atau khawatir?

Page 20: Makalah Asma

Klien sering was-was atau khawatir yang berkaitan dengan

asma yang di deritanya terlebih pada saat udara dingin.

Penjelasan pertanyaan diatas :

Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 11 kali dalam 1

bulan?

Keluhan yang dirasakan klien sejak setahun yang lalu karena

penyakitnya.

Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

Tidak ada.

Cenderung mengurung diri?

Tidak ada.

a. Spiritual

Klien beragama Islam, kegiatan keagamaan yang biasa

dilakukan klien yaitu mengikuti pengajian dan yasinan.

Konsep/keyakinan klien tentang kematian bahwa hidup

dan mati sudah ada yang mengatur, harapan klien yaitu

klien ingin tetap menjalankan ibadahnya dengan baik agar

menjadi contoh bagi anak-anak dan cucu-cucunya.

7. Pengkajian fungsional klien

a. KATZ Indeks

Termasuk kategori yang manakah klien?

A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), Menggunakan pakaian,

pergi ketoilet, berpindah mandi

Page 21: Makalah Asma

B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi di atas

C Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lain

D Mandiri Kecuali mandi, berpakaian dan salah satu lagi fungsi yang lain

E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan salah satu lagi fungsi yang

lain

F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, berpindah dan salah satu lagi

fungsi yang lain

G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas

H Lain – lain

Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari

orang lain.

Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak

melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

Pasien mempunyai indeks kemandirian pada aktivitas sehari-hari

dengan skore A yaitu mampu dan mandiri dalam melakukan

makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke

toilet, berpindah mandi.

b. Modifikasi dari Barthel

Termasuk yang manakah klien?

Page 22: Makalah Asma

No Kriteria Dengan

Bantuan

Mandiri Keterangan Nilai

1. Makan 5 10 Frekuensi :3xseha

ri

Jumlah : sepiring

Jenis :

nasi,sayur,ikan

10

2. Minum 5 10 Frekuensi :

8gelas/hari

Jumlah : >2

Jenis : air mineral

10

3. Berpindah dari kursi

roda ke tempat tidur,

sebaliknya

5-10 15 Tidak

menggunakan

kursi roda

15

4. Personal toilet (cuci

muka, menyisir

rambut, gosok gigi)

0 5 Frekuensi :

2xsehari

5

5. Keluar masuk toilet

(mencuci pakaian,

menyeka tubuh,

menyiram)

5 10 Melakukan

kegitan keluar

masuk toilet

mandiri, mencuci

pakaian sendiri,

10

Page 23: Makalah Asma

menyeka tubuh

dan menyiram

6. Mandi 5 15 Frekuensi :

2xsehari

15

7. Jalan di permukaan

datar

0 5 Masih dapat

melakukannya

dengan baik

5

8. Naik turun tangga 5 10 Kurang bisa,

terasa lelah jika

menaiki tangga

yg jauh/tinggi

9

9. Mengenakan pakaian 5 10 Melakukan

mandiri

10

10. Kontrol bowl (BAB) 5 10 Frekuensi :1xseha

ri

Konsistensi :

tidak keras dan

tidak encer

9

11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 7-

8xsehari

Warna : jernih

9

12. Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :

1xsehari

Jenis : jalan pagi

9

Page 24: Makalah Asma

13. Rekreasi/pemanfaatan

waktu luang

5 10 Frekuensi :

1xsehari

Jenis : nonton tv

10

JUMLAH SKORE 126

Interprestasi hasil :

130 : Mandiri

65-125 : Ketergantungan sebagian

Skore 126 : Mandiri

8. Pengkajian status mental gerontik

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan

SPMSQ (Short portable Mental Status Questioner)

Intruksi :

Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

Benar Salah No Pertanyaan

01 Tanggal berapa hari ini?

02 Hari apa hari ini?

Jawab:

Page 25: Makalah Asma

03 Apa nama tempat ini?

04 Dimana alamat anda?

05 Berapa umur anda?

06 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)

07 Siapa presiden indonesia sekarang ini?

08 Siapa presiden indonesia sebelumnya?

09 Siapa nama ibu anda?

10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan dari

setiap angka baru, semua secara menurun

Score total : 9

Interprestasi hasil :

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan

Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang

Page 26: Makalah Asma

Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat

Skore salah 1 : Fungsi Intelektual Utuh

b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan

MMSE (Mini Mental Status Exam)

Orientasi

Registrasi

Perhatian

Kalkulasi

Mengingat kembali

Bahasa

No Aspek

Kognitif

Nilai

maksimal

Nilai

Klien

Kriteria

1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :

Tahun

Musim

Tanggal

Hari

Bulan

Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang berada :

