Makalah Asma Bronkiale

download Makalah Asma Bronkiale

of 23

Transcript of Makalah Asma Bronkiale

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    1/23

    1

    Makalah Mandiri PBL

    Blok 18 - Sistem Respirasi 2Stephanie Pangestian (10.2009.096) / B-3

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara No.6

    Jakarta Barat

    [email protected]

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat

    baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini

    diduga berhubungan dengan meningkatnya industri dan pola hidup, sehingga tingkat polusi

    cukup tinggi meskipun hal ini masih perlu dibuktikan.

    Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif dari gejala-gejala batuk,

    sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut. Derajat

    serangan asma dapat dimulai dari serangan ringan hingga serangan berat yang dapat

    mengancam nyawa. Serangan asma biasanya mencerminkan terdapatnya kegagalan seperti

    gagalnya pencegahan serangan, tatalaksana jangka panjang atau penghindaran denganpencetus. Berat serangan tidak ada hubungan dengan frekuensinya.

    Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan tidak

    dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

    permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat

    serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab.

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    2/23

    2

    PEMBAHASAN

    Anamnesa

    Seorang anak dikatakan menderita serangan asma apabila didapatkan gejala batuk dan

    atau mengi yang memburuk dengan progresif. Selain keluhan batuk dijumpai sesak nafas dari

    ringan sampai berat. Pada serangan asma gejala yang timbul bergantung pada derajat

    serangannya. Pada serangan ringan, gejala yang timbul tidak terlalu berat. Pasien masih

    lancar berbicara dan aktifitasnya tidak terganggu. Pada serangan sedang, gejala bertambah

    berat anak sulit mengungkapkan kalimat. Pada serangan asma berat, gejala sesak dan sianosis

    dapat dijumpai, pasien berbicara terputus-putus saat mengucapkan kata-kata.

    Anamnesis yang dipakai dalam kasus anak yang diduga mengalami asma adalahdengan teknik alloanamnesis, yaitu menanyakan berbagai hal kepada orang tua si anak yang

    dapat mendukung atau menyingkirkan berbagai kemungkian, yang pada akhirnya akan

    membantu kita untuk menegakkan suatu diagnosis. Dalam alloanamnesis kita dapat

    menanyakan halhal sebagai berikut:1

    Apakah anak mendapat serangan mengi berulang? Apakah anak mengalami gangguan batuk pada malam hari? Apakah batuk atau mengi timbul sesudah aktifitas? Apakah batuk atau mengi atau rasa berat di dada timbul sesudah paparan alergen /

    polutan?

    Apakah flu yang diderita berlanjut menjadi sesak nafas atauberlangsung lebih dari 10hari?

    Apakah keluhan membaik dengan terapi asma?Pemeriksaan fisik

    Gejala dan serangan asma pada anak tergantung pada derajat serangannya. Pada

    serangan ringan anak masih aktif, dapat berbicara lancar, tidak dijumpai adanya retraksi baik

    di sela iga maupun epigastrium. Frekuensi nafas masih dalam batas normal. Pada serangan

    sedang dan berat dapat dijumpai adanya wheezingterutama pada saat ekspirasi, retraksi, dan

    peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi bahkan dapat dijumpai sianosis. Berbagai tanda

    atau manifestasi alergi, seperti dermatitis atopi dapat ditemukan.2

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    3/23

    3

    Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus akibat adanya inflamasi kronik

    saluran respiratorik. Akibatnya timbul hipersekresi lender, udem dinding bronkus dan

    konstriksi otot polos bronkus. Ketiga mekanisme patologi diatas mengakibatkan timbulnya

    gejala batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronkhi basah kasar dan mengi. Pada saat

    serangan dapat dijumpai anak yang sesak dengan komponen ekspiratori yang lebih menonjol.

    Pemeriksaan penunjang

    Pada serangan asma berat, pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah analisis

    gas darah (AGD) dan foto rontgen thoraks proyeksi antero-posterior. Pada AGD dapat

    dijumpai adanya peningkatan PCO2 dan rendahnya PO2 (hipoksemia). Pemeriksaan

    penunjang lain yang diperlukan adalah uji fungsi paru bila kondisi memungkinkan. Pada

    pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya penurunan FEV1 yang mencapai

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    4/23

    4

    8.Uji faal paru

    (di luar serangan)

    PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%

    Variabilitas 20-30%

    9.Variabilitas faal

    paru

    (bila ada serangan)

    20% 30% 50%

    Tabel 2. Penetuan derajat serangan asma

    Parameter klinis,

    Fungsi paru,

    Laboraturium

    Ringan Sedang Berat Ancaman

    henti napas

    Sesak (breathless) Berjalan

    Bayi :

    Menangis keras

    Berbicara

    Bayi :

    Tangis

    pendek

    & lemah

    Kesulitan

    menetek dan

    makan

    Istirahat

    Bayi :

    Tidak mau

    minum /

    makan

    Posisi Bisa berbaring Lebih suka

    Duduk

    Duduk

    bertopang

    lengan

    Bicara Kalimat Penggal

    kalimat

    Kata-kata

    Kesadaran Mungkin

    irritable

    Biasanya

    irritable

    Biasanya

    Irritable

    kebingungan

    Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada NyataWheezing Sedang, sering

    hanya pada

    akhir

    ekspirasi

    Nyaring,

    Sepanjang

    ekspirasi

    inspirasi

    Sangat

    nyaring,

    Terdengar

    tanpa

    stateskop

    Sulit /

    Tidak

    terdengar

    Penggunaan otot

    Bantu respiratorik

    Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan

    paradox

    Torako-

    Abdominal

    Retraksi Dangkal,

    RetraksiInterkosta

    Sedang,

    ditambahRetraksi

    suprasternal

    Dalam,

    ditambahNapas cuping

    hidung

    Dangkal/

    Hilang

    Frekuensi napas Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu

    Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar:

    Usia frekuensi napas normal

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    5/23

    5

    Pedoman nilai baku frekuesi nadi pada anak :

    Usia Frekuensi nadi normal

    2-12 bulan < 160 / menit

    1-2 tahun < 120 / menit

    3-8 tahun < 110 / menit

    Pulsus paradoksus Tidak ada

    20 mmHg

    Tidak ada,

    Tanda

    kelelahan

    Otot

    respiratorik

    PEFR atau FEV1

    Prabronkodilator

    Pascabronkodilator

    (% Nilai

    dugaan/

    >60%

    >80%

    Nilai terbaik)

    40-60%

    60-80%

    60 mmHg

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    6/23

    6

    Gambar 1. Bronkus Normal dan Bronkus Asmatik

    Differential Diagnosis

    Bronkhitis

    Bronkitis adalah suatu kondisi yang timbul bila dinding bagian dalam saluran

    pernapasan utama terinfeksi dan meradang. Keadaan ini biasanya diikuti dengan infeksi

    pernapasan seperti demam. Bronkitis terbagi menjadi dua yaitu bronkitis akut dan kronis.

    Pada anak-anak umumnya yang terjadi adalah bronkitis akut yang disebabkan oleh

    infeksi virus (90%). Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik dapat

    memudahkan terjadinya bronkhitis akut. Gejala dari bronkitis akut adalah batuk yang

    menyebabkan sulit bernapas, umumnya diawali dengan batuk kering dan dalam beberapa hari

    (2 - 3 hari) berubah menjadi batuk produktif dengan dahak, dapat pula diertai mengi. Anak

    dapat mengeluhkan sakit di retrosternal. Anak dapat muntah akibat batuknya, terdapat

    demam yang tidak terlalu tinggi, dan terdapat influenza atau pilek. Pada beberapa hari tidak

    ada kelainan pada pemeriksaan dada, tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan

    suara nafas kasar.5

    Bronkitis akut adalah penyakit ringan yang akan sembuh dengan sendirinya (1 2

    minggu). Yang perlu dilakukan adalah membuat suasana nyaman di rumah. Berikan anak

    banyak minuman, apabila ada humidifier atau alat untuk memberikan uap untuk anak dirumah maka dapat diberikan, serta anak membutuhkan obat batuk untuk mengencerkan

    dahaknya dan mengurangi batuknya.

    Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus sehingga tidak membutuhkan

    antibiotik. Gejalanya akan berlangsung antara 5-10 hari dan akan membaik dalam 10-14

    hari. Selain virus, terdapat faktor risiko iritan yang memudahkan peradangan saluran

    pernapasan seperti asap rokok dan polusi udara. Karena itulah selain obat-obatan dan

    minuman yang adekuat, penghindaran asap rokok dan polusi udara juga sebaiknya

    dilakukan.5

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    7/23

    7

    Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan

    dalam setahun untuk sedikitnyan 2 tahun. Penyebab batuk kronik seperti tuberkulosis,

    bronkitis atau keganasan harus disingkirkan dahulu.

    Bronkiolitis

    Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan

    percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.

    Bronkiolitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah 2 tahun. Penyebabnya adalah

    RSV (respiratory syncytial virus). Virus lainnya yang menyebabkan bronkiolitis adalah

    parainfluenza, influenza dan adenovirus. Virus ditularkan melalui percikan ludah / droplet.

    Meskipun pada orang dewasa RSV hanya menyebabkan gejala yang ringan, tetapi pada bayi

    bisa menyebabkan penyakit yang berat. Faktor resiko terjadinya bronkiolitis adalah Usia

    kurang dari 6 bulan, Tidak pernah mendapatkan ASI, Prematur, Menghirup asap rokok.

    Gejala klinis yang timbul pada bronkiolitis adalah batuk, wheezing (bunyi nafas

    mengi), sesak nafas atau gangguan pernafasan, sianosis (warna kulit kebiruan karena

    kekurangan oksigen) , takipneu (pernafasan yang cepat), retraksi interkostal (otot di sela iga

    tertarik ke dalam karena bayi berusaha keras untuk bernafas), pernafasan cuping hidung

    (cuping hidung kembang kempis), demam (pada bayi yang lebih muda, demam lebih jarangterjadi).