Negara Indonesia

Provinsi Sumsel

Kabupaten Ogan Ilir

Page 27: Makalah Asma

Posyandu

Alamat rumah

2 Registrasi 3 3 Sebut 3 nama obyek (sebut oleh

pemeriksa), 1 detik untuk

mengatakan masing-masing

obyek, kemudian tanyaka kepada

klien ketiga obyek tadi (untuk di

sebut klien)

Pena

Kertas

Sandal

3 Perhatian

dan

kalkulasi

5 3 Minta klien untuk memulai dari

angka dari angka 100 kemudian di

kurangi 7 sampai 5 kali/tingkat

93

86

79

72

65

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi

ketiga obyek no.2 (registrasi) tadi.

Bila benar, 1 poin untuk masing-

masing obyek

5 Bahasa 9 7 Tunjukkan kepada klien suatu

Page 28: Makalah Asma

benda dn tanyakan namanya pada

klien

(Pena)

(Kertas)

Minta klien untuk mengulang kata

berikut “tak ada jika, dan, atau,

tetapi”. Bila nilai 1 poin

Pertanyaan benar 2 buah : tak ada,

tetapi.

Minta klien untuk mengikuti

perintah berikut yang terdiri dari 3

langkah :

Ambil kertas di tangan anda

Lipat 2 : Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal

berikut (bila aktivitas sesuai

perintah nilai 1 poin)

Tutup mata anda

Perintahkan pada klien untuk

menulis satu kalimat dan

Page 29: Makalah Asma

menyalin gambar

Tulis satu kalimat, Menyalin

gambar

Total nilai 20

Interpretasi hasil :

24-30 : Tidak ada gangguan kognitif

13-23 : Gangguan kognitif sedang

0-17 : Gangguan kognitif berat

Score total 20 :Gangguan Kognitif Sedang

9. Pengkajian keseimbangan untuk klien lanjut usia

Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen yang utama dalam

bergerak. Dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa

gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut

adalah :

Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Komponen gaya berjalan atau gerakan

a. Perubahan posisi atau Gerakan Keseimbangan

Bangun dari kursi (dimaksudkan dalam analsis)*

Page 30: Makalah Asma

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong

tubuhnya ke atas dengan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih

dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Diberi nilai 1

Jika klien menunjukan kondisi diatas, diberi nilai 0 klien tidak

menunjukkan kondisi tersebut.

0

Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)*

Menjatuhkan dari ke kursi, tidak duduk di tengah kursi.Beri nilai 1 jika

klien menunjukan kondisi di atas dan diberi nilai 0 jika klien tidak

menunjukan kondisi tersebut.

Keterangan (*) kursi yang keras dan tanpa lengan

0

Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan mendorong

sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)

Menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak

menyentuh sisi-sisinya.Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi

diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.

0

Mata tertutup

Page 31: Makalah Asma

Sama seperti diatas (periksa kepercayaan klien tentang input

penglihatan untuk keseimbangan). Beri nilai 1 jika klien menunjukkan

kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi diatas.

0

Perputaran leher

Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak

menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertilago, pusing, keadaan tidak stabil,

beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi tersebut.

0

Membungkuk

Tidak mampu untuk membungkuk untuk mengambil obyek-obyek

kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa

berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun.

Beri nilai 1jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien

tidak menunjukkan kondisi tersebut.

0

b. Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan

Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan

Page 32: Makalah Asma

Ragu-ragu tersandung, memegang obyek untuk dukungan. Beri nilai 1

jika klien menunjukkan diatas, beri nilai 0 jika klien tidak

menunjukkan kondisi tersebut.

0

Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)

Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret

kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (≥2 inci). Beri nilai 1 jika klien

menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan

kondisi tersebut.

0

Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping

klien)

Setelah langkah-langkah awal tidak konsisten, memulai mengangkat

satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai. Beri nilai 1 jika

klien menunjkkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak

menunjukkan kondisi tersebut.

0

Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)

Panjang langkah tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki

langkah yang lebih panjang, masalah dapat terjadi pada pinggul, lutut,

pergelangan kaki, atau otot-otot di sekitasnya) beri nilai 1 jika klien

Page 33: Makalah Asma

menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan

kondisi tersebut.

0

Penyimpangan jalur pada saat terbalik (lebih baik diobservasi

dari belakang pasien)

Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi. Beri

nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien

tidak menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak

menunjukkan tersebut.