    Setelah 1 minggu, biasanya infeksi akan mereda dan gangguan pernafasan akan

    membaik pada hari ketiga. Angka kematian kurang dari 1%. Masa paling kritis adalah 48-72

    jam pertama. Jarang terjadi bronkiolitis ulang.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    8/23

    8

    Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA)

    EtiologiSecara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

    1.Faktor genetik(a)Hiperreaktivitas(b)Atopi/Alergi bronkus(c)Faktor yang memodifikasi penyakit genetik(d)Jenis Kelamin(e)Ras/Etnik

    Asma Rhinitis Faringi-

    tis

    Laringi-

    tis

    trakeitis laringotrak

    eitis

    pneumo

    nia

    Etiolog

    i

    Reaksi

    alergen,

    Terpapar

    zat asing

    Jamur,

    Tungau,

    Kerak kulit

    binatang

    peliharaan,

    M.

    pneumonia

    Infeksi

    streptoc

    occus,

    Alergi,

    Cuaca

    Invasi

    bakteri

    /virus

    (RSV)

    Infeksi

    S.

    aureus

    H.

    influen

    zae

    Infeksi

    virus

    (Strept.viri

    dians)

    Pneu-

    moko-

    kus

    M.

    pneumo

    niae

    Gejala

    klinis

    Mengi,

    Sesak

    nafas,

    Batuk

    persisten

    Batuk,

    Bersin,

    Anoreksia,

    Hidung

    tersumbat,

    Ingusan

    sepanjang

    tahun

    Nyeri

    telan,

    Batuk,

    Pilek,

    Demam

    tinggi

    Demam,

    Nyeri

    telan,

    Sakit

    tenggo

    rok,

    Serak

    Batuk

    malam

    Batuk

    keras,

    Demam

    tinggi,

    Sekresi

    purelen

    banyak

    Stridor,

    batuk

    keras,

    retraksi

    IC, panas

    tinggi

    Sesak

    nafas,

    nafas

    cuping

    hidung,

    tarikan

    hidung,

    Demam

    Umur Anak < 2 th 4-7 th 1-3 th < 3 th 1-2 th 26 bln

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    9/23

    9

    2.Faktor lingkungan(a)Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur)(b)Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)(c)Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut,

    susu sapi, telur)

    (d)Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blockerdll)(e)Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)(f) Ekspresi emosi berlebih(g)Asap rokok dari perokok aktif dan pasif(h)Polusi udara di luar dan di dalam ruangan(i)Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan

    aktivitas tertentu

    (j) Perubahan cuaca

    Exercised induced asthma merupakan obstruksi jalan napas yang berhubungan

    dengan exercised tanpa mempertimbangkan ada tidaknya asma bronkial. Beberapa literatur

    menyebutnya sebagai exercised induced bronchospasm (EIB). Exercised induced asthma

    harus dibedakan antara penderita asma dengan atlit. Pada EIB, didapatkan berespons terhadap

    bronkodilator dan metakolin, serta berhubungan eosinofil. Sedangkan EIB pada atlit, tidak

    ditemukan respon tersebut. Latihan fisik yang dapat menyebabkan terjadinya EIB adalah

    latihan fisik yang mengakibatkan tercapainya 90-95%predictable maximumheart rate.6

    Pada saat dilakukan latihan fisik, terjadi hiperventilasi karena meningkatnya

    kebutuhan oksigen. Hiperventilasi ini menyebabkan saluran napas berusaha lebih untuk

    menjaga kelembaban dan suhu udara yang masuk kedalam alveolus tetap optimal. Hal ini

    mengakibatkan terjadinya perubahan osmolaritas dari permukaaan saluran napas dimana

    terjadinya aktivasi sel mast dan sel epitel kolumnar. Aktivasi ini menyebabkan keluarnya

    proinflamatory mediator berupa histamin, leukotrien, dan kemokien. Mekanisme ini pada

    akhirnya menyebabkan terjadinya bronkospasme pada exercised induced asthma. Pada EIB

    atlit, tidak terjadi pengeluaran mediator inflamasi maupun peningkatan eosinofil, neutrofil,

    atau sel epitel kolumnar sehingga tidak berespon terhadap steroid inhalasi.6

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asma:7

    Pemicu: Alergen dalam ruangan seperti tungau, debu rumah, binatang berbulu(anjing, kucing, tikus), alergen kecoak, jamur, kapang, ragi, serta pajanan asap rokok.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    10/23

    10

    Pemacu: Rhinovirus, ozon, pemakaian2 agonist. Pencetus: Infeksi viral saluran napas, aeroalergen seperti bulu binatang, alergen dalam

    rumah (debu rumat, kecoa, jamur), seasonal aeroalergen seperti serbuk sari, asap

    rokok, polusi udara, pewangi udara, alergen di tempat kerja, udara dingin dan kering,olahraga, menangis, tertawa, hiperventilasi, dan kondisi komorbid (rinitis, sinusitis,

    dan gastroesofageal refluks).

    Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:7

    Gen kandidat yang diduga berhubungan dengan penyakit asma, serta penyakit yang

    terkait dengan penyakit asma sangat banyak. Gen MHC manusia yang terletak pada

    kromosom 6p, khususnya HLA telah dipelajari secara luas dan sampai saat ini masih

    merupakan kandidat gen yang banyak dipelajari dalam kaitannya dengan asma. HLA-DR

    merupakan MHC (major histocompatibility complex) klas II, suatu reseptor permukaan sel

    yang disandikan oleh kompleks antigen leukosit manusia (HLA/ Human Leukocyte Antigen)

    yang terletak pada kromosom 6 daerah 6p21.31.7

    EpidemiologiBerdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003),

    prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak

    4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita

    yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki. WHO memperkirakan terdapat

    sekitar 250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000)

    terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi.