0

Interprestasi hasil :

Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien dan dapat diinterprestasi

sebagai berikut :

0-5 : resiko jatuh rendah

6-10 : resiko jatuh sedang

11-15 : resiko jatuh tinggi

Dari tinetti, ME dan Ginter, SF hal 1191, 1998, Amerika Medical

Association

Evaluasi hasil praktek

Laporan tertulis hasil pengkajian respon yang meliputi : kondisi fisik,

fungsional, psikososial dan spiritual.

Page 34: Makalah Asma

Analisa data

No Data Masalah

1. DS :

Pasien mengatakan susah

bernafas

Jika sesak napas sedang

kambuh, pasien susah untuk

beraktivitas

DO:

Retraksi dinding dada

Napas cuping hidung

Keluar secret saat batuk efektif

Terdengar suara mengi

Gangguan jalan nafas tidak

efektif

2. DS :

- Pasien mengatakan tidak tahu

faktor pencetus penyakitnya

- Pasien berpersepsi bahwa

asmanya akan sembuh sendiri

tanpa diobati jika kambuh

DO :

- Pasien tidak mampu

memodifikasi lingkungan

Kurang pengetahuan tentang

asma

Page 35: Makalah Asma

- Lingkungan pasien terlihat kotor,

banyak debu, dekat dengan faktor

alergi pasien

3. DS:

- Pasien mengatakan ada riwayat

asma dikeluarga sebelumnya

- Pasien mengatakan dulu tidak

mengikuti imunisasi

- Pasien mengatakan sesak nafas

jika melakukan aktivitas berat

- Pasien mengatakan batuk pada

malam hari disertai keringat

dingin.

DO:

- Pasien ketika berbicara tampak

terengah-engah

- Posisi duduk kedua tangan

memegang lutut, badan

dicondongkan ke depan

- RR : 26 x/mnt

Resiko terjadi serangan asma

berulang

4. DS :

- Pasien mengatakan bahwa pasien

rentan terkena flu, demam, sakit

Resiko tinggi terhadap

infeksi

Page 36: Makalah Asma

kepala

- Pasien mengatakan batuk pada

malam hari, kadang disertai

keringat dingin

DO :

- Rr : 26 x/mnt

- N : 80 x/mnt

5. DS :

- Pasien mengatakan bahwa pasien

belum mengerti dan belum tahu

bagaimana cara menanggulangi

asma

DO :

- Ketika ditanya bagaimana cara

mengatasi asma, pasien

mengatakan tidak tahu

- Fungsi intelektual sedang

- Pasien lansia berumur 70 tahun

Kurang pengetahuan

mengenai begaimana cara

mengatasi/menanggulangi

asma

10. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.

2. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.

Page 37: Makalah Asma

Intervensi Keeperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme

Hasil yang diharapkan:

mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih danjelas.

Intervensi Rasional

Mandiri

Auskultasi bunyi nafas,

catat

adanya bunyi nafas, ex: mengi

Kaji / pantau frekuensi

pernafasan, catat rasio

inspirasi /

ekspirasi.

Catat adanya derajat

dispnea,

ansietas, distress pernafasan,

penggunaan obat bantu.

Beberapa derajat spasme

bronkus terjadi dengan

obstruksi jalan nafas dan

dapat/tidak dimanifestasikan

adanya nafas advertisius.

Tachipnea biasanya ada

pada

beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerimaan

atau selama stress/ adanya

proses infeksi akut.

Disfungsi pernafasan

adalah

variable yang tergantung pada

tahap proses akut yang

menimbulkan perawatan di

Page 38: Makalah Asma

Tempatkan posisi yang

nyaman

pada pasien, contoh :

meninggikan kepala tempat

tidur,

duduk pada sandara tempat

tidur

Pertahankan polusi

lingkungan

minimum, contoh: debu, asap

dll

Tingkatkan masukan

cairan

sampai dengan 3000 ml/ hari

sesuai toleransi jantung

memberikan air hangat.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai

rumah sakit.

Peninggian kepala

tempat

tidur memudahkan fungsi

pernafasan dengan

menggunakan gravitasi.

Pencetus tipe alergi

pernafasan dapat mentriger

episode akut.

Merelaksasikan otot

halus dan

menurunkan spasme jalan

nafas, mengi, dan produksi

mukosa.

Page 39: Makalah Asma

dengan

indikasi bronkodilator.

2. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti

Hasil yang diharapkan :

menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi Rasional

Jelaskan tentang

penyakit

individu

Diskusikan obat

pernafasan,

efek samping dan reaksi yang

tidak diinginkan.

Tunjukkan tehnik

penggunaan inhakler.

Menurunkan ansietas

dan dapat menimbulkan

perbaikan partisipasi

pada rencana

pengobatan.

Penting bagi pasien

memahami perbedaan

antara efek samping

mengganggu dan

merugikan.

Pemberian obat yang

tepat

meningkatkan keefektifanya.

BAB IV

Page 40: Makalah Asma

PEMBAHASAN

Di Australia, sekitar 100 penderita asma dengan hiperventilasi diberikan terapi

pernapasan dengan metode Buteyko dan hasilnya menunjukkan adanya penurunan

serangan sebesar 91%. Selain itu, dari beberapa penelitian juga diperoleh hasil

bahwa latihan dengan metode Buteyko dapat menurunkan penggunaan obat

bronkodilator hingga 96% dan obat steroid inhalasi hingga 49% setelah berlatih

selama 12 minggu.8 Permasalahan yang timbul adalah apakah latihan pernapasan

baik dengan metode Buteyko ataupun Senam Asma Indonesia juga dapat

memperbaiki fungsi paru penderita asma dewasa. Pada penelitian Denny (2007)

dengan subjek penelitian penderita asma bronkial dengan diagnosis asma persisten

derajat sedang, usia dewasa (20-50 tahun) dan terdaftar di Yayasan Asma

Indonesia Cabang Yogyakarta dan Bagian Rekam Medis Poliklinik Paru RSUP

Dr. Sardjito sampai bulan Januari 2003. Subjek tidak pernah mengikuti latihan

pernapasan metode apapun, bukan penderita penyakit jantung, epilepsi, penyakit

ginjal ataupun diabetes mellitus, serta bersedia untuk diteliti selama tiga bulan.

Subjek yang memenuhi kriteria dan bersedia menandatangani informed consent

berjumlah 18 orang.Latihan pernapasan menggunakan metode Buteyko serta

Senam Asma Indonesia dapat menurunkan tahanan terhadap aliran udara di

saluran napas pada penderita asma dewasa derajat persisten sedang setelah

berlatih selama tiga bulan, tetapi tidak dapat memperbaiki nilai kapasitas vital.

Latihan juga dapat menurunkan frekuensi serangan dan penggunaan

bronkodilator.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Reffi (2011) dengan sampel 33

orang dari 220 populasi dengan umur 41-50 tahun memperoleh hasil pemberian

Page 41: Makalah Asma

posisi semi fowler pada pasien asma dapat efektif mengurangi sesak nafas. Hal ini

dapat diketahui melalui sebelum dan sesudah pemberian semi fowler ada

peningkatan pasien sesak nafas berat ke sesak nafas ringan sebanya 11 pasien

(33%). Pernapasan pada pasien asma yang mengalami sesak napas sebelum

diberikan posisi semi fowler, termasuk sesak nafas berat karena posisi tidur

telentang. Pernapasan pada pasien asma yang mengalami sesak napas sesudah

diberikan posisi semi fowler, termasuk sesak nafas ringan karena posisi tidur

dengan derajat kemiringan 45°. Hasil penelitian dengan perhitungan uji T-test <

0,006 didapatkan ada efektifitas pemberian posisi semi fowler pada pasien asma.

Menurut Rosma (2010), pada kelompok usia 45-64 tahun yang mana pada usia ini

terjadi perkembangan dan perubahan yang cepat yang mempengaruhi hipotalamus

dan mengakibatkan produksi kortisol menurun yang berhubungan dengan

kelainan inflamasi yang umumnya terjadi pada penderita asma. Ada hubungan

yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan serangan asma pada penderita

asma bronkial di BP4 Semarang (hasil uji X2 =17,814 dan p value=0,023).

DAFTAR PUSTAKA

Page 42: Makalah Asma

Muttaqin,Arif.(2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Agustining, Denny. Dkk. (2007). Latihan Pernapasan Dengan Metode Buteyko

Meningkatkan Nilai Force Expiratory Volume In 1 Second (%fev1)

Penderita Asma Dewasa Derajat Persisten Sedang. Berita Kedokteran

Masyarakat. 23(2). Hlm 52-57

Safitri, Reffi & Annisa Andriani. (2011). Keefektifan Pemberian Posisi Semi

fowler Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma Di Ruang

Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Gaster. 8(2).

hlm783-792

Digiulio, Mary. dkk.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha

Publishing.

Haq, Rosma Harinna.(2010). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Serangan

Asma Pada Penderita Asma Bronkial Dl BP4 Semarang. Jornal

KesMaDaSka.1(1).hlm 26-33

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik – ed 2. Jakarta : EGC.

Samekto, Widiastuti.(2002). Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Surya A, Djaja.(1990). Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara.

http://www.kompas.com diperoleh 25 Oktober 2008.

http://titisajikrisna.blogspot.com/2009/05/askep-gerontik-klien-dengan-

asma.html\

Page 43: Makalah Asma