    Asma adalah penyakit kronik yang umum menyebabkan peningkatan angka

    kesakitan. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari data statistik pusat nasional Amerika

    Serikat pada tahun1998, terdapat 8,65 juta anak-anak dilaporkan menderita asma dan 3,8 jutaanak pernah mengalami episode serangan asma dalam waktu 12 bulan. Asma pada anak-anak

    Hiperaktivitas bronkus obstruksi

    Gejala Asma

    Pencetus (trigger)Pemacu (enhancer)Pemicu (inducer)

    Faktor Genetik

    Faktor Lingkungan

    Sensitisasi inflamasi

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    11/23

    11

    di Amerika Serikat dianggap sebagai penyebab tersering adanya kunjungan ke Instalasi

    Gawat Darurat (867,000 kasus), rawat inap (166,000 kasus) dan tidak masuk sekolah (10.1

    juta kasus) Walaupun asma tidak sering menyebabkan kematian, namun dilaporkan 164

    kematian anak akibat asma pada tahun 1998.6

    Gejala klinis

    Serangan akut yang spesifik jarang dilihat sebelum anak 2 tahun. Secara klinis asma dibagi

    menjadi 3 stadium, yaitu:

    Stadium I

    Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksimal karena iritasi dan batuk kering.

    Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk.

    Stadium II

    Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada

    stadium ini, anakakan mulai merasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam. Ekspirasi

    memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot nafas tambahan turut bekerja. Terdapat

    retraksi suprasternal, epigastrium, dan mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan

    membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat,

    dan sianosis sekitar mulut. Toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak

    lambat pada pernafasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernafasan abdominal,

    retraksi suprasternal dan interkostal.

    Stadium III

    Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit sehingga suara nafas

    hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan

    juga batuk seperti ditekan. Pernafasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi nafas yang

    mendadak meninggi.

    Patofisiologi

    Kejadian utama pada serangan asma akut adalah obstruksi jalan napas secara luas

    yang merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edem mukosa dan inflamasi

    saluran nafas. Sumbatan jalan nafas yang terjadi tidak merata di seluruh paru dan

    menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas, terperangkapnya udara (air trapping), dan

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    12/23

    12

    distensi paru yang berlebih (hiperinflasi). Perubahan tahanan jalan napas yang tidak merata di

    seluruh jaringan bronkus menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dengan perfusi.

    Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru, sehingga terjadi

    peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi

    melalui saluran nafas yang menyempit, dapat semakin mempersempit atau menyebabkan

    penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks.

    Peningkatan tekanan intratorakal mungkin dapat mempengaruhi arus balik vena dan

    mengurangi curah jantung yang bermanifestasi sebagai pulsus paradoksus.

    Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan kerja

    nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal serangan, untuk mengkompensasi

    hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 akan turun dan dijumpai keadaan

    alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada obstruksi jalan nafas yang berat, akan terjadi

    kelelahan otot nafas dan hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan

    asidosis respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang cenderung naik walau

    nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda kelelahan dan

    ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik akibat hipoksia

    jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas dan masukan kalori yang kurang.

    Hipoksia dan asidosis dapat menyebabkan vasokonstriksi pulmonal, namun jarang

    terjadi komplikasi cor pulmonale. Hipoksia dan vasokonstriksi dapat merusak sel alveoli

    sehingga produksi surfaktan berkurang atau tidak ada, dan akan meningkatkan risiko

    terjadinya ateletaksis.

    Komplikasi

    Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan terjadi

    emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks yaitu toraks membungkuk ke depan

    dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran

    jantung menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat

    dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison.

    Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat

    terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Mediastinum tertarik ke arah ateletaksis.

    Bila atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis, dan bila ada infeksi

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    13/23

    13

    akan terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung

    beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa disebut status

    asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan

    pernafasan dan kegagalan jantung.

    Penatalaksanaan

    Tatalaksana asma dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana saat serangan dan jangka panjang (di

    luar serangan).11,12 Tujuan tatalaksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin

    tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Secara

    lebih khusus tujuan yang ingin dicapai adalah:3

    1. Pasien dapat menjalani aktivitas normal sebagai seorang anak, termasuk bermaindan berolah raga.

    2. Sedikit mungkin angka absensi sekolah.3. Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari (tidur tidak terganggu)4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang mencolok pada

    PEF.

    5. Kebutuhan obat seminimal mungkin, kurang dari sekali dalam dua tiga hari, dantidak ada serangan.

    6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sedikit mungkin timbul, terutamayang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

    Tujuan tatalaksana saat serangan:4

    - Meredakan penyempitan saluran respiratorik secepat mungkin- Mengurangi hipoksemia- Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya- Rencana re-evaluasi tatalaksana jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.

    Apabila tujuan ini tercapai maka perlu re-evaluasi tatalaksananya apakah perlu tingkat

    pengobatan dinaikkan (step up) atau perubahan pengobatan atau bila tujuan telah tercapai dan

    stabil 13 bulan apakah sudah perlu dilakukan penurunan pelan-pelan (step down).3

    Syaratstep up:

    1. Pengendalian lingkungan dan hal-hal yang memberatkan asma sudah dilakukan.2. Pemberian obat sudah tepat susunan dan caranya.3.

    Tindakan 1 dan 2 sudah dicoba selama 4-6 minggu.

    4. Efek samping ICS (inhaled cortikosteroid) tidak ada.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    14/23

    14

    ICS baru boleh dinaikkan.

    Syaratstep down :

    1. Pengendalian lingkungan harus tetap baik.2. Asma sudah terkendali selama 3 bulan berturut-turut.3. ICS hanya boleh diturunkan 25% setiap 3 bulannya sampai dengan dosis terkecil yang

    masih dapat mengendalikan asmanya.

    4. Bila step down gagal, perlu dicari sebabnya dan kalau sudah dikoreksi, ICS dapatditurunkan bersama dengan penambahan LABA dan atau LTRA

    Tatalaksana Medikamentosa

    Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan

    obat pengendali (controller). Obat pereda digunakan untuk meredakan serangan atau gejala

    asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada lagi gejala maka

    obat ini tidak lagi digunakan atau diberikan bila perlu. Kelompok kedua adalah obat

    pengendali yang disebut juga obat pencegah, atau obat profilaksis. Obat ini digunakan untuk

    mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran nafas. Dengan demikian

    pemakaian obat ini terus menerus diberikan walaupun sudah tidak ada lagi gejalanya

    kemudian pemberiannya diturunkan pelanpelan yaitu 25 % setip penurunan setelah tujuan

    pengobatan asma tercapai 68 minggu.3

    Obatobat Pereda (Reliever)

    1. Bronkodilatora. Short-acting 2 agonist

    Merupakan bronkodilator terbaik dan terpilih untuk terapi asma akut pada anak.

    Reseptor2 agonistberada di epitel jalan napas, otot pernapasan, alveolus, sel-sel inflamasi,

    jantung, pembuluh darah, otot lurik, hepar, dan pankreas.

    Obat ini menstimulasi reseptor 2 adrenergik menyebabkan perubahan ATP menjadi

    cyclic-AMP sehingga timbul relaksasi otot polos jalan napas yang menyebabkan terjadinya

    bronkodilatasi. Efek lain seperti peningkatan klirens mukosilier, penurunan permeabilitas

    vaskuler, dan berkurangnya pelepasan mediator sel mast.

    Epinefrin/adrenalinTidak direkomendasikan lagi untuk serangan asma kecuali tidak ada 2 agonis

    selektif. Epinefrin menimbulkan stimulasi pada reseptor 1, 2, dan sehingga

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    15/23

    15

    menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, gelisah, palpitasi, takiaritmia, tremor, dan

    hipertensi.

    Pemberian epinefrin aerosol kurang menguntungkan karena durasi efek

    bronkodilatasinya hanya 1-1,5 jam dan menimbulkan efek samping, terutama pada jantung

    dan CNS.

    2 agonis selektifObat yang sering dipakai : salbutamol, terbutalin, fenoterol.

    Dosis salbutamol oral : 0,1 - 0,15 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.

    Dosis tebutalin oral : 0,050,1 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.

    Dosis fenoterol : 0,1 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.

    Dosis salbutamol nebulisasi : 0,1 - 0,15 mg/kgBB (dosis maksimum 5mg/kgBB), interval

    20 menit, atau nebulisasi kontinu dengan dosis 0,3 0,5 mg/kgBB/jam (dosis maksimum 15

    mg/jam).

    Dosis terbutalin nebulisasi : 2,5 mg atau 1 respul/nebulisasi.

    Pemberian oral menimbulkan efek bronkodilatasi setelah 30 menit, efek puncak

    dicapai dalam 24 jam, lama kerjanya sampai 5 jam.

    Pemberian inhalasi (inhaler/nebulisasi) memiliki onset kerja 1 menit, efek puncak dicapai

    dalam 10 menit, lama kerjanya 46 jam.

    Serangan ringan : MDI 24 semprotan tiap 34 jam.

    Serangan sedang : MDI 610 semprotan tiap 12 jam.

    Serangan berat : MDI 10 semprotan.

    Pemberian intravena dilakukan saat serangan asma berat ksrena pada keadaan ini obat

    inhalasi sulit mencapai bagian distal obstruksi jalan napas. Efek samping takikardi lebih

    sering terjadi.

    Dosis salbutamol IV : mulai 0,2 mcg/kgBB/menit, dinaikkan 0,1 mcg/kgBB setiap 15 menit,

    dosis maksimal 4 mcg/kgBB/menit.

    Dosis terbutalin IV : 10 mcg/kgBB melalui infuse selama 10 menit, dilanjutkan dengan 0,1

    0,4 ug/kgBB/jam dengan infuse kontinu.

    Efek samping 2 agonist antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi, palpitasi, dan

    takikardi.

    b. Methyl xanthineEfek bronkodilatasi methyl xantine setara dengan 2 agonist inhalasi, tapi karena

    efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini diberikan pada

    serangan asma berat dengan kombinasi 2 agonist dan antikolinergik.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    16/23

    16

    Efek bronkodilatasi teofilin disebabkan oleh antagonisme terhadap reseptor

    adenosine dan inhibisi PDE 4 dan PDE 5. Methilxanthine cepat diabsorbsi setelah pemberian

    oral, rectal, atau parenteral. Pemberian teofilin IM harus dihindarkan karena menimbulkan

    nyeri setempat yang lama. Umumnya adanya makanan dalam lambung akan memperlambat

    kecepatan absorbsi teofilin tapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorpsi. Metilxanthine

    didistribusikan keseluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Eliminasinya

    terutama melalui metabolism hati, sebagian besar dieksresi bersama urin.8

    Dosis aminofilin IV inisial bergantung kepada usia :

    16 bulan : 0,5mg/kgBB/Jam 611 bulan : 1 mg/kgBB/Jam 19 tahun : 1,21,5 mg/kgBB/Jam > 10 tahun : 0,9 mg/kgBB/Jam

    Efek samping obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala. Pada konsentrasi yang lebih

    tinggi dapat timbul kejang, takikardi dan aritmia.

    2.AntikolinergikObat yang digunakan adalah Ipratropium Bromida. Kombinasi dengan nebulisasi 2

    agonist menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik. Dosis anjuran 0, 1 cc/kgBB,

    nebulisasi tiap 4 jam.

    Obat ini dapat juga diberikan dalam larutan 0,025 % dengan dosis : untuk usia diatas 6

    tahun 820 tetes; usia kecil 6 tahun 4 10 tetes. Efek sampingnya adalah kekeringan atau

    rasa tidak enak dimulut. Antikolinergik inhalasi tidak direkomendasikan pada terapi asma

    jangka panjang pada anak.

    3.Kortikosteroid

    Kortikosteroid sistemik terutama diberikan pada keadaan:

    Terapi inisial inhalasi 2 agonistkerja cepat gagal mencapai perbaikan yang cukuplama.

    Serangan asma tetap terjadi meski pasien telah menggunakan kortikosteroid hirupansebagai kontroler.

    Serangan ringan yang mempunyai riwayat serangan berat sebelumnya.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    17/23

    17

    Kortikosteroid sistemik memerlukan waktu paling sedikit 4 jam untuk mencapai

    perbaikan klinis, efek maksimum dicapai dalan waktu 12 24 jam. Preparat oral yang di

    pakai adalah prednisone, prednisolon, atau triamsinolon dengan dosis 1 2 mg/kgBB/hari

    diberikan 23 kali sehari selama 35 kali sehari.

    Kortikosteroid tidak secara langsung berefek sebagai bronkodilator. Obat ini bekerja

    sekaligus menghambat produksi sitokin dan kemokin, menghambat sintesis eikosainoid,

    menghambat peningkatan basofil, eosinofil dan leukosit lain di jaringan paru dan

    menurunkan permeabilitas vascular.8

    Metilprednisolon merupakan pilihan utama karena kemampuan penetrasi kejaringan paru

    lebih baik, efek anti inflamasi lebih besar, dan efek mineralokortikoid minimal. Dosis

    metilprednisolon IV yang dianjurkan adalah 1 mg/kgBB setiap 4 sampai 6 jam. Dosis

    Hidrokortison IV 4 mg/kgBB tiap 4 6 jam. Dosis dexamethasone bolus IV 0,5 1

    mg/kgBB dilanjtkan 1 mg/kgBB/hari setiap 68 jam.

    Obatobat Pengontrol

    Obatobat asma pengontrol pada anakanak termasuk inhalasi dan sistemik

    glukokortikoid, leukotrien modifiers, long acting inhaled 2-agonist, theofilin, cromones, dan

    long acting oral 2-agonist.

    1. Inhalasi glukokortikosteroidGlukokortikosteroid inhalasi merupakan obat pengontrol yang paling efektif dan

    direkomendasikan untuk penderita asma semua umur. Intervensi awal dengan penggunaan

    inhalasi budesonide berhubungan dengan perbaikan dalam pengontrolan asma dan

    mengurangi penggunaan obat-obat tambahan. Terapi pemeliharaan dengan inhalasi

    glukokortikosteroid ini mampu mengontrol gejala-gejala asma, mengurangi frekuensi dari

    eksaserbasi akut dan jumlah rawatan di rumah sakit, meningkatkan kualitas hidup, fungsi

    paru dan hiperresponsif bronkial, dan mengurangi bronkokonstriksi yang diinduksi latihan.

    Glukokortikosteroid dapat mencegah penebalan lamina retikularis, mencegah

    terjadinya neoangiogenesis, dan mencegah atau mengurangi terjadinya down regulation

    receptor 2 agonist. Dosis yang dapat digunakan sampai 400ug/hari (respire anak). Efek

    samping berupa gangguan pertumbuhan, katarak, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan

    pada gigi dan mulut.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    18/23

    18

    2. Leukotr iene Receptor Antagonist (LTRA)Secara hipotesis obat ini dikombinasikan dengan steroid hirupan dan mungkin hasilnya

    lebih baik. Sayangnya, belum ada percobaan jangka panjang yang membandingkannya

    dengan steroid hirupan + LABA. Keuntungan memakai LTRA adalah sebagai berikut :

    LTRA dapat melengkapi kerja steroid hirupan dalam menekan cystenil leukotriane; Mempunyai efek bronkodilator dan perlindungan terhadap bronkokonstriktor; Mencegah early asma reaction dan late asthma reaction Dapat diberikan per oral, bahkan montelukast hanya diberikan sekali per hari.,

    penggunaannya aman, dan tidak mengganggu fungsi hati; sayangnya preparat

    montelukastini belum ada di Indonesia;

    Mungkin juga mempunyai efek menjaga integritas epitel, yaitu dengan meningkatkankerja epithel growth factor (EGF) dan menekan transforming growth factor (TGF)

    sehingga dapat mengendalikan terjadinya fibrosis, hyperplasia, dan hipertrofi otot

    polos, serta diharapkan mencegah perubahan fungsi otot polos menjadi organ pro-

    inflamator.

    Ada 2 preparat LTRA :

    a. MontelukastPreparat ini belum ada di Indonesia dan harganya mahal. Dosis per oral 1 kali

    sehari.(respiro anak) Dosis pada anak usia 2-5 tahun adalah 4 mg qhs. (gina)

    b.ZafirlukastPreparat ini terdapat di Indonesia, digunakan untuk anak usia > 7 tahun dengan dosis 10

    mg 2 kali sehari.

    Leukotrin memberikan manfaat klinis yang baik pada berbagai tingkat keparahan asma

    dengan menekan produksi cystenil leukotrine. Efek samping obat dapat mengganggu fungsi

    hati (meningkatkan transaminase) sehingga perlu pemantauan fungsi hati.3. Long acting 2 Agonist (LABA)Preparat inhalasi yang digunakan adalah salmeterol dan formoterol. Pemberian ICS

    400ug dengan tambahan LABA lebih baik dilihat dari frekuensi serangan, FEV1 pagi dan

    sore, penggunaan steroid oral,, menurunnya hiperreaktivitas dan airway remodeling.

    Kombinasi ICS dan LABA sudah ada dalam 1 paket, yaitu kombinasi fluticasone propionate

    dan salmeterol (Seretide), budesonide dan formoterol (Symbicort). Seretide dalam MDI

    sedangkan Symbicort dalam DPI. Kombinasi ini mempermudah penggunaan obat dan

    meningkatkan kepatuhan memakai obat.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    19/23

    19

    4. Teofilin lepas lambatTeofilin efektif sebagai monoterapi atau diberikan bersama kortikosteroid yang bertujuan

    untuk mengontrol asma dan mengurangi dosis pemeliharaan glukokortikosteroid. Tapi efikasi

    teofilin lebih rendah daripada glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah.

    Efek samping berupa anoreksia, mual, muntah, dan sakit kepala, stimulasi ringan SSP,

    palpitasi, takikardi, aritmia, sakit perut, diare, dan jarang, perdarahan lambung. Efek samping

    muncul pada dosis lebih dari 10mg/kgBB/hari, oleh karena itu terapi dimulai pada dosis

    inisial 5mg/kgBB/hari dan secara bertahap diingkatkan sampai 10mg/kgBB/hari.

    Terapi Suportif

    a. Terapi oksigenOksigen diberikan pada serangan sedang dan berat melalui kanula hidung,

    masker atau headbox. Perlu dilakukan pemantauan saturasi oksigen, sebaiknya diukur

    denganpulse oxymetry (nilai normal > 95%).

    b. Campuran Helium dan oksigenInhalasi Helioks (80% helium dan 20% oksigen) selama 15 menit sebagai

    tambahan pemberian oksigen (dengan kanula hidung), bersama dengan nebulisasi

    salbutamol dan metilprednisolon IV, secara bermakna menurunkan pulsus paradoksus,

    meningkatkan peakflow dan mengurangi sesak. Campuran helium dan oksigen dapat

    memperbaiki oksigenasi karena helium bersifat ringan sehingga dapat mengubah aliran

    turbulen menjadi laminar dan menyebabkan oksigen lebih mudah mencapai alveoli.

    c. Terapi cairanDehidrasi dapat terjadi pada serangan asma berat karena kurang adekuatnya

    asupan cairan, peningkatan insensible water loss, takipnea serta efek diuretic teofilin.

    Pemberian cairan harus hati-hati kareana pada asma berat terjadi peningkatan sekresi

    Antidiuretik Hormone (ADH) yan memudahkan terjadinya retensi cairan dan tekanan

    pleura negatif tinggi pada puncak inspirasi yang memudahkan terjadinya edema paru.

    Jumlah cairan yang diberikan adalah 1-1,5 kali kebutuhan rumatan.

    Cara Pemberian Obat

    UMUR ALAT INHALASI

    < 2 tahun Nebuliser, Aerochamber, babyhaler

    2-4 tahun Nebuliser, Aerochamber, babyhalerAlat Hirupan (MDI/ Metered Dose Inhaler) dengan alat perenggang (spacer)

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    20/23

    20

    5-8 tahun Nebuliser

    MDI dengan spacer

    Alat hirupan bubuk (Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler)

    >8 tahun Nebuliser

    MDI (metered dose inhaler)

    Alat Hirupan BubukAutohaler

    Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi obat dalam mulut

    (orofaring), jadi mengurangi jumlah obat yang akan tertelan sehingga mengurangi efek

    sistemik. Sebaliknya, deposisi dalam paru lebih baik sehingga didapat efek terapeutik yang

    lebih baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler,

    Turbuhaler) memerlukan inspirasi yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak

    usia sekolah. Sebagian alat bantu yaitu Spacer (Volumatic, Nebuhaler, Aerochamber,

    Babyhaler, Autohaler) dapat dimodifikasi dengan menggunakan bekas gelas atau botol

    minuman atau menggunakan botol susu dengan dot susu yang telah dipotong untuk anak

    kecil dan bayi.

    Prognosis

    Prognosis jangka panjang asma anak pada umumnya baik. Sebagian besar asma anak

    hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur. Sekitar 50% asma episodik jarang sudah

    menghilang pada umur 10-14 tahun dan hanya 15% yang menjadi asma kronik pada umur 21

    tahun. Asma episodik sering, 20% sudah tidak timbul pada masa akil-balik, 60% tetap

    sebagai asma episodik jarang. Hanya 5% dari asma kronik/persisten yang dapat menghilang

    pada umur 21 tahun, 20% menjadi asma episodik sering, hampir 60% tetap sebagai asma

    kronik/persisten dan sisanya menjadi asma episodik jarang. Secara keseluruhan dapat

    dikatakan 70-80% asma anak bila diikuti sampai dengan umur 21 tahun asmanya sudah

    menghilang.

    Faktor yang dapat mempengaruhi prognosis asma anak ialah :

    - Umur ketika serangan pertama timbul, seringnya serangan asma, berat-ringannyaserangan asma, terutama pada 2 tahun sejak mendapat serangan asma.

    - Banyak-sedikitnya faktor atopi pada diri anak dan keluarganya.- Lamanya minum air susu ibu.- Menderita atau pernah menderita eksema infantil yang sulit diatasi.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    21/23

    21

    - Usaha pengobatan dan penanggulangannya.- Apakah ibu/bapak atau teman sekamar/serumah merokok. Polusi udara yang lain di

    rumah atau di luar rumah juga dapat mempengaruhi.

    - Penghindaran alergen yang dimakan sejak hamil dan pada waktu meneteki.- Jenis kelamin, kelainan hormonal, dll.

    Preventif

    Penanggulangan asma pada anak sekarang yang lebih penting bukan mengatasi serangan,

    melainkan untuk mencegah serangan asma tersebut. Anak yang menderita serangan asma

    harus dapat hidup layak serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya. Segala upaya

    penggunaan obat dan non obat harus dinilai untung dan ruginya berdasarkan tujuan utama

    tadi yaitu tidak boleh mengganggu tumbuh kembang anak. Tindakan kita harus meningkatkan

    mutu kehidupan anak asma itu untuk sekarang dan masa depan.9

    - Pengendalian lingkungan : menghindarkan anak dari asap rokok, tidak memeliharahewan berbulu, memperbaiki ventilasi ruangan, mengurangi kelembaban kamar untuk

    anak yang sensitif terhadap debu rumah dan tungau.

    - Pemberian ASI ekslusif minimal 4 bulan- Menghindari faktor pencetus (contoh: makanan berpotensi alergen)- Penggunaan obat, tindakan untuk mencegah, meredakan, dan mengurangi reaksi yang

    akan atau sudah timbul oleh pencetus tadi.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengiepisodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam

    kelompok penyakit saluran pernafasan kronik. Asma memberi dampak negatif bagi

    pengidapnya seperti sering menyebabkan anak tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan

    olahraga serta aktifitas seluruh keluarga, juga dapat merusak fungsi sistem saraf pusat,

    menurunkan kualitas hidup penderitanya, dan menimbulkan masalah pembiayaan. Selain itu,

    mortalitas asma relatif tinggi.

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    22/23

    22

    Penanggulangan serangan asma terdiri dari pencegahan serangan asma, bila perlu

    dengan obat dan penanganan serangan asma. Penanganan serangan asma dapat dilakukan di

    rumah yang dilakuakan oleh pasien atau keluarganya dan di luar rumah yang dilakukan oleh

    petugas kesehatan. Bila serangan asma tidak ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan

    kematian.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Maranatha D. Asma Bronkial. FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya; 2009. Surabaya:

    h. 55- 68.

    2. Pusponegoro HD, Hadinegoto SRS, Firmanda D, Pujiadi AH, Kosem MS, Rusmil K, dkk,

    penyunting. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Badan Penerbit IDAI; 2005. Jakarta.

    3. Rahajoe N. Deteksi dan penanganan asma anak, dalam : Manajemen kasus respiratorik

    anak dalam praktek sehari-hari. Yapnas Suddharprana; 2007. Jakarta: Edisi ke-1: h. 97-106.

    4. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman nasional asma anak. UKK Pulmonologi

    PP IDAI; 2009. Jakarta.

    5. Nataprawira HMD. Diagnosis asma anak. dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB,

    penyunting. Buku ajar respirologi anak. Badan Penerbit IDAI; 2008. Jakarta: Edisi ke-1:

    h.105-18.

    6.Nelson. Textbook of Pediatrics: Childhood asthma. Elsevier Science; 2003. USA.

    7.Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman

    pengendalian penyakit asma. Departemen Kesehatan RI; 2009. h. 5-11.

    8. Suherman SK. Ascobat P. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid, analog sintetik dan

    antagonisnya, dalam: Gunawan SG, penyunting. Farmakologi dan terapi. Balai Penerbit

    FKUI; 2008. Jakarta: Edisi ke-5: h. 496-500.

    9. Tjokronegoro A, Utama H. Updates in pediatric emergencies. Balai Penerbit FKUI; 2004.

    Jakarta. h.57-71.

    Emfisema Paru. Sesak merupakan gejala utama emfisema. Sedangkan batuk dan mengi

    jarang menyertainya. Pasien biasanya kurus. Berbeda dengan asma, pada emfisema tidak

    pernah ada masa remisi, pasien selalu sesak pada kegiatan jasmani. Pada pemeriksaan fisis

  • 7/29/2019 Makalah Asma Bronkiale

    23/23

    23

    ditemukan dada kembung, peranjakan napas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun, dan

    suara napas sangat lemah. Pemeriksaan foto dada menunjukkan hiperinflasi.